BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman serta bagian tanaman yang akan digunakan memang benar dan sesuai
dengan buku acuan determinasi, sehingga tidak ada terjadi kesalahan bahan yang akan dipakai. Determinasi dilakukan terhadap tanaman wortel hingga status
spesies di laboratorium Kebun Tanaman Obat, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Dengan buku acuan yaitu buku kunci determinasi yang disusun
oleh Van Steenis. Hasil determinasi umbi wortel sampai spesies adalah : 1b – 2b – 3b – 4b – 12b – 13b – 14b – 17b – 18b – 19b – 20b – 21b – 22b – 23b –
24b – 25b – 26b – 27a – 28b – 29b – 30b – 31a – 32a – 33a – 34a – 35a – 36d – 37b – 38b – 39b – 41b – 42b – 44b – 45b – 46e – 50b – 51b – 53b – 54b – 56b –
57b – 58b – 59b – 72b – 73b – 74a – 75b – 76b – 77a – 78a – 103c – 104b – 106b – 107a – 108b – 109a – 115a – 116b – 117b – 118b – ………. 148. Apiaceae
1a – 2b – 13b – 15a – 15b – ……….. 20. Daucus 1………………………………Daucus carota, L.
Dari hasil kunci determinasi diatas dapat diketahui tanaman wortel merupakan spesies tanaman Daucus carota, L.. Foto tanaman terlampir.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Identifikasi dan Uji Kualitatif Bahan 1.
Identifikasi makroskopis
Umbi wortel berwarna jingga dan berbentuk bulat memanjang yang berujung runcing seperti kerucut. Panjang antara 10-15 cm, mempunyai diameter
yang beragam dari ujung ke pangkal, berasa agak manis dan mengeluarkan bau yang khas.
2. Uji kualitatif bahan
Uji ini bertujuan mengetahui adanya beta karoten yang diduga mempunyai efek analgesik. Metode yang digunakan adalah Kromatografi Lapis
Tipis KLT, dasar dari metode ini adalah terelusinya zat uji di dalam fase gerak sehingga akan terbentuk bercak yang akan dibandingkan dengan kontrol atau
pembanding. Alasan menggunakan metode ini karena alatnya sederhana, elusi bercak yang relatif cepat sehingga segera dapat diketahui hasilnya, dan tidak
membutuhkan zat yang banyak. Fase diam yang digunakan adalah silika Gel GF 254, sedangkan fase
geraknya adalah sikloheksan : dietil eter 80 : 20
v v
Dewi, 2000. Beta karoten akan terelusi bergerak naik bersama fase geraknya karena sifat kepolarannya
yang relatif sama. pembanding yang digunakan adalah larutan beta karoten dalam kloroform.
Sampel dan larutan pembanding ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditunggu beberapa saat agar mengering.
Setelah kering kemudian dielusi dalam bejana berisi fase gerak yang telah jenuh. setelah fase gerak sampai pada batas elusi dengan panjang 10 cm, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bercak diamati dengan sinar tampak dan sinar UV pada panjang 254. Hasil pengamatan dapat dilihat dari Tabel berikut.
Tabel I . Data hasil uji kualitatf KLT
Pengamatan Sampel Pembanding
Sinar tampak kuning
kuning Sinar UV 254 nm
Kuning kegelapan Kuning kegelapan
Rf 0.82 0.82
C. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan perlu dilakukan sebagai orientasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang nantinya diperlukan dalam pengambilan data sebenarnya. Uji
ini meliputi : penentuan kriteria geliat, pemilihan dosis asam asetat, penentuan selang waktu pemberian asam asetat, pemilihan dosis parasetamol yang digunakan
sebagai kontrol positif dan penetapan kontrol negatif.
1. Penentuan kriteria geliat mencit
Kriteria geliat yang digunakan dalam penelitian adalah dengan gerakan 1 atau 2 kaki mencit memanjang lurus kebelakang dengan disertai perut mencit
yang menempel ke alas. Respon geliat ini timbul setelah mencit diberi perlakuan dengan asam asetat 1 secara intraperitonial, yang nantinya akan menimbulkan
rasa sakit berupa nyeri terhadap mencit. Respon yang diberikan setiap mencit tidak akan sama, dikarenakan ketahanan tubuh dari masing-masing mencit
tersebut. Kemudian dilakukan pengamatan dan penghitungan geliat setiap 5 menit setelah pemberian asam asetat selama 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pemilihan dosis asam asetat
Pemilihan dosis asam asetat bertujuan untuk mendapatkan dosis asam asetat yang memberikan respon geliat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
ataupun sedikit, agar memudahkan pengamatan. Asam asetat merupakan suatu iritan yang merusak jaringan secara lokal yang menyebabkan nyeri pada rongga
perut. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh kenaikan ion H
+
akibat dari penurunan nilai pH dibawah 6 yang akan menyebabkan luka pada membran sel. Keadaan
nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan ini ditanggapi mencit dengan cara
menggeliat untuk menyesuaikan keadaan
.
Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu 1 Putra, 2003, karena pada konsentrasi ini sudah dapat
menghasilkan geliat yang tidak terlalu banyak. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25; 50; dan 75 mgkgBB. Hasil orientasi berupa geliat pada
ketiga peringkat dosis dapat dilihat dari tabel I.
Tabel II. Rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat Kelompok perlakuan
mgkgBB Rata-rata jumlah geliat X ± SE
25 42,00 ± 1.53
50 53,67 ± 1.45
75 78,00 ± 4.62
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42 52.67
78
10 20
30 40
50 60
70 80
R a
ta -r
ata ju ml
ah gel
iat
1 2
3
Kelompok
Penetapan Dosis Asam Asetat
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat. Keterangan :
1 = kelompok perlakuan asam asetat dengan dosis 25 mgkgBB
2 = kelompok perlakuan asam asetat dengan dosis 50 mgkgBB
3 = kelompok perlakuan asam asetat dengan dosis 75 mgkgBB
Tabel III. Hasil analisis variansi satu arah penetapan konsentrasi asam asetat
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F
hit
Probabilitas Antar
kelompok 2024.222 2
1012,111 39.263
0.000 Dalam
kelompok 154.667 6
25,778
Dari hasil analisis variansi satu arah diketahui nilai probabilitasnya 0,000
≤ 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok terdapat perbedaan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar kelompok berbeda secara
bermakna atau tidak, dilanjutkan dengan uji Scheffe. Data dan analisisnya dapat dilihat dalam tabel IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Hasil uji Scheffe Kelompok Dosis
25 mgkgBB 50 mgkgBB
75 mgkgBB 25 mgkgBB
- TB
B 50 mgkgBB
TB -
B 75 mgkgBB
B B
- Keterangan :
TB = Berbeda tidak bermakna P 0,05
B = Berbeda bermakna P
≤ 0,05
Dari hasil diatas diketahui bahwa pemberian asam asetat pada dosis 75 mgkgBB berbeda bermakna dengan dosis 25 mgkgBB dan dengan dosis 50
mgkgBB. Sedangkan pada dosis 25 mgkgBB dan 50 mgkgBB berbeda tidak bermakna yang berarti bahwa dengan adanya peningkatan dosis tersebut, tidak
menimbulkan peningkatan jumlah yang signifikan. Pada dosis 75 mgkgBB menunjukkan jumlah geliat yang cukup banyak jika dibandingkan dengan dosis
25 mgkgBB dan 50 mgkgBB yang jumlahnya sedikit, maka dipilih dosis 75 mgkgBB agar memudahkan pengamatan.
3. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini perlu diorientasi terlebih dahulu bertujuan untuk menentukan saat pemberian asam asetat setelah
pemberian jus umbi wortel bahan yang akan diteliti secara peroral. Sehingga pada selang waktu tersebut, jus umbi wortel sudah diabsorpsi dan dapat
memberikan efek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahan yang digunakan adalah umbi wortel, dengan dosis tertinggi yaitu 8 gkgBB. Penentuan dosis tertinggi dapat dilihat pada lampiran. Rata-rata jumlah
geliat pada berbagai selang waktu dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Rata-rata jumlah geliat pada berbagai selang waktu pemberian asam asetat
Kelompok Jumlah geliat
X ± SE 5 menit
38,33 ± 1,202 10 menit
50,33 ± 0,882 15 menit
66,00 ± 0,577
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
Penetapan Selang Waktu Pemberian
38.33 50.33
66
10 20
30 40
50 60
70
5 10
15
Waktu menit Rata-rata ju
m lah
gel iat
Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah geliat pada orientasi selang waktu pemberian asam asetat.
Keterangan : 5
= selang waku pemberian 5 menit 10
= selang waktu pemberian 10 menit 15
= selang waktu pemberian 15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel V pada selang waktu 5 menit dan 10 menit menghasilkan jumlah geliat yang lebih sedikit dibandingkan dengan selang waktu 15 menit.
Untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut maka dilakukan analisis variansi satu arah dan uji Scheffe. Hasilnya dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Analisis satu arah penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F
hit
Probabilitas Antar
kelompok 1154,889 2
577,444 225,957
0,000 Dalam
kelompok 15,333 6
2,556
Dari analisis variansi satu arah diketahui probabilitasnya 0,000 ≤ 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok mempunyai perbedaan. Untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna maka
dilakukan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 .
Tabel VII. Uji Scheffe selang waktu pemberian asam asetat
Kelompok Waktu 5 menit
10 menit 15 menit
5 menit -
B B
10 menit B - B
15 menit B
B -
Keterangan : TB
= Berbeda tidak bermakna P 0,05 B
= Berbeda bermakna P ≤ 0,05
Dari tabel VII dapat diketahui bahwa antar waktu pemberian menunjukkan perbedaan yang bermakna, dipilihlah waktu pemberian 10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Pemilihan dosis parasetamol
Parasetamol berfungsi sebagai kontrol positif karena parasetamol sudah terbukti mempunyai daya analgesik sehingga digunakan sebagai pembanding.
Orientasi ini diperlukan untuk menentukan dosis parasetamol yang memberikan jumlah geliat yang tidak terlalu banyak dan terlalu sedikit. Dosis yang digunakan
sebesar 91; 113,75; dan 136,5 mgkgBB. Besarnya penghambatan terhadap nyeri dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Nilai Penghambatan Jumlah Geliat pada Orientasi Dosis Parasetamol
Dosis Parasetamol mgkgBB
Jumlah geliat X ± SE
91 81,00 ± 1,732
113,75 47,33 ± 2,333
136,5 37,00 ± 0,577
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81 47.33
37
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Ju ml
ah gel
iat
1 2
3
Kelompok
Penentuan Dosis Parasetamol
Gambar. 9. Diagram batang rata-rata jumlah geliat pada penetapan dosis paracetamol. Keterangan :
Kelompok dosis 1 = Dosis parasetamol 91 mgkgBB Kelompok dosis 2 = Dosis parasetamol 113,75 mgkgBB
Kelompok dosis 3 = Dosis parasetamol 136,5 mgkgBB
Dari tabel VIII, dapat dilihat bahwa dosis parasetamol 91 mgkgBB mempunyai jumlah geliat yang lebih banyak dibandingkan dengan dosis 113,75
mgkgBB dan 136,5 mgkgBB. Hasil ini kemudian dianalisis variansi satu arah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok.
Tabel IX. Hasil analisis variansi satu arah pada orientasi parasetamol
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F
hit
Probabilitas Antar
kelompok 3176,222 2
1588,111 180,924
0,000 Dalam
kelompok 52,667 6
8,778
Dari analisis variansi satu arah diketahui bahwa probabilitasnya 0,000 ≤ 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok mempunyai perbedaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak, maka dianalisis dengan uji Scheffe.
Tabel X. Hasil uji Scheffe pada orientasi parasetamol
Kelompok Dosis 91 mgkgBB
113,75 mgkgBB 136,5 mgkgBB
5 menit -
B B
10 menit B
- B
15 menit B
B -
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
Dari uji Scheffe didapat bahwa antar kelompok dosis mempunyai perbedaan yang bermakna. Maka dipilih dosis 113,75 mgkgBB yang mempunyai
geliat yang tidak terlalu banyak dan sedikit, sehingga memudahkan pengamatan.
5. Pemilihan kontrol negatif
Pada penelitian ini terdapat dua zat yang tidak memiliki efek analgesik yaitu aquades dan CMC Na sehingga sama-sama digunakan sebagai kontrol
negatif. Aquades digunakan sebagai pelarut jus umbi wortel sedangkan CMC Na sebagai pensuspensi prasetamol. Oleh karena itu, penentuan kontrol ini diperlukan
untuk menentukan zat mana yang digunakan sebagai pembanding terhadap bahan uji dalam aktifitasnya menurunkan geliat mencit. Data rata-rata jumlah geliat
dapat dilihat pada tabel XI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Rata-rata jumlah kumulatif geliat pada orientasi kontrol negatif
Kontrol Negatif Jumlah geliat
X ± SE Aquades
85,67 ± 2,60 CMC Na 1
67,67 ± 1,76
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
85.67 67.67
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Ju ml
ah gel
iat
I II
Kelompok
Penentuan Kontrol Negatif
Gambar 10. Diagram jumlah kumulatif geliat mencit pada penetapan kontrol negatif Keterangan :
I : Kelompok Aquades
II : Kelompok CMC Na
Dari gambar 10 diatas, dapat dilihat bahwa antara kedua kontrol negatif mempunyai rata-rata jumlah geliat yang hampir sama,.yang diperkuat dengan
hasil dari uji t. Hasil dari uji t menunjukkan bahwa probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,609. Yang dapat diartikan bahwa kedua kelompok mempunyai
perbedaan yang tidak nyata, sehingga kedua bahan tersebut dapat digunakan sebagai kontrol negatif. Selanjutnya dipilih aquades sebagai kontrol negatif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian dikarenakan aquades adalah bahan yang digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan jus umbi wortel.
D. Pengujian Daya Analgesik
Daya analgetik atau kemampuan jus umbi wortel untuk mengurangi rasa nyeri dapat diukur setelah semua data orientasi diperoleh. Dari hasil orientasi
diperoleh bahwa zat perangsang nyeri yang digunakan adalah asam asetat 1 dengan dosis 75 mgkgBB, kontrol negatif adalah aquades dan kontrol positifnya
adalah parasetamol dosis 113,75 mgkgBB. Dengan menggunakan hasil orientasi, diperoleh rata-rata kumulatif pada
kelompok perlakuan dengan jus umbi wortel beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Hasilnya dapat dilihat dari table XII.
Tabel XII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat pada kelompok perlakuan
Kelompok uji Jumlah
subjek uji Jumlah geliat
X ± SE Aquades
6 85,67 ± 2,108
Parasetamol 6
45,17 ± 1,701 Jus umbi wortel dosis 0,5 gkgBB
6 70,50 ± 1,176
Jus umbi wortel dosis 1 gkgBB 6
62,50 ± 1,544 Jus umbi wortel dosis 2 gkgBB
6 54,17 ± 0,601
Jus umbi wortel dosis 4 gkgBB 6
37,67 ± 1,856 Jus umbi wortel dosis 8 gkgBB
6 50,33 ± 1,961
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85.67
45.17 70.5
62.5 54.17
37.67 50.33
10 20
30 40
50 60
70 80
90
R a
ta -ra
ta juml ah
gel iat
I II
III IV
V VI
VII
Kelompok
Jumlah Geliat Kelompok Perlakuan
Gambar 11. Gambar rata-rata kumulatif jumlah geliat kelompok perlakuan Keterangan :
I = kelompok kontrol negatif aquades
II = kelompok kontrol positif parasetamol 113,75 mgkgBB III = kelompok dosis jus umbi wortel 0,5 gkgBB
IV = kelompok dosis jus umbi wortel 1 gkgBB V = kelompok dosis jus umbi wortel 2 gkgBB
VI = kelompok dosis jus umbi wortel 4 gkgBB VII = kelompok dosis jus umbi wortel 8 gkgBB
Setelah didapatkan jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan, maka data tersebut diolah secara statistik, dan didapatkan persen proteksi terhadap nyeri
yang dibandingkan dengan kontrol negatif, dan perudahan persen daya analgesik terhadap kontrol positif.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel XIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XIII. Persen penghambatan nyeri pada kelompok uji
Kelompok uji Jumlah
subjek uji Persen penghambatan
nyeri X ± SE
Aquades 6
00,00 ± 2,46 Parasetamol
6 47,28 ± 1,99
Jus umbi wortel dosis 0,5 gkgBB 6
17,70 ± 1,37 Jus umbi wortel dosis 1 gkgBB
6 27,04 ± 1,80
Jus umbi wortel dosis 2 gkgBB 6
36,77 ± 0,70 Jus umbi wortel dosis 4 gkgBB
6 56,03 ± 2,17
Jus umbi wortel dosis 8 gkgBB 6
41,25 ± 2,29
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
47.28
17.71 27.04
36.77 56.03
41.25
10 20
30 40
50 60
Persen
I II
III IV
V VI
VII
Kelompok uji
Persen Proteksi Rangsang Nyeri
Gambar 12. Diagram batang proteksi rangsang nyeri kelompok uji Keterangan :
I = kelompok kontrol negatif aquades
II = kelompok kontrol positif parasetamol 113,75 mgkgBB III = kelompok dosis jus umbi wortel 0,5 gkgBB
IV = kelompok dosis jus umbi wortel 1 gkgBB V = kelompok dosis jus umbi wortel 2 gkgBB
VI = kelompok dosis jus umbi wortel 4 gkgBB VII = kelompok dosis jus umbi wortel 8 gkgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persen proteksi nyeri pada masing-masing kelompok uji kemudian dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan
95, dan dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel XIV.
Tabel XIV. Analisis variansi 1 arah persen penghambatan nyeri pada kelompok uji
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F
hit
Probabilitas Antar
kelompok 13028,331 6
2171,389 99,128
0,000 Dalam
kelompok 766,669 35
21,905
Dari tabel XIV dapat dilihat bahwa probabilitasnya adalah 0,000 yang berarti lebih kecil daripada 0,05, sehingga menunjukkan bahwa pada seluruh
kelompok uji terdapat perbedaan. Oleh karena itu, untuk melihat perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel XIV.
Tabel XV. Hasil uji Scheffe persen penghambatan rangsang nyeri pada kelompok uji
Kelompok I II III IV V VI VII I -
B B
B B
B B
II B -
B B
B TB
TB III B
B -
TB B
B B
IV B B
TB -
TB B
B V B
B B
TB -
B TB
VI B TB
B B
B -
B VII B
TB B
B TB
B -
Keterangan : B = Berbeda bermakna P
≤ 0,05 TB = Berbeda tidak bermakna P 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel XV dapat dilihat bahwa antara kontrol negatif yaitu aquades berbeda bermakna dengan kontrol positif yaitu parasetamol dan berbeda
bermakna juga dengan kelompok perlakuan dengan jus umbi wortel dalam berbagai tingkatan dosis. Hal ini dikarenakan perbedaan jumlah geliat yang cukup
besar dengan semua kelompok perlakuan, dikarenakan tidak adanya daya analgesik sebagai penghambat nyeri pada kontrol negatif. Jadi dengan demikian
dapat diartikan bahwa dengan perlakuan dengan parasetamol dan jus umbi wortel dalam berbagai tingkatan dosis dapat menghasilkan daya analgesik. Daya
analgesik ini berupa penghambatan terhadap nyeri yang ditimbulkan oleh asam asetat, dengan ditandai menurunnya jumlah geliat dibandingkan perlakuan dengan
kontrol negatif. Kelompok kontrol positif yaitu parasetamol dosis 113,75 mgkgBB
memang secara teoritis mempunyai efek analgesik dengan penghambatannya terhadap sintesis prostaglandin. Dimana, dilihat dari tabel ada dua kelompok
perlakuan dengan jus umbi wortel yang mempunyai perbedaan tidak bermakna dengan parasetamol yaitu: kelompok VI dosis 4 gkgBB, dan kelompok VII
dosis 8 gkgBB. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan menghambat nyeri yang hampir sama dengan
parasetamol. Pada kontrol positif persen penghambatan nyeri sebesar 47,28 sedangkan pada kelompok jus umbi wortel dosis 4 gkgBB sebesar 56,03 , dan
pada dosis 8 gkgBB sebesar 41,25 . Persen penghambatan terhadap nyeri mengalami peningkatan pada saat
terjadi penambahan dosis jus umbi wortel, dari dosis jus umbi wortel 0,5 gkgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sampai pada puncaknya yaitu dosis 4 gkgBB, dan kemudian terjadi penurunan pada dosis 8 gkgBB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis 4 gkgBB
mempunyai kemampuan penghambatan terhadap nyeri yang paling besar dibanding dengan dosis lainnya. Penurunan persen proteksi ini terjadi dikarenakan
telah melewati dosis optimun. Sehingga dapat disimpulkan dosis optimum perlakuan dengan jus umbi wortel ini berkisar dari dosis 4 gkgBB sampai pada
dosis 8 gkgBB Pada dosis 4 gkgBB dapat dikatakan mempunyai efek analgesik,
dikarenakan dengan besarnya persen penghambatannya yang lebih besar dari 50 . Hal ini berdasarkan ketentuan bahwa adanya aktivitas analgetika dinyatakan
lebih sedikit terjadi jumlah geliat mencit sebesar ≥ 50 dari kelompok kontrol
Anonim,1991. Dari semua dosis kelompok perlakuan, yang memenuhi persyaratan hanyalah pada dosis 4 gkgBB. Sehingga peneliti menyarankan untuk
menggunakan dosis jus umbi wortel 4 gkgBB sebagai pengurang rasa nyeri. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan terjadinya peradangan, karena
mediator yang memperantarai peradangan prostaglandin, leukotrien, dll. akan mengaktivasi reseptor nyeri. Pada penelitian, dimungkinkan bahwa mekanisme
kerja daripada jus umbi wortel sama dengan kontrol positif, yang disini adalah parasetamol. Kerja dari parasetamol yaitu menghambat enzim siklooksigenase,
sehingga perubahan asam arakhidonat menjadi endoperoksida tidak terbentuk dan mediator perantara peradangan dan radikal bebas oksigen tidak terjadi. Radikal
bebas oksigen ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan, yang nantinya akan terbentuk kembali asam arakhidonat yang akan diubah menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
endoperoksida yang bertanggungjawab terhadap terjadinya peradangan. Dalam penelitian menggunakan jus umbi wortel, diduga
β-karoten yang terkandung dalam wortel dapat mengurangi rasa nyeri, dengan penghambatannya
terhadap oksidasi asam arakhidonat. Penghambatan oksidasi tersebut mengakibatkan terhambatnya terbentuknya oksigen reaktif dan prostaglandin
yang ditandai dengan penghambatan rasa nyeri seperti pada kelompok perlakuan. Jadi, dapat dikatakan jus umbi wortel yang mempunyai kandungan beta-karoten
memiliki aktivitas analgesik penghambatan terhadap rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan penelitian dari Esvandiary 2006 tentang efek analgesik beta-karoten
pada mencit putih betina dengan menghasilkan persen proteksi geliat pada dosis 0,6523; 0,9225; 1,3046; 1,8450 mgKgBB berturut-turut sebesar 41,04; 78,01;
66,11; 59,95 . Perubahan persen penghambatan rangsang nyeri terhadap kontrol positif
dapat dilihat pada tabel XIV.
Tabel XVI. Perubahan persen penghambatan nyeri
Kelompok uji Jumlah
subjek uji Persen penghambatan
nyeri X ± SE
Aquades 6
99,99 ± 5,21 Parasetamol
6 0,20 ± 0.38
Jus umbi wortel dosis 0,5 gkgBB 6
62,55 ± 2,90 Jus umbi wortel dosis 1 gkgBB
6 42,80 ± 3,81
Jus umbi wortel dosis 2 gkgBB 6
22,22 ± 1,48 Jus umbi wortel dosis 4 gkgBB
6 - 18,52 ± 4,58
Jus umbi wortel dosis 8 gkgBB 6
12,76 ± 4,84
Keterangan : X =
Mean Rata-rata SE =
Standard Error SD √n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99.99
0.2 62.55
42.8 22.22
-18.52 12.76
-20 20
40 60
80 100
Pe rsen
I II
III IV
V VI
VII
Kelompok Uji
Perubahan Persen Penghambatan Rangsang Nyeri
Gambar 13. Diagram batang perubahan persen penghambatan rangsang nyeri kelompok uji
Keterangan : I
= kelompok kontrol negatif aquades II = kelompok kontrol positif parasetamol 113,75 mgkgBB
III = kelompok dosis jus umbi wortel 0,5 gkgBB IV = kelompok dosis jus umbi wortel 1 gkgBB
V = kelompok dosis jus umbi wortel 2 gkgBB VI = kelompok dosis jus umbi wortel 4 gkgBB
VII = kelompok dosis jus umbi wortel 8 gkgBB
Berdasarkan tabel XVI, kontrol negatif dengan perubahan persen penghambatan sebesar 99,99 ± 5,21 mempunyai perbedaan 100 dengan kontrol
positif. Hal tersebut dikarenakan dalam kontrol negatif tidak terjadi panghambatan rangsang nyeri, sehingga dapat dikatakan tidak mempunyai efek analgesik. Nilai
terendah perubahan persen proteksi ditunjukkan oleh kelompok perlakuan dosis 4 gkgBB, yaitu sebesar - 18,52 ± 4,58 , yang diartikan pada dosis ini dapat
menyebabkan penurunan jumlah geliat yang lebih banyak daripada pada kontrol positif. Sedangkan pada dosis 8 gkgBB, persen penghambatannya mendekati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontrol positif yaitu sebesar 12,76 ± 4,84 . Hal ini berarti, pada dosis ini mampu menghambat nyeri dengan kemampuan yang mendekati kontrol positif.
Sedangkan pada ketiga dosis yang lainnya, ketiganya mempunyai kemampuan untuk menghambat nyeri namun tidak terlalu kuat.
Berdasarkan data-data dari tabel XVI dan gambar 13, maka dosis yang dipilih oleh peneliti adalah dosis 4 gkgBB. Dikarenakan mempunyai persen
proteksi yang paling besar dibanding dengan dosis lainnya, dan juga mempunyai penurunan jumlah geliat lebih daripada 50 dibanding kelompok kontrol negatif.
Pada penelitian sebelumnya mengenai Efek Analgetik β-karoten pada
mencit putih betina Esvandiary, 2005 telah terbukti bahwa β-karoten
mempunyai efek analgesik. Kemampuan ini berkait dengan aktivitas β-karoten
sebagai anti oksidan. Beta karoten mampu menangkap oksigen reaktif dan radikal peroksil Paiva dan Russel, 1999 lalu menetralkannya, menghambat oksidasi
asam arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim Lipooksigenase Lieber dan Leo, 1999.
E. Perbandingan profil parasetamol dengan jus umbi wortel