21 dan untuk penutup luka dapat diambil dari daun segarnya guna mencegah terjadi
inflamasi.  Di  Cina  tanaman  Macaranga  ini  menjadi  tumbuhan  yang  komersil, karena dapat dijadikan sebagai produk minuman kesehatan Lim dkk., 2009.
6. Ekologi penyebaran dan budidaya
M.  tanarius
tersebar  luas,  dari  Kepulauan  Andaman  dan  Nicobar,  Indo- Cina,  Cina  Selatan,  Taiwan  dan  Kepulauan  Ryukyu,  seluruh  Malesia,  sampai  ke
Australia  Utara  dan  Timur  dan  Melanesia.  Jenis  ini  umum  dijumpai  di  daratan Asia Tenggara Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, dan pada banyak pulau
di  Malesia  yaitu  Sumatera,  Borneo,  Kepulauan  Sunda  Kecil,  Sulawesi,  Nugini, seluruh Kepulauan Filipina. Selain itu
M. tanarius
ditemukan di daerah bersemak di sepanjang Asia Selatan dan Timur, khususnya bagian Selatan Cina, Korea, dan
Okinawa, Jepang Anonim, 2010.
G. Metode Penyarian
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan  seperti  bunga,  buah,  daun,  kulit  batang  dan  akar  menggunakan  sistem
maserasi  dengan  menggunakan  pelarut  organik.  Maserasi  merupakan  cara penyarian  yang  sederhana  dengan  cara  merendam  serbuk  simplisia  dalam  cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi  antara  larutan  zat  aktif  di  dalam  dan  di  luar  sel,  maka  larutan  yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi secara berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel Anonim, 1986.
22 Ekstrak  merupakan  sediaan  pekat  yang  diperoleh  dengan  cara
mengekstraksi  zat  aktif  yang  berasal  dari  simplisia  nabati  atau  hewani  dengan menggunakan  pelarut  yang  sesuai,  kemudian  semua  atau  hampir  semua  pelarut
diuapkan  dan  massa  atau  serbuk  yang  tersisa  diperlakukan  sedemikian  rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Dirjen POM, 1995.
H. Landasan Teori
Kerusakan hati dapat menghasilkan nekrosis maupun sirosis pada sel-sel hati.  Pada  kerusakan  hati  ini  salah  satunya  dapat  diketahui  dari  adanya
peningkatan  aktivitas  enzim  tertentu  yang  dilepaskan  ke  dalam  darah.  Enzim tersebut  seperti  alanin  aminotransferase  ALT  dan  aspartat  aminotransaminase
AST  yang  menunjukkan  adanya  nekrosis  pada  sel  hati.  Peningkatan  aktivitas serum  enzim  tersebut  dapat  mencapai  10-100  kali  dari  normal  Zimmerman,
1999. Matsunami,  dkk  2006  melaporkan  adanya  senyawa  glikosida,  yaitu
macarangioside
A-C  dan
mallophenol
B  yang  diisolasi  dari  ekstrak  metanol  M. tanarius dan menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Adanya
senyawa  glikosida  yang  memiliki aktivitas  penangkapan radikal terhadap  DPPH, maka dilakukan pendekatan dalam penelitian ini dengan modifikasi pelarut.
Penelitian  yang  dilakukan  Yoder  2005  melaporkan  adanya  komponen prenylated stilbenes yaitu
Schweinfurthin E, Schweinfurthin F, Schweinfurthin G, Schweinfurthin  H  ,
dan
Vedelianin
serta  komponen  dihidroflavonoid  dan flavonoid  yaitu
Alnifoliol,  Bonanniol,  Diplacol,  Bonannione  A,
dan
Diplacone
23
nymphaeol A
dari ekstrak etanol buah
M. alnifolia
yang berfungsi sebagai agen sitotoksik.
Hasil  penelitian  Adrianto  2011  mengemukakan  bahwa  kandungan kimia  ekstrak  metanol-air  daun
M.  tanarius
yang  diduga  larut  dan  dapat memberikan  efek  hepatoprotektif  adalah  golongan  glikosida  dari  senyawa
didalamnya  yaitu
malofenol
B dan
macarangiosida
A. Kemungkinan mekanisme kerja  antioksidan  ini  dalam  memberikan  efek  hepatoprotektif  adalah  dengan
menghambat  oksidasi  parasetamol  menjadi  metabolit  reaktifnya  yaitu  NAPQI oleh  sitokrom  P-450.  Selain  sebagai  antioksidan,  kemungkinan  lain  senyawa
malofenol B dan macarangiosida A mampu meningkatkan jumlah enzim glutation Stransferase dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap metabolit
reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh. Adapun  penelitian  tentang  kemampuan  ekstrak  etanol  daun
M.  tanarius
L. terhadap tikus  jantan  yang terinduksi  karbon tetraklorida telah dilakukan oleh Rahmamurti 2012 menyebutkan bahwa pada ekstrak etanol-air daun
M. tanarius
memiliki  efek  hepatoprotektif  jangka  panjang  dengan  dosis  efektif  1280  mgKg BB. Kemudian studi ini dilanjutkan oleh Silli 2012 dengan menggunakan dosis
efektif  tersebut  secara  jangka  pendek  yaitu  pada  waktu  ½,  1,  2,  4,  dan  6  jam dengan  jangka  waktu  6  jam  sebagai  waktu  efektif  yang  memberikan  efek
hepatoprotektif paling baik. Dengan  selisih  kepolaran  yang  kecil  0,05  antara  metanol  dan  etanol
dimungkinkan  adanya  senyawa  yang  sama  yang  dapat  memberikan  efek hepatoprotektif pada penelitian ini, yaitu macarangiosida A-C dan malofenol B.
24 Adanya  kemiripan  antara  kandungan  senyawa  flavonoid  dalam
M. tanarius
yang  mempunyai  aktivitas  antioksidan  dan  kandungan  flavonoid  dalam
M. alnifolia
yang memiliki kemampuan sebagai agen sitotoksik, yaitu
nymphaeol A
.  kemampuan  penangkapan  radikal  bebas  oleh  senyawa  ini  dimungkinkan dilakukan dalam jangka waktu 6 jam.
I. Hipotesis
Ekstrak  etanol  daun
Macaranga  tanarius
L.  memiliki  efek hepatoprotektif jangka pendek jangka waktu jam ke-6 pada tikus jantan terinduksi
karbontetraklorida. Hal ini dapat diketahui dari adanya penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus jantan.
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian  ini  termasuk  jenis  penelitian  eksperimental  murni  dimana dilakukan perlakuan terhadap sejumlah variabel penelitian. Rancangan penelitian
ini termasuk rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Variasi  dosis  pemberian  ekstrak  etanol  daun
M.  tanarius
jangka  waktu tertentu pada tikus jantan terinduksi karbontetraklorida.
b. Variabel tergantung
Efek  hepatoprotektif  jangka  pendek  ekstrak  etanol  daun
M.  tanarius
terhadap  sel  hati  tikus  yang  terinduksi  karbontetraklorida,  dengan  tolak ukur kuantitatif berdasarkan penurunan aktivitas serum ALT dan AST.
c. Variabel pengacau terkendali
Variabel  pengacau  yang  harus  dikendalikan  yaitu:  hewan  uji  tikus  jantan galur  Wistar,  umur  2-3  bulan,  berat  badan  150-250  gram,  jenis  makanan
dan pemberian secara oral.
26 d.
Variabel pengacau tidak terkendali Variabel pengacau yang tidak dapat dikendalikan adalah kondisi patologis
tikus.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak  daun
M.  tanarius
adalah  ekstrak  kental  yang  diperoleh  dengan mengekstraksi  serbuk  kering  daun
M.  tanarius
seberat  10,0  gram  yang dilarutkan  dalam  100  ml  pelarut  etanol  50  secara  maserasi  selama  72
jam, dengan putaran 140 rpm. Kemudian disaring dengan kertas saring dan diuapkan  di  oven  selama  72  jam  pada  suhu  50
C,  hingga  bobot pengeringan tetap dengan susut pengeringan sebesar 0.
b. Efek  hepatoprotektif  ekstrak  etanol  adalah  kemampuan  ekstrak  etanol
daun
M. tanarius.
Dosis tertentu melindungi hati dari hepatotoksin. c.
Jangka waktu 6 jam,  yaitu penelitian ini dilakukan dalam  selang waktu  6 jam,  hasil  ini  diperoleh  sebagai  waktu  efektif  dari  penelitian  efek
hepatoprotektif  ekstrak  etanol  jangka  pendek  pada  tikus  jantan  terinduksi karbon tetraklorida.
C. Bahan Penelitian