42
Gambar 8. Diagram batang aktivitas serum AST tikus praperlakuan ekstrak etanol daun
M. tanarius
pada berbagai variasi dosis
Keterangan : 1 = Kelompok kontrol hepatotoksin ; 2 = Kelompok kontrol negatif ; 3 = Kelompok kontrol perlakuan dosis 3840 mgKg BB ; 4 = Kelompok praperlakuan dosis 3840 mgKg BB ; 5 =
Kelompok praperlakuan dosis 1280 mgKg BB ; 6 = Kelompok praperlakuan dosis 426 mgKg
Tabel 5. Hasil statistik jangka waktu 6 jam ekstrak etanol daun
M. Tanarius
dlihat dari aktivitas serum ALT pada berbagai variasi dosis terhadap hepatoksisitas karbontetraklorida
Kel I
II III
IV V
VI I
- BB
BB BB
BB BB
II BB
- BTB
BB BTB
BTB III
BB BTB
- BB
BTB BB
IV BB
BB BB
- BB
BB V
BB BTB
BTB BB
- BTB
VI BB
BTB BB
BB BTB
-
Keterangan : I
: Kelompok kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB II
: Kelompok kontrol negatif olive oil dosis 2 mlKg BB III
: Kelompok kontrol perlakuan EEDM 6 jam dosis 3840 mgKg BB IV
: Kelompok praperlakuan EEDM dosis 3840 mgKg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB
V : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 1280 mgKg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis
2 mlKg BB VI
: Kelompok praperlakuan EEDM dosis 426 mgKg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB
EEDM = ekstrak etanol daun M. tanarius ; BB = berbeda bermakna p 0,05 ; BTB = tidak berbeda bermakna p0,05
43
Tabel 6. Hasil statistik jangka waktu 6 jam ekstrak etanol daun
M. Tanarius
dlihat dari aktivitas serum AST pada berbagai variasi dosis terhadap hepatoksisitas karbontetraklorida
Kel I
II III
IV V
VI I
- BB
BB BTB
BB BB
II BB
- BB
BB BTB
BB III
BB BB
- BB
BB BB
IV BB
BB BB
- BB
BTB V
BB BTB
BB BB
- BB
VI BB
BB BB
BTB BB
- Keterangan :
I : Kelompok kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB
II : Kelompok kontrol negatif olive oil dosis 2 mlKg BB
III : Kelompok kontrol perlakuan EEDM 6 jam dosis 3840 mgKg BB
IV : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 3840 mgKg BB 6 jam +
karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB V
: Kelompok praperlakuan EEDM dosis 1280 mgKg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB
VI : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 426 mgKg BB 6 jam +
karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB EEDM = ekstrak etanol daun
M. tanarius
; BB = berbeda bermakna p 0,05 ; BTB = tidak berbeda bermakna p0,05
1.
Kontrol negatif Olive Oil dosis 2 mlKg BB
Kontrol negatif dibuat bertujuan untuk mengetahui pelarut memiliki efek hepatoprotektif atau tidak, memastikan peningkatan aktivitas ALT dan
AST-serum akibat
pemberian hepatotoksin
karbontetraklorida dan
memastikan bahwa efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi hepatotoksin karbontetraklorida akibat pemberian ekstrak etanol daun
M. tanarius.
44 Berikut merupakan hasil orientasi waktu pencuplikan darah hewan uji
yang disajikan dalam tabel:
Tabel 7. Aktivitas serum ALT dan perbandingan antar waktu pencuplikan darah hewan uji pada olive oil dosis 2 mlKg BB
Waktu pencuplikan
jam Purata aktivitas
serum ALT ± SE UL
Kebermaknaan terhadap 0 jam
24 jam 0 jam
90,2 ± 4,9 -
BTB 24 jam
82,2 ± 2,7 BTB
- Keterangan: BB = berbeda bermakna ; BTB = berbeda tidak
bermakna p0,05 ; SE = Standar error
Tabel 8. Aktivitas serum AST dan perbandingan antar waktu pencuplikan darah hewan uji pada olive oil dosis 2 mlKg BB
Waktu pencuplikan
jam Purata aktivitas
serum AST ± SE UL
Kebermaknaan terhadap 0 jam
24 jam 0 jam
122,8 ± 5,7 -
BTB 24 jam
118,6 ± 5,1 BTB
- Keterangan: BB = berbeda bermakna ; BTB = berbeda tidak
bermakna p0,05 ; SE = Standar error
Aktivitas ALT-serum kontrol
olive oil
pada jam ke-0 sebesar 90,2 ± 4,9 UL, sedangkan aktivitas ALT-serum pada jam ke-24 sebesar 82,2 ± 2,7
UL. Nilai ALT ini yang akan dijadikan patokan nilai normal serum ALT untuk penelitian ini selanjutnya. Sebagai data pendukung, dilakukan juga
pengukuran terhadap aktivitas AST-serum pada jam ke-0 sebesar 122,8 ± 5,7 UL sedangkan aktivitas AST-serum pada jam ke-24 sebesar 118,6 ± 5,1 UL,
data ini juga digunakan sebagai patokan nilai normal serum AST untuk penelitian ini selanjutnya. Jika dibandingkan dengan aktivitas serum ALT dan
45 AST kontrol negatif pada jam ke-0, kedua data tersebut menunjukkan hasil
berbeda tidak bermakna p0,05. Pada kontrol hepatotoksin, kedua data tersebut menunjukkan hasil berbeda bermakna p0,05. Hal ini dapat
disebabkan karena sebagian besar enzim aspartate tidak spesifik berada di dalam hati, melainkan berada dalam otot rangka, jantung, hati, serta tersebar
ke seluruh jaringan sehingga belum dapat digunakan sebagai patokan kerusakan hati. Selain itu, kombinasi dari kedua enzim tersebut lebih sensitif
dibandingkan dengan
enzim dehidrogenase
lainnya seperti
laktat dehidrogenase, glutamate dehidrogenase, isositrat dehidrogenase, dan malat
dehidrogenase dalam menunjukkan adanya kerusakan sel hati pada tikus jantan yang terinduksi hepatotoksin karbontetraklorida.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlKg BB
Kontrol hepatotoksin bertujuan untuk mengetahui pengaruh induksi karbontetraklorida 2 mlKg BB terhadap sel hati tikus sekaligus sebagai
patokan dalam menganalisa efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun
M. tanarius.
Aktivitas serum ALT kontrol hepatotoksin karbontetraklorida 2 mlKg BB kelompok I sebesar 246,4 ± 17,0 UL sedangkan aktivitas serum
AST kontrol hepatotoksin karbontetraklorida 2 mlKg BB kelompok I sebesar 596,2 ± 25,3 UL.
Bila dibandingkan dengan aktivitas serum ALT kontrol negatif olive oil sebesar 82,2 ± 2,7 UL maka terlihat adanya kenaikan aktivitas ALT-serum
46 lebih kurang 2,99 kalinya sedangkan presentase perbedaan sebesar 199,8
dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada serum AST bila dibandingkan dengan aktivitas serum AST
kontrol negatif
olive oil
sebesar 118,6 ± 5,1 UL maka terlihat adanya kenaikan aktivitas AST-serum lebih kurang 5,03 kalinya sedangkan presentase
perbedaan sebesar 402,7 dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil analisis statistik baik aktivitas serum ALT maupun aktivitas
serum AST kontrol hepatotoksin karbontetraklorida berbeda bermakna p0,05 dengan kontrol negatif olive oil. Aktivitas AST-serum menunjukkan
kenaikan yang lebih tinggi daripada aktivitas ALT-serum karena pada aktivitas AST-serum tidak hanya melibatkan sel hati sehingga yang menjadi
patokan terutama adalah nilai aktivitas ALT-serum. Kenaikan aktivitas ALT- serum cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan telah terjadi kerusakan pada
hati dengan adanya kenaikan tersebut. Kenaikan dari serum ALT dan AST menegaskan bahwa karbontetraklorida dosis 2 mlKg BB memberikan efek
hepatotoksik pada tikus jantan.
3. Kontrol ekstrak etanol daun
M. tanarius