11
B. Kerusakan Hati
Kerusakan sel hati akut umumnya diakibatkan nekrosis sel hati yang luas dan akut yang dapat disebabkan oleh virus hepatitis, obat dan bahan kimia yang
toksik. Kerusakan hati akut dapat digolongkan menjadi
jaundice
kuning, hipoglikemia, kecenderungan untuk perdarahan yang disebabkan kegagalan
sintesis faktor pembeku darah dalam hati, gangguan elektrolit dan asam basa, hepatik ensefalopati, sindrom hepatorenal, dan kenaikkan serum enzim yang
berhubungan dengan kasus nekrosis sel hati. Kerusakan sel hati akut memiliki angka kematian yang tinggi Chandrasoma and Taylor, 1995.
Kerusakan sel hati kronis biasanya diakibatkan oleh sirosis, yang berkaitan dengan nekrosis sel hati, fibrosis, dan regenerasi nodular. Efek dari
kerusakan hati kronis, yaitu penurunan sintesis albumin, menyebabkan rendahnya serum albumin, edema, dan ascites, penurunan protrombin dan faktor VII, IX, dan
X yang menimbulkan perdarahan. Hipertensi portal, hepatik ensefalopati, sindrom hepatorenal, dan perubahan endokrin yang disebabkan kesalahan metabolisme
hormon, dan hepatikus
fetor
Chandrasoma and Taylor, 1995.
C. Hepatotoksin
Hepatotoksin merupakan zat yang mempunyai efek toksik pada hati dengan dosis berlebih atau diberikan dalam jangka waktu lama sehingga dapat
menimbulkan kerusakan
hepar akut,
subkronik, maupun
kronik Zimmerman,1999.
12 Obat atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Hepatotoksin teramalkan intrinsik Merupakan obat atau senyawa kimia yang pada dasarnya mempunyai
sifat toksik terhadap sel hati. Contoh hepatotoksin teramalkan yang dapat menimbulkan kerusakan nekrosis hepatoseluler adalah racun jamur
Amanita phalloides
, aflatoksin, karbontetraklorida, kloroform, parasetamol, dan lain sebagainya Chandrasoma dan Taylor, 1995. Prosesnya dikenal sebagai
toksisitas-intrinsik, dan aksinya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, maksudnya obat induk atau bentuk metabolitnya langsung
berikatan dengan komponen membran sel dan merusak sel hati beserta seluruh organelnya, seperti ditunjukkan oleh CCl
4
dan parasetamol. Secara tidak langsung, maksudnya obat induk atau bentuk metabolitnya dalam menimbulkan
luka hepatik dengan cara mengganggu jalur metabolik-khas misalnya tetrasiklin, atau mengganggu jalur ekskresi hepatik misalnya rifampisin Donatus,1992.
Kerusakan yang ditimbulkan bergantung dosis dan dapat dicobakan pada hewan uji dan menyebabkan lesi yang mirip pada manusia Zimmerman,1999.
2. Hepatotoksin tak teramalkan idiosinkratik
Senyawa yang termasuk golongan ini yaitu senyawa yang mempunyai sifat tidak toksik pada hati, akan tetapi dapat menyebabkan penyakit hati pada
individu yang hipersensitif terhadap senyawa tersebut yang diperantarai oleh mekanisme alergi misalnya sulfonamid, halotan atau karena keabnormalan
metabolik menuju penumpukan metabolit toksik misalnya iproniazid, isoniazid
13 Zimmerman, 1999 ; Donatus, 1992. Kerusakan hati yang ditimbulkan oleh
hepatotoksin golongan ini
tidak dapat diperkirakan dan tidak tergantung pada dosis Donatus, 1992.
Hepatotoksin terramalkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni : 1 hepatotoksin kerja langsung ; 2 hepatotoksin kerja tak langsung. Hepatotoksin
kerja langsung meliputi zat beracun zat induk atau metabolitnya yang mampu menimbulkan luka secara langsung pada membran plasma, retikuloendoplasma,
dan organel lain hepatosit. Prototipenya adalah karbon tetraklorida. Sedangkan hepatotoksin kerja tak langsung meliputi zat beracun yang menimbulkan luka
dengan cara mengganggu jalur atau proses metabolic yang khas, yang mengakibatkan kerusakan atau kekacauan struktur sel hati. Prototipenya etionin
dan galaktosamina Zimmerman, 1999.
D. Karbon Tetraklorida CCl