Sehingga angka kelelahan mata akan tetap berawal dari 0 dan akan berada di angka 19 sebagai nilai kelelahan mata yang dianggap wajar.
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, pengukuran pertama dilakukan sebelum pekerja sortir mulai bekerja pada jam 6 sampai jam 7
pagi. Pengukuran kedua sebelum istirahat makan siang pada jam 11 sampai jam 12 kemudian pengukuran ketiga dilakukan pada saat pekerja
selesai istirahat makan siang pada jam 12.30 sampai jam 13.30. Hasil pengukuran akan dituliskan berdasarkan hasil yang didapati pada
saat pekerja menggunakan flicker fusion. Berupa angka yang didapati pada alat pada saat pekerja sortir menekan tombol stop. Angka tersebut adalah
angka dimana pekerja sortir sudah tidak mampu lagi melihat cahaya berkedip pada besar cahaya yang terdapat di alat.
3.7 Teknik Analisa Data
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran terhadap para pekerja akan diolah dan disajikan ke dalam tabel dan
diagram. Kemudian data akan diolah dan dianalisa secara statistik deskriptif untuk menjelaskan kelelahan mata yang dialami oleh pekerja
bagian sortir berdasarkan umur, masa kerja, riwayat penyakit mata dan cara kerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum PTP Nusantara II
4.1.1. Sejarah PTP Nusantara II
Pada tahun 1869 PT. Perkebunan Nusantara II dikelola oleh Pemerintah Belanda dengan nama perusahaan Deli Maatschappij. Pada masa sebelum
kemerdekaan Indonesia perusahaan Deli Maatschappij ini menjadi kekuasaan Belanda sepenuhnya, dan merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan milik PT.
Perusahaan Nusantara II. Pada tahun 1910 perusahaan ini berganti nama menjadi NV.VDM Verenidg
Deli Maatschappijen. Sejak kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, maka semua usaha-usaha yang dikelola oleh Belanda dialihkan menjadi milik Pemerintahan
Indonesia termasuk diantaranya adalah Perusahaan Perkebunan. Kemudian pada tahun 1958, Pemerintahan Republik Indonesia mengambil alih NV. VDM dan
berganti nama menjadi PPN. BARU Pusat Perkebunan Negara Baru. Perusahaan ini menyebar di berbagai wilayah nusantara maka tahun 1960
PPN. BARU berubah menjadi PPN Cabang Sumatera Utara Unit Sumut-1, hanya dengan waktu berselang setahun yaitu pada tahun 1961. PPN Cabang Unit Sumut -1
berubah menjadi PPN Sumut-1 yang dikhususkan memproduksi tembakau. Akibat dari meningkatnya penjualan tembakau di pasar loal maupun luar negeri serta daun
Universitas Sumatera Utara
tembakau yang dihasilkan berkualitas, pada tahun 1963 PPN Sumut-1 berubah lagi menjadi PPN Tembakau Deli-II. Lima tahun kemudian PPN Tembakau Deli-II
berubah nama menjadi PNP IX. Pada tahun 1971 pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Pemerintahan
RI Nomor 5KTPUM1974PNPIX yang isinya adalah perubahan nama dari PNP IX berubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara II. Dan nama inilah yang dipakai sampai
sekarang. PTPN II Klambir V memiliki 3 jenis komoditi yaitu: Tembakau, Tebu, dan Kelapa Sawit. Pada pengolahan tembakau dilakukan pada gudang pengolahan yaitu
dari daun hijau daun tembakau hasil kebun sendiri diolah menjadi daun tembakau kering setelah proses pemeraman. Produk hasil jadi dari tembakau pada PTPN II
Kebun Klambir V adalah daun tembakau kering. Produk hasil tembakau PTPN II Kebun Klambir V diekspor ke luar negeri
yaitu Jerman dan Amerika Serikat AS. Luas HGU Hak Guna Usaha PTPN II Kebun Klambir V adalah: 2.050.47 Ha. PTPN II Kebun Klambir V mempunyai
struktur organisasi garis terlampir.
4.1.2. Proses Produksi PTP Nusantara II
Proses produksi tembakau dari mulai pembibitan sampai menjadi daun tembakau kering melewati beberapa tahap. Berawal dari proses penanaman, yang di
mulai dari penyemaian benih selama 25 hari, kemudian disiapkan media tanaman yang terdiri dari campuran tanah, pupuk, kompos, pasir dan bahan-bahan lainnya.
Kemudian campuran tersebut dipanaskan pada suhu 100°C. Setelah itu media tanaman dimasukkan kedalam plat-plat pembibitan. Setelah 40 hari tanaman
tembakau siap dipindahkan kekebun tembakau.
Universitas Sumatera Utara
Proses pemeliharan tanaman tembakau membutuhkan perawatan berupa berupa pemberian pupuk agar tanaman tembakaunya dapat tumbuh subur
dan juga gunanya untuk memberantas hama atau gulma yang dapat merusak daun tembakau
tersebut. Seluruh proses pemeliharaan tanaman ini hingga pengutipan daun tembakau akan menghabiskan waktu 40 hari.
Setelah umur tembakau cukup untuk dipanen maka dilakukan pemetikan daun tembakau. Daun yang telah dipanen tersebut kemudian akan diangkut ke bangsal
pengeringan. Pada saat panen, tidak semuanya daun tembakau yang akan dipetik. Ada dua tingkatan daun yang akan dipetik, biasanya daun bagian bawah terlebih dahulu
lalu setelah beberapa hari kemudian baru daun bagian atas yang akan dipetik. Tujuh daun keatas disebut dengan daun kaki ½, sedangkan lima daun ke bawah disebut
dengan daun pasir. Proses pengeringan untuk daun pasir Z waktu yang dibutuhkan dalam
pengeringan adalah 19-22 hari. Sedangkan untuk daun kaki ½ adalah 20-22 hari. Dalam proses pengeringan, daun hijau tembakau tidak dikeringkan di bawah sinar
matahari langsung tetapi di dalam ruangan tertutup dengan menggunakan asap hasil pembakaran batu bara.
Daun tembakau yang telah kering, diangkut dari bangsal pengeringan ke gudang pensortiran. Selama tembakau berada digudang pensortiran suhu atau
temperatur ruangan sangat dijaga, sebab suhu yang tidak stabil mengakibatkan kerusakan pada daun tembakau tersebut. Juga dilakukan pengelompokan yang terdiri
dari daun tembakau lelang breman, non lelang breman, dan daun gruis. Pengelompokan tembakau ini sangat membutuhkan ketelitian. Setelah daun tembakau
Universitas Sumatera Utara
dikelompokkan, kemudian dilakukan proses fermentasi agar daun tembakau tersebut layu dan tahan lama. Suhu yang dibutuhkan pada proses ini antara 45-50°C.
Di dalam gudang ini juga dilakukan pensortiran daun tembakau sesuai dengan jenis, warna, juga tidak terdapat lagi daun yang koyak atau robek. Daun tembakau
diikat di mana setiap ikatan terdiri dari 40 lembar. Kemudian baru dilakukan pengepakan dan setelah berjumlah 150 pak dilakukan pengebalan dan tidak lupa
mencap setiap satu bal tembakau. Maka proses selesai tembakau siap untuk diekspor. Perbedaan ketiga jenis produk jadi terdapat pada tekstur daun tembakau. Untuk
menilai tembakau yang berkualitas dilihat dari sisi ketebalan, kelenturan dan warna tembakau. Produksi tembakau Kebun Klambir V sebagian besar diekspor ke Jerman,
olah karenanya sebutan tembakau hasil jadi kebun ini adalah Lelang Breman. Tembakau produksi Kebun Klambir V merupakan salah satu produk Indonesia yang
sudah dikenal di pasar Internasional karena kualitasnya yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah tahap-tahap proses tembakau mulai dari pembibitan sampai diekspor dapat dilihat pada gambar 5:
Sumber : Profil PTPN II Gambar 5. Proses tembakau dari pembibitan sampai ekspor
Pembibitan ± 40 Hari
Penanaman ± 70 Hari
Pemetikan
Sortasi = 3-4 bulan 8 jam hari
Stapel D = 30 Hari Stapel C = 21 Hari
Stapel B = 12 Hari Stapel A = 8 Hari
Saring Ikat Kasar Pengeringan 22 Hari
Saring dan Uji Lab.
Packing Ekspor
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Cara Kerja Pekerja Sortir
Adapun tahapan-tahapan cara kerja yang dilakukan oleh pekerja sortir dalam melakukan kegiatan sortir setiap harinya adalah sebagai berikut:
Gambar 6. Cara Kerja Pekerja Sortir Pada umumnya pekerja sortir akan mengambil daun tembakau dalam jumlah
yang banyak, sehingga di waktu-waktu berikutnya selama satu hari kerja, pekerja sortir hanya akan berada di meja sortirnya masing-masing. Kecuali pada jam istirahat
biasanya baru para pekerja sortir meninggalkan meja sortirnya. Sehingga dapat dipastikan bahwasanya para pekerja sortir akan monoton memperhatikan daun-daun
tembakau yang ada di hadapannya, sehingga mata para pekerja sangat mungkin untuk mengalami kelelahan mata.
Mengambil tumpukan daun
Letakkan tumpukan daun di dekat meja pekerja
Pemisahan daun berdasarkan warna dan
kualitas daun
Hasil daun tembakau yang disortir terbagi atas 3, yaitu:
1. Daun minyak 2. Daun berwarna merah
3. Daun berwarna coklat
Universitas Sumatera Utara
4.2. Kelelahan Mata Pekerja Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V
PTPN II
Kelelahan mata pada pekerja sortir sebenarnya adalah hal yang harus diperhatikan, karena pekerja sortir sangat bergantung pada matanya sebagai organ
yang dilakukan dengan terus-menerus. Dari cara kerja pekerja sortir maka dapat dipastikan pekerja sortir tersebut mengalami kelelahan mata, sehingga akan dilakukan
pengukuran terhadap pekerja sortir sebagai pembuktian adanya kelelahan mata. Distribusi pekerja sortir berdasarkan kelelahan mata di Kebun Klambir V
PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Sortir di Kebun Klambir V PTPN II Berdasarkan Kelelahan Mata Pada Tahun 2011
No Waktu
Dilakukannya Pengukuran
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
N n
n
1 Sebelum kerja
06.00 sd 07.00 17
51,51 16
48,49 33
100,00
2 Sebelum istirahat
makan siang 11.00 sd 12.00
33 100,00
0,00 33
100,00
3 Sesudah istirahat
makan siang 12.30 sd 13.30
30 90,91
3 9,09
33 100,00
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 33 orang pekerja sortir yang mengalami kelelahan mata sebelum kerja sebanyak 17 orang 51,51, pekerja
sortir yang mengalami kelelahan mata sebelum istirahat makan siang sebanyak 33
Universitas Sumatera Utara
orang 100,00 dan pekerja sortir yang mengalami kelelahan mata setelah istirahat makan siang sebanyak 30 orang 90,91.
4.3. Kelelahan Mata Berdasarkan Karakteristik Pekerja Sortir Daun
Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II 4.3.1. Kelelahan Mata Berdasarkan Umur
Umur pekerja sortir berkisar antara 31-45 tahun, oleh karena itu untuk melihat apakah akan ada perbedaan kelelahan mata yang dialami
seseorang berdasarkan usianya, maka akan dilihat juga pengukuran kelelahan mata terhadap pekerja berdasarkan umurnya.
Distribusi umur pekerja sortir di Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Pekerja Sortir di Kebun Klambir V PTPN II
Berdasarkan Umur Pada Tahun 2011
No Umur
Jumlah n Persentase
1 31-35
7 21,22
2 36-40
13 39,39
3 41-45
13 39,39
Jumlah 33
100,00
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir berada pada kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 13 orang 39,39 dan pada
kelompok umur 41-45 tahun sebanyak 13 orang 39,39. Frekuensi terkecil pekerja sortir berada pada kelompok umur 31-35 tahun sebanyak 7 orang 21,22.
Distribusi pekerja sortir berdasarkan umur dan kelelahan mata pada saat sebelum kerja, sebelum istirahat makan siang dan setelah istirahat makan siang di
Universitas Sumatera Utara
Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.3, tabel 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.3. Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Umur Pada Pekerja
Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Sebelum Kerja Pada Tahun 2011
No Umur
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n n
N
1 31-35
5 15,15
4 12,13
9 27,28
2 36-40
7 21,21
5 15,15
12 36,36
3 41-45
5 15,15
7 21,21
12 36,36
Jumlah 17
51,51 16
48,49 33
100,00 Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir
yang mengalami kelelahan mata sebelum mulai bekerja adalah pekerja yang berumur 36-40 tahun sebanyak 7 orang 21,21 dan frekuensi terkecil berada pada pekerja
yang berumur 31-35 tahun sebanyak 5 orang 15,15 dan pada pekerja yang berumur 41-45 tahun yaitu sebanyak 5 orang 15,15.
Tabel 4.4. Kelelahan Mata Berdasarkan Umur Pada Pekerja Sortir Daun
Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Sebelum Istirahat Makan Siang Pada Tahun 2011
No Umur
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n n
N
1 31-35
9 27,28
0,00 9
27,28 2
36-40 12
36,36 0,00
12 36,36
3 41-45
12 36,36
0,00 12
36,36
Jumlah
33 100,00
0,00 33
100,00 Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir
yang mengalami kelelahan mata sebelum istirahat makan siang adalah pekerja yang berumur 36-40 tahun sebanyak 12 orang 36,36 dan pada pekerja yang berumur
Universitas Sumatera Utara
41-45 tahun sebanyak 12 orang 36,36 sedangkan frekuensi terkecil berada pada pekerja yang berumur 31-35 tahun sebanyak 9 orang 27,28.
Tabel 4.5. Kelelahan Mata Berdasarkan Umur Pada Pekerja Sortir Daun
Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Setelah Istirahat Makan Siang Pada Tahun 2011
No Umur
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n n
N
1 31-35
9 27,28
0,00 9
27,28 2
36-40 10
30,30 2
6,06 12
36,36 3
41-45 11
33,33 1
3,03 12
36,36
Jumlah
30 90,91
3 9,09
33 100,00
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir yang mengalami kelelahan mata setelah istirahat makan siang adalah pekerja yang
berumur 41-45 tahun sebanyak 11 orang 33,33 dan frekuensi terkecil berada pada pekerja yang berumur 31-35 tahun sebanyak 9 orang 27,28.
4.3.2. Kelelahan Mata Berdasarkan Masa Kerja
Pekerja sortir memiliki masa kerja yang berbeda-beda, ada yang masih baru mulai bekerja sebagai pekerja sortir ada juga yang sudah bekerja sebagai penyortir
daun tembakau selama hampir 20 tahun. Maka akan dilakukan dilihat juga apakah kelelahan mata pada pekerja sortir berpengaruh jika dilihat berdasarkan masa
kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi masa kerja pekerja sortir di Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.6. Distribusi Pekerja Sortir di Kebun Klambir V PTPN II
Berdasarkan Masa Kerja Pada Tahun 2011
No Masa Kerja tahun
Jumlah n Persentase
1 1-5
17 51,51
2 6-10
7 21,22
3 11-15
6 18,18
4 16-20
3 9,09
Jumlah 33
100,00
Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir bekerja dengan masa kerja 1-5 tahun sebanyak 17 orang 51,51 dan frekuensi
terkecil telah bekerja dengan masa kerja 16-20 tahun sebanyak 3 orang 9,10. Dari tabel ini dapat diketahui berapa lama para pekerja sortir sudah bekerja di pabrik
PTPN II Klambir V. Distribusi pekerja sortir berdasarkan masa kerja dan kelelahan mata pada saat
sebelum kerja, sebelum istirahat makan siang dan setelah istirahat makan siang di Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.7, tabel 4.8 dan
tabel 4.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Masa Kerja Pada
Pekerja Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Sebelum Kerja Pada Tahun 2011
No Masa Kerja
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n N
n
1 1-5
10 30,30
7 21,21
17 51,51
2 6-10
1 3,03
6 18,18
7 21,21
3 11-15
4 12,13
2 6,06
6 18,18
4 16-20
2 6,06
1 3,03
3 9,09
Jumlah 17
51,52 16
48,48 33
100,00 Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir
yang mengalami kelelahan mata sebelum mulai bekerja adalah pekerja yang dalam masa kerja 1-5 tahun sebanyak 10 orang 30,30 dan frekuensi terkecil berada pada
masa kerja 6-10 tahun sebanyak 1 orang 3,03.
Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Masa Kerja Pada
Pekerja Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Sebelum Istirahat Makan Siang Pada Tahun 2011
No Masa Kerja
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n N
n
1 1-5
17 51,52
17 51,52
2 6-10
7 21,21
7 21,21
3 11-15
6 18,18
6 18,18
4 16-20
3 9,09
3 9,09
Jumlah 33
100,00 33
100,00 Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir
yang mengalami kelelahan mata sebelum istirahat makan siang adalah pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
dalam masa kerja 1-5 tahun sebanyak 17 orang 51,52 dan frekuensi terkecil berada pada masa kerja 16-20 tahun sebanyak 3 orang 9,09.
Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Masa Kerja Pada
Pekerja Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Sesudah Istirahat Makan Siang Pada Tahun 2011
No Masa Kerja
Kelelahan Mata Jumlah
Ya Tidak
n N
n
1 1-5
16 48,49
1 3,03
17 51,52
2 6-10
6 18,18
1 3,03
7 21,21
3 11-15
5 15,15
1 3,03
6 18,18
4 16-20
3 9,09
3 9,09
Jumlah 30
90,91 3
9,09 33
100,00 Berdasarkan tabel 4.9. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pekerja sortir
yang mengalami kelelahan mata setelah istirahat makan siang adalah pekerja yang dalam masa kerja 1-5 tahun sebanyak 16 orang 46,49 dan frekuensi terkecil
berada pada masa kerja 16-20 tahun sebanyak 3 orang 9,09.
4.3.3. Kelelahan Mata Berdasarkan Riwayat Penyakit Mata
Pekerja sortir memang tidak mendapatkan pemeriksaan khusus dari pihak perusahaan terkait dengan kesehatan mata mereka, namun para pekerja tersebut
memiliki inisiatif sendiri untuk memeriksakan matanya ketika merasa matanya mengalami gangguan. Maka akan dilihat hasil pengukuran kelelahan mata terhadap
pekerja sortir yang mengalami gangguan penyakit mata, apakah dengan adanya penyakit mata tersebut pekerja akan menjadi lebih rentan mengalami gangguan
kelelahan mata.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi riwayat penyakit mata pekerja sortir di Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Pekerja Sortir di Kebun Klambir V PTPN II Berdasarkan Riwayat Penyakit Mata Pada Tahun 2011
No Penyakit mata
Riwayat penyakit mata pada pekerja
Jumlah Ya
Tidak N
n n
1 Katarak
0,00 33
100,00 33
100,00 2
Hipermetropi rabun dekat
1 3,03
32 96,97
33 100,00
3 Miopi rabun
jauh 0,00
33 100,00
33 100,00
Berdasarkan tabel 4.10. dapat diketahui bahwa dari 33 orang pekerja sortir yang mengalami riwayat penyakit mata hipermetropi rabun dekat sebanyak 1 orang
3,03 dan pekerja sortir yang tidak mengalami riwayat penyakit mata sebanyak 32 orang 96,97.
Distribusi pekerja sortir berdasarkan riwayat penyakit mata dan kelelahan mata pada saat sebelum kerja, sebelum istirahat makan siang dan setelah istirahat
makan siang di Kebun Klambir V PTPN II pada tahun 2011 dapat diketahui bahwa dari 33 orang pekerja sortir yang memiliki riwayat penyakit mata hipermetropi rabun
dekat dan mengalami kelelahan mata sebanyak 1 orang 3,03 dan pekerja sortir yang tidak mengalami riwayat penyakit mata apapun adalah sebanyak 32 orang
96,97.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Kelelahan Mata Berdasarkan Cara Kerja
Pekerja sortir bekerja selama 8 jam setiap harinya. Pekerja sortir memiliki jam kerja dan posisi kerja yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga
dapat dilihat kelelahan mata pekerja sortir secara bersamaan. Pengukuran kelelahan mata pekerja diukur sebanyak 3 kali dalam satu hari setiap orangnya. Pada pagi hari
sebelum pekerja mulai bekerja, siang hari sebelum pekerja istirahat makan siang, dan yang terakhir setelah pekerjan selesai istrahat makan siang dengan alasan pekerja
sudah mengistirahatkan matanya tanpa melihat daun tembakau selama lebih kurang satu jam.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap mata pekerja menggunakan flicker fusion diketahui bahwasanya sebelum mulai bekerja lebih dari setengah pekerja sortir
sudah mengalami gangguan kelelahan mata. Lalu setelah pekerja melakukan pekerjaannya selama lebih kurang 4 jam maka didapati keseluruhan dari pekerja sortir
positif mengalami kelelahan mata. Kemudian pada pengukuran yang ketiga yaitu pada saat pekerja telah beristirahat, hanya 3 orang dari 33 orang pekerja sortir yang
mengalami perbaikan kondisi mata menjadi tidak lelah. Cara kerja yang dilakukan oleh pekerja sortir mulai dari mengambil daun
sampai melakukan pemilahan terhadap warna dan kualitas daun memang tidak dilakukan secara bersamaan. Tergantung dari pekerja secara perorangan, jika daun
tembakau di meja pekerja sudah selesai disortir semua, maka pekerja akan kembali
Universitas Sumatera Utara
mengambil daun-daun tembakau lain yang kemudian akan kembali disortir oleh mereka di mejanya masing-masing.
Pekerjaan menyortir daun tembakau sangat penuh dengan ketelitian karena bukan hanya memperhatikan kualitas dan warna pada daun. Pekerja sortir juga tidak
boleh salah meletakkan daun tembakau yang telah dilihatnya, pekerja sortir harus cermat memperhatikan daun yang dilihatnya lalu kemudian setelah menentukan daun
tembakau tersebut memiliki kualitas dan warna apa, mereka akan meletakkan daun ke tumpukan daun yang ada didepannya. Dimana daun-daun yang bertumpuk
didepannya terbagi menjadi beberapa tumpukan dengan kualitas dan warna yang berbeda antara tumpukan yang satu dengan yang lainnya. Daun-daun yang sudah
berada didepannya adalah daun-daun tembakau yang sudah disortir sebelumnya. Dengan begitu mata pekerja sortir juga harus selalu berhati-hati memilih tempat
pengelompokan daun yang ada didepannya. Dengan cara kerja yang melelahkan terhadap mata pekerja sortir ini
ditemukan bahwasanya, kebanyakan pekerja mulai merasakan matanya lelah sekitar jam 10 pagi. Ini adalah efek dari kerja sortir yang terlalu menggunakan kekuatan
mata. Namun meskipun pekerja sudah mulai merasa matanya lelah pekerja sortir tersebut tetap saja bekerja, bahkan pada saat jam istirhat tiba juga belum tentu semua
pekerja tersebut mau meninggalkan pekerjaannya tanpa menghiraukan kelelahan mata yang dialaminya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kelelahan Mata Pada Pekerja Sortir di Kebun Klambir V PTPN II