Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diperoleh bahwa nilai mean empirik pria 126,13 lebih besar dari nilai mean teoritik pria 100 dan mean
empirik wanita 117,03 lebih besar dari mean teoritik wanita 100. Mean empirik total dari data penelitian sebesar 121,31 lebih besar dari mean teoritik
100. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata – rata subjek penelitian kelompok data lebih tinggi dari nilai rata – rata toeritik, yang berarti subjek
penelitian secara umum memiliki penyesuaian diri yang positif baik pada subjek pria maupun wanita.
Uji signifikansi perbedaan mean empirik dan mean teoritik yang membuktikan bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik secara
signifikan dilakukan dengan t test one sample dengan menggunakan SPSS for windows versi 12.0 yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 9 Uji t Mean Empirik dengan Mean Teoritik
One-Sample Statistics
N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
jumlah 68
121.31 18.534
2.248
One-Sample Test
Test Value = 100 t
df Sig. 2-tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
jumlah 9.481
67 .000
21.309 16.82
25.79
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai t = 9.481 dengan probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena p 0,05 maka terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean empirik dengan mean teoritik.
3. Analisa Uji t Mean Empirik Pria dan Mean Empirik Wanita
Berikut adalah tabel uji t hasil analisis dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0 :
Tabel 10 Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik
Group Statistics
JK N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean jumlah
1 32
126.13 16.867
2.982 2
36 117.03
19.118 3.186
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper jumlah Equal
variances assumed
.160 .690
2.069 66
.042 9.097
4.397 .319
17.875 Equal
variances not assumed
2.085 65.998
.041 9.097
4.364 .384
17.810
Berdasar hasil penghitungan diperoleh mean empirik subjek penelitian pria sebesar 126,13 dan mean empirik subjek penelitian wanita sebesar
117,03. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan penyesuaian diri pada pria dan wanita dan penyesuaian diri pria lebih tinggi disbanding penyesuaian diri
wanita. Pembuktian dilanjutkan dengan uji t untuk membuktikan adanya perbedaan penyesuaian diri pada pria dan wanita dan hasil penghitungan uji t
didapatkan t = 2,069, p = 0,042 p 0,05, maka menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan dalam melakukan penyesuaian diri subjek pria
dan wanita.
4. Deskripsi Data Penelitian Ditinjau Dari Tiap Aspek Penyesuaian
Diri
Berikut adalah tabel hasil analisis data ditinjau dari tiap aspek penyesuaian diri dari hasil penghitungan dengan bantuan program SPSS for
windows versi 12.0:
Tabel 11 Deskripsi Data Tiap Aspek Penyesuaian Diri
Aspek penyesuaian diri
Mean empirik
Standar deviasi
Range Variance N Kepuasan psikis
29,31 4,585
20 21,023
68 Efisiensi kerja
30,32 5,106
19 26,073
68 Gejala fisik
29,93 4,669
21 21,800
68 Penerimaan sosial
31,75 4,823
18 23,265
68 Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh mean empirik pada aspek
penerimaan sosial paling tinggi 31,75 dibanding mean empirik pada aspek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyesuaian diri yang lain yakni aspek kepuasan psikis 29,31, efisiensi kerja 30,32, dan gejala fisik 29,23. Hal ini menunjukkan bahwa aspek
penerimaan sosial adalah aspek yang paling menonjol dalam memberikan kontribusi dalam penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada
lansia pada subjek penelitian.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data deskriptif diketahui bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik yaitu Mean
empirik
= 121,31 Mean
teoritik
= 100. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian secara umum mampu melakukan penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup secara baik
atau positif. Penyesuaian diri yang positif mengindikasikan subjek mampu menerima secara sadar keadaan lingkungan, baik secara fisik, psikis, maupun
sosial sesuai dengan kondisi yang dimiliki yakni kondisi lansia yang sudah tidak memiliki pasangan hidup lagi. Mean
empirik
pria = 126,13 Mean
teoritik
pria= 100 dan Mean
empirik
wanita = 117,03 Mean
teoritik
wanita = 100 menunjukkan baik subjek penelitian pria maupun subjek penelitian wanita
memiliki penyesuaian diri yang positif terhadap hilangnya pasangan hidup. Kemampuan penyesuaian diri yang positif baik pada lansia pria dan lansia
wanita dalam penelitian ini berarti menunjukkan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap permasalahan baru yang timbul yakni
hilangnya pasangan hidup. Penyesuaian diri yang efektif memberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh yang positif terhadap individu yang bersangkutan, seperti tercapainya kepuasan hidup dan tujuan hidup.
Parkes dalam Santrock, 1995 : 272 menyebutkan empat fase yang dilalui ketika seseorang kehilangan orang yang dicintai, yaitu : kelumpuhan,
rindu, depresi, dan pulih kembali.kerinduan terhadap orang yang meninggal, rasa cemas akan perpisahan, emosi yang tumpul atau ketidakpercayaan, dan
ledakan kepanikan, keputus-asaan dan kesedihan, depresi, kehilangan arti, dan kerinduan akan pulih kembali untuk kemudian bangkit kembali. Inilah yang
menunjukkan adanya penyesuaian diri yang positif. Salah satu tugas perkembangan lansia menurut Havighurst dalam
Hurlock, 1999 : 10 adalah menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan hidup. Kemampuan menyesuaikan diri yang positif ditunjang oleh
kemampuan individu dan lingkungan. Lansia mengalami banyak perubahan kegiatan dan memiliki lebih banyak waktu luang daripada tahap
perkembangan sebelumnya. Bagi lansia yang mampu menerima perubahan hidupnya banyak yang mengisi kehidupan dengan kegiatan – kegiatan yang
positif seperti berkumpul dalam kelompok – kelompok doa untuk meningkatkan religiusitasnya, kegiatan sosial kemasyarakatan worokawuri,
pelatihan ketrampilan – ketrampilan sederhana merangkai bunga dan menyulam, bakti sosial, kerja bakti, bekerja sambilan mengurus kebun atau
tanah pekarangan sehingga menghasilkan tambahan pendapatan, dan lain-lain sehingga pada umumnya kelompok lansia ini mampu menunjukkan
kebahagiaan di masa tua. Teori sosial mengenai penuaan dari ahli perkembangan menyatakan adanya teori aktivitas activity theory Santrock,
1995: 239 yang mengatakan semakin lansia banyak melakukan aktivitas dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan maka semakin kecil kemungkinan lansia
tersebut menjadi renta serta mengalami kesepian dan semakin besar pula kemungkinannya untuk merasa puas dengan kehidupannya. Individu harus
terus meneruskan peran-peran dan tugas perkembangan selanjutnya dan memelihara hubungan sosial yang baik. Banyaknya kegiatan akan membantu
lansia untuk melupakan perasaan negatif seperti perasaan kehilangan dan kesepian akan kehilangan pasangan hidup.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri karena lingkungan memberikan batasan – batasan terhadap
individu yang ada didalamnya Vembriarto 1993: 22. Hasil penelitian menunjukkan aspek penerimaan sosial menjadi aspek yang paling menonjol
dengan ditunjukkan mean empirik aspek penerimaan sosial paling tinggi 31,75 dibanding mean empirik aspek penyesuaian diri yang lain. Hal ini
menunjukkan dukungan dan penerimaan orang – orang disekitar tempat tinggal lansia sangat berati dalam membantu lansia dalam melakukan
penyesuaian diri. Dukungan dan penerimaan sosial dapat berupa adanya fasilitas berkumpulnya lansia untuk melakukan aktivitas yang diminati.
Sekedar berkumpul untuk membagikan pengalaman-pengalaman yang telah dialami dan perasaan yang dirasakan saat kehilangan pasangan hidup akan
dapat memberikan rasa dihargai karena pengalaman ditinggalkan oleh pasangan hidup merupakan pengalaman kehilangan yang paling sulit diterima
Santrock 1995 : 273. Hadirnya anak-anak dan cucu akan membantu lansia karena kehadiran cucu biasanya menjadi suatu kebanggaan akan keberadaan
lansia dalam keluarga. Prinsip hidup dan pandangan hidup orang Jawa yang nrimo dan pasrah
Herusatoto, 2008: 127 pada umumnya membuat orang Jawa mempunyai sikap menerima hidup dengan senang hati dan tidak mudah mengeluh. Hal ini
juga tampak pada lansia dalam penelitian ini yang seluruhnya memiliki Suku Bangsa Jawa. Lansia pada umumnya lebih dapat menerima dan mempunyai
kepasrahan diri pada hidupnya terlebih menyangkut apa yang terjadi dalam kehidupannya termasuk memiliki kesadaran suatu hari akan kehilangan
pasangan hidup. Berdasarkan analisa uji t didapatkan t = 2,069, p = 0,042 p 0,05
maka menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan dalam melakukan penyesuaian diri subjek pria dan wanita. Perbedaan penyesuaian diri pada
lansia dapat didasari oleh adanya perbedaan masalah yang dihadapi antara lansia pria dan lansia wanita Hurlock 1999: 425. Wanita mengalami masalah
karena kesepian dan berkurangnya pendapatan sedangkan pria karena kesepian dan tidak siap hidup sendiri serta mengatur hidupnya sendiri.
Penelitian ini menunjukkan hasil penyesuaian diri pria lebih tinggi dibanding wanita, yang ditunjukkan dari mean empirik pria lebih tinggi
dibanding mean empirik wanita 126,13 117,03 hal ini dapat disebabkan karena kesulitan ekonomi yang semakin berat dari hari ke hari. Bagaimanapun
juga berkurangnya pendapatan mempengaruhi penyesuaian diri meskipun wanita dapat mencari penghasilan sendiri. Dalam kebiasaan yang terjadi di
Jawa, pria biasanya tidak begitu peduli dengan kebutuhan keluarga sedangkan wanita memikirkan anak dan memberi uang saku kepada cucu-cucunya.
Kelemahan penelitian ini adalah tidak adanya kontrol terhadap besaran dukungan finansial atau pendapatan yang dimiliki subjek.
Berdasarkan penjelasan di atas, subjek penelitian baik pria maupun wanita memiliki penyesuaian diri yang positif terhadap hilangnya pasangan
hidup meskipun ada perbedaan penyesuaian diri antara subjek penelitian pria dan subjek penelitian wanita.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada lansia baik lansia pria maupun wanita positif, hal ini
berarti bahwa lansia pada umumnya mampu menyesuaikan diri terhadap hilangnya pasangan hidup.
2. Aspek yang menonjol dalam upaya penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup adalah aspek penerimaan sosial.
3. Ada perbedaan penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup antara lansia pria dan wanita yang signifikan di mana lansia pria lebih positif
penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup dibanding wanita.
B. Kelemahan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan, yakni : 1. Penelitian ini tidak mempunyai kontrol terhadap besaran dukungan
finansial terhadap lansia yang kehilangan pasangan hidup. Penelitian ini hanya melihat subjek penelitian memiliki pendapatan yang berasal
dari pekerjaan sendiri, sementara terdapat kemungkinan lansia mendapat dukungan finansial dari anak atau sanak keluarga yang lain
sehingga kondisi ekonomi stabil dan kebutuhan ekonomi lansia terjamin.
2. Penelitian ini tidak memperhatikan kebudayaan dan suku bangsa yang dimiliki oleh subjek penelitian, hanya saja secara kebetulan penelitian
mendapatkan subjek penelitian yang memiliki Suku Bangsa Jawa.
C. Saran 1. Bagi subjek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan subjek penelitian dalam menyesuaikan diri terhadap hilangnya pasangan hidup positif, hal ini
perlu dipertahankan. Baik pria maupun wanita menyesuaikan diri terhadap hilangnya pasangan hidup akan memakan waktu dan melewati beberapa fase
yang sulit untuk dilalui akan tetapi hal itu dapat diminimalisir dengan mengisi waktu luang untuk kegiatan-kegiatan yang positif seperti mengikuti
perkumpulan doa bersama, aksi-aksi sosial kemasyarakatan dan bakti sosial, kursus-kursus sederhana seperti merangkai bunga dan menyulam, berkebun
dan bercocok tanam, bahkan mengasuh cucu untuk menghibur diri.
2. Bagi keluarga
Sebagai anak atau sanak saudara yang memiliki orang tua yang pasangan hidupnya baru saja meninggal ataupun sudah lama meninggal perlu
menerapkan pemahaman diri bahwa orang tua membutuhkan dukungan dari keluarga dalam menyesuaikan diri terhadap hilangnya pasangan hidup.
Merawat dan tinggal bersama akan membantu orang tua atau lansia meningkatkan penyesuaian dirinya dibanding membiarkan lansia tinggal
sendiri karena dengan tinggal bersama maka akan ada yang membantu dan memberikan pertolongan sesegera mungkin apabila orang tua atau lansia
mengalami kesulitan. Orang tua atau lansia dapat merasakan kebahagiaan, harga diri yang meningkat, dan merasa diterima oleh lingkungannya, selain itu
ada yang mengawasi kegiatan orang tua atau lansia serta mendukung mereka beraktivitas secara positif.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada topik yang sama
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang sudah diuraikan di atas. Peneliti selanjutnya yang tertarik pada topik yang sama dapat melakukan
kontrol terhadap beberapa hal tersebut sehingga didapatkan hasil penelitian yang optimal dan lebih mendetail atau spesifik, tidak hanya deskripsi secara
umum saja. Hasil penelitian yang lebih spesifik akan menyumbangkan khasanah wawasan lebih luas pada ilmu pengetahuan terutama dalam hal ini
ilmu pengetahuan psikologi perkembangan tentang lansia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Abbas, Komalia 1999. Penyesuaian Diri Lanjut Usia terhadap Pelayanan di Panti Sosial Tresna Wredha “Sejahtera” Pandaan Jawa Timur. Laporan Penelitian.
Yogyakarta : Media Informasi Penelitian Kesehatan Sosial, No 160. Alwater, Eastwood. 1979. Psychology for Living Adjustment. Grow, and Behaviour
Today, 5
th
edition. New Jersey : Prentice Hall. Avida, N. dkk. Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi dengan Tingkat
Depresi pada Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha. Jurnal Penelitian Anima, Indonesian Psychological Journal 2000, vol 15 No. 2
Azwar, S. 1986. Reliabilitas dan Validitas Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta : Penerbit Liberty.
-----------. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. -----------. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
-----------. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Calhoun, James. F and Acoccella, J. Ross 1990. Psychological of Adjustment and
Human Relationship third edition. New York : mc Graw-Hill Publishing Company.
Darajat, Z. 1996. Kesehatan Mental. Jakarta : PT: Gunung Agung. Gunarsa, S dan Gunarsa, Y. 1986. Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung
Mulia. Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen. Yogyakarta : Andi Offset.
Huber, Audrey and Richard P. Runyon. 1984. Psychology of Adjustment. Illinois :
The Dorsey Press. Hurlock, E.B 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indriana, Yeniar 2003. Kepuasan Hidup Orang LAnjut Usia dalam Hubungannya dengan Jenis Aktivitas, Kenis Kelamin, Religiositas, Status Perkawinan,
Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan dan Daerah Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian. Bandung : Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 1, No. 1, Agustus 2003.
Koeswara, E 1985. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : Eresco. Kartono, Kartini. Dra., 1980. Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa.
Bandung : Penerbit Alumni. Listyaningsih, U., 1999. Persepsi Tentang Peranan Perawatan yang Diinginkan dan
Kondisi Psikologis Penduduk Lanjut Usia di Kotamadya Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Monks, FJ., Knoers, AMP., dan Haditono, S. Rahayu 2001. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press. Murphy, RW 1988. Life and Adjustment. Virginia : Time-Life Books.
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi. 2003. Yogyakarta : Penerbit
Universitas Sanata Dharma. Pettijohn, Terry. F 1992. Psychology A Concise Introduction, 3
rd
edition. Sluice Dock, Guilford, Connecticut : The Dushkin Publishing Goup. Inc.
Prawitasari, Johana. E. 1994. Aspek Sosio-Psikologis Lansia di Indonesia. Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Buletin Psikologi, No 1.
Santrock, John. W. 1995. Life-Span Development Perkembangan MAsa Hidup, edisi kelima, jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Scheneider, A. A 1964. Personal Adjustment and Mental Helth. New York : Holt, Rinehart and Wiston.
Schultz, Duane 2001. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sears, O. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga. Sebatu, Alfons 1994. Psikologi Jung Aspek Wanita dalam Kepribadian Manusia.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI