11. Menurut Birtcher and Ballantyne 2004, seseorang yang berumur 20 tahun ke atas direkomendasikan untuk mengontrol kolesterolnya tiap 5 tahun.
2. Perbandingan Kadar HDL pada Kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
Data HDL responden wanita pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro Wilk dan dihasilkan distribusi data yang normal dengan signifikansi 0,281 pada kelompok
BMI 23,0 kgm
2
dan 0,358 pada kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
sehingga uji perbandingan dilakukan t-test. Hasilnya diperoleh nilai signifikansi 0,930 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
. Data HDL responden pria pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro Wilk dan dihasilkan distribusi data yang normal p=0,533 pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan distribusi data yang tidak normal pada
kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
p=0,005. Hasil uji normalitas dari kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa satu data tidak
terdistribusi normal sehingga uji perbandingan yang digunakan adalah uji Mann- Whitney. Diperoleh signifikansi 0,091 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa responden dengan kelompok
BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
mempunyai kadar HDL yang
tidak berbeda bermakna. Semakin rendah kadar HDL dalam darah, resiko PJK akan semakin besar, begitu pula sebaliknya NCEP ATP III, 2002. Hasil penelitian Shah
et al.2010 pada 100 subyek obes dan 100 subyek non obes berusia 20-79 tahun, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p0,05 kadar HDL antara
kelompok obes dan non obes.
3. Perbandingan Rasio LDLHDL pada Kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
Uji normalitas data rasio LDLHDL pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
responden wanita menggunakan Shapiro Wilk dihasilkan distribusi normal dengan signifikansi 0,271 pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan 0,602
pada kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
kedua data terdistribusi normal. Hasil pengujian statistik dengan t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
p=0,03. Data rasio LDLHDL pada kedua kelompok responden pria terdistribusi
normal diuji dengan Shapiro Wilk dengan signifikansi 0,349 pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan 0,798 pada kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna p=0,075 antara rasio LDLHDL pada kelompok BMI 23,0 kgm
2
dan kelompok BMI ≥23,0 kgm
2
dari pengujian menggunakan t-test. Penelitian yang dilakukan oleh Sanlier and Yabanci 2007 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna rasio LDLHDL pada BMI underweight BMI 18,5 kgm
2
, normal weight BMI 18,5-24,9 kgm
2
, dan overweight BMI 25
kgm
2
dengan signifikansi 0,03. Rasio LDLHDL secara signifikan meningkat pada kelompok mahasiswa yang mengalami overweight daripada yang mengalami
underweight p=0,03. Kamath 2005 juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna rasio LDLHDL pada BMI ≥25 kgm
2
dan BMI 25kgm
2
p0,01. Penelitiannya menggunakan responden 50 wanita dengan rentang umur 18-26 tahun.
Menurut Fernandez and Webb 2008, pengukuran rasio LDLHDL merupakan standar yang penting untuk mengevaluasi resiko PJK. Rasio LDLHDL
adalah prediktor yang kuat terhadap resiko PJK daripada LDL atau HDL itu sendiri. Perubahan rasio LDLHDL telah terbukti menjadi indikator yang lebih baik dalam
keberhasilan menurunkan resiko PJK.
C. Korelasi BMI terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio LDLHDL