Manajemen Management Rentabilitas Earnings

Tabel V. 4 Tabel Hasil Perhitungan Rasio PPAP Tahun 2011 sd 2014 Tahun PPAP Nilai Kredit Komponen Nilai Kredit Faktor Predikat 2011 100 100 5 Sehat 2012 100 100 5 Sehat 2013 100 100 5 Sehat 2014 100 100 5 Sehat Sumber : Data laporan keuangan dan data diolah Sejak tahun 2011, PT. BPR BAS Yogyakarta memiliki rasio PPAP yang stabil setiap tahunnya yaitu sebesar 100. Dari jumlah rasio KAP yang dimiliki oleh PT. BPR BAS Yogyakarta ini maka BPR selalu membentuk PPAP yang mencukupi untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya kredit yang diberikan pada pihak ketiga.

3. Manajemen Management

Penilaian terhadap faktor manajemen bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kinerja manajemen PT. BPR BAS Yogyakarta dalam mengelola kegiatan ekonomi sehingga dana yang diterima dapat digunakan dengan baik dan efisien. Penilaian mencakup dua komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian faktor manajemen dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaanpernyataan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Berikut ini tabel nilai kredit aspek manajemen PT. BPR BAS Yogyakarta dari tahun 2011 sd 2014. Tabel V. 5 Tabel Nilai Kredit Aspek Manajemen Tahun 2011 sd 2014 Tahun Nilai Bobot Aspek Manajemen Nilai Kredit Faktor Predikat 2011 73 20 14,60 Cukup Sehat 2012 65 20 13,00 Kurang Sehat 2013 61 20 12,20 Kurang Sehat 2014 61 20 12,20 Kurang Sehat Sumber : Hasil Olahan Data Secara umum kualitas manajemen PT. BPR BAS Yogyakarta dalam keadaan kurang sehat. Pada tahun 2011, kualitas manajemen mencapai nilai tertingginya yaitu 14,60 yang berarti menandakan bahwa manajemen BPR dalam kondisi cukup sehat. Tahun berikutnya, manajemen PT. BPR BAS Yogyakarta mengalami penurunan menjadi sebesar 13,00 dan menurun kembali pada tahun 2013 dan 2014 menjadi sebesar 12,20. Kinerja manajemen PT. BPR BAS Yogyakarta masih harus ditingkatkan dengan melakukan pelatihan agar tercipta sumber daya manusia yang handal di bidangnya.

4. Rentabilitas Earnings

Rentabilitas merupakan kemampuan suatu BPR mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasional yang telah dilakukan. Rasio rentabilitas terbagi menjadi 2 yaitu: a. ROA : Membandingkan antara laba dengan total aktiva ROA = x 100 Contoh perhitungan rasio ROA pada tahun 2011 ROA 2011 = x 100 = . . . x 100 = 0,36 Nilai Kredit Komponen = R , x 1 = , , x 1 = 0 Nilai Kredit Komponen maksimal 100 Nilai Kredit Faktor = NKK x Bobot Komponen = 0 x 5 = 0 Tabel V. 6 Tabel Hasil Perhitungan Rasio ROA Tahun 2011 sd 2014 Tahun ROA Nilai Kredit Komponen Nilai Kredit Faktor Predikat 2011 0,36 24 Tidak Sehat 2012 12,47 831,33 Tidak Sehat 2013 1.07 71,33 Tidak Sehat 2014 3,86 257,33 Tidak Sehat Sumber : Data laporan keuangan dan data diolah Pada tahun 2011, PT. BPR BAS Yogyakarta memperoleh rasio ROA sebesar 0,36 yang berarti bahwa kemampuan BPR untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan operasionalnya tidak baik. Dalam rasio ini, PT. BPR BAS Yogyakarta mendapat kategori tidak sehat pada aspek rentabilitasnya. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 menjadi 12,47 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi sebesar 1,07. Tetapi pada tahun 2014 BPR kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 3,86. Kondisi seperti ini disebabkan karena BPR mengalami kerugian, oleh karena itu BPR harus berusaha untuk meningkatkan kinerja operasionalnya agar memperoleh laba. b. BOPO : Membandingkan antara beban operasional dengan pendapatan operasional BOPO = x 100 Contoh perhitungan rasio BOPO pada tahun 2011 BOPO 2011 = x 100 = . . x 100 = 101,19 Nilai Kredit Komponen = − , = − , , = 0 Nilai Kredit Komponen maksimal 100 Nilai Kredit Faktor = NKK x Bobot Komponen = 0 x 5= 0 Tabel V. 7 Tabel Hasil Perhitungan Rasio BOPO Tahun 2011 sd 2014 Tahun BOPO Nilai Kredit Komponen Nilai Kredit Faktor Predikat 2011 101,19 14,87 0 Tidak Sehat 2012 142,64 533 0 Tidak Sehat 2013 104,24 53 0 Tidak Sehat 2014 113,82 172,75 0 Tidak Sehat Sumber : Data laporan keuangan dan data diolah Rasio BOPO PT. BPR BAS Yogyakarta mendapatkan kategori tidak sehat, karena rasio BOPO selama empat tahun terakhir diatas 100. Pada tahun 2011 rasio BOPO sebesar 101,19 kemudian tahun 2012 terjadi peningkatan yang signifikan menjadi sebesar 142,64. Hal ini terjadi karena banyaknya kredit bermasalah yang menyebabkan rasio KAP menjadi tinggi sehingga pendapatan bunga kredit tidak mencapai target.

5. Likuiditas Liquidity

Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus pada PT BPR Syariah Sragen).

0 0 17

PENDAHULUAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus pada PT BPR Syariah Sragen).

0 0 11

ANALISIS CAMEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BPR SURYA MAS Analisis Camel Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Pada Pt. Bpr Surya Mas Surakarta.

0 2 14

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE CAMEL PADA PT.BPR-LPN PANAMPUNG.

0 0 8

Analisis perkembangan tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat dengan menggunakan metode camel : studi kasus PT. Bank Perkreditan Rakyat [BPR] Shinta Bhakti Wedi, Klaten, Jawa Tengah.

2 8 194

Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat [BPR] : studi kasus pada BPR Shinta Bhakti Wedi.

0 0 128

Analisis tingkat kesehatan Bank perkreditan rakyat ( Studi Kasus di PT. BPR Nguter Kota Solo : 2009-2011)

0 1 121

Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat [BPR] : studi kasus BPR Yuwana Nindya Raharja Wonosari - USD Repository

0 1 154

Penilaian predikat tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat dengan metode camel : studi kasus pada PT BPR DUTA GAMA pada periode tahun 2005 sampai 2007 - USD Repository

0 1 137

Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat menggunakan metode camel : studi kasus pada PT. BPR Shinta Daya periode tahun 2007 sampai 2009 - USD Repository

0 0 139