d. Perlindungan khusus bagi pekerjaburuh perempuan, anak, dan
penyandang cacat; e.
Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja; dan
f. Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja.
Soepomo dalam Asikin membagi 3 tiga macam perlindungan tenaga kerja yaitu:
a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk apabila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan kerja.
28
2.2 Pemutusan Hubungan Kerja
2.2.1 Hubungan kerja dan perjanjian kerja
Berdasarkan Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 menentukan bahwa “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah”. Unsur-unsur perjanjian kerja yang menjadi dasar hubungan kerja sesuai
ketentuan Pasal 1 angka 14 UU No. 13 Tahun 2003 adalah: 1.
adanya pekerjaan arbeid; 2.
di bawah perintahgezag ver houding maksudnya buruh melakukan pekerjaan atas perintah majikan, sehingga bersifat subordinasi;
3. adanya upah tertentuloan;
4. dalam waktu tijd yang ditentukan dapat tanpa batas waktupensiun
atau berdasarkan waktu tertentu.
29
28
Zainal Asikin, et.al, op.cit, hlm 76.
29
Asri Wijayanti, op.cit , hlm. 36
Perjanjian kerja merupakan dasar terbentuknya hubungan kerja. Menurut Shamad, perjanjian kerja ialah suatu perjanjian di mana seseorang mengikatkan diri
untuk bekerja pada orang lain dengan menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau disetujui bersama.
30
Sedangkan menurut Subekti, perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan,
dimana ditandai dengan adanya upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan hubungan diperatas yaitu hubungan persekutuan dimana pihak yang satu majikan
berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.
31
Berdasarkan Pasal 1 angka 14 UU No. 13 Tahun 2003 menentukan “Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat k erja, hak, dan kewajiban para pihak”.
Adapun syarat-syarat perjanjian kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 yakni terdapat 2 dua syarat yaitu syarat materiil dan syarat formil. Syarat materiil terdapat dalam
ketentuan Pasal 52 UU No. 13 Tahun 2003 yaitu: Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
1 Kesepakatan kedua belah pihak;
2 Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
3 Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
4 Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan.
30
Yunus Shamad,1995, Hubungan Industrial di Indonesia, PT. Bina Sumberdaya Manusia, Jakarta, hlm. 55.
31
Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Cet. X, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 58.
Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak bertentangan dengan ketentuan pada huruf a dan b maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan sedangkan
apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak bertentangan dengan ketentuan pada huruf c dan d maka perjanjian tersebut batal demi hukum.
Syarat formil perjanjian kerja terdapat dalam ketentuan Pasal 54 UU No. 13 Tahun 2003 yang menentukan:
Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat: a.
Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; b.
Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerjaburuh; c.
Jabatan atau jenis pekerjaan; d.
Tempat pekerjaan; e.
Besarnya upah dan cara pembayarannya; f.
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerjaburuh;
g. Mulai dan jangka waktu berlakuknya perjanjian kerja;
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Menurut waktu berakhirnya, perjanjian kerja dibagi menjadi 2 dua macam yaitu perjanjian kerja waktu tertentu PKWT dan perjanjian kerja waktu tidak
tertentu PKWTT. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 100MENVI2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu menyatakan “Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu”. Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 100MENVI2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu menyatakan “Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya
disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap”.
2.2.2 Pengertian dan macam-macam pemutusan hubungan kerja