Manifestasi Klinis Diagnosis Penyakit Penyerta

12 terjadinya resistensi insulin. Aktivasi reseptor insulin pada jaringan berkaitan dengan translokasi transporter glukosa atau GLUT-4 ke membran sel. GLUT-4 berfungsi mengangkut glukosa dari ekstraseluler ke intraseluler. Glukosa yang ditransfer ini akan digunakan sebagai substrat energi atau disimpan dalam bentuk glikogen Nugroho, 2012. Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi disfungsi sel beta pankreas yang dapat menyebabkan insulin tidak dapat diproduksi sehingga insulin tidak ditangkap oleh reseptor insulin pada permukaan sel otot, yang menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tidak dapat digunakan untuk metabolisme menjadi energi serta akibatnya tidak dapat mengatasi terjadinya hiperglikemia Huether and McCance, 2008.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari diabetes melitus tipe 1 adalah keluhan klasik DM berupa poliuria sering buang air kecil, polidipsia sering merasa haus, polifagia sering merasa lapar, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang sering muncul dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diabetes melitus tipe 1 umumnya lebih sering terjadi pada orang usia muda PERKENI, 2011. Manifestasi klinis pada diabetes melitus tipe 2 umumnya hampir tidak ada. Diabetes melitus tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita diabetes melitus tipe 2 umumnya lebih mudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf Dipiro et al, 2008.

6. Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus dipastikan oleh peningkatan glukosa darah yang memenuhi salah satu dari kriteria berikut: a. Glukosa darah sewaktu 200 mgdL 11,1 mmolL dengan gejala dan tanda klasik seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. b. Glukosa darah puasa 126 mgdL pada lebih dari satu kali pemeriksaan. c. Tes toleransi glukosa oral TTGO yang abnormal jika glukosa 200 mgdL 2 jam setelah pemberian karbohidrat standar 75 g glukosa anhidrus PERKENI, 2011.

7. Penyakit Penyerta

a. Dislipidemia Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. Gambaran dislipidemia pada penyandang diabetes yaitu peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat. Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular target LDL 100 mgdl 2,6 mmolL. Pada pasien usia 40 tahun, dianjurkan untuk diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40 dari kadar awal PERKENI, 2011. 14 Tabel I. Manajemen Dislipidemia pada Diabetes Melitus ESC, 2011 Profil Lipid Monoterapi Terapi Kombinasi LDL ↑, HDL N, TG N Resin atau Statin atau Niacin atau Ezetimibe Resin+NiacinStatin atau Statin+Niacin atau Statin+Ezetimibe LDL ↑ , TG ↑ Statin Statin+Niacin TG ↑ Niacin atau Fibrat Niacin+Fibrat LDL ↑, HDL ↓ Niacin atau Statin Niacin+Statin b. Hipertensi Sasaran target penurunan tekanan darah yaitu 13080 mmHg, apabila disertai proteinuria 1 gram 24 jam maka target penurunan tekanan darah 12575 mmHg. Obat antihipertensi yang dapat digunakan yaitu penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II, penyekat reseptor beta selektif dengan dosis rendah, diuretik dosis rendah, penghambat reseptor alfa dan antagonis kalsium. Pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup. Pasien dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis PERKENI, 2011. Pasien dengan nilai tekanan darah rata-rata 24 jam 13585 mmHg memiliki risiko kejadian kardiovaskular dua kali lipat dibandingkan pasien dengan nilai tekanan darah rata-rata 24 jam 13585 mmHg Verdecchia, 2000. c. Obesitas Kejadian diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa sering dijumpai pada penyandang obesitas. Obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom dismetabolik dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi yang didasari oleh resistensi insulin PERKENI, 2011. Penurunan berat badan merupakan manajemen diabetes melitus tipe 2. Penurunan berat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 badan 5-10 dari berat badan dapat memperbaiki sindrom dismetabolik dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Pengelolaan obesitas yang dapat dilakukan yaitu terapi nutrisi dan aktivitas fisik Handelsman et al., 2011. d. Gangguan Koagulasi Bagi penyandang diabetes melitus tipe 2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskuler, termasuk pasien dengan usia 40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia atau albuminuria, dapat diberikan terapi aspirin 75- 160 mghari sebagai strategi pencegahan primer PERKENI, 2011.

8. Komplikasi