Karakterisitik Umum Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

BAB 6 PEMBAHASAN Kadar ion kalsium dapat dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom SSA. 31,32 Hubungan lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium diuji secara statistik dengan menggunakan regresi linier ganda, dengan tingkat kemaknaan yang diinginkan adalah p 0,05. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion kalsium dan untuk mengetahui hubungan antara lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih terhadap kadar ion kalsium saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

6.1 Karakterisitik Umum Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat karakteristik umum penyirih seperti: umur, pekerjaan, pendidikan. Bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L, frekuensi terbanyak dari umur penyirih adalah 15-19 tahun dan 30-34 tahun. 7 Menurut pekerjaan hasil penelitian ini berbeda bila dibandingkan dengan penelitian lain yang menemukan kebanyakan pekerjaan dari subjek yang diteliti adalah petani. 19 Ini disebabkan para penyirih yang bertani mulai memperdagangkan hasil pertaniannya sendiri di pasar, sehingga mereka lebih condong menjawab pedagang sebagai pekerjaan utamanya. Tingkat pendidikan berbeda pada penelitian Hasibuan S, sebagaian besar subjek penelitian latar belakang pendidikannya adalah tamat SD. 19 Berdasarkan tabel 2 cara menyirih yang digunakan adalah dengan mengunyah dimulai dengan memilih beberapa lembar daun sirih 1-3 lembar yang sudah diolesi dengan kapur yang berbentuk pasta digunakan untuk membungkus potongan- Hal ini penting diketahui para tenaga kesehatan agar dapat merencanakan langkah- langkah yang tepat dalam program penyuluhan sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan. potongan biji buah pinang dan gambir, lalu ramuan ini dikunyah. Sambil menyirih, semua penyirih membersihkan gigi dan mulut bagian depan dengan gumpalann tembakau. Gumpalan tersebut digeser-geserkan perlahan dan berulang-ulang tanpa membiarkan tembakau tersebut berada lama-lama didalam mulut. 19 Di Papua New Guinea, kegiatan ini dilakukan dengan mengunyah biji pinang terlebih dahulu untuk beberapa saat lalu diikuti dengan mengunyah sirih, baik batang atau kelopaknya dengan sidikit kapur. Alasan menyirih yang terbanyak disebabkan oleh pikiran, karena adanya kandungan arekolin dalam biji buah pinang, yaitu suatu senyawa ester metil- tetrahidrometil-nikotinat yang bersifat kolinergik. Selain itu hasil hidrolisa kapur pada arekolin akan menghasilkan arekaidin, suatu stimulan sistem syaraf pusat, yang bersama dengan daun sirih menghasilkan euphoria ringan. 7 Menurut lama kebiasaan menyirih hasil ini sesuai dengan penelitian Natamiharja L, dimana subjek memiliki kebiasaan menyirih 10 tahun. 13,17,19 7 Frekuensi menyirih bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L hampir sama dimana subjek memiliki kebiasaan mengunyah sirih dengan frekuensi 10 kalihari. Wawasan perempuan penyirih mengenai efek menyirih yang dirasakan penyirih pada penelitian ini yang terbanyak adalah berpendapat menyirih memiliki efek baik diantaranya ada yang berpendapat; Gigi kuat , Kalsium pada saliva berperan penting dalam proses remineralisasi enamel gigi dan dentin. 7 15,16 Menurut Lingappa A dkk, bahan-bahan yang digunakan dalam menyirih dapat mengurangi tingkat karies antara lain; meningkatkan sistem buffer saliva, pH saliva yang tinggi dari kapur sirih pada penyirih dapat menetralkan pembentukan asam, efek dari ion kalsium dapat menghambat pelepasan enamel. 6,17 ; Pikiran jadi nyaman dan nafas wangi, menurut Lingappa A dkk, efek lain dari menyirih seperti nafas segar dan menghasilkan stimulus pada sistem saraf pusat sehingga menghasilkan efek nyaman pada pengguna. 6,11 Tetapi, kebiasaan menyirih sudah menjadi kebiasaan bahkan kecanduan bagi penyirih sehingga menyebabkan efek buruk pada penyirih, bukan hanya pada rongga mulut tetapi dapat berdampak sistemik. 6 Efek samping bervariasi mulai dari masalah yang kurang serius seperti pewarnaan gigi dan mukosa mulut sampai masalah yang serius, menurut Nair UJ dkk adanya pembentukan oksigen reaktif Reactive Oxygen Species akibat kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi menyirih buah pinang dan gambir yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal penyirih dan menyebabkan kanker rongga mulut. Berdasarkan penelitian Chatrchaiwiwatana S, kebiasaan menyirih berhubungan dengan meningkatnya periodontitis dan kehilangan gigi. Menyirih dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal karena adanya efek kolinergik dan kalsium dari komposisi menyirih dalam saliva yang mengalami hipersalivasi dan menyebabkan deposit kalkulus kemudian kerusakan jaringan gingiva dan membran periodontal. 19,23,24 17 Berdasarkan penelitian Sah N dkk, meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva. Berkumur dengan air minum dipilih sebagai persentase terbanyak disebabkan cara ini lebih mudah dan cepat membersihkan rongga mulut dari ampas-ampas bekas menyirih bila dibandingkan dengan menyikat gigi. Saat penelitian terlihat bahwa kebanyakan para penyirih ini selalu menyediakan botol air minum saat beraktivitas. Frekuensi mengkonsumsi susu yang dijumpai pada penelitian ini adalah tidak rutin karena sebagaian besar subjek pada penelitian ini tidak mampu untuk membeli susu dan sebagian subjek tidak sempat untuk minum susu secara rutin karena pekerjaannya sebagai pedagang. 3 Menyirih dapat menyebabkan iritasi dan hiperplasia mukosa oral. 22 Kapur sirih dapat bereaksi sebagai iritan, menyebabkan meningkatnya proliferasi sel dari mukosa oral. 20 Mengunyah campuran sirih juga dapat menyebabkan trauma lokal dan luka pada mukosa oral karena sifat abrasifnya.

6.2 Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan