Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

(1)

PERAN SEKOLAH MASJID TERMINAL (MASTER) DI DEPOK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN TINGKAT SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA (SMP)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

AJAMI SHOLICHIN NIM. 109015000045

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Ajami Sholichin. Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Program Studi Sosiologi-Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan apa adanya suatu feneomena, yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan berupa observasi, wawancara dan kuesioner secara acak, metode ini digunakan untuk menelaah Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak jalanan yang bersekolah di sekolah MASTER.

Keberadaan sekolah MASTER telah memberikan peran besar dalam meningkatkan motivasi belajar mereka sebagai anak jalanan.Para anak jalanan beralasan bahwa selain mendapatkan pelajaran formal mereka juga mendapatkan pelajaran lain seperti kesenian, mengaji, daur ulang dan pelatihan skill lainnya.

Kata Kunci:


(6)

ABSTRACT

Ajami Sholichin, the roles of Masjid Terminal School (MASTER) in Depok to

increase public homeless child’s motivation learn of Junior High School, the study of sociological anthropology program, the major of department sociology, at Faculty of

Tarbiyah and teacher’s training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to know and prove that neither are there nor are there of roles

Masjid Terminal School in Depok to increase public homeless child’s motivation learn of

Junior High School.

The method used in this research is qualitative method that research describing what just there is a phenomenon which is supported by data resulted by a field researches are observation, interview, and random questionnaire. The method used to research the roles of Masjid Terminal School to increase motivation of learning. As becomes subject of research is public homeless child who has school at Masjid Terminal School.

MASTERschoolexistencehasa big rolein increasingtheirmotivation to learnas astreet child. The street children reasoned that in addition togetting formal lessons they also get the other subjects such as art, chanting, recycling and other skills training.

Keywords:


(7)

KATA

PENGANTAR

Assalamualakum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur yang tiada terkira penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat meyelsaikan skripsi yang berjudul “Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. Shalawat berserta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mendidik umatnya dengan tarbiyah keimanan, ilmu pengetahuan serta akhlakul karimah.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa‟i, MA.Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, beserta seluruh staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Cut Dhien Nourwahida, MA, sebagai pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan dan memberikan ilmu untuk memberikan pengarahan.

5. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Para dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya yang mengajar di Jurusan Pendidikan IPS.

7. Mamah tercinta Juhamimah, kakak dan kakak ipar khususnya (Kak Dini dan Kak Dudi) yang senantiasa mendo‟akan, memberikan dukungan moril dan materil juga pengertiannya atas kesibukan penulis selain kuliah.

8. Rosiyana Kartika yang telah memberikan motivasi besar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

9. Alm. Kakek dan Nenek H. Juhamidi Rain dan Rukyah yang telah menjaga dan mendidik penulis sejak kecil.

10. Sahabat-sahabati PMII se-Cabang Ciputat dan KOMFAKTAR khususnya juga PMII nasional yang menjadi inspirator perjuangan.

11. Kawan-kawan HMI, KAMMI, IMM, dan GMNI se-Ciputat.

12. Teman-teman Jurusan IPS angkatan „09 khususnya kelas B : Cikal, Kober, Jorge, Halimi, Beles, Wahyu DJ, Ichal, dll. Terimakasih telah menjadi pendengar dan teman berbagi pengalaman yang terbaik.

13. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS yang telah membantu saya sehingga karya ilmiah ini terselesaikan.

14. Teman-teman kost nomaden Fatah, Bowo, Yogi, Habib, Syarif, Ahdan, Ari AHK, Bus Julis, Ucup atas suportnya yang begitu luar biasa.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do‟a dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

Jakarta, 28 Agustus 2014


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 8

A.

Peran ... 8

1.

Pengertian Peran ... 8

B. Motivasi ... 9

1. Definisi Motivasi ... 9

2. Macam-macam Motivasi ... 12

3. Fungsi Motivasi ... 16

4. Tujuan Motivasi ... 16

C. Belajar ... 17

1. Pengertian Belajar ... 17

2. Ciri-ciri Prilaku Belajar ... 19

3. Tujuan Belajar ... 20

D. Prestasi Belajar ... 21

E. Anak Jalanan ... 24

F. Penelitian Relevan ... 27

G. Kerangka Berpikir ... 28


(10)

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Pengolahan Data ... 34

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Profil Sekolah MASTER ... 40

1. Sejarah Singkat Sekolah MASTER ... 40

2. Identitas Lembaga ... 41

3. Visi dan Misi ... 42

4. Keadaan Relawan dan Tutor ... 42

5. Sarana dan Prasarana ... 46

B. Tahap Penelitian ... 48

C. Analisis dan Pembahasan ... 49

D. Deskripsi Data ... 51

1. Keadaan Fisik Sekolah MASTER ... 52

2. Pendapat Guru bidang Studi IPS dan Siswa yang Berlatar belakang Anak Jalanan ... 52

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu elemen yang penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Dengan pendidikan dapat dikembangkan potensi dan keterampilan yang ada pada diri manusia, baik berupa kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mewujudkan cita-cita dang harapan yang dinginkan. Oleh karenanya lembaga pendidikan memiliki tugas untuk mempersiapkan terbentuknya individu-individu yang cerdas dan berkarakter (berakhlak mulia). Terbentuknya kedua kriteria ini memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial yang ideal, yang disamai semangat mengembangkan potensi diri dan memanfaatkannya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin serta keselamatan dunia dan akhirat.

Hal di atas senada dengan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan Nasional adalah agar berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.1

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”2

Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya,”pendidikan ialah pimpinan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.3

1Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), hal. 71-72

3Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 20040,cet. 16,h. 10


(12)

Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan tempat berkumpulnya siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Baik dari segi ekonomi, adat istiadat, agama, keluarga, kepribadian, maupun dari segi bakat dan minatnya masing-masing. Sehingga tidak mustahil akan timbul berbagai macam permasalahan yang mereka alami dalam menjalani proses pendidikan.

Sekolah juga sebagai tempat untuk mewariskan nilai-nilai lahiriyah kebudayaandan mentransformasikannya ke dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi (akhirat) kepada anak didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri dan berguna bangi bangsa dan negara dimasa yang akan datang.

Pembangunan di Indonesia hakikatnya merupakan upaya untuk merealisasikan cita-cita luhur kemerdekaan, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Di negara Indonesia ini nyatanya masih banyak terjadi permasalahan sosial. Masalah-masalah sosial yang terjadi diantaranya adalah masih maraknya anak jalanan, gelandangan, tuna susila, pengemis, dll.

Sesuai dengan UU RI No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB II pasal 2 dikatakan bahwa:

“Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan

kasih sayang baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang dengan wajar”4

Dalam undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa :

“tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam kategori anak berhak mendapatkan

hak-haknya sebagai anak”5

Banyaknya jumlah anak jalanan yang berada di berbagai sudut jalan, selain memprihatinkan dari sisi kemanusiaan, disaat yang sama juga melahirkan permasalahan sosial baru yang cukup meresahkan. Kendati disadari bahwa tidak semua anak jalanan melakukan tindakan-tindakan yang sampai mengganggu ketertiban umum, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian diantara mereka yang merusak citra anak jalanan secara keseluruhan dengan tindakan mereka yang mengarah kepada perilaku kriminal, seperti memalak pemilik mobil, merusak kendaraan, atau terlibat dalam kegiatan premanisme kecil-kecilan.

4 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_79.htm di akses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 17.00 WIB 5 http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/801-perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 17.30 WIB


(13)

Dampak dari kurangnya perhatian khusus kepada anak akan menimbulkan masalah sosial yang lebih kompleks misalnya penyalahgunaan NAPZA, terlibat kriminal dan penyakit sosial lainnya. Kondisi yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada anak khususnya anak jalanan bukan hanya disebabkan oleh faktor tunggal terkait dengan keterdesakan ekonomi, tetapi juga banyak faktor lain seperti kurangnya kesempatan mendapatakan pendidikan, menurunnya tanggung jawab orangtua mereka ketika beban ekonomi menghimpit dan seterusnya, sehingga kebutuhan jasmani, spiritual maupun sosial mereka tidak terpenuhi secara wajar. Masalah anak jalanan semakin nampak dalam situasi minimnya sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan sosial seperti kemiskinan dan kebodohan. Banyak orang tua tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka. Padahal di periode perkembangannya, anak membutuhkan orang lain dan orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri.6

Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga pelayanan dan perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, dan lembaga pendidikan serta dengan program-program yang medukung dan sesuai dengan kebutuhan anak. Seperti memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan mempersiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif melalui program rumah singgah yang dilakukan oleh pemerintah. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan.

Sebelum pihak pemerintah dan swasta berpartisipasi, sebenarnya sudah banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berupaya menjawab kebutuhan anak jalanan dengan mendirikan yayasan sosial, contohnya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Melalui sekolah MASTER nya yaitu anak-anak jalanan yang berada di sekitar kota Depok dengan bebagai latar belakang dan mempunyai tempat berlindung sekaligus memanfaatkan akses yang tersedia untuk memperoleh pelayanan sosial dibidang pendidikan. Yayasan Bina Insan Mandiri sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan melalui pendidikan luar sekolah memiliki peran penting bagi kehidupan anak-anak jalanan, sesuai fungsinya antara lain sebagai tempat terbuka bagi anak jalanan untuk berlindung, beristirahat dan belajar. Yayasan Bina Insan Mandiri juga berupaya untuk mengembalikan anak-anak jalanan itu kembali pada kehidupan normal seperti anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.


(14)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisa seberapa besar peran lembaga tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan dalam tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang akan diuji melalui sebuah penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah : PERAN SEKOLAH MASJID TERMINAL (MASTER) DI DEPOK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di temukan beberapa masalah diantaranya :

1. Masih banyak terdapat anak jalanan dan anak kurang mampu yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.

2. Dibutuhkannya lembaga pendidikan yang dapat menaungi semua kalangan khususnya bagi anak jalanan dan anak dari keluarga kurang mampu (dhuafa). 3. Perlunya suatu cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak jalanan

4. Banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan anak jalanan kurang antusias dalam hal pendidikan.

C. Pembatasan masalah

Mengingat banyaknya masalah yang penulis ungkapkan, maka penelitian ini memerlukan spesifikasi kajian agar penelitian lebih fokus. Oleh karena itu penulis membatasi permasalah yaitu Peran sekolah MASTER sebagai salah satu lembaga pendidikan yang peduli terhadap anak jalanan, berusaha meningkatkan motivasi belajar anak jalanan

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah adalah Bagaimana peran sekolah Master dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan khususnya di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat penulis sebutkan yaitu Mengetahui seberapa besar peran sekolah Master dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan khususnya di tingkat sekolah menengah pertama (SMP).


(15)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pembangunan pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang di dalamnya juga mengkaji berbagai macam permasalahan sosial, yang salah satunya adalah anak jalanan.

2. Berguna bagi Sekolah Master untuk dapat meningkatkan kualitas motivasi belajar menjadi lebih baik ke depannya.

3. Pemerintah kota dalam upaya meningkatkan pendidikan dan mengurangi gejala sosial khususnya anak jalanan.

4. Masyarakat khususnya bagi mereka yang masih mendapatkan kesulitan dan permasalahan dalam mendapatkan fasilitas pendidikan.


(16)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Peran

1. Pengertian Peran

Peranan menurut Soerjono Soekanto adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.7

Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain. Maksud peran dalam hal ini adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari kerjaan atau jabatan tertentu. Peranan artinya “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama (terjadinya suatu hal atau peristiwa)” misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan penting dalam pembangunan negara.

Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu bergantung dengan yang lain, dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.8

Kemudian penulis mengaitkan pengertian di atas dengan sekolah, dimana sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan telah memberikan pengaruh besar tidak hanya dalam aspek ilmu pengetahuan dan moral. Akan tetapi juga dalam aspek peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa yang nantinya akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

B. Motivasi

1. Definisi motivasi

Istilah “motivasi berasal dari kata movere (latin) yang berarti menggerakkan, oleh karena itu motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (The Energizer of Behaviour).”9

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Rajawali Grafindo Utama, 2005), h. 243 8ibid. Hal. 243

9 Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahamahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 95


(17)

Ames dan Ames(1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini, motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemauannya. Motivasi dapat juga diartikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.10

Motivasi juga dapat diartikan “sebagai dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.”11

Dalam referensi lain motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Menurut Gleitman, yang

dikutip oleh Muhibbin Syah, “motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk

bertingkah laku secara terarah”.12

Sedangkan menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M Bahwa motivasi

adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”13

Menurut Vroom, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, “motivasi mengacu kepada

suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk

kegiatan yang dikehendaki.”14

Menurut John P. Campbell dan kawan-kawan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah itu pun mencangkup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan

10http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 18.30 WIB

11 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 128

12 Muhibbin Syah, Psikologi Dosenan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. VII, h. 136

13 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), h. 73


(18)

(incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy).15

Menurut berbagai definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku dengan demikian ia juga menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan

intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.16

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa, motivasi itu adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu yang mencapai tujuan tertentu dan dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan menimbulkan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Atau dapat pula diartikan sebagai kekuatan-kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar mahasiswa.

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dengan menempuh strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

2. Macam-macam Motivasi

15

Ibid, h. 72 16Ibid, h. 72


(19)

Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah yang dikemukakan berikut ini:

Menurut Sartain, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif-motif itu d apat dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut:

1. Physiological drive ialah: dorongan-dorongan yang bersifat fisik/jasmaniah, seperti lapar, haus, seks dan sebagainya.

2. Social motives ialah: dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang/manusia yang lain, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik.17

Menurut Woodwort, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, membagi motif-motif menjadi dua bagian, diantaranya:

Unlearned motives (motif-motif pokok yang tidak dipelajari) dan learned motives (motif-motif yang dipelajari). Motif yang tidak dipelajari merupakan motif yang pokok yang biasa disebut drive (dorongan). Yang termasuk kedalam unlearned motives ialah motif-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan dalam tubuh seperti: lapar, haus, sakit dan sebagainya.18

Kemudian Woodworth dan Marquis menggolongkan motif-motif menjadi tiga macam yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dalam, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya. 2. Motivasi darurat (Emergency motive) yang mencakup dorongan untuk

menyelamatkan diri (Escape motive), dorongan untuk berusaha, dorongan untuk membalas (Combat motive).

3. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat (Interest). Motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.19

Motivasi juga dapat dibedakan menjadi dua macam : a. Motivasi Instrinsik.

Motivasi Instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya

17

Ibid, h. 62

18

Ibid, h. 62

19

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001 ), Cet. III, h. 130


(20)

terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.20

Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar dalam kegiatan belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman yaitu :

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

b. Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik bagi siswa.

c. Kompetisi

Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar memaksakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.

e. Memberi Ulangan


(21)

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakannya ulangan. Tetapi ulangan jangna terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan hanya menjadi rutinitas belaka.

f. Mengetahui hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya. g. Pujian

Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. h. Hukuman

Hukuman dalah bentuk reinforcment yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Khusus untuk pendidikan terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan dengan semboyan :

Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh), Ing madya mangun karsa

(jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi), dan Tut wuri handayani (jika dibelakang, mengikuti dengan awas).21

3. Fungsi Motivasi

Diantara fungsi motivasi adalah sebagai berukut :

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Penentu arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.


(22)

c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.22

Jadi menurut para ahli fungsi motivasi itu ada tiga yaitu sebagai pendorong perbuatan, pengarah perbuatan, dan penyeleksi perbuatan, dan motivasi pulalah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya motivasi itu sangat diperlukan oleh seseorang, karena motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong, pengarah dan penyeleksi perbuatan yang dengan ketiga fungsi itu seseorang mendapat tujuan yang diinginkannya. 4. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah untuk atau mengarahkan seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan

sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.”23

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar.

“Definisi belajar menurut para ahli:

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya), b. Gagne, dalam buku Ngalim Purwanto menyatakan bahwa, Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

c. Morgan,dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

d. Witherington, dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola

22 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 75 23 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 73


(23)

baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,

atau suatu pengertian.”24

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.25

Menurut Ngalim Purwanto Belajar adalah “seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut gangne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar”.26

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, maka dikemukakan menurut beberapa definisi :

1. Igard dan Bower mengemukakan. Belajar berhubangan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan – keadaan sesaat seseorang.

2. Morgan mengemukakakn belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84.

25 Ibid, h.85


(24)

3. Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. 4. Menurut Gagne belajar adalah merupakan kegiatan yan kompleks. Hasil

belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai.”27

Berdasarkan pengertian belajar di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

2. Ciri-Ciri Prilaku Belajar

Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah :

a. Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. b. Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan

harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

c. Perubahan efektif fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.28

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang karena adanya pengalaman-pengalaman dan setiap orang memeiliki pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda. Perubahan-perubahan disini misalnya Perubahan-perubahan dalam aspek emosional, sikap, kebiasaan, pengetahuan, jasmani dan lain sebagainya.

3. Tujuan belajar

“Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar

– benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah.”29

27Ibid hal, 84

28 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2013), h.6. 29 Alisuf sabri, psikologi pendidikan, ( Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995 ) hal, 58


(25)

Menurut taksonomi Bloom yaitu “tujuan belajar siswa diarahkan utuk mencapai ketiga ranah : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan belajar kognitif untuk

memperoleh pengetahuan”.30

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah tercapainya tiga aspek dalam diri seseorang baik itu ranah kognitif, afekif, maupun psikomotorik, sebagai hasil dari proses belajar.

D. Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka penulis uraikan satu persatu apa itu prestasi dan apa itu belajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan prestasi adalah “Hasil

yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”.31 Menurut Suharsimi Arikunto,

“Prestasi adalah hasil kerja yang keadaannya sangat kompleks”.32

Dengan demikian prestasi adalah hasil usaha yang dilakukan seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan.

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam suatu aspek tingkah laku.

Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”33

Menurut Aykaz Azhari, “Belajar merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.”34

Morgan mengemukakan pengertian belajar

30 Alisuf sabri, psikologi pendidikan, ( Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995 ) hal, 58 31 Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline, v1.1

32 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2002) cet. Ke-1 hal. 4 33 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003) cet. Ke-4 hal.2


(26)

adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.35

Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa “Belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyakgkut kognitif,

afektif, dan psikomotorik.”36

Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman..”37

Dengan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang definisi prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Hasil belajar siswa itu biasanya dinyatakan dalam bentuk angka (skor) atau kalimat yang ditulis guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport).

Prestasi belajar siswa adalah hasil dari upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sebagaimana telah dijelaskan di depan, kuat dan lemahnya partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam belajar bergantung pada seberapa kuat motivasinya dalam belajar. Semakin kuat motivasi tersebut semakin kuat pula upaya dan daya yang dikerahkannya untuk berpartisipasi dalam belajar. Sebaliknya, lemahnya motivasi akan melemahkan upaya dan dayanya untuk belajar.

Refleksi diri dan penemuan jati diri itu penting sekali bagi kesadaran manusia, agar dia tidak menjadi makhluk armorf tanpa bentuk, dan lupa daratan tanpa kesadaran, sebab tidak tahu lagi purwaduksina (awal dan akhir keberadaannya). Sebaliknya refleksi diri dan pengenalan jati diri itu mendorong orang untuk menyadari hak, kewajiban dan status/kedudukannya di tengah kaum serta bangsanya. Dan bahwa eksistensi hidupnya itu

35 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet. Ke-5 hal. 84 36 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002) cet. Ke-1 hal.13

37 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009) Hal. 205


(27)

harus selalu diperjuangkan secara terus-menerus sampai akhir hayat, lewat proses belajar dan mendidik diri sendiri.38

Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan berbagai cara. Cara yang sering dilakukan adalah belajar. Melalui cara ini orang akan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psimator. Melalui cara ini, siswa akan mudah mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan.

Yang dimaksud prestasi disini adalah usaha yang dilakukan oleh individu dalam kegiatan belajar, baik yang dilakukannya sendiri maupun melalui bimbingan orang lain sehingga mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja individual maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu. E. Anak Jalanan

Anak jalanan atau sering disingkat ANJAL adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.

Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.


(28)

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Seorang anak yang mempunyai cita-cita yang tidak tercapai, karena ada sebuah faktor perekonomian keluarga, sehingga mereka mencarai uang tambahan jajan dengan cara mengamen di jalan dll.39

Fenomena anak jalanan di negara berkembang berkaitan dengan kemiskinan. Anak-anak tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu bersekolah. Keterlantaran terjadi karena kelalaian dan atau ketidakmampuan orang tua dan atau keluarga melaksanakan kewajibannya, sehingga kebutuhan jasmaniah, rohaniah, maupun sosial mereka tidak terpenuhi secara wajar. Masalah keterlantaran semakin nampak dalam situasi tebatasnya/minimalnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial.

Anak jalanan dilihat dari sebab dan itensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri. Hal ini senada juga dengan yang diungkapkan oleh Saparinah Sadli bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (struktural dan pribadi), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.40

39 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan. Artikel diakses pada 12 Juni 2014

40Armai Arief, “Upaya PemberdayaanAanak Jalanan” Artikel diakses pada 12 Juni 2014 dari www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf


(29)

Sementara itu KPAI berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orang tua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok yang terpuruk dan termajinalisasi.41

Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah “anak yang sebagian besar menghabiskan wattunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya”.42

Sedangkan menurut Paulo Freire, anak jalanan adalah ‟anak laki-laki maupun perempuan yang berusia 7 sampai 17 tahun, yang hidup di jalanan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya maupun keluargamya‟.43

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan yaitu : street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya)44

F. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang Sekolah MASTER dan Anak Jalanan diantaranya adalah:

1. Skripsi yang berjudul Persepsi Anak Jalanan Terhadap Pendidikan Formal, yang ditulis oleh Dian Safitri dengan nomer induk 105015000631 merupakan mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa persepsi anak jalanan terhadap pendidikan adalah penting. Akan tetapi pentingnya pendidikan tadi seolah terkesampingkan apabila kebutuhan perut mereka belum terpenuhi. Di samping biaya pendidikan yang juga mahal akan berbanding pula dengan kebutuhan makan sehari-hari

41 http://www/rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-Anak-Terlantar-17-Juta

42 Departemen Sosial RI Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di luar panti (Jakarta : DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005), h.1

43Deasy Ria Santi, “Asistensi Belajar Dalam Program Street Based Anak Jalanan”, (FISIP Universitas Indonesia, 2002), h. 24

44Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan” Artikel diakses pada 12 Juni 2014

dari www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf


(30)

yang terkadang masih kurang. Sehingga mereka lebih mementingkan kebutuhan makan terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhan pendidikan.45

2. Skripsi yang berjudul Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah (studi kebijakan penanganan anak jalanan di Indonesia), yang ditulis oleh Bakhrul Khair Amar dengan nomer induk 6900520099 merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Dalam Penelitian ini adalah studi kebijakan tentang pemberdayaan anak jalanan melalui Rumah Singgah . Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendiskripsikan penanganan Anak Jalanan di Indonesia yang menjadi perbandingan dengan negara- negara seperti Afganistan, Bangladesh, Nepal, Pakistan, Srilangka, Filipina, Brazil, temyata Indonesia mempunyai perspektif yang berbeda dengan penanganan anak jalanan yang dilakukan di berbagai Negara, dan daiam mendefinisikan anak jalanan. Upaya penanganan anak jalanan, perlu melibatkan banyak pihak, profesi dan disiplin ilmu karena masalah anak jalanan merupakan hasil dan penghasil bagi masalah sosial lainnya. Rumah Singgah Anak Jalanan merupakan salah satu bentuk usaha penanganan permasalahan sosial, terutama anak-anak jalanan.46

G. Kerangka Konseptual

Dalam proses belajar adakalanya siswa dipengaruhi oleh faktor intelegensi, kreativitas, dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa akan tercapai apabila didalam dirinya timbul suatu keinginan untuk berhasil. Sikap ini menampakkan adanya keinginan pengembangan diri, penggalian potensi diri dan juga penghargaan karena ia mampu dan berprestasi. Hasil belajar akan lebih optimal apabila siswa belajar dilandasi dengan motivasi yang kuat. Motivasi memungkinkan seseorang dengan sukarela mau belajar, karena terdapat dorongan dan kekuatan yang menyebabkan siswa belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam mempelajari suatu mata kuliah, makin tinggi pula hasil yang dicapai oleh siswa tersebut. Ciri siswa yang memiliki motivasi belajar dapat diamati pula dari kesungguhan belajarnya yang dapat diamati dari indikator inisiatif belajar, keuletan, dan komitmen belajar.

Motivasi belajar yang kuat perlu dimiliki oleh siswa mengingat dengan adanya motivasi seseorang akan melakukan kegiatan belajar yang dilandasi oleh suatu kesadaran, dengan memiliki motivasi belajar, maka mahasiswa akan lebih giat belajar dalam menggali

45 Dian Safitri, Persepsi Anak Jalanan Terhadap Pendidikan Formal ( FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2009.

46 Bakhrul Khair Amar, Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah (studi kebijakan penanganan anak jalanan di Indonesia) (FISIP Universitas Indonesia) 2002.


(31)

ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah. Dan intensitas belajar siswa sangat menentukan hasil belajarnya, artinya semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan menaikkan hasil belajar dalam mempelajari pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kemudian sekolah MASTER sebagai salah satu lembaga pendidikan memberikan peran penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswanya yang diantara mereka terdapat siswa yang dikategorikan sebagai anak jalanan. Dengan demikian, diduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara peran sekolah MASTER dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Sekolah MASTER

Penarikan Kesimpulan

Pengolahan dan analisis data Wawancara

Pengamatan (Observasi)

Anak Jalanan Motivasi Belajar


(32)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

H. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di sekolah Masjid Terminal (MASTER) Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Obyek penelitian adalah anak jalanan yang masih aktif bersekolah di sana khususnya tungkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) , dan subjek penelitian adalah peningkatan motivasi belajar anak jalanan. Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

I. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif melalui pengumpulan fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri. “Metode penelitian yang berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumentasi.”47

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan penelitian kualitatif

(qualitative research) sebagai suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip danpenjelasan yang menuju pada kesimpulan.”48

Penelitian kualitatif bersifat induktif, maksudnya peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Kemudian data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, meliputi deskripsi yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam (interview), kuesioner serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.

J. Populasi dan Sampel

47 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, h. 15.

48 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 60.


(33)

Dalam penelitian kualititif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (actvity) yang berintegrasi secara sinergis.”49 Situasi penelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam mengenai apa yang terjadi didalamnya. Dalam penelitian ini penulis menganalisis pengaruh sekolah Master terhadap motivasi belajar anak jalanan.

Sampelnya adalah sebagian atau wakil dari populasi.50 Sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut peneliti menggunakan random sampling dimana sampel pada penelitian ini sebanyak 5 orang yang diwawancara dan 30 orang siswa untuk angket yaitu siswa dan siswi SMP MASTER Depok.

K. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data penelitian, maka penulis melakukan tahap pengumpulan data berikut ini:

1. Dokumentasi

Digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-manusia, yang terdiri dari

dokumen dan foto. 51 Adapun dokumen yang diperlukan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Data Dokumentasi

No Jenis Dokumen Keterangan

01 Data kesiswaan

Jumlah kelas

√ √

02 Data keterangan

Guru

√ √

49 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, h. 297 – 298.

50

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Asdi Mhasatya), cet-13, h.13.

51 Syamsuddin dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. II, h. 108


(34)

03 Sarana dan Prasarana Fasilitas

Gedung dan ruangan yang ada

√ √ √

04 Manajemen

Rumusan visi dan misi Motto dan slogan sekolah

Kurikulum dan pengembangannya

Prestasi yang pernah diraih baik

akademik maupun non akademik

√ √ √ √ √

05 Sejarah sekolah

Catatan perkembangan

Penelitian yang telah dilakukan sekolah Penghargaan atau akreditasi sekolah

√ √ √ √

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan. Tujuan dilakukan wawancara

untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,

organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisaua da se agai ya. 52

Penulis mengadakan wawancara dengan objek penelitian yaitu guru dan anak jalanan yang bersekolah di sekolah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, tujuannya untuk mengetahui latar belakang faktor yang memperngaruhi motivasi belajar, pada pelaksanaan pedomannya pada format wawancara yang sudah tersusun.

3. Observasi

O ser asi e urut Hadari Na a i da Marti Hadari, etode o ser asi

52


(35)

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala–gejala pada objek penelitian.

Unsur-unsur yang tampak disebut dengan data atau informasi yang harus diamati

da di atat se ara e ar da le gkap. 53

Dengan teknik ini, maka Peneliti melakukan observasi pada lingkungan sekolah

Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok dengan memperhatikan kebiasaan

sehari-hari anak jalanan.

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Kisi-kisi observasi

No Ragam situasi yang

diamati

Keterangan

01 Keadaan fisik :

Situasi lingkungan

sekolah

Ruang kelas dan

pembelajaran

Sarana dan prasarana

yang menunjang

pembelajaran

Setting yang penting dan

menarik akan lebih

diperhatikan

02 Kegiatan Pembelajaran:

Kegiatan siswa saat

datang ke sekolah

Persiapan sebelum siswa masuk kelas maupun di luar kelas

Kegiatan praktik

Kegiatan pengembangan diri

Dapat diperdalam

melalui wawancara dan observasi

53 Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 67.


(36)

Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan lain yang

menunjang pada

pertumbuhan peserta

didik

03 Kegiatan lainnya:

Rapat atau pertemuan kelas

L. Teknik Pengolahan Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang akan di pelajari, dan membuat

kesi pula sehi gga udah di paha i oleh diri se diri da ora g lai . 54

Miles dan Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah penuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

data reduction, data display, dan conclusion drawing /verification.55

a. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

b. Data Display (penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagian, hubungan atar katagori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) mengemukakan yang dikutip oleh Sugiono

54 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, h. 335.


(37)

e yataka the most frequent from of display data for qualitative reseracrh data in the pas has been narrative tex . Ya g pali g seri g digu aka dala penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.56

M. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk menentukan beberapa kriteria yaitu derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Sedangkan tehnik pengecekan keabsahan data dapat dilakukan dengan delapan cara yaitu perpanjangan, keikutsertaan, ketekunan, keajegan pengamatan, tringulasi, pemeriksaan sejawat melakukan diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing. Berdasarkan teori diatas, penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai alat pengecekan keabsahan data.57 Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Secara singkat, macam-macam tehnik triangualsi adalah;

1) Triangulasi sumber data, yaitu menggunakan multi sumber data untuk membandingkan dan mnegecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh.

2) Triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode pengumpulan data untuk menggali data sejenis.

Maka sesuai dengan pengertian macam-macam triangulasi diatas, peneliti menggunakan triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode pengumpulan data seperti: wawancara, observasi dan dokumentasi untuk menggali data yang sejenis. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, data yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis deskriptif, melalui proses pengumpulan data secara keseluruhan yang

56 Ibid., h. 337 – 345


(38)

diperoleh setelah penelitian, yang kemudian data tersebut di klasifikasikan sesuai dengan hasil pengumpulan data sesudah proses penelitian, selanjutnya data tersebut diverifikasi yaitu penyahihan atau pembuktian kebenaran dari data yang diperoleh tersebut.

Adapun tindakan yang dilakukan adalah:

1. pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, dan mahasiswa (Source Triangulation).

2. penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat

(Instrument Triangulation). Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi, pedoman wawancara.

3. penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, wawancara, dan pengambilan gambar dalam foto.

4. memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapnnya.

mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. N. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian data diolah dan di edit yang kemudian selanjutnya di analisa dan disimpulkan. Analisis nonstatistik dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif, berupa data studi literer atau studi empiris.58

1. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengelola data penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan

responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan.

b) Scoring yaitu tahap pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pernyataan dalam angket terdapat 4 butir jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai yang harus dipilah oleh


(39)

responden. Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-rata dengan ketentuan sebagai berikut:

 Untuk pernyataan positif skornya: Sangat Setuju (SS) : 4

Setuju (S) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : 1  Untuk pernyataan negative skornya:

Sangat Setuju (SS) : 1

Setuju (S) : 2

Tidak Setuju (TS) : 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : 4

c) Tabulating yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui perhitungannya.

2. Teknik Analisis Data

Data dari angket dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara kualitatif yang dinamakan deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya hasil penelitian.

Langkah pertama adalah membuat tabel yang dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

X 100 %

Keterangan: P = Angka Presentase F = frekuensi yang dicari

N = Number of cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu) 100% = Bilangan Tetap

Setelah didapat hasil presentase dari angket yang disebarkan kepada siswa, maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut:


(40)

Tabel 3.3 Kategori Penilaian

No Presentase Penafsiran

1. 100 % Seluruhnya

2. 90 % - 99 % Hampir seluruhnya

3. 60 % - 89 % Sebagian besar

4. 51 % - 59 % Lebih dari setengah

5. 50 % Setengahnya

6. 40 % - 49 % Hampir setengahnya

7. 20 % - 39 % Sebagian kecil

8. 10 % - 19 % Sedikit

9. 0,1 % - 9 % Sedikit sekali


(41)

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Profil Sekolah Master

1. Sejarah Singkat Sekolah MASTER

Pada tahun 2000, Nurohim seorang pengusaha sembako yang berada di kawasan terminal Depok merasa tergugah oleh pemandangan sehari-hari disekitar tempat usahanya yang sering dijadikan tempat mangkal atau tempat nongkrong para pengamen yang sering menitipkan peralatan mengamen di warungnya.

Pada saat itu, Nurohim selain sebagai penjual sembako, Ia juga aktif dalam organisasi kepemudaan Ikatan Pemuda dan Remaja Masjid Al Muttaqien terminal Depok. Tergugah keprihatinan Ia pun berjuang dengan rekannya untuk merbuat sesuatu yaitu memberikan pendidikan dan pesantren kilat bagi anak-anak jalanan. Kegiatan tersebut di rintis pada tahun 2002 yang memanfaatkan sebuah masjid yang berada di kawasan terminal Depok. Selain mengadakan pesantren kilat kegiatan tersebut juga memberikan pendidikan membaca, tulis dan berhitung. Berawal dari kegiatan inilah akhirnya Nurohim bersama rekannya tadi yaitu Poerwandriono, Toni dan Masrudin mendirikan kelompok belajar untuk anak-anak jalanan serta anak-anak-anak-anak dari keluarga miskin di wilayah terminal Depok dan sekitarnya dengan memanfaatkan sebagian tempat di Masjid Terminal untuk kegiatan belajar mengajar, dan penampungan anak jalanan. Karena kegiatan tersebutlah maka lembaga ini dinamakan MASTER (Masjid Terminal) yang seiring waktu berubah menjadi Yayasan Bina Insan Mandiri.

Dalam perjalanannya Nurohim mencoba untuk membangun sebuah gedung yang sederhana dengan memanfaatkan lahan seluas 5000 m2 yang terbagi dari 2000 m2 tanah hibah dan 3000 m2 merupakan tanah fasum-fasum terminal yang telah diserahkan Pemda Depok ke Sekolah MASTER.

Kemudian di awal tahun 2005 lembaga ini resmi menjadi Yayasan Bina Insan Mandiri yang berlanjut meningkatkan sistem pendidikan dalam bentuk sistem kejar paket B (setara SMP). Karena kebutuhan anak jalanan dan kaum dhuafa akan pendidikan lebih lanjut, dan dengan keluarnya izin PKBM (Pusat Kegiatan


(42)

Belajar Mengajar) dari Dinas Pendidikan sub Penilik PLS (Pendidikan Luar Sekolah) pada tahun 2006, berdirilah pendidikan PAUD, kejar paket A, dan C.59

Semakin berlanjut dalam tingkat akademik, pada tahun 2007 pengajaran pun meluas menjadi pelatihan life skill antara lain pendidikan montir, komputer, dan seni. Serta memberikan pelayanan non formal seperti pelayanan sosial, kesehatan dan pemberdayaan. Dan kini berawal dari hanya 20 anak didik sekolah MASTER telah memiliki sekitar 1500 anak didik yang tidak hanya diperuntukkan bagi anak jalanan tetapi juga bagi anak-anak miskin yang tidak memiliki biaya untuk sekolah secara gratis.

2. Identitas Lembaga

Sekolah MASTER atau YABIM (Yayasan Bina Insan Mandiri) adalah yayasan independen yang bergerak dibidang pendidikan, sosial, dakwah, ekonomi kerakyatan serta pemberdayaan sosial bagi anak jalanan dan kaum dhuafa yang terletak dikawasan strategis Kota Depok. Tepat ditengah-tengah antara terminal, ITC Depok, Stasiun kereta api Depok Baru, dan pasar Kemirimuka yang menjadi konsentrasipusat bisnis Kota Depok, sehingga banyak warga yang berharap mendapatkan rezeki dengan berbagai aktivitas baik mereka yang berdagang, sopir angkot, pedagang asongan, pengamen, pemulung, dsb.

 Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri (biasa disebut dengan sebutan sekolah MASTER)

 Alamat : Jl. Margonda Raya No. 58 Terminal

Terpadu Kota Depok Jawa Barat Indonesia. Telp. (021) 92612047

 Akte Notaris : Dwi Priharyanto SH, No : 2 tgl 25 Februari 2005

3. Visi dan Misi

Dalam menjalankan pendidikan dan pemberdayaan sekolah MASTER memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman dalam pencapaian yang diinginkan.

 Visi


(43)

Meningkatkan sumber daya muslim untuk menyiapkan kebangkitan umat menuju umat yang sejahtera dibawah naungan Al-Qur‟an dan sunnah.

 Misi

a. Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat guna dan berhasil guna berdasarkan nila-nilai kemandirian dan kemanusiaan.

b. Menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung kemandirian

c. Membangun kader masyarakat yang bersifat mengasuh dan membimbing terutama bagi anak-anak yang terpinggirkan.

4. Keadaan Relawan dan Tutor

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak lembaga yaitu Bapak Mustaamiin, diketahui bahwa sekolah MASTER atau YABIM memiliki 60 orang staff pengajar. Menurutnya, terdapat tiga kategori staff pengajar di Sekolah MASTER atau YABIM Depok, diantaranya adalah guru karir, alumni dan guru tamu. Adapun pengertian dari ketiganya adalah sebagai berikut :

a. Guru karir merupakan guru yang direkrut untuk mengajar di sekolah MASTER. Pada umumnya guru karir ini adalah lulusan dengan gelar S.Pd (sarjana pendidikan). Terdapat sekitar lima guru karir yang direkrut untuk mengajar. Mereka tidak dibayar, tetap sekolah MASTER memberikan kompensasi sebagai uang transportasi mereka. Pemberian uang jalan ini diberikan setelah mereka mengajar, apabila mengajar lebih dari satu kali pertemuan maka uang jalan pun akan dilipatgandakan sesuai pertemuan. b. Alumni adalah pengajar yang mengabdi di sekolah MASTER setelah

mereka mendapatkan ijazah kelulusan mereka. Bahkan ada dari lulusan sekolah MASTER yang melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan setelah lulus menjadi relawan dan megajar di sana.

c. Guru tamu adalah staff pengajar yag berasal dari kerjasama antara sekolah MASTER dengan berbagai universitas di Jabodetabek. Jumlahnya lumayan banyak dan berganti setiap bulannya. Banyak dari mereka yang nanti ingin berkarir menjadi seorang guru dan melakukan praktek mengajar dan mencari data untuk menyelesaikan skripsi atau tesis mereka.


(44)

Tabel 4.1 Data Tutor dan Relawan60

60 Data diambil pada Tata Usaha Yayasan Bina Insan Mandiri pada tanggal 24 Juni 2014 NO Nama Lengkap L/

P

Tempat dan Tanggal Lahir

Pendidikan Jurusan 1 Agus Salim L Tegal, 9 Januari

1985

UNINDRA T. informatika 2 Ahmad

Syarifudin

L Jakarta, 25 Juni 1989

SMU IPS

3 Ais Rahim L Gorontalo, 22 Desember 1988

UI Sastra Jawa

4 Angga Roman W

L Jember, 15 Agustus 1974

S1 Interlive Sastra Inggris 5 D. Syofiansyah L Jakarta, 31

Desember 1979

AL-Qudwah Tarbiyah 6 Dede

Hermawan

L Bandung, 30 Januari 1984

S1 IISIP B.Inggris 7 Diana Nur

Farida

P Depok, 06 september 1980

PTJ Inggris Bisnis 8 Dicky Nugraha L Jakarta, 22

Februari 1980

SMU IPS

9 Drs.

Poewwandriyon o

L Jakarta, 24 Juli 1987

IKIP Jakarta Teknik

10 Eka L Depok, 29

November 1988

SMA IPA

11 Ekawanto TP L Depok, 7 Oktober 1984

S1

UNINDRA

IPS 12 Emi Maya P Bojonegoro, 5

Februari 1984

STIAMI Administrasi 13 Firman Rizaki

Hidayat

L Jakarta, 4 September 1990

SMA IPS

14 Fitriyah P Depok, 26 Juni 1989

UIN Jakarta Dakwah 15 Hendra Pujianto L Jakarta, 11

September 1986

TRIANANR A

Ekonomi 16 Ilhamsyah D,

S.Ked

L Jakarta, 3 April 1972

S1 UI Kedokteran 17 Ismail L Jakarta, 14 Maret

1986

AL-Qudwah Tarbiyah 18 Komarudin L Sukabumi, 11

April 1986

AL-Qudwah Tarbiyah 19 Lianti P Bogor, 29

Agustus 1985

AL-Qudwah Tarbiyah 20 M Ansori L Depok, 18

Februari 1988


(45)

21 M. Ayatullah Komeni

L Bengkulu, 16 Juni 1989

UI Sastra Jawa

22 Ma‟rifah P Depok, 11 Maret

1977

Univ. Mutiara Islam

PGTK 23 Masfufah P Depok, 30

Januari 1983

MA IPS

24 Muh Nasir L Dompu, 16 Juli 1987

SMA IPS

25 M. Ramdani L Purwakarta, 2 November 1971

D3 STIM Akutansi 26 Mustamin, S.

Psi

L Depok, 19 Oktober 1980

UIN Jakarta Psikologi 27 Nova Dwi N P Jakarta, 30

November 1983

UNJ PAUD

28 Nur Laela P Jakarta, 8 September 1988

AL-Qudwah Tarbiyah 29 Nur Rohmah P Jakarta, 4

Oktober 1984

UIN Jakarta Tarbiyah 30 Nurohim, Amd L Jakarta, 24 Juli

1973

Ma‟had

Zaitun Jakarta

Pendidikan 31 Nyimas P Jakarta, 26

Februari 1985

PNJ Akutansi

32 Reza Nia Umi P Bogor, 11 September 1984

UNJ PAUD

33 Rizky

Badruzzaman

L Jakarta, 18 Januari 1986

TRIANAND RA

Ekonomi 34 Syamsul

Ma‟arif L Pemalang, 18 Mei 1982

MA IPS

35 Sartika P Jakarta, 12 Oktober 1988

SMK Sekretaris

36 Sigit Wahyudi Ariyanto

L Jakarta, 13 April UNJ PLS 37 Siti Khoriyah P Depok, 3 Mei

1983

Univ. Mutiara Islam

PGTKIT 38 Siti Nurhasanah P Jakarta, 25 Juni

1972

SLTA IPS

39 Syekhur Rozi L Pemalang, 13 November 1987

TRIANAND RA

Ekonomi 40 Tommy Ade Y

A Q

L Depok, 23 Mei 1979

Pon-Pes Lirboyo

Ilmu

Al-Qur‟an

41 Tony Zulhendra L Binjay, 15 Mei 1983

SMA IPS

42 Tri L Jakarta, 15

Februari 1987

SMA IPS

43 Ucup Ismail L Bandung, 30 September 1986

TRIANAND RA

Manajemen 44 Ucup Wahyudi L Bandung, 19 SMA IPS


(1)

setuju bahwa Sekolah MASTER membantu siswanya mengembangkan skill bermusik siswanya.

Tabel 4.12

Sekolah MASTER memberikan siswanya kemampuan berkreatifitas dan mandiri

No Soal Alternatif Jawaban F P

9

Sangat Setuju 25 83,3%

Setuju 5 16,7%

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Hasil penelitian pada tabel 11 dapat diketahui bahwa 83,3% yang menjawab sangat setuju, 16,7% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan 0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa setuju bahwa Sekolah MASTER memberikan siswanya kemampuan berkreatifitas dan kemandirian.

Tabel 4.13

Sekolah MASTER menjadi harapan cerah bagi anak-anak jalanan dan kurang mampu yang ingin melanjutkan sekolah

No Soal Alternatif Jawaban F P

10

Sangat Setuju 26 86,6%

Setuju 4 13,4%

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Hasil penelitian pada tabel 12 dapat diketahui bahwa 86,6% yang menjawab sangat setuju, 13,4% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan 0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa setuju bahwa Sekolah MASTER menjadi harapan cerah bagi anak-anak jalanan dan kurang mampu yang ingin melanjutkan sekolah.

Dari pernyataan di atas terkait peran sekolah MASTER dalam meningkatkan motivasi belajar, maka perhitungannya berdasarkan hasil penyebaran angket adalah dapat dilihat pada grafik berikut:


(2)

Grafik di atas menunjukan bahwa adanya peran sekolah MASTER dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan tingkat SMP setelah di akumulasi maka siswa sebanyak 59,3% sangat setuju, 29,3% setuju, 4,36% tidak setuju dan 7% sangat tidak setuju.

Seperti pada wawancara dan observasi di atas dijelaskan bukti angket menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa terbangun oleh adanya peran sekolah MASTER yang didalamnya terdapat suasa yang menyenangkan, guru-guru yang menyenangkan pula, juga melalui program life skill yang diberikan oleh sekolah MASTER tersebut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SS S TS STS Gambar 4.1

Grafik Presentase Peran MASTER terhadap motivasi belajar

: 59,3 : 29,3 : 4,36 : 7


(3)

PENUTUP A. Kesimpulan

Hasil peneltian ini menggambarkan tentang kondisi pembelajaran yang dilakukan di sekolah Masjid Terminal (MASTER) Yayasan Bina Insan Mandiri di Depok. Khususnya pada siswa tingkat SMP kelas 2 yang beberapa diantaranya masuk ke dalam kategori anak jalanan. Sekolah MASTER merupakan salah satu sekolah yang di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang sebagian besar anak didik atau siswanya adalah anak jalanan yang masih membutuhkan pendidikan yang layak sekaligus dapat meningkatkan motivasi belajar mereka, sehingga perlu ada perhatian khusus dari warga maupun pemerintah agar sekolah semacam ini dapat terus berkembang lebih baik lagi.

Dalam keberadaannya sekolah MASTER telah menjadi sebuah cahaya harapan bagi gelap dan kerasnya kehidupan anak jalanan. Sekolah MASTER mampu berperan sebagai salah satu wadah bagi anak jalanan, tidak hanya sebagai rumah singgah tempat bernaung bagi mereka tetapi juga memiliki peranan penting bagi pendidikan mereka sehingga mereka memiliki sebuah harapan baru menghadapi masa depan yang lebih baik.

Selain itu, yang peneliti temukan dalam peranan sekolah MASTER ini telah mampu meningkatkan motivasi belajar anak jalanan yang biasanya ketika seorang anak telah menghidupi kehidupan keras di jalanan, mereka akan tidak acuh dalam hal pendidikan karena beberapa dari mereka sebelum masuk ke sekolah MASTER, hanya berorientasi pada bagaimana cara untuk mendapatkan uang sebagai kebutuhan hidup utama. Tetapi terlihat berbeda dari beberapa anak jalanan yang sudah masuk dan bergabung bersama sekolah MASTER. Mereka juga bisa belajar meningkatkan potensi akademis dan life skill mereka demi masa depan yang lebih baik. Seperti belajar mengaji dan baca tulis Al-Qur‟an sehingga dari mereka ada yang menjadi muadzin dan mengikuti kegiatan pengajian remaja di sekitaran tempat tinggalnya, membuat kerajinan tangan dari barang bekas sehingga memiliki nilai jual seperti bingkai foto dari bekas stik ice cream, botol dan gelas bekas minuman mineral yg dijadikan kerajinan seperti kincir angin dll. Dan kesenian seperti melukis dan belajar berbagai macam alat musik yang dapat menghasilkan karya yang lebih baik seperti lebih mahir dalam memainkan alat musik dan bernyanyi lebih enak didengar. Ada juga pelatiha otomotif dan sablon juga percetakan untuk menambah skill anak jalanan di sana.


(4)

Dengan fasilitas seperti ruang kelas yang terbuat dari peti kemas, kondisi belajar di kelas yang hanya beralaskan karpet tanpa kursi duduk, juga lab komputer sederhana sekolah MASTER telah berjuang meningkatkan motivasi sekaligus prestasi belajar anak jalanan. Kemudian juga dengan dukungan guru-guru relawan yang selalu setia mengabdikan diri mereka di dalam dunia pendidikan yang telah bekerja dengan keras tanpa pamrih demi terciptanya masa depan bagi anak jalanan yang lebih baik di samping juga membantu permasalahan sosial yang ada di sekitar kota Depok. Tak hanya pendidikan akademis, life skill, pendidikan agama juga sama di tingkatkan dalam pendidikan di sekolah MASTER ini.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran kepada pihak-pihak terkait yang sekiranya berguna saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menambahkan lab bahasa sebagai penunjang kemampuan berbahasa asing bagi siswa.

2. Memperbanyak pelatihan dalam mengolah barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual.

3. Mempunyai peralatan kesenian daerah dan modern sehingga dapat meningkatkan kemampuan bermusik yang lebih baik.

4. Meningkatkan relasi dengan pemerintah agar dapat diperhatikan lagi dalam pengembangan sekolah.

5. Menjaga hubungan dengan masyarakat dan lebih meningkatkan kwalitas agar masyarakat luas tertarik dan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sekolah MASTER.

6. Dengan adanya sekolah MASTER ini selanjutnya bisa menjadi contoh untuk lebih banyak lembaga-lembaga sejenis.


(5)

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2009

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Teraju, 2004 cet. Ke-1

Alisuf sabri, psikologi pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelaran, Yogyakarta : Multi

Pressindo, 2013

Deasy Ria Santi, “Asistensi Belajar Dalam Program Street Based Anak Jalanan”,FISIP Universitas Indonesia, 2002

Departemen Sosial RI Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Direktorat, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di luar panti Jakarta : DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005

Dr. Kartini Kartono, Tujuan Pendidikan Nasional, PT. Pradnya Paramita, 1997 Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006

Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997

Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline, v1.1

Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010

Ngalim Purwanto, Psikologi Dosenan, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2006


(6)

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1975

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 cet. Ke-4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta: Rajawali Grafindo Utama, 2005

Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, Bandung: Alfabeta, 2010

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2002) cet. Ke-1

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002 cet. Ke-1

Syamsuddin dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, cet. II

Umar Tirtarahardja, et.al. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta 2005 Cet 1

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 Bandung: Citra Umbara, 2006, hal. 71-72 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan. Artikel diakses pada 12 Juni 2014

http://www/rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-Anak Terlantar-17-Juta

www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf Armai Arief, “Upaya