yang merupakan ilokusi ekspresif adalah ujaran „Thank you so much for the help‟
yang mempunyai maksud berterima kasih.
2.3.1.3 Makna Tindak Tutur
Terdapat tiga pembagian makna tindak tutur bedasarkan Austin Cutting, 2002: 16 yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketiga komponen ini mempunyai
ciri khas tersendiri yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Makna Lokusi Locutionary Act Lokusi adalah
„what is said‟ Cutting, 2002: 16 atau dengan kata lain ujaran yang diucapkan oleh penutur, baik bentuknya itu pernyataan, pertanyaan, maupun
perintah. Sementara Levinson 1983: 236 menjelaskan bahwa lokusi adalah “the
utterance of a sentence with determinate sense and reference.” Pengertian yang bisa didapatkan dari penjelasan Levinson ini adalah setiap ujaran yang
mengandung makna ilokusi mempunyai rujukan langsung dalam bentuk ujarannya. Ujaran tersebut bisa saja berbentuk imperatif, deklaratif, atau pun
interogatif. Untuk melihat makna lokusi, ujaran-ujaran ini dilihat struktur dan bentuknya secara sintaktis maknanya secara semantis.
Makna lokusi dapat diperlihatkan melalui contoh ujara n “Saya tidak punya
uang.” Dalam contoh ini, dapat diperhatikan bahwa ujaran yang dituturkan merupakan sebuah kalimat deklaratif. Kalimat dengan bentuk deklaratif
mempunyai modus untuk memberikan informasi kepada lawan tutur. Dengan demikian, makna lokusi dari contoh tuturan tersebut adalah penutur tidak
memiliki uang sebagaimana yang ia lontarkan dalam ujarannya. Perlu diperhatikan bahwa makna lokusi seperti ini hanya akan bisa didapatkan jika
tuturan dari penutur sesuai dengan konteks yang muncul. Penutur menuturkan ujaran tidak memiliki uang sebagai informasi kepada lawan tuturnya bahwa dia
tidak memiliki uang.
2. Makna Ilokusi Ilocutionary Act Austin menjelaskan ilokusi sebagai
„the act of saying something‟ Cutting, 2002: 16 atau tindakan yang muncul melalui sebuah ujaran. Searle pun
menjelaskan bahwa tindak ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu baik maksud yang merupakan tindakan
menyatakan berjanji, meminta maaf, mengancam, dan sebagainya Nadar, 2009:14. Pengertian ini menunjukkan, tindak ilokusi tidak bisa hanya dimaknai
melalui bentuk ujaran saja. Tindak ilokusi semestinya menyingkap makna yang muncul secara eksplisit dalam ujaran serta makna yang secara implisit turut serta
dalam ujaran tersebut. Makna ilokusi dapat diperhatikan dalam ujaran seperti
“Tong sampahnya sudah penuh.” Jika ujaran ini dilihat dari sisi lokusinya maka ujaran ini hanya
akan mempunyai bentuk deklaratif dengan modus memberi informasi kepada lawan tutur bahwa tong sampah yang dimaksudkan telah penuh. Jika pemaknaan
secara kontekstual yang spesifik dilekatkan pada ujaran ini, maka makna ini mempunyai tindak ilokusi. Jika tuturan ini dilontarkan oleh majikan kepada
pembantunya, maka ujaran ini menjadi perintah kepada pembantu untuk
mengosongkan tong sampah. Dengan demikian makna ilokusi adalah makna yang mampu memberikan daya kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan sebuah penuturan yang muncul.
3. Makna Perlokusi Perlocutionary act Levinson 1983: 236 menyebutkan bahwa tindak perlokusi adalah efek yang
muncul pada pendengar terhadap ujaran yang didengarkan. Dengan demikian, makna yang muncul dari tuturan tidak hanya berhenti pada maksud apa yang yang
disampaikan penutur melalui ujarannya tetapi juga kemampuan maksud tersebut ditanggapi oleh petutur. Efek yang muncul bisa saja sesuai dengan harapan
penutur bisa saja tidak. Untuk itu, Austin Cutting, 2002: 17 menyebutkan bahwa daya perlokusi sebagai perlocutionary effect karena makna tuturan dilihat dari
tanggapan petutur terhadap sebuah ujaran. Sebagai contoh adalah ujaran “Kebakaran” Jika tuturan ini disampaikan oleh
orang yang ingin meminta tolong untuk memadamkan api, maka efek perlokusi yang muncul dari ujaran ini bisa saja menjadi perlokusi yang sesuai dengan
maksud penutur dan berlawanan. Petutur bisa saja bergegas membantu penutur untuk memadamkan api akibat kebakaran. Akan tetapi, tidak tertutup
kemungkinan bahwa melalui ujaran meminta tolong yang dituturkan penutur, petutur memberikan efek yang berbeda. Petutur bisa saja memberikan efek
perlokusi berupa lari ketakutan karena merasa takut akan menjadi korban kebakaran.
Efek perlokusi dapat dikatakan sebagai bentuk nyata dorongan tuturan kepada petutur sehingga memberikan efek. Kemungkinan akan adanya efek yang tidak
berkesesuaian dengan maksud dari penutur bisa saja muncul. Hal ini kembali kepada konteks situasi tutur yang melekat dari ujaran yang muncul dalam
peristiwa tutur.
2.3.2 Teori Prinsip Kerjasama