Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Tindak tutur merupakan kajian yang banyak dibahas akhir-akhir ini. Penelaahan tindak tutur dari berbagai bentuk teks dan wacana telah muncul dalam berbagai penelitian. Salah satu peneliti yang mengangkat tindak tutur adalah Elfiando 2000 yang berjudul “Pasambahan Mananti Marapulai di Kota Madya Solok: Sebuah Kajian Tindak Tutur ”. Penelitian dengan metode kualitatif tersebut membahas tentang kajian tindak tutur dengan memanfaatkan korpus data dari pasambahan mananti marapulai meminang perempuan yang mengambil lokasi penelitian di Kota Madya Solok. Penelitian ini menunjukkan bahwa komponen tindak tutur yang muncul adalah tindak lokusional, makna tindak ilokusional, dan makna tindak perlokusional. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan penggunaan jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung dan tidak langsung, literal dan tidak literal dalam data. Penelitian yang dilakukan oleh Elfiando memberikan masukan pada penelitian ini, yakni tata cara penerapan teori yang dipakai dalam menganalisis makna tindak tutur, serta pendeskripsian data yang dianalisis melalui teknik analisis kualitatif. Secara umum, penelitian Elfiando menggunakan teori yang sama dengan penelitian tentang Supernanny ini. Penggunaan teori tindak tutur untuk melihat jenis dan makna tindak tutur merupakan kesamaan dari kedua penelitian tersebut. Meskipun begitu, penelitian ini mencakupi aspek yang lebih luas. Fungsi tindak tutur ditelaah secara lebih mendalam dengan melihat fungsi ujaran baik sebagai deklaratif, asertif, komisif, direktif, dan ekspresif. Peneliti lain yang cukup berkaitan dengan tuturan antara orang tua dan anak adalah De Geer dan Tulviste 2002. Artikel dengan judul “Behaviour Regulation in The Family Context in Estonia and Sweden ” ini memaparkan jenis tuturan yang muncul dari orang tua dengan latar belakang kebudayaan tertentu yaitu orang Swedia, Estonia, dan orang Estonia di Swedia. Penelitian ini menelaah data dari interaksi antara orang tua dan anak pada waktu makan siang yang membuat orang tua harus mengujarkan sebuah bentuk direktif kepada anak mereka. Ujaran-ujaran yang dituturkan oleh orang tua ketika situasi tersebut dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik, dengan menitikberatkan pada studi sosialisasi pragmatik melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa situasi tutur tertentu akan sangat memengaruhi tuturan atau ujaran yang dituturkan oleh orang tua. Bentuk, makna, dan fungsi tuturan akan berbeda dari orang tua yang mempunyai latar belakang budaya Estonia dan Swedia. Tulisan tersebut merupakan tulisan yang mengangkat telaah tuturan orang tua dan anak layaknya pada penelitian ini. Meskipun begitu, pada artikel tersebut, fokus penelitian hanyalah pada penggunaan fungsi direktif melalui jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung pada konteks makan siang keluarga dengan latar belakang budaya tertentu. Sedangkan dalam penelitian ini, komunikasi orang tua dan anak yang diangkat tidak hanya melihat fungsi direktif saja tetapi juga tindak tutur lainnya. Penelitian ini juga menelaah fungsi dan makna tindak tutur serta prinsip kerjasama dan kesantunan yang muncul dalam komunikasi orang tua dan anak. Almos 2008 menulis tesis dengan judul “Pantang dalam Bahasa Minangkabau”. Tulisan ini merupakan sebuah analisis wacana terhadap ujaran yang mengandung pantang. Dalam penelitian tersebut, tuturan yang berkaitan dengan pantang dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur untuk menganalisis fungsi tuturan yang menggunakan kata pantang. Analisis fungsi pantang dalam bahasa Minangkabau tersebut menemukan tindak ilokusi yang muncul adalah asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Tindak ilokusional asertif pantang dalam bahasa Minangkabau berfungsi untuk menyatakan, mengeluh, memberitahukan, menyarankan. Sementara itu, ditemukan tindak ilokusional direktif yang berfungsi memerintah, menanyakan, dan menasihatkan. Untuk tindak ilokusional komisif, fungsi yang muncul dari telaah penelitian tersebut hanyalah untuk bersumpah. Sedangkan tindak ilokusional ekspresif yang muncul mempunyai fungsi untuk menyalahkan dan memuji. Tindak ilokusional deklaratif yang ditemukan hanyalah fungsi untuk memecat. Penelitian Almos 2008 dan penelitian ini sama-sama menggunakan teori tindak tutur untuk mendapatkan fungsi tuturan. Perbedaan yang mencolok adalah penggunaan teori pendukung. Pada penelitian Almos, tidak digunakan teori prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan layaknya penelitian mengenai Supernanny ini. Simpen 2008 menulis disertasi dengan judul “Kesantunan Berbahasa pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur ”. Penelitian ini menitikberatkan pada kesantunan tuturan yang muncul dalam Bahasa Kambera. Teori yang digunakan adalah teori linguistik kebudayaan dan sosiopragmatik. Sementara itu, pendekatan kualitatif, metode observasi, dan wawancara aktif adalah metode dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data. Melalui penelitian ini ditemukan kemunculan dua jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung dan tidak langsung. Sementara itu, ditemukan pula fungsi dan komponen makna tindak tutur. Fokus penelitian ini adalah kesantunan dalam tuturan penutur bahasa Kambera, sehingga penerapan teori prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan menjadi hal yang penting. Dalam penelitian terhadap bahasa Kambera ini, ditemukan empat maksim prinsip kerjasama dan enam maksim prinsip kesantunan. Penelitian Simpen 2008 dan penelitian ini sama-sama menggunakan metode kulaitatif dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Penelitian Simpen menggunakan teori linguistik kebudayaan dan sosiopragmatik sebagai teori utama. Sedangkan dalam penelitian ini, fokus penelitian adalah pada penelitian pragmatik, yang didukung oleh penggunaan teori prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Penelitian lain yang juga menelaah tindak tutur adalah penelitian yang dituliskan oleh Wulantari 2009 yang berjudul “Tindak Tutur dalam Kumpulan Naskah Drama Nyunnyan-Nyunnyen ”. Penelaahan tindak tutur dalam penelitian ini adalah dengan melihat ujaran yang dituturkan oleh tokoh drama. Tesis ini menjelaskan telaah ujaran yang dilontarkan oleh tokoh drama melalui teori tindak tutur untuk melihat tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tindak ilokusi yang muncul adalah deklaratif, asertif, komisif, direktif dan ekspresif. Kelima fungsi tindak tutur muncul melalui delapan jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur lateral, tindak tutur tak lateral. Sementara empat jenis lainnya merupakan gabungan dari jenis sebelumnya yaitu tindak tutur langsung lateral, tindak tutur langsung tidak lateral, tindak tutur tak langsung lateral, dan tindak tutur tak langsung tidak lateral. Penelitian Wulantari 2009 dan penelitian ini sama-sama menggunakan metode kualitatif dan teori tindak tutur untuk menganalisis data. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan teori pendukung yaitu teori prinsip kerjasama dan kesantunan untuk menelaah ujaran. Sementara itu, Wulantari menggunakan teori etnografi komunikasi untuk mendukung analisis penelitiannya. Penelitian lain yang mengangkat fenomena tindak tutur dalam komunikasi adalah Andriyani 2010 yang berjudul “Tuturan Wisatawan Jepang dalam Berkomunikasi dengan „GRO Staf” di Lingkungan PT HIS Tour Travel Bali: Kajian Pragmatik”. Data yang menjadi objek penelitian adalah tuturan yang dilontarkan oleh wisatawan Jepang saat berkomunikasi dengan petugas penyedia jasa travel. Penelitian ini, memperlihatkan dalam situasi tertentu, penutur dengan latar belakang tertentu akan menuturkan ujaran yang sesuai dengan kedua konteks yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturan yang diujarkan oleh wisatawan berupa ujaran deklaratif, imperatif dan interogatif dengan makna lokusi, ilokusi dan perlokusi. Jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung merupakan jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur. Lebih jauh lagi, penelitian ini menelaah fungsi tindak tutur yang muncul dengan frekuensi paling tinggi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa fungsi ekspresif dan fungsi direktif adalah fungsi yang paling dominan muncul dalam tuturan wisatawan. Selain penelaahan tindak tutur, penelaahan prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan juga digunakan dalam penelitain ini. Prinsip kerjasama yang paling mendominasi adalah maksim kualitas dan maksim cara. Kedua maksim ini lebih cenderung digunakan karena faktor latar belakang penutur dan aspek situasi yang mendorong penutur untuk menggunakan kedua maksim ini muncul lebih sering. Sementara itu, untuk prinsip kesantunan, maksim yang paling dominan muncul dalam analisis adalah maksim kesederhanaan, maksim kemurahan hati, dan maksim simpati. Penelitian tersebut menggunakan metode dan teori yang nyaris sama, yaitu metode kualitatif dan teori tindak tutur yang didukung oleh teori prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Meskipun begitu, Penelitian Andriyani 2010 belum menelaah hubungan yang muncul dari kedua teori pendukung yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian tindak tutur dalam Supernanny ini menelaah keterkaitan tersebut. Penelitian lain adalah penelitian Suardana 2013 dengan judul “Tindak Tutur dalam Film Komedi Ace Ventura: When Nature Calls ”. Penelitian ini merupakan penelitian yang menelaah tindak tutur ujaran berbahasa Inggris dalam genre film komedi. Tujuannya untuk menunjukkan jenis, fungsi, dan makna tindak tutur dari ujaran yang dituturkan tokoh serta memperlihatkan implikatur percakapan yang muncul dalam jenis film komedi tersebut. Hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini adalah jenis tindak tutur yang didapatkan adalah tindak tutur langung dan tindak tutur tidak langsung. Sementara itu untuk fungsi tindak tutur yang muncul adalah fungsi deklaratif, representatif, komisif, direktif, dan ekspresif. Makna yang muncul dari tuturan- tuturan dalam film tersebut muncul dalam bentuk makna lokusi, ilokusi dan perlokusi. Lokusi adalah makna yang cukup jarang muncul sementara ilokusi adalah makna yang paling sering muncul. Dari sisi implikatur percakapan, muncul empat prinsip kerjasama yaitu maksim kuantitas, kualitas, cara, dan hubungan. Dari keempat maksim ini maksim kualitas adalah maksim yang paling sering dilanggar. Hal ini disebabkan oleh kepentingan film dengan genre komedi untuk membuat penontonnya tertawa. Pelanggaran maksim kualitas akan membuat lawan tutur menjadi tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkannya karena tanggapan yang diberikan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Dalam penelitian tersebut, penggunaan teori tindak tutur didukung oleh teori prinsip kerjasama yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penelaahan implikatur film komedi. Untuk itulah, dalam penelitian ini teori pendukung lainnya yaitu teori prinsip kesantunan diaplikasikan dalam dalam menganalisis data yang sangat berbeda dengan penelitian Suardana 2013. Penelitian lainnya adalah artikel Carretero 2015 yang berjudul “An Analysis of Expressive Speech Acts in Online Task-Oriented Interaction by University Students ”. Penelitian ini memfokuskan penelaahannya pada tindak tutur ekspresif yang muncul dari percakapan atau interaksi mahasiswa dalam menggunakan media online untuk mendiskusikan topik tertentu. Korpus data yang diambil adalah percakapan yang berkenaan dengan penulisan makalah untuk seminar. Dari percakapan ini peneliti menelaah dinamika penggunaan tindak tutur ekspresif dalam konteks percakapan tanpa tatap muka. Faktor-faktor layaknya usia, ras, pendidikan, dan waktu percakapan digunakan sebagai konteks sosial untuk menelaah jenis dan jumlah tindak tutur ekspresif yang digunakan. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa tindak tutur ekspresif mempunyai dua jenis yaitu tindak tutur ekspresif yang berpusat pada diri sendiri self-oriented dan yang berpusat pada orang lain others-oriented. Hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Melalui penelitian ini dipaparkan bahwa tindak tutur ekpresif mengucapkan berterima kasih, permintaan maaf, menyapa dan memuji merupakan bentuk tindak tututr eksprsif yang paling banyak digunakan. Informasi penting yang didapatkan dari penelitian ini adalah bentuk dan penggunaan tindak tutur ekspresif dalam data berupa percakapan tertulis melalui media online. Meskipun artikel dari Carretero 2015 sama-sama menelaah tuturan dari sudut pandang pragmatik dengan menggunakan metode kualitaf, tetapi penelitian Carretero 2015 hanya memfokuskan penelaahan pada fungsi ekspresif tindak tutur saja. Hal inilah yang membedakan tulisan tersebut dengan penelitian ini. Selain objek penelitian yang berbeda, dalam penelitian ini, acara realitas Supernanny ditelaah dengan melihat jenis, fungsi dan makna yang lebih luas.

2.2 Konsep