Adegan 3 Rakha, Willy dan Rio menyadari kesalahan-kesalahan

menyewa taksi untuk membawanya ke travel. Sang supir taksi heran melihat keadaan Willy yang babak belur. Dia mengira Willy habis berkelahi, supir taksi tersebut mengingatkan Willy agar tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan kedua. Supir Taksi : Habis berkelahi yah? Itu ada tissue, bersihkan lukanya dek. Willy : Bukan berkelahi sih pak. Lebih tepatnya dikeroyok Supir Taksi : Tapi gak sampai mati kan? Willy : Hampir mati sih.. Supir Taksi : Baru hampir.. itu tandanya dek ini masih disayang sama Tuhan. Masih diberi kesempatan kedua.. Diperjalanan Willy melewati gedung sate dan melihat Rakha sedang duduk. Secara spontan Willy meminta taksi agar berhenti. Willy menghampiri Rakha dan mereka berdua saling meminta maaf atas semua yang terjadi. Willy mengakui kesalahannya dan dia mengaku bahwa semua kesombongannya itu adalah bohong. Dia bahkan masih perjaka padahal dia bilang sebelumnya bahwa dia pernah melakukan free sex. Willy melakukan itu agar dinilai keren oleh teman-temannya. Rakha sangat senang mendengarnya. Willy akhirnya menelpon Lolly, mengakui kesalahan-kesalahannya dan meminta maaf. Lolly ternyata sudah mengetahui kelakuan Willy namun Lolly sangat mencintai Willy sehingga dia tetap bersama Willy. Dan akhirnya hubungan Willy dan Lolly menjadi hubungan yang sehat. Saat Willy menelepon Lolly, Rakha menghampiri penjaga warung yang ada di sekitar situ. Seorang bapak-bapak separuh baya dan asli orang Bandung. Penjaga Warung : Hei jang.. ada apa heuleng heuleng? Seperti orang pusing saja. Kiamat? Masih jauuh..haha Rakha :Kiamat.. kata siapa pak? Orang filmnya aja udah ada. Tahunnya aja udah jelas 2012. Penjaga Warung : Halah.. percaya sama yang begituan.. percaya sama ini nih preeeet..haha.. dia mah tidak pernah bohong bauu… Rakha : H aha… bau banget lagi. Gimana mau laku pak, jualannya, kentut mulu..lagian pak, filmnya itu pak yah..udah dari riset lama. Jadi udah pasti 2012 gak mungkin bohong pak. Penjaga Warung :Percaya mah sama sutradara yang sesungguhnya. Yang di atas sana tuh. Percaya mah sama itu. Jangan percaya sama sutradara hollywod 9 Saat asyik mengobrol, penjaga warung menyapa seorang penjual Koran yang melintas menggunakan sepeda dan memakai baju koko. Ternyata penjual Koran tersebut sebelum menjual Koran , ia adalah seorang penjaga masjid dan seorang muadzin. Rakha langsung kagum dan dia memutuskan untuk ke masjid menunaikan shalat subuh. Willy yang baru selesai berbicara dengan Lolly lalu mencari Rakha. dan menyusul Rakha ke masjid. Saat selesai shalat subuh, Rakha melihat shaff belakangnya ada Willy yang juga shalat shubuh, Rakha tersenyum. Setelah selesai shalat ternyata sudah ada Tommy yang menunggu. Ketika hendak berangkat, ayah Rakha menelepon, saat itu juga Rakha menyampaikan semua keinginannya. Keinginan untuk berhenti kuliah dan menjadi seorang penulis. Akhirnya Rakha berani menyampaikan semua yang ia rasakan selama ini. Ayah Rakha hanya bisa diam karena dia kaget anak tunggalnya itu sekarang berani mengutarakan pendapatnya. Akhirnya mereka menuju toko kue Mama Cake, saat itu 9 Percakapan dapat dilihat pada durasi 01:40:20 waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Toko kue Mama Cake tentu saja belum buka. Rakha berteriak memanggil pelayannya dan ternyata pelayan bawel itu tidur disamping toko. Setelah agak sedikit memaksa, akhirnya pelayan tersebut mengambil brownies Mama Cake yang ternyata tinggal satu-satunya. Akhirnya Rakha, Willy dan Tommy berangkat untuk melanjutkan pulang menuju Jakarta. Rakha yang menyetir, sambil mengantuk Rakha tiba-tiba seperti mimpi ada Rio yang memanggil-manggilnya dan ada gambaran sebuah desa dan musholla. Rakha tiba-tiba mengerem mobilnya dan ada sebuah gapura seperti dalam mimpinya. Rakha langsung keluar mobil dan menyusuri bayangan-bayangan seperti yang ada di mimpinya. Akhirnya Rakha menemukan Rio di musholla kecil disana dengan heran Rakha bertanya pada Rio mengapa bisa begitu. Ternyata Rio melakukan telepati kepada Rakha agar bisa menemukannya. Setelah personil komplit akhirnya mereka melanjutkan perjalanan. Tommy yang menyetir sementara Rakha, Willy dan Rio tidur karena lelah setelah apa yang mereka alami seharian. Tiba-tiba Tommy lapar, dan di depannya hanya ada brownies Mama Cake. Tanpa pikir panjang Tommy langsung memakannya dan ketika berhenti disebuah lampu merah ada anak kecil yang mengamen dan meminta brownies Mama Cake, Tommy memberikannya dengan mudahnya. Rakha yang baru bangun melihat itu sangat marah dan langsung mengejar bocah-bocah pengamen itu. Namun, brownies itu tidak kembali. Akhirnya mereka memutuskan membeli di toko kue yang menjual brownies Mama Cake. Tapi ternyata disana juga habis. Rakha sangat menyesal, dia tidak mampu menjalankan amanah dari neneknya. Ini terlihat dari percakapan berikut ini. Rakha : Ini bukan asli atau enggaknya, ini soal amanahnya itu loh. Berarti gue gak ngejalanin amanah dari nenek gue dong.. Willy : Mana tom,? Tommy : Abis. Dan mereka gak tau adanya kapan lagi.. Rakha : Bener kan wil, gak boleh lagi. Yang penting itu amanahnya.. amanah.. Rakha berpikir keras bagaimana caranya dia bisa tetap menunaikan amanah dari neneknya. Tiba-tiba ia melhat ada ibu-ibu menjual bunga Mawar. Rakha langsung teringat Mawar, gadis yang ditemuinya di toko kue Mama Cake. Rakha meminjam handphone Willy dan mengingat-ingat nomer ponsel Mawar. Setelah banyak salah sambung, akhirnya ada telepon rumah yang menghubungi ponsel Willy. Ternyata itu adalah Mawar. Rakha langsung meminta alamat rumah Mawar untuk meminta brownies Mama Cake dan menjelaskan bahwa itu adalah amanah terakhir dari neneknya. Setelah sampai di rumah Mawar, dia menjelaskan bahwa brownies Mama Cake tersebut adalah bukan miliknya melainkan milik Rakha. Mawar salah mengambil browniesnya ketika sedang makan di restoran burger di stasiun. Akhirnya Rakha buru-buru menuju rumah sakit untuk memberikan brownies Mama Cake untuk neneknya yang sedang sakit parah. Saat menuju kamar tempat neneknya di rawat, Rakha bingung karena ternyata kamar itu sudah kosong dan rapih. Akhirnya Rakha keluar dan duduk di sofa rumah sakit. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya dengan girang. Ternyata itu adalah nenek Rakha. Nenek Rakha berlari dengan riang dan langsung memeluk dan mencium cucu kesayangannya tersebut. Rakha heran mengapa neneknya terlihat sangat sehat dan bugar. Nenek Rakha mengatakan bahwa dia sudah sembuh dan sudah tidak sakit lagi. Rakha merasa neneknya menyuruh dia membeli brownies jauh-jauh hanya untuk mengobati rasa rindu neneknya yang sangat ingin bertemu dengannya. Nenek Rakha lalu meminta brownies Mama Cake dan langsung memakannya dengan lahap. Sambil memakan brownies Mama Cake, nenek Rakha bertanya bagaimana kuliah Rakha, dan bertanya bagaimana dengan Mawar. Saat mendengar itu Rakha langsung menoleh dan ternyata tidak ada siapa-siapa disebelahnya. Ternyata Rakha ada dilantai dua bukan dilantai tiga tempat neneknya dirawat. Saat keluar dari lift lantai tiga, Rakha kembali bertemu dengan sosok 1865. Sosok 1865 : Dompet lo ilang juga? Tapi gapapa, biasanya kalo kita kehilangan sesuatu kita bakal dapet sesuatu yang lebih besar Rakha : Oh ya? Kayak apa? Sosok 1865 : Gatau.. apa sekarang yang penting dan besar buat lo? Ya itu standar lo kurang amal aja kali jadi mesti diambil secara paksa. Hari gini gitu gak zakat? Apa kata akhirat? Dari percakapan di atas dapat dilihat bahwa zakat merupakan kewajiban umat muslim untuk memberikan sebagian hartanya kepada orang yang kurang mampu. Seringkali kita lupa untuk membagi ke orang yang kurang mampu sehingga Allah terpaksa mengambilnya dengan cara kita kehilangan barang-barang yang kita punya. Setelah pamit dengan sosok 1865, Rakha menuju kamar tempat neneknya dirawat. Disana sudah ada banyak keluarga Rakha dan mereka melihat Rakha dengan tatapan penuh makna. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.06 . Ketika Rakha memasuki kamar inap itu, neneknya sudah terbujur kaku dan ayahnya sedang menutupi neneknya dengan selambar kain putih. Rakha sangat shock dan sedih. Ternyata saat tadi dia bertemu dengan neneknya itu adalah hanya mimpi. Namun, ketika sekotak brownies Mama Cake lepas dari genggaman tangan Rakha, dan terjatuh ternyata sudah ada bagian yang termakan sama seperti mimpi Rakha bertemu dengan neneknya saat tertidur di sofa rumah sakit. Tabel 5.3 Rakha, Willy dan Rio menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan akhirnya bertaubat Scene Cut of Shot Cast Interpretasi Simbolik 1 Rakha, Willy dan orang yang sedang shalat Menampilkan bahwa Rakha tersenyum melihat ada Willy dibelakangnya sehabis halat subuh. 2 Ayah Rakha Menampilkan ekspresi tertegun ayah Rakha sehabis Rakha mengutarakan pendapatnya. 3 Rakha, Willy dan Pelayan toko kue Mama Cake Menampilkan bahwa Rakha dan Willy berusaha membujuk pelayan toko agar mau menggambilkan brownies Mama Cake di waktu subuh. 4 Rakha, Willy, Rio dan Tommy Menampilkan bahwa Rakha berhasil menemukan Rio melalui hubungan telepati. 5 Rakha dan neneknya menampilkan bahwa Nenek Rakha mencium Rakha karena sangat merindukan Rakha. 6 Ayah Rakha, Nenek Rakha, Dokter dan suster Menampilkan bahwa Dokter memberi tahu kalau nenek Rakha sudah tiada. 7 Brownies Mama Cake Menampilkan brownies Mama Cake yng terjatuh dan ada bagian brownies yang sudah dmakan. Tabel 6.3. Ikon Ikon dalam adegan ini adalah seorang nenek yang sedang sakit parah dan pemintaan terakhirnya adalah brownies Mama Cake yang berasal langsung dari tempat pembuatannya di Bandung. Indeks Indeks dalam adegan ini adalah Rakha berusaha memenuhi amanah dari neneknya yang sedang sakit meski saat memenuhi amanah itu Rakha mengalami banyak kejadian yang Secara teknis adegan-adegan diatas memiliki beberapa unsur sinematografi. Pada potongan adegan yang pertama menampakkan Rakha yang sedang berada di masjid untuk shalat subuh. Dan ketika ia menoleh ke belakang ternyata ada Willy yang juga melaksanakan ibadah shalat subuh. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot. Lalu, potongan shot yang kedua, jarak kamera yang digunakan adalah medium close up. Sang sutradara ingin memvisualisasikan ekspresi ayah Rakha dan body language ayah Rakha. Ayah Rakha sangat tidak menyangka akan kata-kata yang diucapkan Rakha saat itu. Ayah Rakha tertegun dan bersandar ke sofa yang sedang ia duduki. Pada adegan yang selanjutnya, menampilkan usaha Rakha dan Willy untuk membujuk pelayan toko kue Mama Cake. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot. Sang sutradara ingin memvisualisasikan waktu yang terjadi pada saat itu yaitu subuh dan kostum yang digunakan sang pelayan adalah baju untuk tidur. Pada adegan keempat, jarak kamera yang digunakan adalah long shot. Sang sutradara ingin memvisualisasikan suasana dan latar belakang tempat pada saat itu. Semua tokoh terlihat dan pemandangan yang ada saat itu juga tampak jelas. menimpanya sampai harus membeli brownies Mama Cake berkali-kali. Simbol Pada adegan ini terdapat simbol, pelukan dan ciuman nenek Rakha tanda bahwa seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya. Dan perkataan nenek Rakha bahwa dia menerima keputusan Rakha untuk berhenti kuliah karena yang penting Rakha menjalaninya dengan hati. Adegan yang selanjutnya, shot menggunakan jarak kamera medium shot. Sang sutradara ingin menampilkan setengah gambar objek agar terlihat jelas. Menampilkan kasih sayang dan kerinduan seorang nenek terhadap cucunya. Adegan yang keenam, menampilkan suasana kamar di sebuah rumah sakit dan kesedihan keluarga Rakha yang ditinggalkan nenek Rakha. sorang dokter dan suster mempertegas bahwa kejadian itu sedang berlangsung di rumah sakit. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot. Pada potongan adegan yang terakhir, memvisualisasikan brownies Mama Cake yang menjadi permintaan terakhir nenek Rakha terlihat sudah ada bagian yang dimakan. Rakha tidak sia-sia membeli brownies Mama Cake tersebut untuk memenuhi permintaan terakhir neneknya. Karena ternyata Rakha masih sempat memberikan brownies tersebut walaupun dengan kejadian yang aneh. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot. Secara keseluruhan adegan-adegan tersebut memiliki unsur-unsur sinematografi. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan tersebut adalah medium shot, medium close up dan long shot. Pencahayaanya sendiri cenderung menggunakan sumber utama key light. Setting yang digunakan dalam semua adegan disini adalah shot on location. Aspek editing dalam film ini menggunakan dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi oleh tipe montase, establishingreestablishing shot dan cut in yang diiringi musik instrumental.

B. Narasi Adegan Yang Diteliti

Sebelum menganalisis sebuah adegan utama tentang taubat, berikut ini peneliti akan memaparkan komponen-komponen naratif yang harus diperhatikan karena komponen ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memahami adegan khusus ini berdasarkan unsur-unsur naratif film. 1. Tokoh Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama pada adegan ini adalah Rakha, Willy dan Rio. Rakha divisualisasikan sebagai tokoh protagonis. Ia seorang mahasiswa abadi berusia 24 tahun. Dia adalah anak tunggal dari pengusaha kaya raya. Dia mengikuti semua keinginan ayahnya tanpa berani menolak sedikitpun walaupun sebenarnya dia tidak menyukai perintah ayahnya tersebut. Rakha orang yang sangat berprinsip dan idealis. Willy divisualisasikan sebagai pemuda yang sosialis, paling gaul dan playboy. Dia selalu menggunakan bahasa Inggris dalam setiap percakapannya, padahal dia belum pernah keluar negeri. Rio divisualisasikan sebagai orang yang cinta kepada alam semesta. Dia menjadi seorang vegetarian karena dia menghargai hak hidup binatang-binatang yang ada di bumi Dia bertindak mengikuti hati nuraninya. Dia adalah yang paling unik diantara kedua sahabatnya itu. 2. Masalah dan Konflik Masalah yang muncul pada adegan ini adalah ketika Rakha tidak menyukai pendapat-pendapat Willy mengenai kebiasaan Willy yang playboy yang suka berkenalan dengan gadis-gadis cantik. Dia kasihan dengan Lolly pacarnya Willy yang juga adalah teman SMA Willy. Konflik muncul ketika mobil Rakha hilang dan Rakha, Willy dan Rio saling menyalahkan. Willy menyalahkan Rakha kenapa dia sempat membuang handphone nya di jalan. Namun, Rakha tidak merasa bersalah karena ia melakukan itu untuk kebaikan Willy dan hubungan Willy dengan pacarnya, Lolly. Willy merasa Rakha yang sempat naksir Lolly ingin merebut Lolly darinya. Rakha tersinggung lalu memukul Willy. Ketika dilerai oleh Rio, Rakha tambah emosi karena Rio sangat konyol meninggalkan mobilnya begitu saja karena ingin bermain-main dengan sapi dan kambing yang ada di sekitar situ. Akhirnya Rakha dengan emosi meninggalkan kedua temannya. Rio tidak mau pergi bersama Willy karena dia tidak mau tertular penyakit hati yang dimiliki Willy. Penyakit sombongnya, angkuhnya. 3. Lokasi Karena film ini bergenre fiksi ada beberapa adegan yang dilakukan di studio. Namun ada pula yang shot on location seperti lokasi di sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, toko kue, stasiun, musholla di sebuah desa terpencil, bukit bintang dan lokasi ikon kota Bandung yaitu Gedung sate.