Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung

geng motor lainnya. Adegan ini dapat dilihat pada durasi 01:24:01. Willy terlihat sebagai sosok yang sangat lemah saat itu karena tidak mampu melawan. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot dengan sedikit tambahan visual berupa tulisan di frame tersebut. Pada baris 2 kolom ke-2, adegan memperlihatkan Willy melihat tubuhnya sendiri sedang tergeletak tak berdaya sesudah dipukuli. Willy merasa sudah meninggal saat itu. Adegan ini terdapat pada durasi 01:26:31. Dia mengenang saat- saat masa kecilnya rajin mengaji bersama Rakha dan Rio dan semua kenang- kenangan baik mengenai dia dan orang-orang disekitarnya muncul saat itu. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot. Adegan selanjutnya, Rakha mencoba untuk tidur sambil menunggu dijemput oleh sepupunya. Ia tertidur di pinggiran gedung sate. Ia terlihat sangat lusuh karena bajunya yang kotor dan mukanya yang babak belur habis dipukul preman stasiun. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan ini adalah long shot. Adegan scene yang selanjutnya, sang sutradara menampilkan Rio yang sedang tiduran merenungi percakapannya dengan sosok 1865 mengenai shalat. Sambil melihat buah tomat yang diberikan oleh sosok 1865. Sang sutradara menyimbolkan buah tomat sebagai arti dari taubat tamat tomat. Adegan ini terdapat pada durasi 01:28:13. Jarak kamera yang digunakan adalah medium long shot. Pada adegan pendukung yang ke 5, sang sutradara menampilkan Rakha, Willy dan Rio bertemu pada satu mimpi. Mereka berada disebuah jalanan. Tiba-tiba ada kertas yang terjatuh dan kertas itu ternyata sebuah angka-angka yang menghitung mundur. Hitungan mundur itu adalah hitungan mundur menuju hari akhir yaitu hari kiamat. Jarak kamera yang digunakan adalah medium long shot. Dalam adegan pendukung ke 6, sang sutradara ingin mencoba menggambarkan kejadian pada hari kiamat. Dimana 4 unsur dalam kehidupan berkecamuk. Dimana ada air yang berkumpul menjadi sebuah banjir besar dan tsunami. Gunung-gunung dibumi meletus secara bersama-sama. Tanah yang biasa kita pijak mulai retak dan hancur. Angin yang biasanya damai menjadi angin badai dan angin putting beliung yang merusak dan menghancurkan apa saja yang ada disekitarnya. Kita manusia hanya bisa lari dan tak berdaya. Jarak kamera yang digunakan adalah extreme long shot. Dalam adegan pendukung selanjutnya, Rakha, Willy, dan Rio langsung terbangun dari mimpi mereka yang sangat menyeramkan itu. Anggy Umbara, menampilkan ekspresi dari masing-masing dalam satu frame. Satu frame namun di tempat yang berbeda. Ekspresi terkejut, takut tergambar jelas dari gambar yang ditampilkan. Adegan ini terdapat pada durasi 01:31:05. Dalam adegan pendukung berikutnya, Rio tampak sangat takut. Dia buru-buru menyadarkan dirinya bahwa tadi itu adalah mimpi bukan nyata dengan membasuh air ke tangannya. Lalu dia melanjutkan dengan mengambil air wudhu. Dalam adegan pendukung rata-rata memang tidak ada dialog hanya ada ekspresi dan gerakan saja. Jarak kamera yang digunakan adalah medium long shot. Dalam adegan pendukung yang ke 9, Nampak ekspresi Rakha yang ketakutan dan merasa berdosa, dia melihat ke arah langit sambil merenung. Mimpinya tadi membuat dia ingat akan semua dosa-dosannya kepada Allah SWT. Adegan ini terdapat pada 01:31:42. Jarak kamera yang digunakan adalah close up. Adegan pendukung selanjutnya, Willy sudah sadar dan sudah berada disebuah taksi untuk pulang. Dalam taksi, supirnya sangat baik dan bertanya pada Willy. Supir Taksi : “Baru hampir mati.. itu tandanya dek ini masih disayang sama Tuhan. Masih diberi kesempatan kedua.” Lalu, adegan pendukung selanjutnya, Willy merenungi kalimat yang baru diucapkan si supir taksi tadi. Dia berpikir akan keombongan-kesombongannya selama ini. Mengkhianati pacarnya, sempat mendukung free sex, dan lainnya. Jarak kamera yang digunakan pada adegan ini adalah medium close up. Pada adegan pendukung berikutnya, tampak sebuah pajangan musholla yang menunjukkan waktu salat menurut waktu Mekkah. Umat Islam menjalankan ibadah shalat wajib dalam 5 waktu, yaitu shubuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Dalam setiap musholla dan masjid, bahkan dirumah-rumah pengingat waktu salat sangatlah penting. Apalagi untuk di masjid dan musholla ini sangat penting untuk mengumandangkan adzan disekitarnya sebagai tanda masuknya waktu salat. Jarak kamera yang digunakan adalah close up. Adegan pendukung selanjutnya, menampilkan Rio menjalankan ibadah salat karena ia adalah penganut agama Islam. Walaupun sebelumnya ia menganggap agamanya adalah agama cinta. Agama yang diakui di hati saja. Sangat menjunjung tinggi cinta tapi belum cinta untuk Allah SWT. Dalam adegan ini, Anggy Umbara mnggambarkan bahwa tidak bisa kita hanya mencintai isi dunia, tetapi kita juga perlu mencintai pemilik isi dunia ini yaitu salah satunya dengan cara shalat. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan ini adalah long shot. Adegan pendukung berikutnya terdapat pada durasi 01:41:29. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot. Ada seorang penjual koran yang juga seorang pengurus masjid. Sebelum berjualan koran subuh-subuh, ia pergi ke masjid dengan menggunakan baju koko, peci dan sarung dan mengendarai sepeda dengan tumpukkan koran yang disangkutkan di jok belakang. Penjaga Warung : “Si ujang mah biasa, kalo pagi-pagi dia ngambil dari agen terus dia bawa kesitu, abis shubuh dia jualan koran, siang dikit dia jualan kain. Nah sekarang ini dia buka-buka masjid, adzan. Si ujang teh dua jempol Dunianya dapet, akhiratnya poll ”. 10 Adegan pendukung selanjutnya, setelah Rakha mendegar kisah Ujang dia langsung menuju masjid untuk menunaikan salat subuh. Adegan ini dihiasi dengan backsound Adzan subuh. Rakha melihat Ujang sedang adzan dengan tersenyum. Rakha sangat kagum dengan kisah yang diceritakan penjaga warung dekat masjid tentang si ujang. Jarak kamera yang digunakan adalah medium long shot. Adegan selanjutnya, menggambarkan keadaan masjid yang sangat besar, dan luas namun sangat sepi. Jarak kamera yang digunakan adalah extreme long shot. Hanya ada ujang yang sedang mengumandangkan adzan untuk memanggil orang- orang menunaikan ibadah salat subuh. Adzan subuh sebenarnya hampir sama, 10 Percakapan dapat dilihat pada durasi 01:41:37 peerbedannya pada lafadz adzan subuh di tambahkan ash-shalaatu khairum minannauum”. Berikut terjemahannya dari adzan subuh: “Allah Maha Besar 2x. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah 2x. aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. 2x. marilah shalat 2x. Marilah menuju kemenangan 2x. Sholat itu lebih baik daripada tidur 2x. Allah Maha besar. Tiada Tugan Selain Allah.” Adegan selanjutnya, pada durasi 01:47:53, orang-orang sudah mulai berdatangan dan menunaikan shalat subuh berjamaah. Rakha termasuk dalam jamaah tersebut. Rakha terlihat sangat khusyu. Rakha berada di saff pertama. Jarak kamera yang digunakan adalah medium long shot. Adegan selanjutnya tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Masih adegan sholat. Namun sudah mencapai rakaat terakhir yaitu sedang melakukan salam. Salam kepada kedua malaikat pencatat amal baik dan buruk. Salam kepada rahmat alam semesta. Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot. Pada adegan pendukung yang terakhir, pada durasi 01:49:37 juga memperlihatkan Rakha dan para jamaah sedang melakukan salat. Saat Rakha salam, dia melihat Willy berada di belakangnya sedang melakukan salat subuh juga, Rakha tersenyum melihatnya, dia senang melihat sahabatnya mulai kembali kejalan yang benar. Tidak hanya memikirkan perempuan dan sosial saja. Jarak kamera yang digunakan dalam film ini adalah medium close up. Tabel 10.3. Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve Campsall Mise En Scene What : Kostum yang digunakan dalam adegan di film ini merupakan pakaian yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berupa kaos, jeans dan jaket. Tidak ada yang spesial dari pakaian mereka. Hanya saja kaos dan warna rambut yang berwarna merah merupakan simbol dari keberanian. Dan celana Rakha yang gombrong, tidak mengikuti fashion sekarang yang menggunakan celana jeans ketat memberi simbol bahwa Rakha memiliki prinsip yang kuat untuk tidak mengikuti perkembangan zaman yang membuatnya tidak nyaman. Sebuah pajangan kayu yang berisi gambar jam dan tulisan-tulisan subuh, dsuhur, ashar, maghrib, dan isya merupakan simbol dari waktu-waktu salat yang dilaksanakan oleh umat Islam. Dan juga sarung merupakan pakaian yang wajib dipakai untuk salat dan biasanya digunakan oleh laki- laki yang sedang memakai celana pendek untuk menutup aurat mereka. Beberapa objek yang terlihat dalam adegan tersebut, yaitu pemandangan padang rumput dan sawah menggambarkan situasi yang damai dan asri di tempat kejadian. What effect : Efek yang muncul dalam adegan ini adalah setting shot on location yang menggunakan lokasi yang sesungguhnya. Pencahayaan yang dihasilkan dalam scene ini merupakan cahaya yang mengandalkan bulan dan lampu, karena dilaksanakan pada malam hari. Namun, ada juga scene ketika mereka bermimpi. Menggunakan efek gambar- gambar ilustrasi. Seperti retakan gempa bumi, letusan gunung, air yang meluap dan angin puting beliung. What Meaning : Makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi konotasi. Dalam adegan denotasi yang muncul adalah musholla, darah, pajangan kayu yang berisi waktu- waktu salat, sarung, tomat, suara adzan. Adapun penjelasan makna denotasi dan konotasi pada adegan sudah dipaparkan di atas. How : Pembangunan mise en adegan biasanya dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Pada adegan ini, sutradara memfokuskan pada aksi-aksi yang ditampilkan yang menghubungkan dengan kenyataan saat ini dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang ada pada saat ini seperti pecinta sesame jenis, free sex, dan kekerasan. Purpose : Dengan melihat adegan di atas, tampaknya tujuan dari sutradara adalah untuk memvisualisasikan kehidupan anak- anak muda jaman sekarang seperti Rakha, Willy dan Rio dan untuk merepresentasikan pergaulan dan kegelisahan mereka yang menjadi inti dari cerita film ini. Editing Bentuk editing pada adegan ini menggunakan cut, dimana cut ini merupakan transisi shot ke shot lainnya secara langsung yang menimbulkan editing kontinu pada suatu rangkaian adegan dialog atau aksi pada umumnya. Ada beberapa aspek yang diperhatikan peneliti yaitu dalam melakukan teknik editing, yaitu aspek kontinuitas grafik, aspek ritmik, aspek spasial dan aspek temporal. Namun pada scene ini yang nampak jelas dalam teknik editing yaitu aspek ritmik dimana aspek ini menggunakan tempo editing yang cepat dengan durasi shot hanya beberapa detik. Shot Types Terdapat beberapa shot dalam adegan ini. Pertama, long shot. Digunakan ketika Rio dan sosok 1865 sedang membahas tentang gerakan yang terdapat pada salat disebuah musholla. Kemudian ketika Willy sedang dipukuli, dia melihat tubuhnya sendiri sedang tergeletak kemudian ketika Rio melaksanakan salat. Kedua adalah medium long shot. Medium long shot digunakan saat Rio tiduran merenungi kata-kata dari sosok 1865. Kemudian saat Rakha melihat orang sedang melaksanakan ibadah salat subuh. Ketiga adalah close up. Close up digunakan ketika shot pada wajah Rakha yang terlihat sangat gelisah. Dan juga pada shot pada waktu Willy sedang didalam taksi menunjukkan raut muka menyesal. Kemudian extreme long shot pada shot dimana mereka sedang bermimpi mengenai hari kiamat, terlihat keadaan pada saat itu gempa bumi, gunung meletus luapan air dan angin yang besar. Dan kemudian adalah medium close up. Medium close up digunakan ketika shot saat Rakha melaksanakan ibadah salat subuh bersama para jemaah yang lain. Camera Angle Sudut kamera. Tipe sudut. Sudut kamera yang diambil pada adegan ini adalah straight on angle kamera melihat obyek dalam frame secara lurus. Menunjukkan adanta kesetaraan antara pemeran utama dan pemeran pendukung. Ketinggian Dalam adegan ini, ketinggian kamera digunakan oleh sutradara. Untuk melihat Obyek pada saat Willy dipukuli oleh salah satu anggota geng motor. Camera Movement Pergerakan kamera dalam adegan ini di dominasi oleh teknik panning. Teknik ini digunakan dengan cara menggeser kamera ke kiri ataupun ke kanan dengan maksud untuk memperlihatkan objek lain yang berada di sisi kiri atau di sisi kanan objek. Pan pada umumnya digunakan untuk mengikuti pergerakan seseorang karakter atau menyeimbangkan kembali komposisi frame ketika karakter bergerak. Hal ini tampak ketika Rio yang sedang berada di musholla, kemudian kamera pan memperlihatkan keadaan yang ada dimusholla seperti pajangan-pajangan, kaligrafi dan sajadah Lighting Untuk menjelaskan mengenai lighting, ada beberapa aspek yang harus kita lihat sebagai acuan. 1. Kualitas Kualitas cahaya pada adegan ini adalah soft light atau dengan kata lain cahaya membuat objek tampak lebih tipis. 2. Arah Pencahayaan Arah pencahayaan pada adegan ini adalah frontal lighting, di mana sutradara mencoba menghapus bayangan dari objek. sehingga objek tampak lebih jelas. Dan juga adegan ini menggunakan Top lighting yang menunjukkan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan, seperti lampu gantung atau lampu jalan. 3. Sumber Cahaya Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Di mana sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun cahaya utama pada adegan ini adalah sinar matahari. Dieges and Sound Suara yang digunakan di dalam adegan ini adalah tipe suara yang dieges sound. Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara adalah dari objeknya langsung. Namun, di sisi lain ada suara non dieges sound dan juga suara external diegetic sound. Visual Effect SFX Film ini menggunakan visual effect berupa gambar- gambar seperti komik dan tulisan-tulisan dalam beberapa adegan. Narrative Unsur narasi sudah dijelaskan diatas sebelum pembahasan pada tabulasi, namun dapat dijelaskan secara singkat jenis narasi ini menggunakan pola narasi linier dimana waktu berjalan sesuai dengan urutan aksi peristiwa tanpa adanya iterupsi waktu yang signifikan. Genre Film ini memiliki genre drama komedi religi. Yang memvisualisasikan kehidupan anak muda jaman sekarang beserta masalah-masalah soisal yang sering terjadi di kalangan anak muda. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah sistem yang mendukung genre. Ikonografi dalam film ini adalah kota Bandung yang disana paling banyak tercampur dengan kebudayaan- kebudayaan barat. The Star System Sutradara memilih Ananda Omesh sebagai Rakha, Boy William sebagai Willy dan Arie Dagienkz sebagai Rio karena sutradara melihat mereka dapat memerankan peran masing-masing dengan baik. Dan ini terbukti dari hasil shooting acting mereka sangat alami. Realism Film ini menggambarkan realitas yang ada di masyarakat. Masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat. Kehidupan anak muda yang terlalu sibuk untuk urusan dunia sehingga agama seringkali diabaikan. Namun memang agak di dramatisir karena memang film ini merupakan film fiktif.

D. Interpretasi

Film Mama Cake ini merupakan film pertama dari sang sutradara Anggy Umbara. Film ini bergenre drama komedi, perjalanan tiga orang sahabat yakni Rakha, Willy dan Rio dalam memenuhi permintaan terakhir neneknya Rakha. Film ini sebenarnya sarat akan pesan-pesan Islami, meski kelihatannya ini hanyalah film drama komedi biasa. Dilihat dari judulnya, Mama Cake adalah sejenis nama kue, lebih spesifik lagi kue brownies. Kue bantet berwarna coklat, yang jika dilihat dari luarnya saja tidak nampak menarik namun ketika dimakan memiliki rasa enak yang luar biasa. Begitu juga film ini, berangkat dari filosofi brownies tadi, film ini jika dilihat dari judulnya sangat tidak dibayangkan jika isi dari film tersebut banyak memuat pesan-pesan Islaminya. Anggy Umbara sendiri menginginkan kita sebagai penonton tidak melihat film dari judulnya saja, “don’t judge the book by the tittle”. Menurut hasil wawancara langsung bersama sang sutradara Anggy Umbara, beliau membuat film ini berdasarkan pertemuan ideologi timur dan barat, ideologi Islam dan liberal.karena terjadi terus perang antara dua ideologi ini. Anggy Umbara memilih kue brownies sebagai unsur utamanya karena beliau sendiri sangat menyukai brownies dan menurutnya brownies memiliki analogi dan filosofi yang pas untuk film ini. Dan memilih bandung sebagai lokasi yang tepat karena secara logika Bandung jaraknya lumayan dekat dari kota Jakarta. Di kota Bandung sudah banyak tercampur ideologi-ideologi barat di kalangan remajanya. Ide cerita film Mama Cake sebenarnya sudah sejak lama. Islam yang ditampilkan dari film ini terlihat dari dialog-dialog yang disampaikan pemainnya. Dialog-dialog pada film ini memang bukan dialog biasa, jika didengar dengan seksama dan teliti banyak dialog yang sarat makna Islaminya. Meskipun disini para pemain tidak menggunakan simbol-simbol agama yang biasa dipakai oleh film-film religi lainnya seperti kerudung, baju koko, peci dan lain-lain. Namun film ini tetap kuat dengan pesan-pesan Islaminya.