Pengaruh Keberagaman Terhadap Prilaku Permisif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Zaman sekarang orang sering menyebutnya sebagai zaman edan, zaman gemblung, zaman sinting dan masih banyak sebutan-sebutan lainnya. Sebab zaman sekarang segalanya seolah-olah mesti diperebutkan, dipersaingkan, bahkan kalau dengan cara legal tidak mampu, dengan cara apapun dihalalkan.

Zaman modern begitulah sekarang orang menyebutnya telah begitu banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia, dan masyarakat Indonesia pun bisa langsung menerima kebudayaan itu begitu saja tanpa memilih budaya mana yang baik untuk dikembangkan di Indonesia dan kebudayaan mana saja yang kurang baik atau tidak sesuai dengan adat ketimuran Indonesia, terutama para remaja dewasa ini.

Karena semakin banyaknya kebudayaan yang masuk tanpa difilter terlebih dahulu mulai dari cara berpakaian, cara bertindak atau berperilaku bahkan cara bergaul pun hampir seluruh masyarakat Indonesia mengikuti gaya kebudayaan luar. Masyarakat Indonesia sekarang lebih cenderung bersikap terbuka terhadap kebudayaan yang masuk bahkan banyak sekali masyarakat terutama para remaja yang sudah terkontaminasi oleh kebudayan Barat modern yang berdampak negatif bagi dirinya sendiri bahkan masyarakat sekitarnya.


(2)

Globalisasi pun menjadi salah satu penyebab munculnya keterpurukan budaya bangsa Indonesia saat ini. Menurut Roberson, (dalam: Piotr Sztompka), globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Masyarakat diseluruh dunia menjadi saling tergantung disemua aspek kehidupan, politik, ekonomi, dan kultural. Cakupan rasa saling ketergantungan ini benar-benar mengglobal.1 Dengan adanya globalisasi dibidang kultur terlihat kemajuan menuju keseragaman. Media massa terutama TV, merubah dunia menjadi sebuah “dusun global”. Informasi dan gambar peristiwa yang terjadi di tempat yang sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu bersamaan. Suguhan pengalaman kultural yang sama itu (Olimpiade, konser musik, sepak bola, dan lain-lain) menyatukan selera, persepsi dan pilihan mereka. Perhatian awal mengenai globalisasi kultur terdapat dalam karya antropolog-sosial seperti B. Molinowski dan A.R Radcliffe (dalam; Sosiologi Perubahan Sosial), dalam riset lapangan mereka, berhadapan dengan fenomena kontak, benturan atau konflik kultural. Benturan kultural sangat menonjol ketika peradaban Barat masuk ke dalam kultur pribumi. Sedemikian hebatnya penetrasi kultural Barat ini sehingga di awal abad ke-20 sudah sangat sedikit “masyarakat tradisional” yang tersisa di bumi ini. Seluruh penduduk dunia telah mengalami kontak berkepanjangan dengan masyarakat Barat modern yang mendominasi di bidang industri dan kekuatan politik, gaya hidup, norma, adat dan kebiasaan, keyakinan agama, pola kehidupan keluarga, cara

1


(3)

berproduksi dan konsumsi masyarakat pribumi rusak akibat penetrasi kultur Barat modern itu.2

Akibat globalisasi kultural yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Indonesia melalui media massa terutama TV, sedikit demi sedikit mempengaruhi bahkan dapat merubah total kultur bangsa Indonesia yang ketimuran.

Godaan dunia abad ke-21 memang luar biasa dahsyat, dapat disaksikan di mana- mana, adiksi alkohol, narkoba, nikoton, pornografi, seks bebas mengantarkan pada meningkatnya angka perkosaan, aborsi, prostitusi, dan penyakit kelamin. Jika kita melihat tayangan berita di televisi, setiap harinya ada saja berita yang memberitakan ditemukannya mayat bayi yang dibuang karena hasil hubungan seks pranikah, atau pengedar dan pemakai narkoba yang ditangkap, atau banyaknya pasangan mesum yang ditangkap di hotel yang di razia oleh petugas.

Bahkan penyalahgunaan narkoba bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa saja, aparatur penegak hukum pun (polisi) yang seharusnya memberantas peredaran narkoba dan penyalahgunaannya justru malah asik mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut, dan perbuatan itu dilakukan di kantor tempatnya bekerja. Sekarang ini pengguna narkoba dapat dengan mudah mendapatkan barang haram tersebut.

Dalam kehidupan remaja minuman keras dan narkoba telah menjadi trend tersendiri. Mereka akan merasa lebih bergengsi dan lebih punya nyali jika memegang minuman keras dan menghisap lintingan – lintingan

2


(4)

narkoba. Padahal penyalahgunaan narkoba tidak ada hubungannya dengan prestasi, gengsi, dan kemajuan zaman. Dan menurut penulis sangatlah hina orang yang menganggap dirinya modern karena menggunakan narkoba dan minuman keras.

Saat ini menurut data kepolisian, para pecandu narkoba telah mencapai 2% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta pecandu narkoba di Indonesia. Padahal menurut kapolri, hanya sebagian kecil saja yang berhasil didata sementara data yang sebenarnya jauh lebih banyak.3

Pornogarafi saat ini pun bukan merupakan hal yang tabu lagi, jika 10 tahun yang lalu gambar porno, film porno, itu merupakan hal yang sangat dirahasiakan dan yang boleh melihat itu semua hanya orang yang telah berusia di atas 17 tahun bahkan hanya boleh di lihat oleh orang dewasa yang telah menikah, tetapi sekarang segala hal yang berbau pornografi dapat dengan mudah didapatkan dan dinikmati oleh berbagai usia dengan cara yang sangat mudah. Seperti dari internet, majalah dan film-film porno pun banyak beredar dan dapat diperoleh dengan mudah. Remaja sekarang tidak sungkan lagi mempertontonkan bagian yang paling vital dari tubuh mereka, itu dikarenakan pergaulan yang salah. Dikarenakan banyak juga acara-acara televisi yang berbau pornografi dan pornoaksi. Banyak acara-acara yang mempertontonkan gerakan erotis dan dengan sengaja memindahkan erotisme dari panggung diskotek, pub atau night club, kelayar kaca (televisi)

3 Faruq Al Farabi, Remaja Gaul Kebablasan, ( Jombang: Lintas Media Jombang, 2008), hal 187


(5)

bahkan memindahkan adegan ranjang ke layar kaca4. Walaupun banyak orang yang menentang pornografi, itu semua tidak membuat pornografi berkurang di Indonesia. Bahkan menurut penulis, semakin dilarang pornografi itu semakin tumbuh. Seolah-olah pelaku pornoaksi dan pornografi menantang perang jika mereka dilarang. Sekarang ini dengan mudah kita dapat melihat adegan ranjang baik dari film yang ditayangkan di televisi, video player, bahkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, masyarakat dapat dengan mudah mengakses video porno melalui handphone.

Karena terlalu mudahnya masyarakat mengakses gambar porno, film porno, dan banyaknya tayangan – tanyangan televisi yang berbau pornografi itu mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan seks bebas (free sex). Sekarang sepertinya remaja cenderung memiliki pengetahuan agama yang sangat minim, sehingga memandang seks sebagai kenikmatan hidup, yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan dengan siapa saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Dalam melakukan hubungan seks remaja sekarang tidak mempertimbangkan resiko, kesenangan dan kenikmatan sesaatlah yang mereka buru. Mengumbar kesenangan dengan seks merupakan cermin perilaku remaja yang diadopsi dari remaja Barat dan ini seolah mendapat pembenaran dari media. Terbukti dengan adanya tayangan-tayangan televisi mengenai free sex dan free love menjadi tema utama dari film dan sinetron

4


(6)

yang ditayangkan5. Akibatnya para remaja menganggap seks bebas merupakan hal yang lumrah di era modern ini.

Bahkan baru – baru ini kita dengar kasus di Purbolinggo, jawa tengah, tersebar video porno adegan sepasang pemuda dan pemudi yang duduk di bangku sekolah menengah atas melakukan hubungan seks tanpa adanya ikatan suami istri.6

Dari kasus diatas kita dapat mengetahui bahwa kebudayaan Barat modern sudah masuk dan melekat ke dalam kebudayaan Indonesia atau bahkan mungkin akan menghancurkan kebudayaan, moral dan norma yang berlaku di Indonesia sejak lama.

Penelitian ini ingin mengangkat perilaku permisif yang terjadi dikalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku permisif adalah perilaku serba membolehkan atau kebebasan. Dalam penelitian ini perilaku permisif yang penulis maksud meliputi, mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan perilaku seks bebas (free sex). Disini penulis ingin mengatahui seberapa besar pengetahuan mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta tentang penyalahgunaan narkoba dan minuman keras. Sikap mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menyikapi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas, serta tindakan yang mereka lakukan terhadap minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas.

5

Ust. Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar Untuk Remaja, ( Jakarta: Al-Mawardi, 2005), hal 2

6

Rika Amroe,” Kapolri di Copot”, artikel diakses pada tanggal 23 April 2008, dari http:// www.Liputan 6 Petang SCTV.


(7)

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang notabenenya berbasis Islam dan seharusnya elemen – elemen yang terdapat di Universitas tersebut bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.

Pada tanggal 14 februari 2008 malam, sekelompok mahasiswa yang sedang pesta minuman keras dan obat-obatan terlarang terjaring razia polisi, ada beberapa diantara mereka yang masih tercatat sebagai sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.7 Ada juga beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang tertangkap basah sedang berduaan di area tangga darurat dengan pintu tertutup. Selain itu ada juga mahasiswi yang menjadi wanita panggilan atau lebih dikenal dengan sebutan “ayam kampus”, ada juga mahasiswa UIN yang melakukan hubungan seks pranikah, lantas mereka menikah karena telah hamil.8

Melihat fenomena diatas ada pertanyaan besar, dimana letak agama pada saat mereka melakukan hal tersebut. Apakah ketika mereka melakukan itu mereka lupa terhadap ajaran agama mereka, atau apa mereka tidak mengetahui sama sekali jika apa yang mereka lakukan itu melanggar ajaran-ajaran agama, atau mereka mengetahui jika agama mereka melarang mereka untuk melakukan itu tetapi mereka tidak memperdulikan larangan-larangan tersebut?

7

NN, ”Razia Narkoba”, artikel diakases pada tanggal 23 April 2008, dari http://www. Tabloid Realita.com

8

Eva Nugraha, TafsirAyat-Ayat Sosial, (Jakarta: Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).


(8)

Padahal sudah jelas agama Islam sendiri melarang umatnya menkonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al- Maidah ayat 90 berbunyi:

!

!

! """" #

!

#

#

#$

$

$

$

%

%

%

%&

&

&

&'

'

'

'(

(

(

(#

#)

#

#

)

)

)

#

#

#

#*

*

*

*

+

+

+

+,

,

,

,

-

-.

-

-

. /

.

.

/

/0

/

0

0

0

1

1

1

1 """"*

*

*#

*

#

#

#2

2

2

2/

/

/

/0

0

0

0

3

3

3

34444!

!

!

!5

5

5

5

7

7

7

7

!

!

!

!8

8

8

8

9

9

9

9

:

:

:

:;

;

;

;

<

<

<

<8

8 """"+

8

8

+

+

+#

#

#

#=

=>

=

=

>

>

>?

?

?*

?

*

*

*

%

%

%

%@

@

@

@ %

%

%

%A

A

A

A

B C

B

B

B

C

C

C!

!

!

!5

5

5

5

""""DDDD

E

E

E

E1

1 F

1

1

F

F

FG

G

G

GH

H

H

H

I

I

I

I""""*

*

*

*

J

J

J

J K

K

K"""" H

K

H

H

H#

#L

#

#

L

L

LI

I

I

I

<

<

<

<N

N

N

NO

O

O:

O

:

:

:

“Hai orang-orang yang beriman, sesunggguhnya meminum khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.9

Ditegaskan pula dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya berbunyi :

“Setiap yang memabukkan adalah khamer dan setiap khamer adalah haram. Dan Qur’an pun melarang perbuatan zina yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi:

PQ

%

%

%

%R

R

R

R

#

#

#

# """"

S

S

S

ST

T

T

TU

U

U

UV

VW

V

V

W

WX

W

X

X

X*

*

*

*

Y

Y

Y

Y%

%

%Z

%

Z

Z

Z

J

J

J

J [

[

[

[\

\

\

\

]

]

]

]

?

?'

?

?

'

'

'"""" """"DDDD

^

^

^

^

_

_

_

_[

[

[

[=

=

=

=

`

`

`

`

^

^

^

^

<

<

<

<V

V

V

Va

a

a:

a

:

:

:

“ Dan janganlah engkau mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu perbuatan yang buruk.10

Penulis yakin bahwa seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengetahui dengan jelas bahwa perilaku permisif seperti penyalahgunaan narkoba, pornografi dan seks bebas itu merupakan perbuatan yang dilarang agama terutama dalam agama Islam. Lantas yang menjadi pertanyan besar kenapa perilaku tersebut banyak terjadi dikalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berbasis agama Islam.

9

M. Said, Tarjamah Al- Qur’an Karim,(Bandung: PT AL-Ma’arif, 1987), cetakan ke-1 hal

10


(9)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Keberagamaan disini adalah bagaimana ideologi, peribadatan penganut agama seperti sholat, zakat dan berakhlak baik serta pengetahuan penganut agama dapat menjadikan seseorang itu berakhlak dan bertindak sesuai dengan ajaran agama mereka, sedangkan perilaku permisif disini mencakup penyalahgunaan narkoba, pornografi serta perbuatan seks bebas yang akhir-akhir ini sering terjadi di tengah – tengah masyarakat.

Dari masalah penelitian yang penulis angkat, penulis merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam analisis dan kesimpulan penelitian yang akan diajukan dalam skiripsi ini yaitu:

“Bagaimana Perilaku Permisif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?”

Dengan melihat latar belakang di atas peneliti membatasi masalah hanya pada perilaku permisif yang berbentuk mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi, dan seks bebas yang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2007-2008.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui bagaimana keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b) Untuk mengetahui bagaimana perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(10)

c) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keberagamaan mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan umum.

d) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan perilaku permisif mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan fakultas umum. e) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku keberagamaan

terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C.2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai masukan (input) bagi kegiatan akademi, khususnya dibidang sosial keagamaan.

b. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan untuk mengubah dan mengembangkan literatur-literatur yang sudah ada sebelumnya.

D. Sistematika Penulisan

1. Bab Pertama ( I ) membahas tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab Kedua ( II ) membahas tentang kajian –kajian teori yang berisikan pengertian agama, fungsi agama, pengertian perilaku, macam-macam perilaku permisif, pengertian perilaku permisif.

3. Bab Ketiga ( III ) membahas tentang metodologi penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode


(11)

pengumpulan data, uji instrument data, metode analisis, prosedur penelitian, dan hipotesis penelitian.

4. Bab Keempat (IV) membahas tentang hasil penelitian yang berisikan sejarah dan profil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, struktur organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, deskripsi responden, keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perbedaan keberagamaan mahasiswa antara fakultas agama dan fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perbedaan perilaku permisif mahasiswa antara mahasiswa fakultas agama dan fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pengaruh keberagamaan terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bab kelima (V), membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan memberikan saran-saran.


(12)

BAB I I KAJIAN TEORI A. Agama

1. Pengertian Agama

Definisi agama menurut sosiologi adalah definisi empiris. Sosiologi

tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia “menyerah” mengenai hakikat agama, baik atau buruknya agama atau

agama-agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini ia hanya mampu memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.11

Agama merupakan hubungan yang dihayati manusia dengan Yang trasenden yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan). Hubungan tersebut bersifat lahir dan batin. Dari segi lahir agama menyangkut kelakuan, perilaku atau tindakan tertentu yang mengungkapkan segi lahir dalam praktek kehidupan. Dari segi batin agama menyangkut perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan yang dipunyai manusia terhadap kekuasaan yang trasenden.12

Dari sudut fungsional menurut F.O’dea, agama mempunyai pengertian sebagai pendayagunaan sarana non – empiris atau supra empiris untuk maksud – maksud non- empiris atau supra – empiris.13

Agama secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan

11

Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983). Hal 29-30 12

Niko Syukur Dister, Psikologi Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 1989).Hal 9 13

Thomas F.O’dea, Sosiologi Agama:Suatu Pengenalan Awal, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1995). Hal 13.


(13)

dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dan secara lebih khusus agar dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan –tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam mengisi interpretasi dan memberi respon terhadap yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib.14

Sedangakan agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Kepercayaan dan praktek – praktek yang bersatu menjadi satu komunitas moral yang tunggal.15

Menurut gambaran Jalaluddin, yang dikutip dari Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering terjadi dimana-mana dan agama berkaitan dengan usaha – usaha manusia untuk mengatur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan yang paling sempurna, dan juga perasaan takut. Meskipun perhatian tertuju pada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah – masalah kehidupan sehari – hari di dunia.16

Dari beberapa definisi diatas jelas agama merupakan sesuatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya untuk menjadi pedoman hidup, sebagai jalan untuk menuju keselamatan di dunia kini dan di akhirat kelak.

14

Roland Robertson, Agama Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: CV.Rajawali, 1992). Hal v-vi

15

Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu analisis karya tulis Karl Marx, Durkheim dan Max Weber, (Jakarta: UI- Press, 1986), hal 130.

16


(14)

2. Keberagamaan (religiusitas)

Dalam kamus bahasa Indonesia religiusitas berarti pengabdian terhadap agama atau kesalehan. Sedangkan menurut Dister religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri.17 Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi , mencakup aspek perasaan, motivasi, dan aspek batiniah manusia.

Selain itu Ibnu Djarir menyatakan bahwa religiusitas adalah satu kesatuan unsur - unsur yang komprehensif yang menjadikan seseorang sebagai orang yang beragama (being religious), dan bukan hanya sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiusitas meliputi kemauan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual agama, pengalaman agama, perilaku agama dan sikap sosial keagamaan.18 Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengalaman akidah, syariah dan akhlak. Atau dalam ungkapan lain tercermin dalam iman, islam, dan ikhsan. Bila unsur itu dimiliki seseorang maka itulah beragama sesungguhnya.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa religiusitas adalah keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribatan seorang

17

Niko Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, ( Yogyakarta: Kanisisus, 1994), 67

18

Ibnu Jarir, Erosi Moral Dan Pemahaman Kembali Agama, diakses pada tanggal 27 April 2008, dari http://suara merdeka.com/harian


(15)

penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.

3. Fungsi Agama

Dister mengemukakan empat fungsi religiusitas, yaitu:19 a) Untuk mengatasi frustasi

Setiap manusia memiliki kebutuhan, baik kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan pergaulan seksual maupun kebutuhan spisikis seperi ketentraman, persahabatan, penghargaan, dan cinta kasih. Maka manusia terdorong untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Bila tidak berhasil memenuhi kebutuhan maka akan timbul rasa kecewa, keadaan inilah yang disebut frustasi. Orang yang mengalami frustasi berusaha mengatasi dengan membelokkan arah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki dari yang bersifat keduniaan menuju keinginan Tuhan, lalu mengharapakan pemenuhan keinginan tersebut dari Tuhan. Manusia akan tenang bila berserah diri dengan Tuhan karena merasa yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong setiap hamba yang membutuhkan, sehingga dapat memberikan ketentraman di dalam hati setiap manusia. Disini keyakinan tersebut ada karena seseorang memiliki kualitas pemahaman agama yang baik.

b) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat

19

Niko Syukur, Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, ( Yogyakarta: Kanisius,1994) hal 67


(16)

Manusia wajib hidup berdasarkan moral bukan hanya karena kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu sendiri. Nilai-nilai moral yang bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran dan keteguhan hati tetap berlaku meskipun Tuhan tidak tampil dalam wujud fisik yang nampak oleh mata. Ini berarti manusia tidak dapat bergaul dengan Tuhan kalau manusia tidak hidup sesuai dengan norma-norma moral. Oleh karena itu seseorang perlu menginternalisasikan nilai-nilai agama dan mengamalkan nilai-nilai-nilai-nilai moral yang otonom dan religiusitas yang berfungsi sebagai pengendali suara hati.

c) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu

Terdapat tiga unsur kepuasan yang dapat ditemukan dalam agama oleh intelek yang ingin tahu, yaitu:

4Agama dapat menyajikan pengetahuan rahasia yang dapat menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap manghambat dan menghantarkan manusia kepada keabadian.

4Dengan menyajikan suatu moral maka agama memuaskan intelek yang lain, mengetahui apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup agar tercapai tujuan kehidupan manusia.

4Agar dapat memuaskan keinginan yang mendalam agar hidup manusia bermakna, sehingga manusia menyetir hidup yang diijalani dan tidak hanya diombang ambingkan saja oleh gelombang kehidupan dan terbawa arus.


(17)

Menurut Hendropuspito agama memiliki fungsi sebagai berikut: a. Fungsi edukatif

Agama memiliki fungsi edukatif yang mencakup tugas belajar dan bimbingan. Dalam menyampaikan ajaran-ajarannya, agama memiliki perantara seperti nabi, kyai, pendeta dan lain sebagainya. Selain itu media diberi petunujuk untuk keselamatan baik di dunia dan akhirat melalui kitab suci. Agama memberi pedoman kepada manusia untuk menjalankan aktivitasnya di dunia agar mendapatkan karunia tuhan. Jika manusia kehilangan arah atau menyimpang dari norma atau ajaran yang berlaku, maka agama dapat memberikan keseimbangan.

b. Fungsi Penyelamatan

Setiap manusia menginginkan keselamatan baik hidup pada saat ini hingga kehidupan sesudah. Setiap agama mengajarkan dan memberikan jaminan untuk mencapai kehidupan pada saat ini atau dikehidupan mendatang (sesudah mati).

c. Pengawas sosial

Agama memiliki fungsi pengawasan sosial dimana agama bertanggungjawab atas adanya norma susila yang berlaku dalam masyarakat. Agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Selain itu


(18)

agama juga memberikan sanksi kepada manusia yang melanggar dan melakukan pengawasan yang ketat bagi pelaksananya.

d. Persaudaraan

Konflik dan perpecahan sering kali terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini agama mengajarkan untuk cinta perdamaian dan persatuan dengan mengukuhkan toleransi dan sikap menghormati antar pemeluk agama.

e. Transformatif

Disini agama dapat merubah kepribadian seseorang atau kelompok. Agama mampu merubah kehidupan dalam bentuk kehidupan baru dan dengan nilai-nilai yang baru pula. Jika pola pikir masyarakat lama dibentuk oleh nilai-nilai adat maka fungsi transformatif agama dapat mengubah kesetiaan masyarakat kepada nilai-nilai adat yang kurang ideal dan tidak manusiawi menjadi bentuk kepribadian manusia yang ideal.20

Dan pada penelitian ini, fungsi agama untuk perilaku permisif adalah sebagai kontrol sosial atau pengawas sosial karena agama dapat dijadikan norma agar seseorang dapat mengendalikan hawa nafsu dan tidak melanggar norma yang ada.

20

D. Hendropuspito,o.c, Sosiologi Agama, ( Yogyakarta, Kanisius, 1983 ) Cet- ke 2 hal 38-55


(19)

4. Dimensi- dimensi Agama

Menurut R . Stark dan C.Y Glock, ada lima dimensi agama yang perlu di bedakan disini, yaitu21:

A. Dimensi keyakinan (Ideologis). Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpengaruh teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para pengnut diharapkan akan taat. Walaupun demikian isi dan ruang lingkup bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

B. Dimensi praktek agama (Ritualistik). Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting: Ritual, ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci dimana yang kesemua agama mengharapakan para penganutnya melaksanakan.

Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dan komitmen sangat formal dan khas

21


(20)

publik, semua agama yang di kenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan khas pribadi. Seperti ketaatan para penganut agama Islam diungkapkan dengan sholat, membaca Al-Qur’an dan dengan berzakat.

C. Dimensi Pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapa-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang subyektif dan langsung mengenai kenyatan terakhir (kenyataan akhir bahwa ia akan mengalami suatu kontak dengan peranntara supra natural).

D. Dimensi Pengetahuan Agama (Intelektual). Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahun mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Tradisi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.

E. Dimensi Konsekuensi. Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang telah dibicarakan. Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.


(21)

B. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Dalam kamus bahasa Inggris perilaku disebut dengan”behavior” yang berarti cara berperilaku, sikap dan perlakuan terhadap orang lain.22 Dan dalam kamus lengkap Psikologi behavior adalah sembarang respons (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan suatu organisme.23 Sedangkan menurut Peter dan Yenny Salim perilaku adalah kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak dan ucapan.24

Perilaku organisme menurut Walgito tidaklah lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.25 Maksudnya adalah perilaku yang dimunculkan oleh seseorang tidaklah lepas dari pengaruh lingkungan dan apa yang ada pada diri organisme itu sendiri baik berupa motif maupun pengalaman.

Dan Walgito membedakan perilaku manusia menjadi perilaku refleksif dan non-refleksif.26

• Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi spontan terhadap

stimulus yang mengenai organisme tersebut dan merupakan perilaku yang alami dan bukan merupakan perilaku yang dibentuk. Misalnya reaksi jari yang spontan bila terkena pisau.

22

A.Hornby, Oxford Advanced Learnr’s Dictonary of Current English, (NewYork: Oxford University, 2004), hal 23

23

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2002). Hal 26

24

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern English Press, 1991).hal 60

25

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi,2002). Hal 52 26


(22)

• Dan perilaku non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur

oleh pusat kesadaran otak yang dapat dibentuk dan dikendalikan sehingga dapat diubah dari waktu kewaktu sebagai hasil belajar. Perilaku non-refleksif ini disebut dengan perilaku psikologis.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah reaksi individu yang diwujudkan secara verbal (ucapan atau kata-kata) ataupun non verbal (tindakan atau gerakan fisik) terhadap situasi yang dihadapi. Dan dalam hal ini perilaku yang dihadapi adalah perilaku serba membolehkan sesuatu yang pada dasarnya dilarang oleh agama.

Perilaku manusia tidak dapat dilepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu tinggal. Sikap perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku disini ada beberapa teori tentang perilaku dan diteori tersebut dikemukakan sebagai berikut:27

a. Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDaugall, menurutnya perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b. Teori Dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada organisme itu mempunyai dorongan – dorongan atau drive tertentu. Dorongan – dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan dan ingin

27


(23)

memenuhi kebutuhannyaakan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan dari dorongan-dorongan tersebut. c. Teori insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Insentif akan mendorong seseorang berbuat atau berperilaku. Insentif atau biasa juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada juga yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah yang akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan yang negatif berupa hukuman yang dapat menghambat organisme berperilaku.

d. Teori atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab – sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (seperti motif dan sikap), ataukah oleh keadaan eksternal.

e. Teori kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka seseorang akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar – besarnya bagi yang bersangkutan atau sering disebut dengan model subjectiveexpected utility. Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir menentukan dalam menentukan pemilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan melihat apa yang telah terjadi sebagai pengalaman yang dapat dijadikan bahan pertimbangan selain dapat melihat apa yang terjadi di masa sekarang


(24)

dan dapat melihat kedepan yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.

2. Perilaku Permisif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) perilaku permisif adalah sikap terbuka atau dalam kata lain serba membolehkan.28 Masyarakat saat ini lebih terbuka terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Seperti adiksi alkohol, ponografi, narkoba dan seks bebas.

Di sini penulis menyajikan empat bentuk perilaku perilaku permisif yang sekarang banyak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

a. Minuman Keras

Minuman keras atau minuman yang mengandung alkohol, tergolong depresansia. Bahan memabukkan yang diperolah dari peragian biji-bijian dan umbi-umbian. Alkohol atau minuman keras merupakan zat yang banyak dinikmati orang selain nikotin.

Bentuk dari alkohol atau minuman keras adalah cairan yang pahit rasanya. Menurut kadar etil alkohol ada beberapa jenis minuman keras yaitu :

1) Bird dan lager, kadar alkoholnya sebesar 2 – 5%. 2) Anggur minuman, kadar alkoholnya sebesar 10-14% 3) Sherry, port, dan mustakel, kadar alkoholnya sebesar 20%

28

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:Balai Pustaka, 2001).Cetakan ke-3.Hal 172


(25)

4) Wiski, rum, vodka dan brendi, kadar alkoholnya sebesar 40-50%.29

Jika seseoarang meminum minuman beralkohol dia akan merasa bahagia, gembira, banyak tertawa, merasa percaya diri, rileks, tenang, bebas dari rasa malu, kendali diri lepas, rasa takut berkurang dan untuk sementara dapat melupakan persoalan.

Pengaruh buruk alkohol atau minuman keras :

• Agresif dan kasar, mudah terlibat perdebatan dan perkelahian. Dan tidak

dapat mengendalikan diri.

• Jalan sempoyongan, pandangan ganda dan bicara cadel.

• Jika sedang sedih, ia akan semakin depresi (murung).

• Alkohol berkalori tinggi. Banyak minum alkohol akan menyebabkan

badan gemuk. Berbahaya bagi orang yang berpenyakit gula.

• Pengaruh sesudahnya (hangover) membuat orang merasa tidak nyaman.

Kepala terasa berat dan lambung nyeri.

• Alkohol dapat merusak kesuburan dan potensi pria.

b. Penyalahgunaan narkoba.

Narkoba singkatan dari narkotika, psikotoprika, dan bahan adiktif lain adalah obat atau zat bukan makanan, yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, berpengaruh terutama pada kerja otak atau susunan syaraf pusat. Narkoba adalah bahan adiktif yang artinya menimbulkan ketergantungan, atau bahan psikoaktif, artinya berpengaruh pada otak dan perilaku, karena menyebabkan ketergantungan maka narkoba disebut juga bahan berbahaya.

29

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus IBUKOTA Jakarta, Ancaman Narkoba Bagi Generasi Bangsa, hal 12


(26)

Menurut Undang-Undang No.22 tahun 1997 narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.30

Golongan Narkoba berdasarkan pembuatannya: b Narkotika alami

Zat atau obat yang langsung bisa di pakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses penyederhanaan. Bahan alami tersebut biasanya tidak boleh dugunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh, narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.

b Narkoba atau Narkotika sintesis

Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit atau analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon, desktroptopakasipen, deksamfetamin dan lain sebagainya.

Narkotika sintesis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut: c Depresan membuat pamakai tertidur atau tidak sadarkan diri c Stimulan membuat pamakai bersemangat dalam beraktivitas

kerja dan merasa badan lebih segar.

30

NN, ”Definisi Narkoba”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http://www.wikipedia.com


(27)

c Halusinogen dapat membuat pemakai berhalusinasi yang merubah perasaan serta pikiran.

b Narkotika semi sintesis

Yaitu zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya. Seperti, heroain, morfin, kedoin, dan lain sebagainya.31

Menurut Undang-undang, narkotika di bagi ke dalam tiga golongan dan psikotropika dibagi ke dalam empat golongan, menurut potensinya menimbulkan ketergantungan yaitu32 :

1. Golongan I, berpotensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, sehingga dilarang keras digunakan dalam pengobatan. Seperti, heroain (putaw), ganja dan kokain, LSD, ekstasi.

2. Golongan II, berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan, sehingga hanya digunakan dalam pengobatan secara terbatas. Seperti, opium (candu), morfin dan petidin, amfetamin, metamefamin (shabu), mandrax.

3. Golongan II, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan. Digunakan dalam pengobatan. Seperti : kodein, rohypnol. 4. Golongan IV, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan.

Banyak digunakan dalam pengobatan. Seperti, obat penenang

31 NN, ”Definisi Narkoba”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http://www.wikipedia.com

32

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus IBUKOTA Jakarta, Ancaman Narkoba Bagi Generasi Bangsa, (Jakarta : Pemda DKI 2007), hal.2


(28)

terutama dari golongan benzodiazepine (BK, Koplo, MG, DUM, dan Lexo ).

c. Pornografi

Pornografi berasal dari bahasa Yunani yang pornographia, secara harfiah berarti tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, kadang kala disingkat menjadi ”porn” atau porno adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual. Pornografi dapat mengunakan berbagai media teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti suara orang yang bernafas tersengal-sengal atau suara desahan.33 Ada beberapa contoh pornografi: seperti, film porno, menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan suara-suara erotik lainnya. Majalah, majalah sering menggabungkan foto dan teks tertulis. Seperti foto gadis tanpa busana, atau teks-teks dan tulisan tentang berbagai macam gaya hubungan seks. Novel dan cerita pendek, menyajikan teks tertulis disertai dengan ilustrasi yang dapat menimbulkan rangsangan bagi pembaca (seperti Jakarta UnderCover). Pertunjukan hidup, seperti konser musik dangdut yang disajikan dengan goyangan yang erotis dan busana penyanyi yang serba terbuka dan dapat mengundang syahwat pun itu bisa disebut sebagai porno (pornoaksi). d. Seks bebas (free sex)

Remaja dengan pemikiran yang sangat pendek, apalagi dengan modal pengetahuan agama yang minim, sering memandang seks sebagai pelengkap kenikmatan hidup, yang bisa dilakukan dengan siapa saja bebas tanpa

33

NN, ”Definisi Pornografi”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http://www.wikipedia.com


(29)

pertanggungjawaban. Dengan istilah kerennya disebut dengan “FREE SEX’. Free sex ini nampaknya sudah menjadi trend mark bagi remaja modern. Bukan lagi resiko yang menjadi pertimbangan tetapi kesenangan yang bersifat sesaatlah yang mereka buru.

Baru-baru ini kepolisian Jakarta Utara berhasil membongkar klinik praktek aborsi di daerah Jakarta Utara, hal tersebut telah membuktikan bahwa seks bebas sudah semakin menjamur. Banyak remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah, hingga menyebabkab kehamilan dan akhirnya mereka melakukan tindakan aborsi untuk menutupi perilaku mereka tersebut.34

3. Faktor Perilaku

Adanya faktor perilaku yang dimunculkan oleh seseorang, pasti didorong oleh faktor tertentu., baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku yaitu:

3.(1) Faktor Personal

Mc Dougall berpendapat bahwa faktor personal dominan membentuk perilaku manusia dan akan menentukan interaksi sosial dalam masyarakat35. Adapun faktor yang dimaksud adalah:

a. Faktor Biologis

Menurut teori ini ada faktor biologis yang mendorong perilaku manusia yang disebut dengan motif biologis. Selain itu adanya perilaku tertentu merupakan bawaan manusia, dan bukan merupakan pengaruh lingkungan atau situasi.

34

Mariana, ”Aborsi”, artikel diakses pada tanggal 24 Januari 2009, dari http://www. Topik Siang AnTv.com

35


(30)

3.(2) Faktor sosio-psikologis

Proses sosial yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi perilakunya sehingga dia memiliki karakter tertentu. Karakter tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga komponen yaitu:

o Komponen afektif, komponen ini merupakan komponen emosional yang terdiri dari (1). Motif sosio-genetik meliputi motif ingin tahu, kompetensi, cinta, harga diri, dan kebutuhan menemukan identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, motif kebutuhan akan pemenuhan diri; (2) sikap dan emosi.

o Komponen kognitif, komponen ini berkaitan dengan aspek intelektual atau apa yang diketahui manusia, yaitu kepercayaan. Semakin banyak kita mengetahui sesuatu maka kita akan semakin percaya.

o Komponen konatif, adalah komponen yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, yang berlangsung otomatis dan tidak direncanakan, dapat dipandang hasil dari proses pelaziman (conditioning) yang berlangsung lama dan diulang berkali-kali sehingga dari kebiasaan yang ada dapat diramalkan bagaimana perilaku seseorang. Sedangkan kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.


(31)

3. (3) Faktor situasional dan sosial

Menurut Edward G. Sampson setelah faktor- faktor personal terdapat juga faktor situasional dan sosial yang membentuk perilaku manusia.36 Faktor situasional ini mengakui besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku manusia dan setiap manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yan dihadapinya, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Adapun faktor ini terbagi atas:

d Faktor ekologis

Keadaan alam oleh kaum determinisme lingkungan sering dinyatakan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Seperti adanya perbedaan perilaku pada masyarakat yang berdomisili di daerah pedesaan karena adanya kondisi alam (geografis) serta iklim (temperature) yang berbeda.

d Faktor rancangan dan arsitektural

Perbedaan perilaku dapat terjadi karena adanya rancangan arsitektural. Dengan desain yang ada, maka akan mendorong atau bahkan menjadikan seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

d Faktor temporal

Waktu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Karena perbedaan waktu menjadikan seseorang perlu untuk melakukan adaptasi dengan metabolisme yang ada dalam tubuhnya.

36


(32)

d Suasana perilaku

Perilaku yang terjadi bisa berbeda ketika dihadapkan pada suasana yang berbeda. Seperti ketika kita sedang berkomunikasi di depan publik, maka harus menyesuaikan dengan suasana perilaku pesertanya.

d Teknologi

Kemajuan teknologi yang ada juga dapat membuat manusia mengalami perubahan dalam perilaku. Adanya teknologi yang canggih membuat manusia cenderung individualis. Hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat yang tinggal di pedasaan memiliki rasa gotong royong yang kuat daripada masyarakat di perkotaan.

d Faktor-faktor sosial

Sistem peranan yang diterapkan dalam masyarakat, sistem kelompok dan organisasi, serta karakteristik populasi adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Salah satu contohnya adalah karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi yang disebut usia, kecerdasan, karakteristik biologis akan mempengaruhi pola perilaku anggota populasi tersebut.

d Lingkungan psiko-sosia

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh persepsi orang tersebut mengenai sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan dirinya.


(33)

d Stimuli yang mendorong dan mempertegas perilaku

Stimulu atau rangsangan yang ada tergantung kepada situasi layak atau tidak seseorang untuk melakukan perilaku. Misalnya situasi dalam mesjid yang tidak memungkinkan seseorang untuk bebas melakukan apa saja karena ada nilai-nilai yang tidak boleh dilanggar di dalamnya.

C. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lainnya, individu yang satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.37 Jadi interaksi sosial pun dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Jika lingkungan tempat individu berinteraksi cenderung permisif bisa jadi individu yang berinteraksi dilingkungan tersebut dapat berperilaku permisif pula.

Interaksi sosial hanya dapat terjadi jika telah memenuhi dua syarat yaitu, adanya kontak sosial dan komunikasi. Secara harfiah kontak diartikan dengan sama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru dapat terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, namun sebagai gejala sosial hubungan badaniah itu tidak perlu, karena orang dapat melakukan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti berbicara dengan pihak lain. Maka hubungan badan bukan merupakan hal yang penting dalam melakukan kontak, karena kontak sendiri

37


(34)

dapat dilakukan walaupun jarak yang berkontakan sangat jauh dengan teknologi yang sudah semakin maju seperti sekarang, misalnya dengan menggunakan pesawat telpon, telpon seluler, radio dan lain sebagainya.

Sedangkan komunikasi memiliki arti penting dalam berinteraksi sosial, seseorang akan dapat memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang melalui komunikasi.38 Kemudian orang yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut, sehingga terjadilah interaksi antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.

D. Karakteristik Mahasiswa

Kalau seorang anak memasuki SD pada umur 6 tahun, dan selama di SD, SMP, SMA, tidak pernah tinggal kelas maka ia akan memasuki Pendidikan tinggi atau Akademik pada usia 18 tahun, itu pun jika ada niat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada umumnya tahapan perkembangan adalah sebagai berikut: 1. 12-14 tahun : remaja awal 2. 15-17 tahun : remaja 3. 18-21 tahun : remaja akhir

Dengan melihat tahapan diatas berarti mahasiswa berada dalam tahap remaja akhir, karena usia mereka sekitar 18 sampai dengan 21 tahun, bahkan lebih.

38

Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu pengantar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1990. hal 67


(35)

Ciri – ciri perkembangan remaja lanjut dapat dilihat dalam tugas- tugas perkambangan sebagai berikut:39

4 Menerima keadaan fisiknya 4 Memperoleh kebebasan emosional 4 Mudah bergaul.

4 Menemukan model untuk identifikasi

4 Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

4 Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma 4 Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

Mahasiswa yang berada pada masa usia remaja lanjut memang menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasi sendiri. Bahkan banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuan baik dalam menyesuaikan diri ke statusnya yang baru sebagai mahasiswa dengan berbagai persoalan dalam pergaulan maupun dalam studi, hal hal yang membutuhkan penyesuaian bagi seorang mahasiswa adalah :40

1. Perbedaan sifat pendidikan di SLTA –Perguruan Tinggi Akademi

a) Kurikulum, kurikulum Perguruan tinggi dengan kurikulum SLTA pastinya sangat berbeda, kurikulum diperguruan tinggi lebih sedikit dibading di SLTA namun lebih mendalam.

b) Disiplin, biasanya di Perguruan Tinggi tidak seketat ketika di SLTA, karena memang dianggap sudah dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan, dengan

39

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta:PT BPK Gunung Mulia, 2000), hal 129

40

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan keluarga. Hal 132


(36)

melonggarnya disiplin jelas mengubah cara belajar yang lebih bebas dan hal ini akan menimbulkan kesulitan sendiri.

c) Hubungan dosen – mahasiswa, pola hubungan yang sangat berbeda dibandingkan di SLTA. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal dimana mahasiswa cenderung lebih banyak jarang sekali dilakukan, karena itu mahasiswa sering kali harus menyesuaikan diri terhadap cara dosen memberi kuliah.

2. Hubungan Sosial

Pada masa usia lanjut pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan homoseksual kearah heteroseksual. Seiring juga dengan pergeseran dari depedensi ke indepedensi, mahasiswa lebih bebas untuk bergaul, masalah pergaulan ini dapat menjadi masalah yang cukup pelik bila berkaitan dengan masalah percintaan, kesulitan penyesuaian diri dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif.

3. Masalah Ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan spisikis, namun ketergantungan ekonomi masih ada, karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kalau studinya lancar dan orang tua mempunyai uang yang cukup maka keuangan tidak akan menjadi masalah yang pelik, tetapi sebaliknya jika studi tidak lancar dan perekonomian orang tua kurang mendukung, maka akan timbul masalah yang pelik, akan timbul konflik antara ingin meneruskan studi dan bekerja mencari uang.41

41

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan keluarga. Hal 133


(37)

4. Pemilihan bidang studi

Antara bakat dan minat serta kesempatan yang ada sering kali menimbulkan masalah yang pelik. Apa yang diminati sering kali harus dikorbankan karena kesempatan tidak atau sulit diperoleh.

Dalam menjalanai pergaulan ataupun studinya mahasiswa sering sekali menghadapi kendala atau masalah. Masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa diantaranya :

oBersumber pada kepribadian, aspek motivasi sangat penting agar gairah untuk belajar dan menekuni studi menjadi lancar. Namun terkadang bayangan mengenai masa depan, pekerjaan apa yang akan di dapat nanti belum jelas, dapat mengendorkan semangat studinya. Sebaliknya kepercayaan diri yang terlalu kuat dapat menimbulkan ketegangan terus menerus dengan akibat konsentrasi belajar menjadi terganggu, misalnya pada tipe kepribadian yang neurotic.

o Prestasi akademik, tidak semua keinginan dapat terpenuhi. Dalam bidang pendidikan prestasi akademik merupakan hasil dari berbagai faktor, antara lain faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Kegagalan dalam prestasi akademik bisa jadi disebabkan karena kemampuan dasar yang dimiliki tidak menyokong atau tidak ada bakat. Kegagalan juga disebabkan karena mahasiswa tidak dapat menggunakan waktu belajar dengan tepat atau karena fasilitas yang ada kurang mendukung.

o Kondisi yang kurang atau tidak menunjang, keadaaan rumah seperti fentilasi yan kurang baik, bising dan lain sebagainya dapat menjadi


(38)

masalah bagi mahasiswa untuk belajar. Keadaan psikologis keluarga, hubungan dengan orang tua atau saudara-saudara, bahkan kampus dengan berbagai aktivitas yang serba ada pun dapat menjadi penghambat dalam menjalankan studinya.42

42

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan keluarga.135


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk mengumpulkan, menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi dalam penelitian. Penelitian ini merupakan explanatory research, yaitu penelitian survey yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa. Senada dengan pendapat Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, bahwa “Apabila untuk data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian dekriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan”43.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Islam Negeri Syarif Jakarta, dengan objek yang Hidayatullah diteliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan waktu yang ditempuh untuk penelitian ini selama tiga bulan, dimulai sejak tanggal 1 November 2008 sampai dengan 31 Januari 2009.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat pada tahun akademik 2007-2008 yang tersebar pada 10 fakultas. Dengan melihat besarnya populasi, maka penulis membatasinya dengan hanya mengambil beberapa sampel dari jumlah populasi yang ada. Maka,

43

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES 1989) hal 21.


(40)

jumlah yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 25 mahasiswa dari masing-masing fakultas, sehingga jumlah responden seluruhnya sebanyak 250 responden. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu dengan metode cuota random sampling, metode ini digunakan untuk menentukan suatu sampel dengan jumlah populasi yang luas, dan sampel bersifat homogen. Selain itu untuk untuk mengetahui jumlah sampel digunakan rumus Solvin, dengan menetapkan tingkat kepercayaan sebesar 90%. Jumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun akademik 2007 – 2008 sebanyak 20.000 orang, sampel penelitian yang penulis ambil sebanyak 250 responden dengan perhitungan yang menggunakan rumus Solvin. Rumusnya adalah :

n = ____N____ 1+ N (e)²

n = 20.000__ = 100 1+ 20.000 (0,10)²

Di mana :

n = Jumlah sampel, N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kesalahan (error).

Karena teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cuota random sampling, maka penulis menyamaratakan dengan mengambil 25 responden dari setiap fakultas.


(41)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan di uji yaitu keberagamaan sebagai independent variabel (X) yang terdiri dari dimensi-dimensi keagamaan dan perilaku permisif mahasiswasebagai dependent variabel (Y) yang terdiri dari mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan pergaulan bebas ( free sex ).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Angket

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket (questionnaire), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah data pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Ada dua jenis angket yang digunakan dalam penelitian yaitu angket tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup. Penulis memberikan penilaian terhadap jawaban dari masing-masing soal angket tersebut dengan menggunakan ketentuan skala likert 1-5.

Indikator-indikator dari pertanyaan dalam kuisioner tergabung dalam dua variabel yaitu variabel keberagamaan dan variabel perilaku permisif. Variabel keberagamaan mencakup praktek keagamaan responden seperti sholat, puasa dan infaq. Pengetahuan keagamaan yang mencakup intensitas responden dalam mengikuti pengajian dan kajian-kajian yang diadakan di dalam atau luar kampus, mencari informasi yang berkaitan


(42)

dengan agama melalui internet, membaca al-qur’an, membaca buku-buku tentang agama. Serta keyakinan keagamaan yang mencakup keyakinan responden kepada Allah Swt, keyakinan mengenai hari akhir, adanya surga dan neraka, dan keyakinan responden terhadap ajaran al-qur’an.

Variabel perilaku permisif yang mencakup pengetahuan responden tentang perilaku permisif seperti pengetahuan mengenai minuman keras, narkoba, pornografi dan seks bebas, serta pengetahuan responden bahwa mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan hal-hal yang bersifat pornografi itu berdosa, serta larangan melakukan hubungan seks bebas. Sikap terhadap perilaku permisif yang mencakup bagaimana sikap responden jika ada teman yang menkonsumsi minuman keras, narkoba, dan hal-hal yang bersifat pornografi, bagaimana penilaian responden mengenai pergaulan bebas, bagaimana sikap responden jika orang yang suka menkonsumsi minuman keras, narkoba dan hal-hal yang bersifat porno dianggap berdosa, dan orang yang melakukan seks bebas dihukum rajam. Serta perilaku permisif itu sendiri yang mencakup apakah responden menkonsumsi minuman keras, narkoba, hal-hal yang bersifat pornografi, melakukan hal-hal yang mendekati zina seperti, ciuman, pelukan, dan menjamah anggota tubuh lawan jenis.


(43)

b. Studi kepustakaan

Dalam penelitian ini, studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber, seperti buku-buku, jurnal, dan internet, media massa ataupun media elektronik.

c. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang sedang dijadikan sarana penelitian.44

E. Uji Instrumen Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan daam pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Agar data – data yang diterima penulis tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan dilakukan tahap pengujian kuesioner. Alat pengujian kuesioner adalah uji kesalahan (validitas) dan uji kehandalan (realibilitas ).

1) Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukan suatu tingkat kemampuan dan merupakan suatu alat ukur agar dapat mengungkapkan sesuatu yang menjadi tujuan pengukuran. Makin tinggi validitas suatu alat ukur maka makin tepat alat ukur tersebut mancapai sasaran yang diinginkan.

44

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grapindo Persada, 2003 ), Cet.IV, hal. 82.


(44)

Tabel 1. Hasil Uji Validitas

Variabel Corrected

Item-Total Correlatioan

Alpha if Item Deleted

Keterangan

Praktek Agama 0,5436 0,7496 Valid

Pengetahuan Agama 0,4890 0,7644 Valid

Keyakinan Agama 0,4764 0,8160 Valid

Pengetahuan Permisif 0, 1423 0,7600 Valid

Sikap Terhadap Perilaku Permisif

0,4206 0,7683 Valid

Perilaku Permisif 0,5186 0,7522 Valid

Tabel 1 menginformasikan bahwa semua instrumen dinyatakan valid karena nilai corrected item total correlation bertanda positif.

2) Uji Realibilitas

Apabila suatu alat pengukuran dikatakan valid, maka tahap selanjutnya adalah mengukur realibilitas. Uji realibilitas menunjukan kosistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Intrepretasi dan nilai Alpha Cronbach, adalah sebagai berikut : a. 0,00 – 0,20 tidak reliabel

b. 0,21 – 0,40 kurang reliabel c. 0,41 - 0,60 cukup reliabel d. 0,61 – 0,80 reliabel e. 0,81 – 1,00 sangat reliabel

Tabel 2 menggambarkan bahwa data pada penelitian ini reliabel karena memiliki nilai cronbach’s alpha di atas 0,60


(45)

Tabel 2 Hasil Uji Realibilitas Dimensi – Dimensi Cronbach’s

Alpha

N of Item

Keterangan

Praktek Agama 0,8134 13 Reliabel

Pengetahuan Agama 0,8580 7 Reliabel Keyakinan Agama 0,9492 10 Reliabel Pengetahuan Permisif 0,8921 13 Reliabel Sikap Terhadap

Perilaku Permisif

0,7995 10 Reliabel Tindakan/Perilaku

Permisif

0,9318 13 Reliabel

3) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal P-Plot.45

Kurva Uji Normalitas

VAR00004 120 100 80 60 40 20 V A R 0 0 0 0 8 100 90 80 70 60 50 40 30 20 45

Agung Bhuono Nugroho,” Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian SPSS”, Yogyakarta : Andi,2005.hal. 19


(46)

Berdasarkan kurva diatas dapat dikatakan bahwa instrumrn –instrumen dalam penelitian ini normal dan layak digunakan karena datanya menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif, maka metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif menggunakan analisis statistic untuk menguji hipotesis dengan data angka dan mencari tingkat signifikansi. Analisis data deskriptif dengan penyajian dalam bentuk tabel, grafik, dan ukuran pemusatan gejala sentral, seperti persentase, rata-rata, dan variasi.46 Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perilaku keberagamaan dan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pengujian hipotesis digunakan uji beda rata-rata one way anova, untuk membandingkan perilaku keberagamaan dan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum pada analisis komparatif. Sedangkan untuk mencari faktor yang berpengaruh terhadap perilaku permisif digunakan korelasi pearson (product moment), karena datanya berdistribusi normal dan interval setelah dilakukan uji normalitas data dan regresi linear sederhana. Hasil olah data dapat dibandingkan dengan nilai = 0.005 yang sudah menjadi ketentuan dalam pengujian hipotesis. Bila = 0.005 > sig. =.000 maka Ho ditolak atau sebaliknya, = 0.05 < sig. =.000 maka Ho diterima.47

46

Agus Purwonto, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, (Jakarta: GRASINDO, 2007) hal. 12

47

Getut Pramesti. Panduan Lengkap SPSS 13.00 dalam mengolah data statistik. ( Jakarta : PT Elex Komputindo, Gramedia, 2006 ) hal. 141.


(47)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS (Statistic Program Sosial Science) 13.00 for windows. Data yang diperoleh dihasilkan dari angket yang disebarkan dengan skor yang diberikan dari skala likert. Selanjutnya, digunakan transformasi indeks parameter pada setiap variabel yang akan diuji. Dalam transformasi indeks parameter, interval antara nilai indeks terkecil dengan nilai indeks terbesar adalah 1 - 100. Maka, transformasi indeks parameter adalah hasil dari penjumlahan nilai transformasi dari setiap parameter.

Rumus transformasi adalah:

a) Transformasi Indeks Parameter Indeks parameter : JDP – JM x 100 JMX – JM Keterangan :

JDP = Jumlah nilai yang didapat dari tiap parameter JM = Jumlah nilai minimum tiap parameter

JMX = Jumlah nilai maksimu tiap parameter b) Transformasi Indeks Variabel

Nilai variabel merupakan nilai indeks yang didapat dari jumlah indeks tiap parameter yang telah

ditransformasikan.48

Indeks Variabel : JPV – JMV x 100 JXV – JMV

48

Masri Mansoer, 2008, Perilaku Keberagamaan Remaja (Kasus pada SLTA di Kota Jakarta Selatan, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak), disertasi Pasca Sarjana IPB, hal 114


(48)

Keterangan :

JPV = Jumlah indeks parameter yang didapat dari tiap variabel

JMX = Jumlah nilai minimum tiap variabel JXV = Jumlah nilai maksismum tiap variabel G. Prosedur Penelitian

A. Tahap persiapan

Dalam tahap ini penulis merumuskan masalah penelitian terlebih dahulu, menentukan variabel serta malakukan studi kepustakaan guna mendapatkan teori - teori pendukung lalu menyusun dan menyiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini.

B. Tahap pengambilan data

Pada tahap ini penulis menentukan jumlah sampel (responden), dari populasi yang ada. Kemudian dari sampel-sampel ini penulis meminta kepada responden untuk mengisi angket yang telah dibuat, yaitu dengan mengisi skala penelitian yang penulis buat. Setelah data yang diinginkan terkumpul kemudian penulis melakukan pengolahan data dengan bantuan alat ukur statistik.

C. Tahap pembahasan

Setelah melakukan pengolahan data, penulis merumuskan hasil pengolahan tersebut dan membahasnya dengan teori – teori yang sudah penulis dapatkan dari beberapa referensi yang berhubungan dengan penelitian.


(49)

H. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Hipotesis Penelitian

Keterangan:

Dimensi keberagamaan (X) yang terdiri dari dimensi keyakinan (X1), dimensi praktek (X2) dan dimensi intelektual (X3) mempengaruhi perilaku permisif mahasiswa (Y), yang melliputi meminum minuman keras (Y1) penyalahgunaan narkoba (Y2), pornografi (Y3), seks bebas (Y4).

Berdasarkan gambar diatas, maka dapat di susun beberapa proposisi sebagai hipotesis yang akan di uji kebenarannya secara empirik.

Hipotesis I

“Bagaimana tingkat keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Ho : Tingkat keberagamaan mahasiswa UIN cenderung tinggi

Ha : Tingkat keberagamaan mahasiswa UIN Cenderung rendah Hipotesis II

“Bagaimana tingkat perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

Ho : Tingkat perilaku permisif mahasiswa UIN cenderung tinggi KEBERAGAMAAN (X)

X1 Dimensi Praktek X2 Dimensi Pengetahuan X3 Dimensi Keyakinan


(50)

Ha : Tingkat perilaku permisisf mahasiswa UIN cenderung rendah Hipotesis III

“Adakah tingkat perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.”

Ho : Tidak ada perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Ha : Ada perbedaan keberagamaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Hipotesis IV

“ Adakah perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan faklutas umum.”

Ho : Ada perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Ha : Tidak ada perbedaan perilaku permisif mahasiswa UIN Jakarta antara fakultas agama dan fakultas umum.

Hipotesis V

“ Adakah pengaruh keberagamaan terhadap perilaku permisif mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta “

Ho : Tidak ada pengaruh antara variabel keberagamaan dan variabel perilaku permisif.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta a. Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka.

Nama Universitas Syarif Hidayatullah diambil dari salah satu nama walisongo (sembilan penyiar Islam) di pulau Jawa, yaitu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang memiliki peranan besar dalam pengembangan Islam di Sunda Kelapa. Syarif Hidayatullah memiliki peran besar terhadap pengukuhan kekuasaan Islam di Sunda Kelapa yang kemudian hari ia beri nama Jayakarta yang kemudian dirubah oleh Belanda menjadi Batavia. Oleh karena itu, penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan Islam di Indonesia.

Sejarah berdirinya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari pendirian ADIA (akademi dinas ilmu agama) sebagai akademi dinas departemen agama pada tanggal 1 Juni 1957. Pada saat itu ADIA terbagi


(1)

Praktek Keagamaan

Q25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Tidak

Pernah 4 1.6 1.6 1.6

Jarang

Sekali 14 5.6 5.6 7.2

Kadang-kadang 147 58.8 58.8 66.0

Selalu 63 25.2 25.2 91.2

Sering 22 8.8 8.8 100.0

Valid

Total 250 100.0 100.0

Q33

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Tidak

Pernah 5 2.0 2.0 2.0

Jarang

Sekali 2 .8 .8 2.8

Kadang-kadang 18 7.2 7.2 10.0

Selalu 54 21.6 21.6 31.6

Sering 171 68.4 68.4 100.0

Valid

Total 250 100.0 100.0

Q35

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Tidak

Pernah 2 .8 .8 .8

Jarang

Sekali 13 5.2 5.2 6.0

Kadang-kadang 140 56.0 56.0 62.0

Selalu 70 28.0 28.0 90.0

Sering 25 10.0 10.0 100.0

Valid


(2)

No. Prktk Pngthan Idelogi Kbrgmn Pngthn Sikap Tndkn Permisif

1 79 71 100 84 77 38 94 72

2 66 79 75 72 67 80 85 78

3 80 67 100 84 56 93 98 84

4 100 83 100 97 56 30 75 56

5 82 50 95 80 59 73 81 72

6 75 58 100 80 59 88 94 82

7 63 38 98 69 51 58 83 66

8 80 75 88 82 67 100 85 84

9 54 33 100 65 67 88 87 81

10 50 42 98 64 79 68 83 77

11 82 71 93 83 44 100 100 83

12 100 100 100 100 100 50 100 85

13 84 79 100 88 87 85 96 90

14 52 38 83 59 72 85 88 82

15 77 54 100 80 92 98 96 95

16 80 83 100 88 51 88 100 82

17 55 75 93 72 38 100 100 82

18 75 50 100 78 51 88 96 80

19 80 63 98 83 56 80 77 72

20 75 29 85 69 67 78 94 81

21 57 54 100 71 46 85 96 78

22 50 54 88 63 79 70 96 83

23 88 63 100 87 67 95 96 87

24 54 54 75 61 44 60 94 69

25 86 63 98 85 56 95 96 84

26 68 46 80 68 38 68 79 63

27 46 42 68 53 67 83 75 75

28 43 29 100 59 79 70 46 63

29 36 25 75 47 62 78 4 44

30 82 54 88 78 46 68 83 67

31 75 67 100 82 33 85 88 71

32 82 71 88 82 72 75 77 75

33 73 58 73 70 38 53 56 50

34 66 46 100 73 67 45 79 65

35 80 100 100 91 28 50 94 61

36 100 100 90 97 15 50 90 56

37 57 38 95 66 54 73 90 74

38 63 67 95 74 72 55 67 65

39 66 42 88 68 62 88 90 81

40 57 17 100 63 100 58 92 84

41 46 50 50 48 56 48 38 47

42 59 83 93 75 51 98 87 79

43 66 29 93 68 51 80 87 74

44 55 54 95 68 46 88 87 75

45 64 58 75 67 74 75 85 79

46 80 100 93 88 67 50 85 69

47 61 29 88 63 44 73 83 68

48 57 25 78 58 49 55 62 56

49 89 50 80 78 44 75 96 74


(3)

No. Prktk Pngthan Idelogi Kbrgmn Pngthn Sikap Tndkn Permisif

51 52 33 98 63 59 85 85 77

52 75 25 93 71 59 78 94 79

53 61 42 90 67 69 78 88 79

54 68 50 98 74 41 68 87 67

55 45 4 78 48 67 55 90 73

56 70 63 90 75 49 83 75 69

57 82 21 100 76 92 93 40 72

58 64 54 100 74 72 83 67 73

59 71 67 100 80 69 80 85 79

60 52 25 83 57 69 63 69 67

61 77 21 85 68 59 75 85 74

62 73 58 100 79 59 48 60 56

63 48 25 88 57 49 60 60 56

64 64 71 100 78 59 98 100 87

65 64 63 100 76 74 88 77 79

66 50 17 70 50 82 70 77 76

67 27 50 20 29 46 35 81 56

68 68 50 95 73 59 53 75 63

69 59 42 70 59 46 65 79 65

70 64 46 85 68 31 78 85 66

71 80 50 85 76 82 90 98 91

72 63 33 98 68 46 85 88 75

73 63 8 100 64 74 83 83 80

74 71 42 95 73 74 78 79 77

75 86 63 80 79 62 100 85 82

76 71 38 100 74 67 78 94 81

77 68 38 100 73 64 80 87 78

78 68 75 93 78 38 65 81 63

79 80 75 95 84 77 80 94 85

80 63 58 100 74 79 85 83 82

81 71 33 95 72 77 80 79 79

82 57 54 85 66 67 73 73 71

83 55 58 88 67 67 63 85 73

84 52 38 85 60 72 60 31 52

85 59 25 83 60 54 45 67 56

86 52 63 70 60 64 68 56 62

87 45 42 100 63 56 73 62 63

88 73 38 100 75 56 85 81 75

89 61 50 90 68 72 63 73 69

90 43 4 75 46 51 58 31 45

91 80 54 100 82 64 58 94 74

92 86 54 95 83 46 80 79 69

93 54 33 93 63 67 75 71 71

94 68 33 100 72 59 75 67 67

95 79 38 100 78 64 98 90 85

96 89 67 100 88 59 50 94 70

97 64 63 100 76 100 88 85 90

98 70 63 90 75 49 85 54 62

99 79 42 100 78 62 95 77 78


(4)

No Prktk Pngthan Idelogi Kbrgmn Pngthn Sikap Tndkn Permisif

101 54 33 100 65 64 83 46 63

102 66 17 93 65 82 83 67 76

103 70 33 93 70 64 73 96 79

104 77 58 93 78 56 73 69 66

105 46 38 100 63 77 75 81 78

106 89 38 100 83 62 75 87 76

107 77 54 100 80 72 75 77 75

108 55 29 95 63 74 65 79 73

109 57 58 100 72 82 70 67 73

110 86 58 100 85 69 80 87 79

111 77 25 75 66 67 40 69 60

112 70 50 98 75 62 78 88 77

113 57 42 90 65 56 83 90 78

114 84 79 100 88 74 100 98 92

115 0 0 100 33 69 73 81 75

116 57 42 100 68 56 80 81 73

117 86 25 100 78 51 70 100 76

118 66 63 100 77 51 83 94 78

119 66 46 98 73 44 85 92 76

120 66 54 100 75 54 95 90 81

121 63 54 100 73 56 75 88 75

122 88 50 100 84 62 65 48 57

123 36 0 100 50 51 73 75 67

124 73 42 73 67 36 58 54 50

125 66 42 100 73 44 78 88 72

126 70 63 100 78 72 83 87 81

127 86 38 100 81 74 93 100 90

128 93 75 95 90 72 90 88 84

129 61 46 98 70 64 78 75 73

130 79 58 98 81 46 80 81 70

131 89 92 100 93 79 100 100 94

132 75 58 90 77 59 83 92 79

133 55 79 75 67 64 88 96 84

134 68 50 100 75 67 70 92 78

135 79 67 100 83 72 93 83 82

136 71 50 100 77 28 100 0 29

137 66 50 75 66 51 75 65 64

138 68 50 75 67 51 85 96 79

139 80 92 98 88 64 98 75 79

140 71 67 95 78 64 95 62 73

141 89 75 100 90 82 95 96 92

142 77 79 100 85 72 95 73 79

143 86 100 100 93 87 60 92 81

144 71 63 100 79 69 93 96 87

145 80 63 100 83 92 93 96 94

146 77 54 100 80 0 98 92 66

147 84 67 100 86 100 95 90 95

148 68 38 100 73 72 93 85 83

149 73 100 100 88 72 98 92 88


(5)

No. Prktk Pngthan Idelogi Kbrgmn Pngthn Sikap Tndkn Permisif

151 71 50 13 48 31 43 88 57

152 82 71 98 85 69 100 100 91

153 57 58 100 72 77 88 77 80

154 89 46 95 83 49 80 92 76

155 59 63 100 73 31 83 87 69

156 57 54 100 71 62 90 94 83

157 66 38 95 70 64 100 96 88

158 55 33 100 66 64 80 90 79

159 59 58 93 70 38 85 87 72

160 61 42 100 70 54 98 92 82

161 71 71 98 80 64 98 92 85

162 50 33 90 60 95 70 88 85

163 70 83 88 78 64 75 88 77

164 70 79 100 82 92 70 75 79

165 73 79 100 83 67 68 77 71

166 75 58 100 80 64 88 90 82

167 84 88 100 90 54 100 83 79

168 88 50 100 84 85 98 96 93

169 64 42 85 67 67 83 73 74

170 80 79 100 87 69 98 100 90

171 80 63 100 83 54 93 83 77

172 68 29 100 71 49 83 100 79

173 100 83 100 97 62 93 96 85

174 84 58 98 83 59 85 90 79

175 80 54 100 82 36 58 92 65

176 77 79 100 85 54 93 96 82

177 71 63 100 79 54 95 96 83

178 73 58 100 79 79 98 94 91

179 71 46 95 74 79 73 81 78

180 75 63 100 81 72 88 90 84

181 79 54 100 81 100 98 96 98

182 91 100 100 96 100 50 100 85

183 66 33 100 71 69 58 87 73

184 77 71 98 83 51 90 94 80

185 70 58 100 78 95 100 90 95

186 75 33 100 75 59 45 88 66

187 68 54 93 73 59 75 94 78

188 70 25 98 70 69 75 81 76

189 64 54 93 72 64 83 69 72

190 52 25 73 53 74 65 69 69

191 55 25 100 64 62 73 83 73

192 52 4 100 58 100 58 58 70

193 70 54 100 77 79 85 87 84

194 64 42 100 72 67 65 94 77

195 71 67 98 79 79 88 90 86

196 86 42 100 82 97 100 96 98

197 55 29 100 65 77 75 71 74

198 66 46 88 69 64 68 60 63

199 66 38 85 67 56 83 87 76


(6)

No. Prktk Pngthan Idelogi Kbrgmn Pngthn Sikap Tndkn Permisif

201 43 38 83 55 36 68 98 70

202 75 92 100 87 64 95 94 85

203 50 50 100 67 87 75 50 69

204 64 67 100 77 69 75 58 66

205 73 25 100 73 72 95 96 89

206 71 42 100 75 38 78 100 75

207 80 67 100 84 49 95 100 83

208 63 38 100 70 79 83 85 82

209 57 38 88 63 44 50 63 53

210 70 50 100 76 46 83 67 66

211 63 13 0 23 79 80 0 38

212 57 21 75 56 67 73 92 79

213 57 0 75 52 90 50 19 50

214 77 83 100 86 79 100 79 85

215 84 63 75 77 92 55 71 73

216 55 25 88 60 41 60 94 68

217 70 38 100 73 62 48 79 64

218 71 58 93 76 67 68 77 71

219 63 58 98 73 92 73 83 82

220 46 58 100 67 46 65 54 55

221 86 100 100 93 92 95 100 96

222 77 63 100 82 59 85 94 81

223 70 50 100 76 64 75 96 80

224 77 42 75 69 67 63 48 58

225 61 21 93 63 59 68 79 69

226 61 58 100 73 49 83 58 63

227 68 46 100 74 62 93 87 81

228 66 33 90 68 59 60 46 54

229 79 54 100 81 100 98 96 98

230 46 25 100 60 79 75 69 74

231 52 54 90 65 67 85 83 79

232 75 58 75 72 62 85 92 81

233 95 63 88 86 41 48 94 64

234 64 50 75 65 74 50 63 63

235 70 50 93 73 82 48 71 67

236 77 54 73 71 18 75 69 56

237 57 50 75 62 46 58 83 64

238 64 8 100 65 44 83 92 75

239 84 67 100 86 59 83 83 76

240 73 33 100 74 56 68 46 56

241 46 25 100 60 51 83 100 80

242 70 63 98 78 64 85 92 82

243 70 63 83 73 26 85 94 71

244 70 42 98 73 59 63 65 63

245 57 25 90 62 41 70 46 52

246 68 4 100 66 67 63 67 66

247 46 33 75 53 56 83 75 72

248 73 63 85 75 59 60 90 72

249 63 54 100 73 67 80 85 78