terutama dari golongan benzodiazepine BK, Koplo, MG, DUM, dan Lexo .
c. Pornografi
Pornografi berasal dari bahasa Yunani yang pornographia, secara harfiah berarti tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, kadang kala disingkat
menjadi ”porn” atau porno adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual.
Pornografi dapat mengunakan berbagai media teks tertulis maupun lisan, foto- foto, ukiran, gambar, gambar bergerak termasuk animasi, dan suara seperti
suara orang yang bernafas tersengal-sengal atau suara desahan.
33
Ada beberapa contoh pornografi: seperti, film porno, menggabungkan gambar yang
bergerak, teks erotik yang diucapkan dan suara-suara erotik lainnya. Majalah, majalah sering menggabungkan foto dan teks tertulis. Seperti foto gadis tanpa
busana, atau teks-teks dan tulisan tentang berbagai macam gaya hubungan seks. Novel dan cerita pendek, menyajikan teks tertulis disertai dengan
ilustrasi yang dapat menimbulkan rangsangan bagi pembaca seperti Jakarta UnderCover
. Pertunjukan hidup, seperti konser musik dangdut yang disajikan dengan goyangan yang erotis dan busana penyanyi yang serba terbuka dan
dapat mengundang syahwat pun itu bisa disebut sebagai porno pornoaksi.
d. Seks bebas free sex
Remaja dengan pemikiran yang sangat pendek, apalagi dengan modal pengetahuan agama yang minim, sering memandang seks sebagai pelengkap
kenikmatan hidup, yang bisa dilakukan dengan siapa saja bebas tanpa
33
NN, ”Definisi Pornografi”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http:www.wikipedia.com
pertanggungjawaban. Dengan istilah kerennya disebut dengan “FREE SEX’. Free sex
ini nampaknya sudah menjadi trend mark bagi remaja modern. Bukan lagi resiko yang menjadi pertimbangan tetapi kesenangan yang bersifat
sesaatlah yang mereka buru. Baru-baru ini kepolisian Jakarta Utara berhasil membongkar klinik praktek
aborsi di daerah Jakarta Utara, hal tersebut telah membuktikan bahwa seks bebas sudah semakin menjamur. Banyak remaja yang melakukan hubungan
seks di luar nikah, hingga menyebabkab kehamilan dan akhirnya mereka melakukan tindakan aborsi untuk menutupi perilaku mereka tersebut.
34
3. Faktor Perilaku