dan dapat melihat kedepan yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.
2. Perilaku Permisif
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perilaku permisif adalah sikap terbuka atau dalam kata lain
serba membolehkan.
28
Masyarakat saat ini lebih terbuka terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Seperti adiksi alkohol, ponografi, narkoba dan seks bebas.
Di sini penulis menyajikan empat bentuk perilaku perilaku permisif yang sekarang banyak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :
a. Minuman Keras
Minuman keras atau minuman yang mengandung alkohol, tergolong depresansia. Bahan memabukkan yang diperolah dari peragian biji-bijian dan
umbi-umbian. Alkohol atau minuman keras merupakan zat yang banyak dinikmati orang selain nikotin.
Bentuk dari alkohol atau minuman keras adalah cairan yang pahit rasanya. Menurut kadar etil alkohol ada beberapa jenis minuman keras yaitu :
1 Bird dan lager, kadar alkoholnya sebesar 2 – 5. 2 Anggur minuman, kadar alkoholnya sebesar 10-14
3 Sherry, port, dan mustakel, kadar alkoholnya sebesar 20
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2001.Cetakan ke-3.Hal 172
4 Wiski, rum, vodka dan brendi, kadar alkoholnya sebesar 40- 50.
29
Jika seseoarang meminum minuman beralkohol dia akan merasa bahagia, gembira, banyak tertawa, merasa percaya diri, rileks, tenang, bebas dari
rasa malu, kendali diri lepas, rasa takut berkurang dan untuk sementara dapat melupakan persoalan.
Pengaruh buruk alkohol atau minuman keras : • Agresif dan kasar, mudah terlibat perdebatan dan perkelahian. Dan tidak
dapat mengendalikan diri. • Jalan sempoyongan, pandangan ganda dan bicara cadel.
• Jika sedang sedih, ia akan semakin depresi murung. • Alkohol berkalori tinggi. Banyak minum alkohol akan menyebabkan
badan gemuk. Berbahaya bagi orang yang berpenyakit gula. • Pengaruh sesudahnya hangover membuat orang merasa tidak nyaman.
Kepala terasa berat dan lambung nyeri. • Alkohol dapat merusak kesuburan dan potensi pria.
b. Penyalahgunaan narkoba.
Narkoba singkatan dari narkotika, psikotoprika, dan bahan adiktif
lain adalah obat atau zat bukan makanan, yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, berpengaruh terutama pada kerja otak atau susunan syaraf pusat.
Narkoba adalah bahan adiktif yang artinya menimbulkan ketergantungan, atau bahan psikoaktif, artinya berpengaruh pada otak dan perilaku, karena
menyebabkan ketergantungan maka narkoba disebut juga bahan berbahaya.
29
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus IBUKOTA Jakarta, Ancaman Narkoba Bagi Generasi Bangsa
, hal 12
Menurut Undang-Undang No.22 tahun 1997 narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
30
Golongan Narkoba berdasarkan pembuatannya: b Narkotika alami
Zat atau obat yang langsung bisa di pakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu
karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses penyederhanaan. Bahan alami tersebut biasanya tidak boleh dugunakan untuk terapi
pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh, narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.
b Narkoba atau Narkotika sintesis Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk
keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit atau analgesik.
Contohnya yaitu
seperti amfetamin,
metadon, desktroptopakasipen, deksamfetamin dan lain sebagainya.
Narkotika sintesis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut: c Depresan membuat pamakai tertidur atau tidak sadarkan diri
c Stimulan membuat pamakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan merasa badan lebih segar.
30
NN, ”Definisi Narkoba”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http:www.wikipedia.com
c Halusinogen dapat membuat pemakai berhalusinasi yang merubah perasaan serta pikiran.
b Narkotika semi sintesis Yaitu zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi
dan lain sebagainya. Seperti, heroain, morfin, kedoin, dan lain sebagainya.
31
Menurut Undang-undang, narkotika di bagi ke dalam tiga golongan dan psikotropika dibagi ke dalam empat golongan, menurut potensinya
menimbulkan ketergantungan yaitu
32
: 1. Golongan
I, berpotensi
sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan, sehingga dilarang keras digunakan dalam
pengobatan. Seperti, heroain putaw, ganja dan kokain, LSD, ekstasi.
2. Golongan II, berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan,
sehingga hanya digunakan dalam pengobatan secara terbatas. Seperti, opium candu, morfin dan petidin, amfetamin,
metamefamin shabu, mandrax. 3. Golongan II, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan.
Digunakan dalam pengobatan. Seperti : kodein, rohypnol. 4. Golongan IV, berpotensi sedang menimbulkan ketergantungan.
Banyak digunakan dalam pengobatan. Seperti, obat penenang
31
NN, ”Definisi Narkoba”, artikel diakses pada tanggal 27 April 2008 dari http:www.wikipedia.com
32
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus IBUKOTA Jakarta, Ancaman Narkoba Bagi Generasi Bangsa,
Jakarta : Pemda DKI 2007, hal.2
terutama dari golongan benzodiazepine BK, Koplo, MG, DUM, dan Lexo .
c. Pornografi