commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Bahkan
sekarang sepakbola digemari dan dimainkan oleh kaum wanita. Didalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, sepakbola
merupakan salah satu cabang olahraga yang diprioritaskan untuk dibina, maka untuk meningkatkan dan mencapai prestasi, alangkah baiknya jika sejak usia dini
telah mendapatkan pendidikan olahraga dan khususnya sepakbola secara benar, teratur, dan terarah. Dewasa ini, permainan sepakbola bukan hanya sekedar
hiburan atau pengisi waktu senggang, akan tetapi sudah dituntut untuk berprestasi setinggi-tingginya. Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan
yang direncanakan dengan sistematis dan dilakukan secara terus menerus dibawah pengawasan dan bimbingan pelatih yang profesional.
Mengingat kesenangan dan kecintaan masyarakat terhadap sepakbola, maka wajarlah bila para pembina sepakbola dituntut untuk terus membenahi diri
dengan ilmu dan mencari pengalaman demi kemajuan sepakbola, apalagi sekarang ini sepakbola bisa digunakan sebagai bisnis, mencari pekerjaan, dan juga
digunakan sebagai propaganda bagi perusahaan atau instansi yang membutuhkan popularitas dari masyarakat sehingga selalu ingin memenuhi kehendak dan
kegemaran masyarakat melalui olahraga sepakbola. Menyadari akan keperluan itu berbagai usaha yang telah dan sedang
dilakukan dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan, diantaranya adalah membuat atau menumbuhkan klub-klub persepakbolaan pada usia dini, atau
sekolah sepakbola yang sekarang dikenal dengan Lembaga Pendidikan Sepakbola LPSB, yang bertujuan untuk memperkenalkan berbagai teknik, taktik dalam
permainan sepakbola sejak dini, mengingat bahwa kemampuan anak-anak berbeda dengan orang dewasa, Soekatamsi 1988: 13 mengemukakan bahwa,
“karena anak-anak masih mengalami pertumbuhan jasmani dan perkembangan
1
commit to user 2
rohani maka perlu adanya pengelompokan umur”. Pembagian kelompok umur ini penting artinya agar masing-masing kelompok merupakan suatu team belajar
sendiri atau team berlatih sendiri, dan juga berpengaruh untuk menentukan beban intensitas latihan. Perkembangan LPSB di jawa tengah khususnya wilayah
kabupaten Sragen cukup baik, telah berdiri beberapa LPSB di wilayah kabupaten Sragen antara lain: RAS Kalijambe, PERSIG Tanon, Soedarmojo Gemolong,
KFC Karangmalang, PSM Masaran, AREGRAS Gondang dan Indonesia Muda Sragen IM Sragen.
Lembaga pendidikan sepakbola LPSB IM Sragen merupakan suatu wadah atau organisasi sepakbola yang mempunyai tujuan untuk membina dan
melatih anak-anak pemula agar nantinya menjadi seorang pemain sepakbola yang terampil dan berprestasi. LPSB IM Sragen dikelompokkan dari usia delapan tahun
hingga enambelas tahun. Dalam perkembangannya LPSB IM Sragen cukup eksis dan telah mengikuti berbagai turnamen antar LPSB dari tingkat eks-karesidenan
Surakarta, Jawa Tengah hingga Nasional. Dalam turnamen tingat Nasional, LPSB IM Sragen pernah menjadi juara tiga pada tahun 2007, serta menyumbangkan
sebagian besar pemainnya untuk PSISra Junior pada tahun 2007 yang menjadi empat besar Nasional dengan pelatihnya Anwar Sambudi yang juga pelatih LPSB
IM Sragen. Pelatihan fisik dan teknik merupakan program latihan dasar dalam
pelatihan di LPSB IM Sragen. Dalam hal ini Remmy Muchtar 1992:81 berpendapat bahwa, “disamping kemahiran teknik, kualitas fisik yang terdiri dari
berbagai unsur merupakan syarat mutlak dalam sepakbola”. Hal ini artinya kemampuan fisik dan teknik merupakan komponen yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan dalam permainan sepakbola. Selama ini kemampuan fisik dan teknik telah dilatih dan ditingkatkan secara maksimal. Komponen-komponen
kondisi fisik yang mendukung penguasaan teknik dasar sepakbola dilatih secara sistematis dan terus-menerus. Selain itu juga, macam-macam teknik dasar
sepakbola telah dilatih dan dikembangkan secara optimal. Menurut Soekatamsi 1988: 34 bahwa,
commit to user 3
Teknik dasar bermain sepakbola terdiri dari: 1 Teknik tanpa bola, diantaranya adalah: a lari cepat dan mengubah arah, b melompat dan
meloncat, c gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan, d. gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. 2 Teknik dengan bola,
diantaranya adalah: a menendang bola, b menerima bola, c menggiring bola, d menyundul bola, e melempar bola, f gerak tipu dengan bola, g
merampas atau merebut bola, h teknik-teknik khusus penjaga gawang.
Dalam permainan sepakbola bila kita amati, menggiring bola merupakan gerakan yang sering dilakukan oleh pemain sepakbola, sehingga pemain tersebut
tampak menonjol. Menurut A. Sarumpaet 1992: 24-25 menyatakan bahwa “menggiring bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari suatu
daerah ke daerah lain pada saat pemainan. Sedangkan tujuan dari menggiring bola adalah: 1 memindahkan permainan, 2 untuk melewati lawan, 3 untuk
memancing lawan, 4 untuk memperlambat permainan”. Menurut M. Sajoto 1988: 56 “Seorang pemain sepakbola selain harus
menguasai teknik dasar yang benar juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik, komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan meliputi: kekuatan, daya tahan,
daya ledak, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan, ketepatan dan reaksi”. Jadi menggiring bola tidak hanya membawa bola
menyusuri tanah dan lurus ke depan melainkan menghadapi lawan yang jaraknya cukup dekat dan rapat. Hal ini menuntut seorang pemain untuk memiliki
kemampuan menggiring bola dengan baik. Menggiring bola adalah membawa bola dengan kaki dengan tujuan melewati lawan, mencari kesempatan memberi
umpan kepada kawan, dan untuk menahan bola tetap ada dalam penguasaan. Menggiring bola memerlukan keterampilan yang baik dan didukung dari unsur-
unsur kondisi fisik yang baik pula seperti kekuatan yang merupakan daya penggerak bagi setiap aktivitas fisik.
Koordinasi mata-kaki merupakan suatu takaran kecepatan dan ketepatan antara penglihatan mata dan gerakan yang dilakukan oleh kaki. Koordinasi
sebagai hubungan yang harmonis dari hubungan yang saling berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja yang ditunjukkan dengan
berbagai tingkat keterampilan. koordinasi merupakan perpaduan fungsi beberapa otot secara tepat dan seimbang menjadi satu pola gerak. Koordinasi yang baik
commit to user 4
akan mampu mengkombinasikan beberapa gerakan yang kompleks secara mulus tanpa mengeluarkan energi berlebihan. Dengan demikian, hasil gerakan yang
dilakukan sangat efisien, halus, mulus dan terkoordinasi dengan baik. Dalam menggiring bola perlu adanya stimulus atau rangsangan yang berupa aksi dari
lawan, sehingga otak akan menanggapi dengan reaksi. Koordinasi dalam permainan sepakbola berfungsi untuk mencocokkan antara reaksi yang diberikan
otak yang memerintahkan kaki untuk bergerak sesuai kehendak otak, sehingga bola dapat dikendalikan sesuai perintah otak. Mata sebagai penerima rangsang,
kemudian di olah dan menghasilkan respon yang digerakkan oleh kaki, sehingga dapat di cocokkan antara rangsang atau aksi yang diterima dan tanggapan atau
reaksi yang dilakukan. Kelincahan adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi sesuai
dengan situasi yang dihadapi dengan cepat, tepat selagi tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Kelincahan berhubungan dengan waktu reaksi setelah
adanya aksi dari luar maupun dari dalam seseorang sehingga akan mendapatkan hasil yang baik dan sesuai dengan harapan seseorang. Dengan kelincahan yang
dimiliki memungkinkan seorang pemain mampu melakukan gerakan berubah arah sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan efektif dan efisien. Permainan
sepakbola membutuhkan kelincahan untuk bergerak dengan tiba-tiba yang bertujuan untuk mengecoh lawan baik dengan bola maupun tanpa bola.
Panjang tungkai merupakan susunan anatomi tubuh atau anthropometric seseorang yang berkaitan dengan tungkai hingga telapak kaki. Panjang tungkai
adalah ukuran panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illiaca anterior superior. Panjang tungkai berhubungan dengan titik berat badan
seseorang sehingga mempengaruhi keseimbangan. Karena, semakin panjang tungkai seseorang semakin tinggi titik berat badan orang tersebut dibandingkan
orang yang mempunyai tungkai lebih pendek. Sehingga keseimbangan pemain yang bertubuh pendek lebih baik dari pada pemain yang bertubuh tinggi, sehingga
pemain yang bertubuh pendek akan jauh lebih baik dalam menggiring bola dibanding pemain yang bertubuh tinggi. Tetapi tidak dipungkiri bahwa pencarian
bibit pemain yang dibutuhkan berpostur tubuh tinggi dan proporsional sebab
commit to user 5
jangkauan tungkai lebih panjang untuk menjangkau bola dan memudahkan pemain dalam berebut bola atas serta memudahkan dalam menambah kecepatan
sewaktu menggiring bola cepat hal ini sangat dibutuhkan dalam serangan balik, tetapi pemain bertubuh tinggi mempunyai kekurangan yaitu kurangnya
keseimbangan dibanding pemain yang bertubuh pendek Berdasar uraian tersebut di atas, pengkajian dalam penelitian ini
diarahkan pada faktor-faktor yang dapat mendukung keterampilan menggiring bola. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yaitu: 1
koordinasi mata-kaki, 2 kelincahan, 3 panjang tungkai. Ketiga komponen tersebut diduga memiliki hubungan terhadap keterampilan menggiring bola dalam
permainan sepakbola. Namun belum diketahui seberapa besar sumbangan koordinasi mata-kaki, kelincahan, dan panjang tungkai terhadap keterampilan
menggiring bola, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teori dan praktik melalui tes dan pengukuran terhadap komponen-komponen tersebut.
Siswa usia 14-15 tahun LPSB IM Sragen tahun 2011 adalah orang coba untuk membuktikan adanya hubungan koordinasi mata-kaki, kelincahan, dan
panjang tungkai terhadap keterampilan menggiring bola. Salah satu alasan pengambilan sampel penelitian siswa usia 14-15 tahun pada LPSB IM Sragen
tahun 2011, karena pelatihan fisik dan teknik merupakan program latihan yang mendapat porsi latihan lebih besar dibandingkan dengan porsi latihan taktik dan
mental. Namun selama ini belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kemampuan fisik dan penguasaan teknik dasar bermain sepakbola khususnya
keterampilan menggiring bola. Sehingga, kemampuan yang dimiliki oleh siswa LPSB IM Sragen belum teruji secara pasti apakah telah terampil menggiring bola
yang baik dan sesuai tujuan ataukah sebaliknya. Sehingga selain untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan koordinasi mata-kaki, kelincahan,
dan panjang tungkai terhadap kemampuan menggiring bola, juga untuk mengetahui besarnya kemampuan menggiring bola.
Ditinjau dari pelaksanaan latihan di LPSB IM Sragen, baik pelatihan penguasaan teknik dan pelatihan fisik telah dilaksanakan dengan baik dan
sistematis. Dari pelaksanaan pelatihan tersebut seharusnya para siswa telah
commit to user 6
memiliki keterampilan teknik dasar dan kemampuan fisik yang memadai. Sering dijumpai dalam latihan permainan game ada beberapa siswa yang kelihatannya
memiliki kelincahan dan kemampuan fisik yang baik juga terampil dalam menggiring bola, namun ada juga siswa yang kurang terampil menggiring bola.
Inilah fenomena yang menarik untuk diteliti, apakah benar siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki, kelincahan baik, dan tungkai yang panjang memiliki
kemampuan menggiring bola yang baik juga. Oleh karena itu penulis mengambil tema penelitian dengan judul Hubungan Koordinasi Mata-Kaki, Kelincahan, dan
Panjang Tungkai Terhadap Kemampuan Menggiring Bola Pada Siswa Usia 14-15 Tahun Lembaga Pendidikan Sepakbola Indonesia Muda Sragen Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah