Sifat religius dari perkawinan pada masyarakat karo terlihat dengan adanya perkawinan, maka tidak hanya mengikat kedua belah pihak yang menikahi
dan yang dinikahi saja, tetapi juga mengikat keseluruhan keluarga kedua belah pihak termasuk arwah-arwah leluhur mereka. Dengan demikian, perkawinan
adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita, termasuk keseluruhan keluarga dan arwah para leluhurnnya.
Pada perkawinan yang sesuai dengan adat arah adat dahulu biasanya peranan orang tua yang dominan. Artinya bahwa pihak orang tualah yang
mengusahakan agar perkawinan itu dapat berlangsung, mulai dari perkenalan calon mepelai petandaken, meminang maba belo selambar, nganting manuk
dan pesta adat kerja adat. Dalam menyelenggarakan perkawinan menurut Adat Karo dilaksanakan
berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah baku berdasarkan kebiasaan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 . Nangkih
Nangkih adalah tahapan perkawinan bagi suku Karo. Dalam konteks dahulu kala, nangkih adalah tahapan kawin lari, karena calon mempelai laki-laki
tidak meminang impal putri paman atau tidak meminang putri kalimbubu. Dalam proses nangkih terdapat tahapan sebagai berikut:
a. Ngendesken
Proses dalam nangkih ini adalah calon mempelai laki-laki membawa calon mempelai perempuan ke rumah anak beru guna ngendesken menyerahkan.
Dalam konteks adat Karo, ngendesken berarti calon mempelai laki-laki
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan segala masalah yang sedang dihadapinya, yakni membawa anak gadis orang lain tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dalam proses nangkih ini,
biasanya terjadi kekalutan khususnya bagi orang tua calon mempelai wanita, karena kepergian putrinya dengan calon kela menantu laki-laki tidak
diketahuinya. b.
Nehken Kata Nehken kata dapat diartikan menyampaikan informasi tentang keberadaan
calon mempelai perempuan dan calon mempelai laki-laki, dan solusi bahwa putrinya yang sebentar lagi dilamar oleh keluarga calon mempelai laki-laki.
2.2.2.2. Ngembah Belo Selambar
Secara harfiah, ngembah belo selambar artinya membawa sirih selembar, memiliki makna atau simbol bahwa, sirih, kapur, tembakau dan pinang di
dalamnya. Tembakau adalah interaksi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam konteks ini sekapur sirih dan rokok adalah simbol penghormatan
dari pihak tamu kepada tuan rumah atau penyampaian rasa hormat dari pihak keluarga calon pengantin laki-laki kepada keluarga calon pengantin perempuan.
Tahap ngembah belo selambar ini adalah tahapan pertama dalam sistem perkawinan suku Karo. Ngembah belo selambar ini adalah makna esensialnya,
menanyakan keikhlasan para calon pengantin, orang tua calon pengantin, sirembah kulau bibi calon pengantin perempuan dan singalo ulu emas paman
calon pengantin laki-laki. Setelah keikhlasan pihak tercapai, maka pembicaraan runggu musyawarah dilanjutkan kepada hal-hal yang bersifat adat dan
seremonial, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
- Penentuan pelaksanaan nganting manuk
- Membicarakan Gantang Tumba batang unjuken yang akan dibayar
kepada: 1.
Singalo bere-bere 2.
Singalo perkempun 3.
Singalo perbibin 4.
Perkembaren 5.
Sirembah kulau -
Menentukan Gantang Tumba besar kecilnya batang unjuken uang mahar bagi pihak keluarga perempuan.
2.2.2.3 Nganting Manuk