Masyarakat Batak Karo Konsep

pihak orang tua laki-laki dan orang tua perempuan. Orang tua laki-laki membayarkan hutang adat kepada singalo ulu emas, sedangkan orang tua calon mempelai perempuan membayar hutang adat kepada singalo bebere. Pelaksanaan pesta perkawinan ini diselenggarakan di tempat tinggal perempuan.

2.2.3 Masyarakat Batak Karo

Etnik Batak Karo terdapat di seluruh Indonesia yang pusat administratifnya di Kabanjahe yang disebut Kabupaten Karo. Kabupaten Karo memiliki ketinggian 140 sampai 1400 meter dari permukaan laut. Iklimnya berkisar antara 16º sampai 27º Celsius, serta mempunyai curah hujan 1000 mm sampai 1400 per tahun. Ibu Kota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe, yang berjarak 76 kilometer dari Kota Medan Pemerintahan Kabupaten Karo 1997. Masyarakat Batak Karo mempunyai sistem kekerabatan, yaitu merga silima, rakut sitelu. Sistem kekerabatan merga silima ini adalah pengelompokan masyarakat kedalam lima merga klen besar, yaitu: 1 Ginting, 2 Sembiring, 3Karo-karo, 4 Tarigan, dan 5 Perangin-angin. Setiap merga ini terbagi lagi ke dalam merga-merga kecil. Istilah merga berasal dari kata meherga, yang artinya adalah mahal dan berharga. Istilah ini melekat pada laki-laki yang berstatus penerus keturunan dan mewarisi nama merga. Bagi perempuan istilah yang dipergunakan adalah beru, yang berasal dari kata mberu yang artinya cantik. Sistem kekerabatan masyarakat Karo rakut sitelu, yaitu pengelompokan struktur sosial: 1 kalimbubu pihak pemberi istri, 2 senina orang satu marga, 3 anak beru pihak penerima istri Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu semiotika. Semiotika mengkaji bahasa verbal, lambang, simbol, tanda, serta perefrensian dan pemakaiannya dalam wahana kehidupan. Ilmu pragmatik mengkaji hubungaan pemakaian bahasa dengan pemakaipenutur Pangaribuan, 1990:33. Menurut Kridalaksana 1982:137, pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya penakaian bahasa dalam komunikasi. Purwo 1990:16 mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan utterance menggunakan makna yang terikat konteks sedangkan memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi. Levinson 1980:1 dalam Tarigan, 1990:33 menyatakan pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain, telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Pragmatik erat sekali hubunganya dengan tindak ujar tindak tutur atau speech act, karena tindak tutur merupakan kajian pragmatik. Universitas Sumatera Utara