13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang
terjadi saat ini tidak hanya terjadi di pedesaan, tetapi terdapat juga di perkotaan. Daerah perkotaan merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi
dan sosial serta administrasi pemerintahan yang terletak strategis sehingga masyarakat yang tinggal di perkotaan dapat lebih mudah menjangkau akses dan fasilitas tersebut.
Kemudahan akses yang diberikan juga memiliki kecendrungan yaitu pada pembangunan fisik yang semakin pesat sehingga menyebabkan terjadinya arus
urbanisasi di kota. Hampir seluruh pembangunan yang dilakukan justru membuat kemiskinan
terjadi dimana-mana. Hubungan lain antara pembangunan dengan gejala kemiskinan adalah terciptanya orang miskin baru oleh implementasi pembangunan proyek-proyek
besar seperti waduk, pabrik, dan lain sebagainya. Lapisan dan kelompok yang tergusur oleh realisasi pembangunan proyek-proyek besar dapat jatuh miskin secara
berangsur-angsur ataupun secara langsung jika kompensasi yang diberikan tidak
memadai atau tidak mengembangkan mata pencaharian Mardimin, 1996: 49
Di Indonesia, dalam setahun tahun terakhir Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2011
tercatat sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari total penduduk. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hanya turun
sebanyak 1 juta orang atau 0,84 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada
Universitas Sumatera Utara
14 Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang atau 13,33 persen. Selama periode Maret
2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang dari 11,10 juta orang pada Maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret
2011. Sementara, di daerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang dari 19,93 juta orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret
2011http:www.tempointeraktif.comhgperbankan_keuangan20110701brk,20110 701-344221,id.html diakses tgl 9112011 pukul 10.30
Pembangunan saat ini kurang memperhatikan aspek kemasyarakatan dan kemanusiaan, selain itu pembangunan yang terjadi pada saat ini hanya memberikan
prioritas pada pemenuhan fisik dan ekonomis. Distribusi pembangunan yang tidak adil juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Menurut Susanto,
pembangunan masyarakat dapat dilihat dari perubahan dalam masyarakat yang dapat berdampak kemajuan progres maupun kemunduruan regress, maka perubahan
dalam pembangunan diharapkan berdampak kemajuan. Salah satu yang dapat kita jadikan indikator dalam melihat pembangunan tersebut, apabila terjadi peningkatan
dalam taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Gambaran sederhana untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan adalah dengan melihat apakah perubahan
tersebut dapat berdampak pada semakin banyak terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan yang dapat terpenuhi merupakan indikasi semakin
meningkat kesejahteraan atau taraf hidup masyarakatnya Soetomo, 2008:14. Jumlah penduduk yang semakin mendekati garis kemiskinan , membuat
pemerintah menciptakan berbagai macam program pembangunan untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di perkotaan. Namun, program pembangunan yang telah
dibuat belum menunjukkan hasil yang optimal. Berbagai program kemiskinan yang terdahulu bersifat parsial yang artinya adalah program yang dibuat oleh pemerintah
Universitas Sumatera Utara
15 tidak secara keseluruhan memberantas kemiskinan, selain itu program kemiskinan
tersebut bersifat sektoral, dan charity. Dalam kenyataannya program yang dibuat oleh pemerintah sering kali menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi
masyarakat misal hal yang sering terjadi adalah salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital sosial yang ada di masyaraka gotong-
royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan dll. Rendahnya capital social modal sosial pada gilirannya juga akan mendorong
pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalan kemiskinan yang terjadi
secara bersama-sama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta mundur tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari para
pemangku kepentingan yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak memiliki tanggung jawab Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan,
2010: 4 Salah satu upaya peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya
masyarakat miskin adalah melalui pengembangan dunia usaha mikro dengan mengedepankan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Karena dengan
mengembangkan usaha, masyarakat memperoleh penghasilan yang mampu mendorong pemenuhan kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarga. Namun, yang
menjadi kendala dalam mengembangkan usaha mereka adalah kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan serta kendala dalam hal mendapatkan modal dan
kurangnya memadainya modal yang mereka miliki. Walau sebenarnya terdapat badan usaha permodalan yang dikelola oleh negara maupun pihak swasta yang berbadan
hukum, seperti bank dan koperasi, yang memberi peluang modal bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, fakta menunjukkan masyarakat tetap mengalami kesulitan
Universitas Sumatera Utara
16 memperoleh modal tersebut. Khususnya bagi warga miskin. Kesulitan memperoleh
modal itu disebabkan kurangnya akses dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga kelengkapan dan persyaratan yang mutlak tidak dapat terpenuhi, seperti
agunan berupa dokumen, surat kepemilikan tanah, barang berharga dan lain-lain. Kesulitan untuk memperoleh akses tersebut merupakan salah satu penyebab
mengapa tingkat kesejahteraan atau pendapatan masyarakat miskin tetap rendah. Oleh sebab itu, dalam sebuah program yang akan dalam pelaksanaannya harus lebih
mengutamakan swakelola, dalam pengertiannya masyarakat lokal mendapat peluang yang seluas-luasnya untuk mengelola kegiatan yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhannya. Sehingga mereka dapat dengan mudah mengakses fasilitas yang dibuat untuk mereka. Selain itu, perencanaan yang dipakai adalah “bottom-up planning”
atau perencanaan pembangunan yang disusun dari bawah ke atas. Dengan pendekatan yang bottom-up maka rencana pembangunan meliputi program dan proyek yang
benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat lokal akan dilibatkan dalam penyusunan rencana pembangunan Adisasmita, 2006:4
Program-program pembangunan masyarakat harus dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Perencana yang akan membuat program-
program pembangunan harus benar-benar menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena pada saat ini banyak program yang dibuat oleh pemerintah
tidak melakukan analisis terhadap kebutuhan masyarakat sehingga pada pelaksanaannya sering mendapatkan masalah salah satunya adalah salah sasaran.
Analisis yang dilakukan tidak hanya membuat daftar keinginan yang sifatnya hanya sesaat, tetapi perlu dilakukan suatu analisis yang mendalam untuk dapat mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga jika masyarakat dilibatkan dalam membuat suatu program, maka ada rasa memiliki pada diri mereka bahwa program
Universitas Sumatera Utara
17 tersebut adalah milik mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan masyarakat
harus mengandung partisipasi dan rasa memiliki terhadap program yang akan dilaksanakan, dan harus mengandung unsur pemberdayaan masyarakat.
Salah satu program yang sebelumnya dibuat oleh pemerintah untuk dapat menanggulangi kemiskinan yang ada di perkotaan adalah P2KP Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Program penanggulangan Kemiskinian Perkotaan atau sering disebut P2KP dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu
upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Namun, sejak tahun 2007
P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri hal ini dikarenakan perkembangan yang positif dari P2KP. Tahun 2008
secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan PNPM Mandiri Perkotaan, tujuan dari PNPM Mandiri Perrkotaan ini
adalah untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia IPM
dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals MDGs sehingga tercapai
pengurangan penduduk miskin Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 3
Kota Medan merupakan merupakan salah satu yang menjadi sasaran dari PNPM Mandiri Perkotaan. Di kota Medan terdapat 149 kelurahan yang menerima
program ini, dan dibagi ke dalam 4 kategori kelurahan yaitu, kelurahan 2006 yang terdiri dari 38 kelurahan, kelurahan 2007 terdiri dari 57 kelurahan, kelurahan 2008
terdiri dari 28 kelurahan, dan kelurahan 2009 yang terdiri dari 26 kelurahan. Salah satu dari 149 kelurahan tersebut adalah kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Medan Barat.
Universitas Sumatera Utara
18 Kelurahan Karang Berombak termasuk kelurahan dalam kategori kelurahan
2007 yang menerima program PNPM Mandiri Perkotaan. Dana BLM yang diterima oleh masyarakat kelurahan Karang Berombak merupakan bentuk bantuan dana yang
sifatnya stimulan yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan berlatih dengan melaksanakan suatu kegiatan. Penggunanan dana BLM ini salah
satunya adalah untuk kegiatan ekonomi yang termasuk di dalamnya adalah pinjaman dana bergulir. Manfaat pinjaman dana bergulir ini adalah untuk meningkatkan
pendapatan individukeluraga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial.
Pada awalnya kelurahan Karang Berombak menerima modal awal untuk pinjaman dana bergulir adalah Rp 49 juta pada februari 2010 dan awalnya ada 20
KSM, dimana besar pinjaman awal Rp500.000 per-anggota. Di bulan Agustus 2011 ada penambahan modal sebesar Rp 15 juta sehingga modal yang diberikan sekarang
adalah Rp 64 juta modal I + modal II. Bulan September 2011 terdapat 68 KSM yang menerima pinjaman bergulir, 35 KSM yang masih aktif, dan 33 KSM yang sudah
lunas. Sebelum ada penambahan modal, besar pinjaman yang diterima oleh semua KSM sudah ada penambahan sebesar Rp 5 juta untuk 1 KSM , dimana masing-masing
anggota KSM menerima Rp 1 juta. Pinjaman yang diberikan kepada mereka dipergunakan untuk membuka usaha atau mengembangkan usaha mereka seperti
ternak jangkrik, usaha kelontong, atau pengumpul barang bekas. Jika dilihat dari kegiatan pinjaman dana bergulir yang ada selama ini maka
masalah yang sering timbul adalah dalam hal pengembalian pinjaman. Anggota tidak mau membayar atau tidak dapat membayar pengembalian pinjaman sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat diawal perjanjian. Namun tidak semua kelurahan memiliki masalah tersebut. Kelurahan Karang Berombak memiliki tingkat
Universitas Sumatera Utara
19 pengembalian pinjaman 100 yang artinya bahwa pengembalian yang dilakukan oleh
angggota selalu tepat waktu dan dispilin dalam pengembaliannya. Walaupun sudah ada penambahan modal tetap saja tingkat pengembaliannya 100.
Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai masalah tersebut melalui penelitian yang hasilnya
dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana
Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”
1.2 Perumusan Masalah