111
f. Menjadi anggota Golkar pada tahun 1985
dan menjabat Ketua DPP Partai Golkar Sumut periode 2004-2009
g. Menjabat sebagai Ketua Harian Nasional
Demokrat Wilayah Sumatera Utara
2 John Waas, SE. MHCI
mewakili kalangan profesi pengusaha diwawancarai
pada Rabu, 08 Desember 2010
a. Berumur 63 tahun
b. Berlatarbelakang budaya Aceh
c. Strata pendidikan hingga magister dari
luar negeri d.
Dikenal sebagai pengusaha kulinercatering
e. Tidak pernah bergabung menjadi anggota
parpol f.
Menjadi Wakil Ketua FK-PPI Pusat periode 1979-1981
g. Aktif di Lemkari, menjadi Ketua Umum
Sumut 1976-1987, hingga sekarang menjadi Dewan Penasehat
Tabel 4. Gambaran Umum Tentang Subjek Penelitian
4.2 Analisis Pengamatan dan Hasil Wawancara
Para narasumber yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah orang- orang yang jabatan strukturalnya di ormas Nasional Demokrat berada di bawah
Surya Paloh, namun mereka berasal dari berbagai kalangan yang berbeda dengan latar belakang sosial yang berbeda pula. Dalam hal ini, untuk mengetahui
bagaimana persepsi pendukung atau deklarator Nasdem bekerja dalam memandang Surya Paloh sebagai figur sentral di organisasi, diperlukan kerangka
pertanyaan yang disusun berdasarkan teori-teori kepemimpinan. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan
Universitas Sumatera Utara
112
Psikologi Terapan
98
, ia mengelompokkan berbagai macam teori mengenai kepemimpinan dalam empat kategori besar, yaitu yang menggunakan pendekatan
pengaruh kekuasaan, pendekatan bakat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasi. Outline atau daftar pertanyaan secara garis besar, terlampir Lampiran 1.
Berikut ini adalah hasil wawancara beserta analisisnya:
A. Latar Belakang Pribadi Perihal Kesediaan Sebagai Deklarator
Pertanyaan ini untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan politik ketika subjek penelitian mulai membangun komunikasi mengenai ide dan
kesetujuan untuk mendeklarasikan Nasional Demokrat, sehingga dapat diketahui siapa atau apa yang melatarbelakangi subjek memutuskan untuk bergabung
dengan Nasional Demokrat. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, komunikasi yang dibangun oleh Surya Paloh dengan tokoh-tokoh deklarator
lainnya, berlangsung dalam kurun waktu tiga bulan terakhir di tahun 2009, setelah digelarnya Munas VIII Partai Golkar pada 4-7 Oktober 2009 di Pekanbaru.
Martin Manurung
Setelah Surya Paloh dinyatakan kalah dalam Munas Golkar di Pekan Baru pada 2009 lalu
99
, Surya Paloh, tim sukses dan teman-temannya tidak langsung pulang ke Jakarta, melainkan masih mengadakan diskusi di Pekan Baru. Ketika
mengetahui informasi tersebut, Martin Manurung, politisi PDIP ini menemui
98
Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm. 40.
99
Abu Rizal Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum Golkar dengan perolehan suara 297 dan menggantikan Jusuf Kalla, ia mengalahkan Surya Paloh dengan 239 suara, sementara Hutomo
Mandala Putra dan Yuddy Chrisnandi saat itu sama sekali tidak mendapatkan suara.
Universitas Sumatera Utara
113
Surya Paloh secara langsung bersama rekan separtainya, Budiman Sudjatmiko. Maksud dari pertemuan tersebut menurut Martin adalah memberikan semangat
kepada Surya Paloh untuk tidak serta merta mundur dari dunia politik, karena menurutnya ide dan gagasan serta pemikiran Surya Paloh mengenai kebangsaan
dan solusinya untuk Indonesia memiliki kesamaan dengannya, walaupun berbeda partai. Martin menuturkan:
“Dari sisi ide, saya merasa ide yang kami PDIP-pen punya, dengan ide yang selama ini diusung oleh Bang
Surya memiliki banyak kesamaan. Kami waktu itu berkeinginan agar bangsa ini sukses, maka Surya
Palohlah yang menang sebagai Ketua Umum Golkar. Karena yang diperlukan bangsa ini adalah pemikiran-
pemikiran Surya Paloh, bukan hanya sekedar politik transaksional.”
Maksud dari pertemuan Martin dan Surya kala itu adalah meyakinkan Surya Paloh untuk tetap memperjuangkan gagasannya tersebut, walaupun tidak
menjadi ketua umum Golkar. Dalam keterangan ini, Martin menyatakan bahwa pertemuan ini belumlah menyinggung mengenai rencana didirikannya Nasional
Demokrat. Pada proses selanjutnya, seperti yang dituturkan Martin, akhirnya diadakan beberapa diskusi mengenai kondisi Indonesia saat ini, barulah tercetus
ide untuk mendirikan Nasional Demokrat. Jadi Martin menyangkal rasa ketidakpuasan atau ‘mutung’ karena kekalahan Surya Paloh di Munas Golkar
sebagai sebab berdirinya organisasi ini. Lebih jelasnya, Martin Manurung menjelaskan kondisi sosial dan politik di
Indonesia yang dibahas dalam beberapa kali diskusi dan menjadi salah satu pokok dalam diskusi untuk gagasan pendirian Nasional Demokrat. Satu dekade lebih
Universitas Sumatera Utara
114
umur reformasi, namun arah perjalanan bangsa dan negara hanya jalan ditempat dan kemajuannya tidak terlihat dengan jelas. Padahal Indonesia menganut paham
demokrasi dan memiliki institusi negara yang jelas untuk menjaga proses demoktasi ini berlangsung. Akan tetapi menurut Martin, demokrasi yang berjalan
sekarang ini hanya pada tataran aturan main rules of the game, belum menyentuh kepada demokrasi sebagai substansi substans bernegara.
Bagi Martin, demokrasi bukan hanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat, tapi juga membuat rakyat memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk
mampu mengeksekusi kebebasannya sendiri. Ia memberi contoh bagaimana sistem patron politik di Indonesia masih sangat kuat, misalnya di level akar
rumput, masyarakat akan memilih partai atau calon yang menjadi pilihan kyaipemuka adat di suatu komunitas. Selain itu, Martin juga menyoroti
kurangnya peran pilar demokrasi, yakni partai politik dalam membentuk karakter pemimpin. Ia mengatakan:
“Dari hasil diskusi tersebut yang diselenggarakan pra- pembentukan Nasdem, ada keprihatinan yang sama
bahwa parpol tidak berfungsi secara maksimal. Parpol tidak hanya mesin politik, yakni seharusnya
memproduksi pemimpin melalui sistem pemilu. Yang terjadi sekarang sampah yang masuk, sampah yang
keluar, garbages in, garbages out. Parpol tidak melakukan fungsinya sebagai pencetak pemimpin, tidak
dapat menjadi sarana pendidikan politik rakyat, maka yang masuk selalu sampah, dan yang dihasilkannya
juga sampah. Memang ini masih dalam kondisi transisi, tidak bisa mengharapkan sistem yang ada berfungsi
secara ideal. Tapi seharusnya, ketika yang masuk bisa saja sampah, namun parpol melalui pendidikan politik
rakyat dan pengkaderan seharusnya mendidik mereka, seharusnya ketika keluar tidak menjadi sampah lagi.”
Universitas Sumatera Utara
115
Selain menyoroti kurangnya peran partai politik dalam pendidikan politik di lingkaran kader partai, ia juga menyayangkan lepas tangannya partai dalam
pendidikan politik kepada konstituen. Bagi Martin, seharusnya partai politik menyadarkan rakyat akan haknya, membuat rakyat semakin kritis,
mengorganisasikan masyarakat secara kolektif melalui kelompok tani, nelayan, buruh. Dan posisi partai dalam pihak aktif pendidikan politik, saat ini malah
dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, sehingga pendidikan politik terjadi di luar partai politik. Selain itu, dalam bidang ekonomi, Martin
merasakan bahwa demokrasi belum mampu menjadi menyediakan akses atau jalur bagi rakyat untuk mampu menjadi pemainsubjek dari kegiatan ekonomi di
Indonesia. Yang dicita-citakannya adalah terbentuknya demokrasi politik dan ekonomi, sehingga rakyat memiliki akses dengan kapital, maka rakyat akan
mandiri dan bisa meningkatkan taraf hidupnya sendiri.
Didik J. Rachbini
Keprihatinan mengenai kondisi kebangsaan ini pulalah yang membuat Didik J. Rachbini bersedia menjadi deklarator. Didik mengungkapkan bahwa ia
didatangi oleh Surya Paloh yang merupakan sahabat lamanya dalam sebuah pertemuan informal. Dalam pertemuan inilah Surya Paloh memaparkan
pandangan-pandangannya mengenai kondisi bangsa dan negara setelah sepuluh tahun lebih menghirup udara demokrasi pascareformasi. Surya Paloh juga
menyampaikan gagasan Restorasi Indonesia, dan Didik setuju dengan gagasan
Universitas Sumatera Utara
116
yang dirasanya sebagai cara yang tepat untuk menyelesaikan kebuntuan dinamika politik yang ada di Indonesia.
Didik berkomitmen untuk bisa seperti founding fathers bangsa, yang juga banyak berasal dari kalangan akademisi. Ia melihat, sumbangsih terbesar untuk
bangsa dapat diberikan oleh kaum terdidik dan akademisi, yang dapat memformulasikan gebrakan memperbaiki dan membangun bangsa secara bijak,
terstruktur dan menghasilkan solusi terbaik. Terlebih untuk pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan, karena Didik memang fokus pada ide penggerakkan
ekonomi mandiri bagi rakyat. Namun saat ini, ia gundah melihat realitas kondisi perekonomian masyarakat di level bawah yang belum mandiri. Lebih lanjut Didik
menjelaskan: “Gagasan yang disampaikan Surya Paloh adalah
gagasan yang bertujuan untuk perubahan dan tidak menyimpang dari cita-cita reformasi. Apalagi latar
belakang politik kami yang sama-sama berangkat dari partai politik, Surya Paloh di Golkar dan saya di PAN.
Dia datang menemui saya, kemudian membicarakan permasalahan ini.”
Meutya Hafid
Salah satu dari dua orang perempuan deklarator Nasional Demokrat, Meutya Hafid menerangkan bahwa dia setuju sepenuhnya dengan gagasan
pendirian Nasional Demokrat ini dan pemikiran-pemikiran Surya Paloh. Karena Meutya dalam beberapa kali pertemuan informalnya dengan Surya kerap
membahas mengenai fenomena sosial yang terjadi di Indonesia. Jauh sebelum terbentuknya Nasional Demokrat atau adanya ide untuk mendirikan organisasi
tersebut, dia sudah sering menemukan kesepahaman pemikiran dengan Surya
Universitas Sumatera Utara
117
Paloh. Oleh karena itu, ketika ada gagasan untuk pendirian organisasi ini, Meutya menyatakan kesetujuannya terhadap hal tersebut. Meutya mengatakan:
“Sejalan dengan Surya Paloh dengan pemikirannya bahwa perlua adanya penyeimbang pemerintah namun
bukan oposisi, di saat kondisi kekosongan peran pemerintah dalam bidang ekonomi, hukum, dll.
Maksudnya adalah untuk mengkritisi dalam artian positif, sebagai penyemangat, agar pemerintah percaya
bahwa perlunya perbaikan-perbaikan di berbagai bidang. Kemudian seharusnya ada yang bisa berperan
lebih jauh dalam bidang-bidang tersebut. Maka lahirlah Nasdem untuk mengisi kekosongan itu.”
Willy Aditya
Deklarator lainnya, Willy Aditya mengungkapkan latar belakangnya bersedia sebagai deklarator sebelumnya diawali dengan pertemuan formalnya
pertama kali dengan Surya Paloh di bulan Oktober 2009, ketika menghadiri sosialisasi gagasan mengenai akan dibentuknya sebuah organisasi pergerakan, dan
kala itu juga dihadiri oleh sejumlah tokoh. Baru kemudian, pada 25 November yang bertepatan dengan ulang tahun Metro TV ke-9, Willy bertemu dengan Surya
Paloh, dan disana Surya menyatakan keinginannya untuk membentuk suatu gerakan yang adanya gerakan yang mampu menghimpun kekuatan generasi muda
bersama dengan kalangan senior, yang nantinya dapat menyumbangkan sesuatu perbaikan untuk bangsa.
Dari pertemuan di bulan Oktober, di gedung Prioritas yang sekarang ini menjadi kantor Nasional Demokrat Pusat, Willy menyatakan kesetujuannya
Universitas Sumatera Utara
118
terhadap gagasan yang diusung Surya Paloh dengan menghadiri pertemuan bersama tokoh lainnya, dan menawarkan redaksi kata-kata untuk menamai model
gerakan organisasi ini, yakni Restorasi Indonesia. Kesetujuan ini juga didasarkan pada adanya kurang lebih kesamaan pemikiran dan prinsip yang diusung oleh
Kabinet Indonesia Muda KIM, di mana ia juga menjadi anggotanya. Kesamaan itu diungkapkan Willy sebagai berikut:
“Teman-teman politisi yang tergabung di Kabinet Indonesia Muda, menilai saat SBY dilantik pada tahun
2009, tidak ada parpol yang menyatakan secara eksplisit untuk menjadi oposisi. Maka kehadiran KIM
sebagai sebuah komitmen untuk menjadi pemerintahan oposisi, secara konstruktif dan aspiratif. Lalu
kemudian, saya ikut serta dalam beberapa kali rapat di gedung Prioritas, diajak untuk membahas menggagas
mengenai dasar pendirian Nasdem.”
Ferry Mursyidan Baldan
Kecenderungan untuk mengumpulkan orang-orang muda dan para politisi senior beserta berbagai tokoh lintas golongan ini, menurut Ferry Mursyidan
Baldan merupakan ketetapan yang diinginkan Surya Paloh dalam menciptakan sebuah wadah yang dapat menghimpun potensi-potensi bagus yang memiliki
obsesi perbaikan kondisi Indonesia ke depan. Hal inilah yang kemudian memudahkan bersatunya pemikiran dan gagasan ke dalam bentuk organisasi
Nasional Demokrat ini. Pengumpulan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama terhadap kondisi kebangsaan, merupakan langkah yang memudahkan Surya
Paloh untuk memformulasikan bentuk gerakan ini. Sebagaimana yang diungkapkan Ferry, bahwa ide utama mengenai Restorasi Indonesia dan Gerakan
Universitas Sumatera Utara
119
Perubahan berasal dari Surya Paloh, yaitu sebuah langkah merubah mindset masyarakat tentang negara dan masa depannya agar lebih maju.
Keinginan untuk ikut sebagai deklarator ini juga didasari oleh adanya kekuatan idealisme yang diusung oleh masing-masing pribadi deklarator. Ferry
menyatakan bahwa Surya Paloh mengumpulkan dan berkomunikasi dengan orang-orang tersebut mengenai idealisme, yang memiliki pemikiran bagaimana
Indonesia yang ideal menurut mereka. Ferry mengungkapkan: “Pak Surya menyenangi orang yang memiliki
idealisme, maksudnya idealisme anak muda. Beliau menanyakan hal itu kepada saya, sesuai dengan
pengalaman saya selama di DPR dan sebagai politisi, lalu saya sampaikan apa yang saya impikan. “
Syamsul Mu’arif
Syamsul menyatakan kesediaannya untuk menjadi deklarator bukan dilandaskan ia dan Surya berada dalam satu partai politik yang sama, yakni Partai
Golkar. Bahkan Syamsul mengatakan bahwa dalam pemilihan ketua umum di Munas Golkar 2009, dia tidak masuk ke dalam orang-orang yang mendukung
Surya ataupun Abu Rizal, karena saat itu dia menjabat sebagai Ketua Steering Committee dan Ketua Bidang Organisasi, Kader dan Keanggotaan di DPP Golkar,
sehingga harus menempatkan diri di posisi netral. Pun Syamsul mengakui dirinya tidak memiliki kedekatan pribadi yang terlalu dekat dengan Surya Paloh, dan
tidak ikut serta dalam diskusi-diskusi yang diadakan pra-pembentukan Nasional Demokrat. Keikutsertaanya dilandasi oleh hal berikut:
“Saya melihat dari aspek substansi lahirnya Nasdem sangat luhur, ada tiga poin yang melandasi hal
tersebut. Pertama, tidak ada satu pun ormas atau
Universitas Sumatera Utara
120
kekuatan--jika boleh disebut sebagai kekuatan politik-- di Indonesia yang merangkum seluruh potensi bangsa.
Kedua, ada sesuatu yang ingin diwujudkan, kita ingin mengisi ruang kosong, karena melihat adanya
ketidakadilan dalam wilayah publik, seperti kasus Nenek Minah dan Prita Mulyasari yang mendapatkan
ketidakadilan, sementara yang melakukan korupsi trilyunan itu tidak diadili. Ketiga, ingin adanya
perubahan struktural, karena bidang politik, ekonomi, budaya, dan kepemimpinan tidak karuan. Konstitusi
diubah sesuka hati, sehingga konstitusi telah tercerabut dari akar prinsip budaya yang orisinil dari bangsa kita.
Oleh karena itu, maka saya setuju untuk bergabung, karena yang menjadi sorotan oleh Nasdem ini adalah
perbaikan mental dan moral pribadi orang-orang yang ada di dalam sistem politik.”
Namun Syamsul juga menekankan hal yang menjadi syarat baginya untuk bergabung dengan Nasional Demokrat ini. Ketika pertemuan dan diskusi yang
digelar untuk membahas ide pendirian organisasi, yang awalnya dari tim pemenangan Surya Paloh di Munas Golkar 2009, kemudian bertambah dengan
masuknya berbagai kalangan termasuk juga akademisi. Dari pembicaraan itu, Syamsul menekankan:
“Saya mengatakan bahwa saya bisa ikut bergabung apabila ini Nasdem-pen bukan parpol, karena saya
sudah punya partai Golkar-pen. Terlepas dari persoalan Munas, kemudian ada barangkali rasa kalah-
menang, itu tidak menjadi landasan untuk membuat partai sendiri. Karena saya juga tidak boleh
meninggalkan Golkar, begitu juga dengan kawan- kawan dari parpol lainnya.”
Djafar Assegaff
Djafar Assegaff, seorang wartawan senior yang juga seorang anggota Golkar semenjak Golkar pertama didirikan, memiliki keprihatinan yang kurang
Universitas Sumatera Utara
121
lebih sama dengan Syamsul, namun ia lebih menyoroti permasalahan bangsa dari segi politik Indonesia. Terdapat tiga poin yang diungkapkannya, yaitu kondisi
ketiadaannya gerakan sosial yang mampu memenuhi aspirasi rakyat. Selanjutnya, adanya fenomena demokrasi Indonesia yang telah berkembang melenceng dari
garis yang seharusnya, dengan menjadi demokrasi parlementer. Djafar menggunakan istilah sistem ‘banci’, karena Indonesia menganut sistem politik
presidensial, namun kekuatan parlemen sangat kuat. Yang terakhir, adanya demoralisasi partai politik, yang terperosok ke dalam politik pragmatis, alih-alih
mempertahankan ideologi partai dan telah jauh meninggalkan ideologi tersebut. Kondisi politik Indonesia saat ini digambarkan oleh Djafar, misalnya
mempertanyakan apakah sistem presidensial dengan banyak partai ini masih cocok dengan kondisi Indonesia, lebih lanjut ia juga mempertanyakan apakah
sistem MPR yang berubah menjadi DPD karena konstutusi yang berubah ini masih bisa diteruskan. Bagi Djafar dalam kacamata seorang wartawan senior 78
tahun ini, telah terjadi demoralisasi di tubuh Dewan Perwakilan Daerah DPD, yang banyak terkontaminasi praktek nepotisme sehingga di DPD berkumpul
orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Kekacauan politik ini dijelaskannya sebagai berikut:
“Di pranata politik teratas, dalam suatu instutusi yang memegang kedaulatan kita DPD mana perwakilan
dari ahli-ahli, teknolog, budayawan, wartawan? Kalau MPR dulu
100
kan tidak, ada perwakilan dari masing- masing golongan. Sehingga sekarang ini di sana,
100
MPR dulu juga diisi oleh Utusan Golongan yang dikirim untuk mewaliki masing- masing kelompok di masyarakat. Sekarang perwalikan tersebut digantikan dengan DPD, melalui
perubahan konstitusi.
Universitas Sumatera Utara
122
duduklah isteri Fadel Muhammad, atau isteri siapa.
101
Di pranata politik di bawah, di daerah juga terjadi hal yang demikian. Bupati sebelumnya adalah si suami,
berikutnya si isteri yang mencalonkan diri. Dan itu diarahakan, bahkan sekarang anak pun juga ikut
diarahkan. Sehingga berkembang politik dinasti, apakah ini yang kita harapkan?”
Djafar melihat kecenderungan ini sebagai sebuah pola politk yang menghambat vertical mobility.
102
Walaupun pada realitasnya menurut Djafar, mobilitas horizontal berjalan, namun sebaliknya, gerak untuk ke atas menjadi
tersendat. Sehingga Djafar pun menggambarkan kondisi sosial ini sebagaimana konsep Pareto Principle dalam teori sosiologi yang mengatakan terjadinya sebuah
close society atau komunitas yang tertutup, dan hanya dapat diakses oleh orang- orang tertentu. Baginya, kondisi ini tidak sesuai dengan cita-cita demokrasi.
Kemudian, ibarat gayung bersambut, Surya Paloh datang menemui Djafar selepas dari Munas Golkar, dengan memaparkan pemikiran tentang gagasan akan
didirikannya Nasional Demokrat serta visi yang akan dituju. Djafar menilai hal tersebut sesuai dengan keprihatinannya di atas, maka kemudian ia memutuskan
untuk menjadi deklarator. Setali dengan itu, Djafar menegaskan bahwa keikutsertaannya ke dalam organisasi ini tidak memiliki motif politik apa pun.
Djafar menuturkan:
101
Proses pemilihan umum langsung prakteknya memang berlandaskan demokrasi, namun dalam pemilihan dan penyusunan nama di daftar calon DPD atau daftar caleg DPR di
kertas suara, diatur oleh partai politik, dan hal tersebut bisa dikompromikan. Dan dalam proses ini melibatkan uang sebagai cara mudah, sehingga praktik money politic tidak terhindarkan.
102
Sebuah konsep sosiologi untuk memobilisasi masyarakat agar bisa bergerak maju ke atas, hingga siapa saja berkesempatan menyentuhberpeluang masuk ke dalam pranata politik
teratas kursi pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
123
“Ketika bergabung dengan Nasional Demokrat, saya tidak lagi dengan tujuan politik, tetapi saya ingin
adanya perubahan di tanah air ini. Dalam diri saya ada panggilan untuk betul-betul melakukan perubahan
terhadap kecenderungan politik yang sudah sangat pragmatis dan tidak lagi memikirkan kepentingan
masyarakat banyak.”
Ali Umri
Ali Umri yang pernah menjabat sebagai Walikota Binjai melihat kondisi kemasyarakatan dan kebangsaan lebih dekat hingga ke strata sosial terbawah.
Selama ia menjabat, setelah masa reformasi bergulir dan masih diwarnai oleh euforia permbaruan semua sistem, ia melihat perbaikan malah tidak lagi
menyentuh keseluruhan aspek. Jika sebelum masa reformasi, Soeharto mengistilahkan poleksosbudhankamrata politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan rakyat semesta yang benar-benar menyinergikan semua aspek kehidupan bernegara, Umri melihat kondisi sekarang penanganannya
terpisah. Sehingga setiap aspek penanganan permasalahannya tidak maksimal, karena hakikatnya semua aspek di atas saling berhubungan.
Sehingga ia melihat masyarakat disibukkan oleh banyak program untuk menyelesaikan permasalahan sosial, dan tidak dapat efektif hingga ke level
terbawah. Oleh karena itu, ia melihat harus adanya perubahan cara memandang kondisi kebangsaan dan Indonesia secara utuh, dan melakukan perbaikan di
semua aspek. Dan Umri merasa gerakan perubahan dan Restorasi Indonesia yang
Universitas Sumatera Utara
124
dibawa oleh Surya Paloh merupakan satu alternatif jalan untuk mengembalikan keutuhan aspek kehidupan di masyarakat. Yang menjadi tujuan Umri adalah
bagaimana masyarakat dapat memperoleh haknya untuk sejahtera dan aman di bawah naungan negara. Dengan tidak bermaksud mencap pemerintahan SBY
tidak maksimal, Umri menyatakan kondisi kemasyarakatan dan kebangsaan saat ini sudah jauh terkikis, karena tokoh yang dahulunya dapat menginspirasi
perubahan, saat ini telah tereduksi idealismenya karena sudah dekat dengan pusat kekuasaan. Sehingga perjuangan untuk objektif dan idealis menilai kondisi
kebangsaan hanya dimiliki oleh rakyat, bukan lagi penguasa. Bagi Umri, ia menggambarkan peliknya permasalahan Indonesia saat ini
seperti salahnya seorang anak yang merupakan bentuk kehilangan andil orang tua. Begitu pula jika melihat suatu kondisi masyarakat, dengan banyaknya
permasalahan di negeri tersebut, itu tandanya pemimpinnya tidak baik dan tidak maksimal dalam mengayomi rakyatnya. Sehingga untuk mengembalikan fungsi
pengayoman tersebut, dibutuhkan sebuah gerakan reformasi dan restorasi di semua bidang.
Umri menyatakan gagasan yang dibawa oleh Surya Paloh ini diketahuinya ketika ia datang berkunjung ke kediamana Surya Paloh di awal bulan Novemer
2009. Saat itu, Surya Paloh memberitakukan gagasan akan didirikannya Nasional Demokrat, dan saat itu sedang berlangsung penggodokan manifestasi gagasan ke
dalam bentuk visi, misi, dan platfom organisasi melalui diskusi. Walaupun Ali Umri sama sekali tidak ikut dalam proses diskusi bersama beberapa tokoh
Universitas Sumatera Utara
125
sebelumnya, namun ia menerima ajakan Surya Paloh untuk bergabung menjadi deklarator Nasdem. Umri menyatakan:
“Saya terus terang adalah kadernya Surya Paloh yang memiliki militansi terhadapnya, dikarenakan dari duli
pemikiran dan gagasan Surya Paloh sangat konsisten untuk bagaimana melihat kondisi masyarakat itu
hingga ke level bawah dan bisa sejahtera. Dari itu pula gagasan untuk pendirian Nasdem. Karena militansi
saya ini, maka saya dipakai oleh Surya Paloh untuk menjadi deklarator pusat.”
John Waas
John Waas menyimpan kegundahan yang lama tentang rasa nasionalisme yang terkikis dalam pribadi warga negara. Nasionalisme yang dihayati oleh
masing-masing pribadi tidaklah sebesar nasionalisme yang dimiliki oleh para pendiri bangsa. Ia memberikan contoh mengenai kezaliman penguasa yang
korupsi mengeruk uang rakyat. Hal ini dianggap John sebagai bentuk rasa nasionalisme yang hampir hilang, terlebih lagi di tubuh pemerintahan.
Kegundahan ini dirasakannya sejak lama, walaupun praktik korupsi dahulunya terselubung dan sulit diungkap di bawah kekuasaan rezim Orde Baru.
Hilangnya kecintaan terhadap bangsa dan rakyat serta penyalahgunaan wewenang, melalui penggunaan uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan
kelompok dirasakan John sebagai bentuk degradasi moral berkebangsaan. Sehingga ketika dalam sebuah silaturahmi keluarga, Surya Paloh mengungkapkan
pemikirannya mengenai hal yang serupa, dan John pun melihat gagasan tersebut layak didukungnya, sebagai bentuk upayanya memberikan sumbangsih untuk
perbaikan nasionalisme. Karena prinsipnya adalah perbaikan haruslah dimulai
Universitas Sumatera Utara
126
dari level terbawah dan termudah, yakni pada masing-masing pribadi, baru kemudian bisa mengubah kondisi masyarakat secara keseluruhan. John
menceritakan pertemuannya dengan Surya Paloh selepas Munas Golkar itu: “Saya waktu itu bertemu dengan Surya Paloh dalam
pertemuan keluarga, dan di sana dia menyampaikan gagasannya. Saya merasa hal ini adalah sebuah
langkah yang bagus, dan saya bersama seluruh keluarga setuju untuk mendukung dan bergabung di
Nasdem.“
Uraian latar belakang kesediaan pribadi deklarator untuk mendukung gagasan Surya Paloh dan menjadi deklaraltor di atas dapat disimpulkan dengan
tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Motivasi Kesediaan Sebagai Deklarator
Nasional Demokrat Pusat 1
Didik J. Rachbini 1.
Kondisi yang diharapkan pada reformasi 1998 sangat jauh dengan apa yang terjadi
sekarang.
2. Didatangi oleh Surya Paloh dengan
gagasan Restorasi Indonesia yang semangatnya sama dengan cita-cita Didik.
3. Menurutnya, gerakan Restorasi Indonesia
menurutnya merupakan ide dasar Surya Paloh
2 Willy Aditya
1. Setuju bergabung dengan semangat
penghimpunan kekuatan generasi muda dengan yang senior.
2. Kesamaan pandangan dengan KIM yang
juga didirikannya bersama politisi muda. 3.
Merupakan orang dekat Sri Sultan HBX, inisiator lain selain Surya Paloh.
4. Menurutnya, gagasan Restorasi Indonesia
merupakan gagasan yang awalnya diusung Sri Sultan dalam pencalonan capres 2009
3 Meutya Hafid
1. Telah memiliki kesamaan pandangan
tentang kondisi pemerintahan dan kebangsaan sejak sebelum pembentukan
Universitas Sumatera Utara
127
Nasdem. 2.
Merupakan orang yang pro-Surya dalam pemilihan Ketua Umum Golkar 2009
3. Menurutnya, prinsip dasar Restorasi
Indonesia merupakan gagasan yang diformulasikan bersama
4 Ferry Mursyidan Baldan
1. Kesetujuan terhadap gagasan
penghimpunan potensi generasi muda dengan generasi senior.
2. Tertarik dengan kekuatan idealisme yang
diusung oleh masing-masing tokoh deklarator.
3. Merupakan orang yang pro-Surya dalam
pemilihan Ketua Umum Golkar 2009.
5 Djafar Assegaff
1. Keprihatinan akan ketiadaan gerakan
sosial yang mampu memenuhi aspirasi rakyat dan demoralisasi politik.
2. Bergabung tidak dalam motivasi politik
tertentu. 3.
Didatangi oleh Surya Paloh meminta kesediaannya bergabung di Nasdem.
4. Merupakan orang yang pro-Surya dalam
pemilihan Ketua Umum Golkar 2009.
6 Syamsul Mu’arif
1. Kesetujuan terhadap gagasan pendirian
Nasdem yang telah diformulasikan terlebih dahulu tidak ikut dalam diskusi
intensif pra-pembentukan Nasdem.
2. Bukan pendukung Surya Paloh maupun
Abu Rizal ketika Munas Golkar 2009. 3.
Akan keluar jika nantinya Nasdem menjadi partai dan lebih memilih Golkar
7 Martin Manurung
1. Kesamaan ide dan pandangan mengenai
kondisi bangsa dalam bidang politik dan ekonomi.
2. Mendatangi Surya Paloh secara langsung
sesudah Munas Golkar 2009 dengan tujuan memberikan semangat untuk tidak
mundur dari politik pascakekalahan.
3. Diajak ikut serta oleh Surya Paloh dalam
diskusi yang awalnya hanya terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
128
tim sukses dan pengikut Surya di Golkar.
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
1. Melihat permasalahan kebangsaan yang
rumit, namun tidak dianggap sebagai bagian yang saling terkait satu sama lain,
sehingga penangganannya tidak maksimal.
2. Kondisi kepemimpinan di Indonesia yang
menjadi sebab kompleksnya permasalahan di level masyarakat.
3. Mendatangi kediaman Surya Paloh
selepas Munas Golkar, dan Surya memaparkan gagasannya serta
mengajaknya ikut menjadi deklarator
4. Seorang kader Surya Paloh di Golkar yang
militan terhadap Surya
2 John Waas
1. Kondisi menipisnya rasa nasionalisme dan
kebangsaan dilihat dari maraknya praktik korupsi di level penguasa yang seharusnya
mengayomi masyarakat.
2. Kondisi degradasi moral pejabat yang
lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok.
3. Bertemu Surya Paloh dalam silaturahmi
keluarga, dan seluruh keluarga sepakat mendukung gagasan Surya Paloh
Tabel 5. Gambaran Tentang Latar Belakang Pribadi Perihal Kesediaan Sebagai Deklarator
B. Pandangan Deklarator Terhadap Surya Paloh dalam Tataran
Organisasi Nasional Demokrat
Surya Paloh merupakan Ketua Umum Nasional Demokrat, dan dalam deklarasi pada 01 Februari 2010, dia bertindak sebagai Inisiator Nasional. Oleh
karena itu, pada deklarator sudah kerap berkomunikasi dengan Surya Paloh, dalam tataran organisasi, sebagai bawahan, karena beberapa di antara deklarator
merupakan pengurus Nasional Demokrat Pusat, beberapa berada dalam susunan
Universitas Sumatera Utara
129
Dewan Pertimbangan dan Dewan Pakar. Begitu pula dengan deklarator yang menjabat di Pengurus Wilayah Sumut. Oleh karena itu, dalam wawancara yang
dilakukan, deklarator selaku narasumber menggambarkan bagaimana kepribadian Surya Paloh dalam tataran keorganisasian, sebagai seorang ketua umum.
Penerimaan Gagasan Yang Dibawa Surya Paloh
Didik J. Rachbini menilai gagasan yang dibawa oleh Surya Paloh ketika bertemu dengannya, kemudian membahas bagaimana kondisi Indonesia saat ini
sesuai dengan apa yang diyakininya. Sehingga baginya gagasan tersebut relevan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Gerakan Perubahan
melalui Restorasi Indonesia merupakan salah satu cara untuk mengadakan perubahan secara komprehensif. Namun Willy Aditya menegaskan bahwa Surya
Paloh memaparkan apa yang menjadi spirit dalam gagasan perubahan tersebut. Sedangkan untuk perumusan serta memformulasikan gagasan tersebut ke dalam
bentuk yang lebih kongkrit, dilakukan oleh kalangan muda yang telah setuju bergabung. Martin Menurung juga mengamini hal ini.
“Dalam diskusi pra-pembentukan Nasdem, kalangan muda dan senior bergabung dalam menuangkan ide.
Sedangkan dalam perumusan, kalangan muda-lah
103
yang menuangkan buah pemikiran yang telah didiskusikan menjadi bentuk rumusan.”
Meutya Hafid berpendapat bahwa siapapun tokoh di Indonesia tentunya ingin Indonesia berubah dari kondisi stagnan ini. Saat ini yang dibutuhkan oleh
103
Ada enam orang yang memformulasikan gagasan ke dalam bentuk rancangan visi, misi, dan platfom secara lengkap, yaitu Willy Aditya, Budiman Sudjatmiko, Samuel Nitisaputra,
Meutya Hafid, Joyce Triatman, dan Martin Manurung.
Universitas Sumatera Utara
130
Indonesia adalah perubahan, mulai dari perubahan karakter, mental, budaya, ekonomi. Sehingga Meutya menerima gagasan tersebut, sebagai bentuk
keinginannya untuk kembali kepada prinsip-prinsip yang dianut Pancasila. Ferry M. Baldan juga menyatakan komitmennya untuk mengembangkan negara ini,
agar sesuai dengan konstitusi dan Pancasila. Oleh karena itu kesetujuannya terhadap gagasan ini dan keikutsertaannya merupakan bentuk komitmen dan
idealisme yang dianutnya. Sedangkan Djafar Assegaff, selain memiliki kesetujuan dengan Surya Paloh, namun dia juga tidak setuju dalam beberapa hal. Djafar
setuju dengan Surya, dalam pandangan dan cita-citanya untuk mewujudkan restosari dalam kehidupan politik, namun ia juga tidak setuju dengan CEO Media
Group tersebut dalam hal politik perekonomian. Djafar menjelaskan: “Surya Paloh walaupun seorang wartawan, dia juga
mempunyai bisnis, dan dia mempunyai pandangan- pandangan yang barang kali berbeda dengan saya
dalam bidang politik perekonomian. Surya melihat struktur perekonomian yang sangat liberalistis, karena
kita pengusaha Indonesia-pen tidak bisa melawan. Namun saya tidak, karena saya memiliki pandangan
politik ekonomi yang populis cenderung sosialis. Sehingga misalnya saya tidak bisa menerima
liberalisme ekonomi yang berlebihan, akibatnya kita tidak bisa menjadi tuan di rumah sendiri, perusahaan
kita bisa dibeli, jika ada yang udah susah, tinggal jual aja. Disitulah perbedaan pandangan saya, karena saya
masih punya kepercayaan untuk semua jadi milik negara, kita punya kontrol yang kuat.”
Pandangan tersebut walaupun tidak mengenai substansi gagasan pendirian Nasional Demokrat, namun bagi Djafar, hal itu menunjukkan bagaimana ia di
dalam tataran organisasi tetap menganggap ada hal yang menjadi ketidaksetujuannya terhadap sosok ketua umum. Djafar mengakui dukungannya
Universitas Sumatera Utara
131
terhadap gagasan yang dipaparkan juga didasarkan pada latar belakangnya sebagai wartawan dan akademis. Namun ia mengakui di dalam tahap perumusan
manifesto, platfom, serta visi misi, hanya 20 persen saja gagasannya yang diambil, sedangkan selebihnya adalah pandangan dari kalangan muda. Hal ini
diakui Djafar, karena ia berpandangan radikal, yang mungkin tidak sama dengan Surya dan generasi dibawahnya.
Sosok senior di Partai Golkar lainnya, Syamsul Mu’arif seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ia menerima gagasan pemikiran Surya Paloh dan melihat
Surya konsisten dalam menjalankan apa yang ingin diwujudkan. Seperti yang diinginkan Surya Paloh, dan semua orang yang ikut menggagas Nasional
Demokrat, bahwa tidak boleh ada orang yang terlibat KKN danatau sedang menjalani proses hukum jika ingin bergabung menjadi deklarator atau pengurus
pusat maupun daerah.
104
Dari pengurus Nasdem Wilayah Sumut, Ali Umri menerima gagasan Surya Paloh secara utuh dan tanpa eksepsi karena ia melihat gagasan yang dibawa
Surya merupakan niat dan semangat untuk memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan rakyat. Ali Umri telah mencatat komitmen Surya Paloh tidak hanya
semenjak diajak menjadi deklarator saja, tetapi penilaian tersebut sudah dimilikinya semenjak lama. Umri memberikan satu contoh, bagaimana konsistensi
Surya terhadap gagasannya tersebut, sudah dibuktikannya jauh-jauh hari, ketika Surya benar-benar mendedikasikan diri secara penuh dalam membantu korban
104
Syamsul mencontohkan adanya penundaan Awang Faoek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur untuk bergabung menjadi anggota Dewan Pertimbangan Nasdem. Awang saat ini
tersangkut proses hukum oleh Kejaksaan Agung. Surya Paloh berketetapan tidak menempatkan Awang di Dewan Pertimbangan hingga proses hukum selesai.
Universitas Sumatera Utara
132
tsunami Aceh di 2004. Sehingga ia tidak meragukan lagi kompetensi Surya dalam mengaplikasikan gagasan Restorasi Indonesia secara konsekuen.
Visi yang dibawa oleh Surya dalam Nasdem ini menarik Ali Umri untuk ikut serta berperan dengan bergabungnya ia mendeklarasikan Nasdem, agar ia
masih dapat menyentuh masyarakat terutama di Sumatera Utara walaupun ia tidak lagi menjabat jabatan formal di pemerintahan saat ini. Selain itu, ia juga
menggarisbawahi konsistensi Surya bersama Nasdem ini untuk tetap menjaga jalannya kehidupan berbangsa agar tetap berada di koridor yang seharusnya.
John Waas melihat dirinya sebagai representasi masyarakat yang menyambut baik gagasan Restorasi Indonesia yang dibawa Surya Paloh sebagai
hal yang baru dan segar sebagai jalan yang bisa diaplikasikan untuk perbaikan dan pembaruan. Dalam hal ini, ia sepakat dengan semangat restorasi yang
menekankan perubahan pola pikir atau mindset seperti yang diungkapkan Ferry sebelumnya. Perubahan yang diinginkan melalui gerakan ini menyentuh semua
hal yang perlu diubah untuk kemajuan, sehingga bisa mereduksi nilai-nilai dan praktik negatif di dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Pandangan John sebagai seorang pengusaha, juga sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh Didik, untuk mengembangkan ekonomi mandiri berbasis
kerakyatan. John melihat kemandirian masyarakat dalam hal ekonomi sangatlah kuat. Terlebih lagi ia menyoroti kecenderungan yang ada di Sumut. John melihat
masyarakat lebih berkontribusi besar dalam membangun diri mereka sendiri, ketimbang mengharapkan atau dibantu pemerintah. Ia merasakan pembangunan
ekonomi yang bangsa yang diklaim oleh pemerintah dalam hitungan kenaikan
Universitas Sumatera Utara
133
sekian persen per tahun tersebut, tidak lebih adalah usaha masyarakat sendiri untuk berdikari dan mandiri. John merasakan kondisi ini sebagai seorang
pengusaha, bahwa banyak kawan-kawannya sesama pengusaha yang bangkit dan berusaha sendiri, dan lebih menggantungkan permodalan tidak dari bank
melainkan dari orang-orag terdekat mereka. “Kondisi kemandirian yang dibangun oleh keadaan ini
sangat positif dan saya harap ini akan selalu begitu. Asal ada satu pemimpin yang mau menyentuh mereka
hingga ke level terbawah, itu sudah luar biasa. Dan tentu hasil pembangunan ekonomi bisa optimal.
Sekarang juga banyak pemimpin yang mau demikian, hanya saja belum maksimal.”
John merespon gagasan Restorasi Indonesia ini dengan menyoroti landasan visi dan misi berdirinya Nasdem poin kedua yang menyatakan bahwa
kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan hak setiap manusia untuk bisa berdikari di bidang politik sebagai bentuk kemandirian ekonomi nasional dengan
azas pemerataan-keadilan dan pertumbuhan-kemakmuran. Sehingga pada nantinya, gagasan yang disetujuinya tersebut dapat mewujudkan kesediaan
kesempatan kerja yang bermartabat, dan dapat meningkatkan pendapatan bahkan kesejahteraan.
Untuk memudahkan mengetahui bagaimana respon dan deksripsi dalam penerimaan gagasan yang dibawa Surya Paloh kepada masing-masing deklarator,
dapat dilihat di tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Penerimaan Gagasan Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Menerima gagasan Restorasi Indonesia sebagai salah satu jalan untuk mengadakan perubahan
yang komprehensif
Universitas Sumatera Utara
134
2 Willy Aditya
Yang dibawa oleh Surya Paloh adalah spirit dari gagasan Restorasi Indonesia, sedangkan dalam
memformulasikan gagasan ke dalam bentuk kongkrit adalah kalangan muda
3 Meutya Hafid
Membawakan diri sebagai bagian dari pemimpin Indonesia yang ingin perubahan dari kondisi
kebangsaan yang stagnan, dan percaya kepada Surya Paloh akan kemampuannya menggerakkan
perubahan
4 Ferry Mursyidan Baldan
Didasari oleh komitmen dan idealisme yang dianut untuk mengembangkan negara sesuai
dengan konstitusi dan Pancasila
5 Djafar Assegaff
Setuju dengan gagasan untuk restorasi dalam kehidupan politik, namun tidak setuju dengan
Surya Paloh dalam hal politik perekonomian, yang menurutnya Surya lebih cenderung
liberalistis
6 Syamsul Mu’arif
Penerimaan gagasan didukung dengan konsistensi yang ditunjukkan Surya Paloh dalam membangun
etika politik, dan perbaikan moral mental orang-orang yang ada di kancah politik
7
Martin Manurung Gagasan dengan prinsip dasar Restorasi Indonesia
merupakan spirit dari Surya Paloh, namun dalam formulasi kongkrit dilakukan oleh kalangan muda
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Penerimaan gagasan sebagai bentuk sumbangsih untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sebagai perjuangan dengan proses yang tidak bisa berhenti walaupun di luar zona pemerintahan
2 John Waas
Penerimaan gagasan dilandasi pada semangat mewujudkan kemandirian ekonomi dan
pembangunan sektor riil yang akan lebih optimal jika adanya pemimpin yang benar-benar konsisten
Tabel 6. Gambaran Terhadap Penerimaan Gagasan Yang Dibawa Surya Paloh
Kesamaan Pandangan Mengenai Kondisi Kekinian Indonesia
Surya Paloh memiliki kesamaan pandangan, tidak hanya dengan tokoh senior, namun juga dengan generasi muda, yang dalam penelitian ini
diwawancarai adalah tokoh yang ikut berjuang dalam reformasi 1998. Willy
Universitas Sumatera Utara
135
Aditya misalnya, aktivis dari FMN ini mengakui kesamaan pandangannya dengan Surya dalam hal rasa kebangsaan, sama-sama nasionalis yang patriotis. Dari hal
tersebut, Willy merasakan spirit yang sama dengan Surya Paloh. Ia menuturkan: “Spirit itulah secara batiniah yang membuat saya
nyambung dengan Pak Surya, sama-sama berbicara Pancasila, negara, bangsa, dan republik. Mulai dari
hal yang historis, kekinian, hingga masa depan. Kita adalah orang yang berpandangan bahwa Indonesia,
The Great Nation yang tidak bisa dipimpin oleh orang yang ecek-ecek.”
Willy juga meyakinkan bahwa atas dasar kesamaan visi dan keinginan untuk Indonesia kedepannya inilah ia dan teman-teman yang lain dari golongan
mua bergabung di Nasional Demokrat. Berbeda dari Willy yang tidak berasal dari partai politik, Martin menyatakan bahwa kesamaan ide yang dimilikinya dan
PDIP membuat ia menyambut gagasan Restorasi Indonesia dengan tangan terbuka. Walaupun bagi Martin, dari segi organisasi, ia yang berasal di PDIP,
sedangkan Surya Paloh di Partai Golkar tidak memiliki keterkaitan. Namun baginya, gerakan Restorasi Indonesia ini sejalan dengan apa yang dipaparkannya
mengenai kondisi politik Indonesia sekarang. “Sudahlah demokrasi hanya sebatas prosedural, pilar
demokrasinya juga tidak bekerja. Akan seberapa lama bangsa ini tahan dengan sistem seperti ini? Apa mereka
rakyat tidak akan protes, taraf kehidupannya tidak meningkat, dengan pemimpin yang sampah, dengan
parpol korup. Setelah reformasi yang membongkar nilai-nilai lama dan mengadvokasi nilai-nilai baru,
perlu sesuatu gerakan yang merestorasi. Itulah yang namanya gerakan restorasi, mengembalikan nilai-nilai
bangsa kepada nilai-nilai yang diusung oleh pendiri bangsa ketika awal kemeredekaan yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945.”
Universitas Sumatera Utara
136
Sejalan dengan Martin, Meutya juga menyatakan kesetujuan pandangan dengan Surya Paloh, karena merujuk pada bangunan bangsa Indonesia yang telah
dirancang melalui UUD 1945dan Pancasila. Meutya memiliki rasa kepercayaan yang tinggi terhadap Surya Paloh, dan pandangan mereka sama, yakni ingin
mengembalikan arah perjalanan berbangsa kembali ke Pancasila dan UUD 1945. Berikut pandangan Meutya:
“Apa yang kita lakukan sekarang ini adalah semacam liberalisasi yang kebablasan, sehingga harus kembali
ke Pancasila, misalnya Pasal 33 yang kurang implementasinya. Dulu kita memiliki kemandirian
ekonomi yang bagus, dulu kita negara produsen dan sekarang negara konsumen. Misalnya di daerah asal
ibu saya, Tasikmalaya adalah sentra penghasil kerajinan. Namun sekarang mereka tidak lagi giat
membuat kerajinan, malah menjadi kuli di swalayan yang notabene adalah kepunyaan asing.”
Ferry M. Baldan tidak merincikan apa yang dianggapnya sebagai kondisi memprihatinkan yang terjadi di negara ini. Namun ia setuju dengan adanya
komitmen untuk berbuat sesuatu perbaikan bagi Indonesia, sehingga dapat memperbaiki kondisi bangsa melalui celah-celah yang tidak bisa dijangkau oleh
negara dan partai politik. Pandangan dari seorang pakar ekonomi, Didik J. Rachbini pun juga menyoroti hal yang sama dengan Meutya, terlebih dalam
masalah kemandirian ekonomi serta kemampuan masyarakat untuk bisa mendapatkan akses perbaikan taraf kesejahteraan. Didik mengatakan:
“Tentu kami memiliki persamaan pandangan, karena setelah mengutarakan gagasan, dan saya pikir ini
merupakan jalan keluar bagi Indonesia. Begitu pula dengan pandangan saya terhadap kondisi negeri ini.
Karena kesamaan pandangan inilah saya memutuskan bergabung dengan Nasdem. Terlepas dari ormas ini
Universitas Sumatera Utara
137
akan berubah menjadi partai atau tidak, itu urusan nanti. Yang jelas apa yang bisa kita perbuat terhadap
permasalahan negeri yang ada di hadapan kita.”
Djafar Assegaff seperti yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai kegundahannya terhadap kondisi perpolitikan nasional yang sudah condong pada
pragmatisme dan liberalisme kebablasan, ia juga merasa cocok dengan Surya Paloh dalam hal tidak menggunakan unsur agama untuk kepentingan politik.
Djafar mencap dirinya sebagai sosok yang sekuler, yang tidak mengikutsertakan agama dalam politik. Walaupun ia tidak menafikan komposisi masyarakat
Indonesia yang mayoritas Islam, tapi ia tidak setuju dengan penggunaan simbol- simbol ortodoksi untuk politik. Begitupun Surya Paloh.
Namun di samping memiliki kesamaan pandangan, Djafar lebih melihat kondisi ini lebih idealis. Karena baginya Surya Paloh tetaplah seorang politisi
yang tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam politik. Sedangakan Djafar menggambarkan dirinya dengan istilah ‘nothing to lose’ dengan keikutsertaannya
ini. Yang diinginkan oleh Djafar adalah penghentian serta perbaikan sistem yang menjurus ada degenerasi proses dari pranata politik dan sosial harus dihentikan. Ia
menyayangkan terjadinya konspirasi politik antara pemilik uang dengan politisi. “Praktek ini adalah ciri khas dari demokrasi liberal,
seperti di Amerika Serikat. Saya lebih dekat dengan demokrasi radikal-sosialis, bahkan lebih condong ke
komunis di masa dulu. Namun saya juga penganut mazhab realisme politik, walaupun begitu tetap harus
ada yang harus diubah, melalui gerakan ini.”
Sementara itu, Syamsul Mu’arif memandang kesamaan pandangannya dengan Surya Paloh sebagai sebuah perjalanan, karena dilihat dari latar belakang
Universitas Sumatera Utara
138
kedua tokoh ini yang sama-sama berasal dari Partai Golkar dan menjadi kader partai tersebut dari tahun 80-an. Sebelum itu pula, Syamsul dan Surya juga sama-
sama pernah menjabat sebagai Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia AMPI, Syamsul menjabat Ketua Umum AMPI Kalimantan Selatan, dan Surya
Paloh sebagai Ketua DPP AMPI Pusat. Kesamaan pandangannya dengan Surya lebih kepada kepribadian Surya dan Syamsul yang sangat mementingkan
keberagaman. Sehingga Syamsul mengakui, prinsip dan filosofi musyawarah dan hikmah kebijaksanaan yang menjadikan ia satu pikiran dengan Surya, yakni
menjadikan keberagaman sebagai kekuatan. Syamsul memberikan penggambaran kondisi politik sebagai berikut:
“Melihat kecenderungan sekarang ini di politik nasional untuk mencapai kekuasaan. Baik dalam
parpol, ormas, dalam pemilihan presiden atau gubernur, ada kecenderungan untuk menempatkan
siapa yang memiliki modal praktek money politic. Semestinya biarkan saja dinamika masyarakat yang
memilih sendiri, jangan didistorsi dengan tata cara seperti itu. Pada akhirnya ini menjadi sebuah
kelaziman, dan itu tidak boleh terjadi di dalam bangsa yang berbudaya seperti Indonesia.
Hal yang serupa, juga dirasakan oleh Ali Umri dan John Waas. Kesamaan pandangan mereka dengan Surya Paloh lebih dikarenakan pengalaman
berinteraksi dengan Surya dalam organisasi yang sama. Ali Umri menilai kesamaan pandangannya dalam memandang kondisi Indonesia lebih terarah pada
pemikiran Surya Paloh sebagai tokoh senior Golkar, dan Umri merupakan kadernya. Hal ini membuatnya mampu memahami pola pikir dan idealisme Surya
Paloh untuk Indonesia, dan Umri menemukan kesamaan tersebut dalam
Universitas Sumatera Utara
139
pikirannya sejak dulu. Ia melihat kondisi Indonesia akan sangat ditentukan bagaimana pemimpinnya membawa arah pembangunan dan bangsa.
Jika Umri mememukan kesamaan pandangan ketika sama-sama di Golkar, John Waas merasakan komitmennya selalu beriringan dengan Surya Paloh karena
sama-sama anggota dan pimpinan FK-PPI. Karena apa yang diperjuangkan oleh FK-PPI juga tidak jauh berbeda dengan apa yang sekarang menjadi cita-cita besar
Surya Paloh. Hanya saja, dahulu wadahnya melalui forum komunikasi tersebut, dan sekarang tentu kondisinya sudah berbeda dengan adanya gerakan ini. Namun
yang masih dipertahankan oleh Surya Paloh dan John Waas hingga saat ini adalah kedinamisan dalam memandang Indonesia. Sehingga kesamaan pandangan
tersebut masih terjaga hingga ke kondisi Indonesia kini. Gambaran kesamaan pandangan antara deklataror dengan Surya Paloh
yang diuraikan di atas, dapat dilihat lebih ringkas dalam tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Kesamaan Pandangan
Nasional Demokrat Pusat 1
Didik J. Rachbini Kesamaan dalam pandangan untuk
menumbuhkan kemandirian bangsa dalam bidang ekonomi sehingga mendapatkan akses untuk
berbaikan taraf hidup
2 Willy Aditya
Kesamaan terhadap konsistensi nasionalisme yang patriotis
3 Meutya Hafid
Pengembalian arah perjalanan berbangsa kembali ke Pancasila dan UUD 1945
4 Ferry Mursyidan Baldan
Komitmen dalam perbaikan kondisi Indonesia melalui celah-celah yang tidak bisa dijangkau
pemerintah dan partai politik
5 Djafar Assegaff
Kesamaan dalam nasionalisme dan tidak memakai atribut keagamaan yang fanatis dalam
pergerakan di politik
6 Syamsul Mu’arif
Kesamaan pandangan dikarenakan faktor perjalanan yang sama, sebagai kader Golkar dan
Universitas Sumatera Utara
140
petinggi AMPI. Dan adanya keinginan untuk implementasi optimal prinsip musyawarah dan
hikmah kebijaksanaan
7 Martin Manurung
Pembangunan substansi demokrasi hingga pendidikan politik menyentuh akar rumput, dan
pengembalian nilai-nilai bangsa sesuai dengan preambule UUD 1945.
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Kesamaan pandangan karena merupakan kader Surya Paloh di Golkar, dan adanya keinginan
untuk menyejahterakan rakyat sejurus dengan pembangunan karakter pemimpin bangsa yang
tepat
2 John Waas
Kesamaan pandangan karena sama-sama penggiat FK-PPI dan melihat konsistensi gagasan yang
dibawa Surya Paloh telah dimulai sejak dulu.
Tabel 7. Gambaran Mengenai Kesamaan Pandangan Terhadap Kondisi Indonesia
Pandangan Deklarator Terhadap Posisi Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasional Demokrat
Dari teman-teman Surya Paloh, yang berasal dari kalangan senior, mereka dapat menilai kepemimpinan dan memandang posisinya sebagai ketua umum
sekarag ini dengan membandingkannya dengan gaya kepemimpinan sebelumnya. Didik J. Rachbini mengatakan bahwa Surya Paloh merupakan pribadi yang
matang dalam hal sosial politik, oleh karena ia telah memiliki pengalaman yang banyak dalam dunia politik nasional. Di belakang itu, bagi Didik yang juga
sahabat lamanya merasakan Surya telah membangun hubungan yang dekat dengannya dan pengurus lain. Didik menggambarkan keikutsertaan Surya ke hal
personal, seperti perhatiannya dalam persta pernikahan puteri Didik di bulan November 2010.
Universitas Sumatera Utara
141
Kepribadian matang yang disebutkan Didik, dijelaskan panjang lebar oleh Djafar Assegaff dalam konteks kepemimpinan:
“Lama saya melihat-lihat ke diri Surya Paloh, saya melihat dia punya apa yang disebut kriteria
kepemimpinan yang dijelaskan dalam Manifesto Leadership.”
Manifesto Leadership ini merupakan ciri-ciri pemimpin yang Djafar tujukan kepada peneliti, yang diambil dari situs
www.thepracticeofleadership.net .
Ciri-cirinya antara lain: 1.
Pemimpin yang berorientasi masa depan, yang dapat membawa perubahan, dan memimpin untuk menantang status quo. Karena jika tanpa
perubahan, maka tidak diperlukan pemimpin. 2.
Kepemimpinan adalah pilihan, karena kemampuan itu tidak serta-merta ada, karena kepemimpinan adalah sebuah pilihan untuk visi dan tujuan
dalam hidup. 3.
Pemimpin itu diciptakan, bukan lahir secara naluriah. Pemimpin mengetahui keberadaannya, dalam tujuan tententu, dengan kekuatan, dan
skill. Mereka membawa visi di depan menjadi kenyataan. 4.
Pemimpin membawa visinya dan menjadi agen perubahan untuk apa yang ingin diubahnya di dunia, karena pemimpin mencoba mencontohkan, dan
mampu menunjukkan jalan. 5.
Pemimpin mempu mengendalikan perbedaan, dan menjembatani perbedaan dengan debat dan diskusi terbuka.
Universitas Sumatera Utara
142
6. Pemimpin memahami bentuk-bentuk karakter, karena karakter merupakan
dasar penetapan kepercayaan. Tanpa kepercayaan, maka tidak dapat memimpin.
7. Pemimpin juga membutuhkan sesuatu untuk tetap menjaga spiritual
mereka, emosional, mental dan fisik. 8.
Pemimpin selalu berorientasi kepada hasil yang terfokus, karena dia mampu memulai dan sesuatu terjadi.
9. Pemimpin dapat menginspirasi. Pemimpin tidak dapat mencapai visi
mereka sendiri, maka mereka mengilhami orang lain untuk berpartisipasi dalam organisasi.
10. Pemimpin meninggalkan warisan. Sukses adalah apa yang dilakukan
untuk diri sendiri, sementara warisan adalah apa yang dilakukan untuk yang lain.
Sesuai dengan poin manifesto nomor lima di atas, Djafar melihat Surya sebagai orang yang memandang dalam kesamaan dan mampu menjembatani
perbedaan. Djafar merasa bahwa dirinya dipandanga Surya bukan darimana ia berasal, apakah ia keturunan bangsawan atau tidak, sehingga itu menjadi suatu
titik kenyamanan seseorang dalam kepemimpinan Surya. Ferry M. Baldan juga menyinggung poin ke dua manifesto leadership secara tidak langsung, ia
menyatakan pilihan hidup Surya untuk masih mau berkecimpung di pergerakan adalah pilihan yang diperjuangkannya.
“Surya Paloh secara figur adalah orang yang sudah selesai dalam hidup, dan sudah memiliki bisnis. Jika dia
mau, dia bisa tidak lagi ikut yang begini-beginian.
Universitas Sumatera Utara
143
Namun dia merasa tidak adil, jika dia tidak melakukan sesuatu untuk negeri ini. Sehingga dengan potensi yang
dimilikinya, dia menghimpun orang-orang, anak-anak muda yang memiliki idealisme dalam wadah Nasdem.”
John Waas secara terpisah menilai Surya adalah pribadi pemimpin yang dinamis dan pembangkit semangat sebagai motivator, seperti pada poin-poin
manifestasi sifat kepemimpinan yang diuraikan Djaffar di atas. Dengan tingginya semangat yang dimilki Surya Paloh, dinilai John sebagai faktor terkuat Surya
untuk berjuang merestorasi kehidupan berbangsa. Dan kemampuannya memotivasi, membuat Surya yang dahulunya bisa dikatakan jalan sendiri,
sekarang ia mulai diikuti oleh banyak orang dengan dukungan yang tidak putus- putus di setiap daerah di Indonesia. Arahan dan visi Surya untuk merubah diri
bangsa tersebut nantinya diharapkan John dapat membawa perubahan untuk melahirkan undang-undang yang memihak kepada rakyat. Karena dinilainya
sekarang masih banyak UU yang tidak memihak kepada rakyat. Ali Umri pun satu suara dengan Willy, bahwa sosok Surya merupakan
pemimpin organisasi yang beridealisme nasionalis. Dan sepantauan Umri, Surya sangat disambut baik oleh masyarakat karena apa yang disampaikannya mengenai
kondisi nasional benar-benar mengena ke masyarakat dan sesuai dengan apa yang sudah diperbuatnya terlebih dahulu. Dari sisi ini, Umri menilai Surya sebagai
pemimpin yang dapat memberikan teladan bagi dirinya dan generasi muda umumnya.
“Surya Paloh merupakan orang yang visioner, yang mampu mengorbankan harta, tenaga, dan pola pikir
untuk mewujudkan mimpinya, yakni Indonesia yang sejahtera dan memulihkan kondisi masyarakat dari
Universitas Sumatera Utara
144
level terbawah. Walaupun dia bisa saja berhenti dan sama sekali tidak memikirkan hal tersebut, tapi dia
tidak memilih sikap apatis namun tidak diikutkan dengan agenda ambisi dalam kedudukan politik.”
Berbeda dengan lima deklarator di atas, Syamsul menganggap Surya Paloh ada pribadi yang biasa saja. Syamsul menilai kiprah Surya Paloh di dalam
organisasi ini dikarenakan dorongan dari kawan-kawannya. Diakui Syamsul, ia sebenarnya sudah lama tidak ‘gabung’ dengan Surya selepas Munas AMPI di
Semarang tahun 1985. Dijelaskannya, dia mulai berkomunikasi intens lagi setelah ia menjabat sebagai Ketua Organisasi, Kader dan Keanggotaan Partai Golkar,
sementara Surya di Dewan Pertimbangan. Syamsul menilai Surya memang mempunyai kelebihan, namun dia juga menyadari kelemahan. Dan selama di
Nasional Demokrat, Syamsul merasakan Surya membangun semangat kolektivisme. Sehingga dengan sistem kolektif, Surya tidak memutuskan sendiri
ketika mengambil langkah dan kebijakan, bahkan dia menerima pikiran anggota. “Itu yang paling fundamental dari semua ini, karena
kita membangun keberagaman. Surya membangun semangat dalam pengambilan keputusan melalui
musyawarah, sejauh musyawarah itu diayomi oleh nilai-nilai hikmah kebijaksanaan.”
Jika deklarator sebelumnya adalah orang yag telah lama mengenal sosok Surya Paloh, yakni melalui Partai Golkar, Willy Aditya yang mengaku baru
melakukan komunikasi yang intensif dengan Surya sejak akhir tahun lalu memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda. Willy memandang Surya sebagai
tokoh utama di Nasional Demokrat ini sebagai tokoh senior yang nasionalis. Jika selama ini tokoh nasionalis selalu disimbolkan dari kalangan tentara, atau anak
Universitas Sumatera Utara
145
cucu Bung Karno, Willy melihat prinsip nasionalis itu ada dalam diri Surya Paloh, dan ia merepresentasikannya dari kalangan sipil.
“Saya bilang dia itu, the lone ranger. Saat ini dari semua tokoh senior yang ada, dia adalah orang yang
paling clear dan paling tegas dalam masalah keindonesiaan. Secara pemahaman dan cara
bertindak.”
Bagi Willy yang baru merasakan kedekatan emosional belum genap setahun ini, digambarkan dengan kepercayaan Surya terhadap ide dan gagasan
yang dilontarkan Willy. Hal yang sama juga dirasakan Ferry serta Didik, karena dalam banyak pidato dan orasi yang akan disampaikan oleh Surya, ia akan
bertanya kepada orang-orang di jajaran pengurus mengenai hal apa yang sebaiknya disampaikan ketika pidato. Diskusi yang dibangun juga berjalan dalam
ruang formal maupun informal, karena Surya terbuka dengan input dari bawahan. Satu hal yang digarisbawahi Willy adalah kedekatan latar belakang budayanya
dengan Surya: “Yang bisa membuat saya cair dengan beliau juga
karena sama-sama dari Sumatera, dan memiliki karakter budaya yang sama. Secara idiom-idiom
bahasa, beliau sering memakai idiom bahasa Medan yang di Sumatera bisa dibilang sama, sehingga lebih
cepat nyambung. Walaupun sebelumnya saya juga dekat dengan Sri Sultan, namun gape of culture itu yang
membuat saya dengan Pak Surya lebih nyambung.”
Pembahasaan gaya kepemimpinan dan pribadi Surya yang egaliter juga diungkapkan oleh Meutya Hafid. Meutya yang merasa dirinya masih junior di
dalam kancah politik, sangat mensyukuri ia bisa ‘nyambung’ dengan Surya Paloh,
Universitas Sumatera Utara
146
karena ia melihat Surya dapat menyeimbangkan dan menjembatani semangat generasi muda. Mutya juga merasa pemikirannya mengenai idealisme didengar
dan mendapat tempat dalam ruang pertimbangan Surya. Hal itu pulalah menurutnya yang menyebabkan banyaknya tokoh muda di Nasdem, serta jaringan
pendukung yang terdiri dari generasi muda. Senada dengan Willy, Meutya memandang Surya sebagai tokoh utama Nasdem yang menjadikan nasionalisme
sebagai semangat, sejurus dengan keinginan untuk mengembalikan landasan negara ke Pancasila dan UUD 1945.
“Pak Surya selalu berucap rasa rasa kebanggannya sebagai warga negara Indonesia, dan jati diri bangsa,
serta Pancasila.”
Boleh dibilang, di antara deklarator yang penulis wawancarai, Meutya telah terlebih dahulu mengenal Surya, semenjak ia bekerja sebagai wartawan dan
news anchor di Metro TV, stasiun televisi milik Surya Paloh. Meutya mengenal Surya sejak tahun 2000, tahun bergabungnya ia ke Metro TV. Dan Meutya
mengakui, ia memiliki fase-fase kedekatan dengan Surya, dimulai antara karyawan-pemilik, hingga ketika 2008 Meutya masuk ke kancah politik dan
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari Partai Golkar ketika itu Surya Paloh adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, sampai akhirnya
menjadi salah satu ketua bidang di Nasdem Pusat. Dan yang dirasa Meutya cukup emosional baginya adalah ketika ia dijemput langsung oleh Surya Paloh ke
Universitas Sumatera Utara
147
Yordania setelah dilepaskan dari penculikanan oleh militan Irak.
105
Dalam raut muka penuh emosi, Meutya menjelaskan:
“Pak Surya adalah pemimpin yang sangat memperhatikan dari hal besar hingga detil. Dia juga
sayang, peduli, dan memperjuangkan karyawan. Misalnya waktu saya disandera di Irak, beliau sendiri
yang datang. Walaupun di usia seperti beliau yang sudah tua, di padangnya sulit, dan itu bukanlah untuk
plesiran tentunya.”
Sama halnya dengan Willy, Martin Manurung yang juga baru tahun lalu berkomunikasi intens dengan Surya mengaku terkejut dengan gaya kepemimpinan
Surya di Nasdem. Sebelumnya dia tidak memiliki gambaran mengenai hal tersebut, karena berbeda partai. Namun sekarang, Martin membahasakan gaya
kepemimpinan Surya dengan kata ‘kolegial’, yang artinya membuat semua orang di jajaran kepengurusan yang notabene adalah bawahan dia sebagai kolega atau
teman. Surya pun membahasakan dirinya sebagai ‘abang’ untuk anak muda yang bergabung di Nasdem. Gaya kepemimpin tersebut dianggap Martin sebagai sisi
yang unik, karena ia merasa dari segi ketokohan, level Surya Paloh jauh diatasnya. Menurut pengamatan Martin, gaya kepemimpinan seperti ini masih
langka di banyak organisasi politik dan organisasi massa yang umumnya bersifat personal dan sentralistis.
“Dia adalah orang solidarity maker dan motivator. Dia tidak banyak memberikan direction, tapi ia membiarkan
kita mengeluarkan potensi yang terbaik yang kita punya. Ini yang saya lihat cukup langka pada pucuk
pimpinan parpol dan organisasi politik lainnya.”
105
Lihat Meutya Hafid, “168 Jam Dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis Indonesia Yang Disandera di Irak”, Jakarta, 2007.
Universitas Sumatera Utara
148
Cara pandang masing-masing deklarator terhadap Ketua Umum Nasional Demokrat, Surya Paloh boleh dikatakan cukup bervariasi. Melalui tabel di bawah
ini, dapat dilihat bagaimana masing-masing deklarator mempersepsikan Surya Paloh berdasarkan apa yang mereka lihat dari kepemimpinan Surya Paloh di
Nasde, yang tentu juga ditunjang oleh persepsi dari awal mengenal sosok Surya
Paloh. NO Nama
Deklarator Pandangan Terhadap Ketua Umum
Nasional Demokrat Pusat 1
Didik J. Rachbini 1.
Pribadi yang matang dalam hal sosial politik, karena memiliki banyak
pengalaman di politik nasional
2. Pribadi yang dekat secara personal dengan
orang-orang dikepengurusan
2 Willy Aditya
1. Tokoh nasionalis dari kalangan sipil
2. Pribadi yang mau menerima masukan dari
orang lain, tidak memandang senior atau tidak
3 Meutya Hafid
1. Pribadi yang egaliter
2. Pribadi yang mampu menjembatani
pemikiran kalangan muda dengan yang senior
4 Ferry Mursyidan Baldan
1. Orang yang tetap memiliki idealisme dan
visi walaupun sudah mapan dalam ‘selesai’ dalam hidup
5
Djafar Assegaff 1.
Memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang lengkap, dari sikap, cara pandang, dan
pengelolaan sumber daya keanggotaan
2. Pribadi yang mampu menjembatani
perbedaan yang ada di organisasi
6 Syamsul Mu’arif
1. Pribadi yang biasa saja, karena kiprahnya
di Nasdem merupakan sokongan dari kawan-kawan yang lain
2. Pribadi yang membangun semangat
kolektivisme
7 Martin Manurung
1. Pribadi dengan gaya kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
149
kolegial 2.
Pemimpin yang percaya dengan pendelegasian, dan tidak banyak
memberikan perintah
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1
Ali Umri 1.
Pribadi yang nasionalis dan visioner 2.
Pemimpin yang berbuat terlebih dahulu memberikan percontohan bagaimana
konsisten sebagai nasionalis
2 John Waas
1. Pribadi yang dinamis, penuh semangat,
dan seorang motivator 2.
Pemimpin yang dapat menghimpun kekuatan untuk menggerakkan perubahan
Tabel 8. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Surya Paloh Sebagai Ketua Umum
Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Surya Paloh
Dari pemaparan di atas, para deklarator setuju dengan pribadi Surya Paloh yang egaliter dan mau menerima kritikan, serta terbuka dengan pemikiran orang
lain. Namun Surya dalam beberapa hal tertentu, dia menempatkan sikap perfeksionis dalam manajerial. Seperti yang dirasakan oleh dua deklarator yang
juga menjadi karyawan di Metro TV, Djafar Assegaff dan Meutya Hafid. Djafar menilai perfeksionis Surya melebihi dirinya dalam hal manajemen, mulai dari
susunan kantor, hingga susunan organisasi yang dinilainya sangat rapi. Penyerahan rumah Surya Paloh, yakni gedung Prioritas yang dijadikan kantor
Nasional Demokrat sekarang, dianggap Djafar sebagai bentuk totalitasnya dalam menjalankan visi, mulai dari hal kecil hingga yang besar. Djafar mencontohkan
bagaimana Surya sangat telaten dalam membentuk struktur organisasi Nasdem, dengan ada Dewan Pakar, Dewan Pertimbangan, yang menurut Djafar hal ini
seperti susunan kepengurusan parpol Golkar atau parpol lainnya.
Universitas Sumatera Utara
150
Sikap perfeksionis ini pun juga dilihat oleh Meutya, sejak ia menjadi karyawan Metro TV, 10 tahun lalu. Meutya menggambarkan bagaimana Surya
mengatur letak furnitur dan bentuk ruangan yang akan digunakan oleh karyawan, baik itu di Metro TV, maupun di Nasional Demokrat. Pun Willy yang bisa
dibilang baru mengenal dekat Surya Paloh merasakan hal itu: “Pak Surya adalah orang yang komunikatif dan detail
untuk masalah keorganisasian dan cenderung perfeksionis. Orangnya eksrtavaganza, bercita rasa
tinggi, berkarakter. Sehingga citra organisasi tidak yang menjadi ecek-ecek. Bahkan pernah di persiapan
acara simposium, ia sampai larut malam mengatur tata letak atribut dan ornamen di ruangan simposium.”
Sedangkan untuk pengambilan keputusan, Surya tidak seperti menetapkan dimana meja satpam akan diletakkan. Ia membuka diri mendengar masukan
sebelum nantinya ia mengambil keputusan. Sejurus dengan penggambaran sifatnya yang kolegial oleh Martin, dan kolektivis oleh Syamsul, Meutya
memaparkan lebih jelas bahwa Surya Paloh kerap mengambil keputusan tidak melalui rapat formal. Hal itu dilakukan setelah meminta masukan dan pandangan
dari anggota. Namun bagi Meutya, Surya Paloh adalah orang yang bisa membaca kemampuan dan kapasitas orang, dengan intuisi yang kuat, sehingga dalam
penempatan posisi-posisi yang ada di kepengurusan pun tidak ada yang menimbulkan kontroversi. John melihat kecenderungan ini adalah bentuk dari
Surya yang sangat menghindari sikap birokratis di organisasi yang dijalankannya yakni keterbukaan terhadap siapa saja dan apa saja. John mencontohkan
keterlibatan langsung Surya untuk turun ke lapangan melihat langsung kondisi masyarakat, dan menurutnya kebiasaan itu sudah terbentuk dari dulu.
Universitas Sumatera Utara
151
Untuk menghindari kontroversi yang dikatakan Meutya, Ferry memberikan contoh bagaimana pendelegasian secara penuh tanpa intervensi
membuatnya bisa mengembangkan diri untuk berbuat bagi organisasi sejalan dengan idealismenya.
“Dia tidak banyak melakukan intervensi dalam hal pengambilan keputusan masing-masing bidang. Seperti
halnya saya di bagian keanggotaan, saya diberikan kewenangan penuh, mempersiapkan konsep, bagaimana
konsepnya berjalan, diberikan tugas, kemudian kita persiapkan idenya, lalu presentasi.”
Ali Umri membenarkan pandangan Ferry di atas, bahwa Surya Paloh selalu membangun komunikasi intensif dalam berkonsultasi dan meminta
masukan dari orang lain, dalam hal memformulasikan gagasan, dan sangat memperhatikan kesetujuan dari anggota lain di jajaran organisasi.
“Jika para anggota merasa cocok dan setuju, maka akan dilaksanakan. Bang Surya tidak pernah
mengambil sikap berdasarkan pemikiran pribadi dia. Karena dari awal pun, Nasdem ini terbentuk bukan dari
hanya pribadi dia, namun dari banyak pemikiran dan gagasan dari tokoh lain.”
Hal yang diungkapkan oleh Ali Umri senada dengan Djaffar ketika ditanyakan mengenai kemampuan Surya dalam kecepatan mengambil sikap,
Djafar menilai Surya adalah pemimpin yang cepat mengambil tindakan, dan hal tersebut adalah apa yang sudah diperhatikan Djafar sejak bergabung di Media
Indonesia tahun 1997. Sedangkan Willy melihat kepemimpinan Surya juga digandengkan dengan sosok Syamsul Mu’arif sebagai Sekjen Nasdem. Ia
menganggap hal tersebut sebagai dwipartner dalam kepemimpinan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
152
Namun jika difokuskan pada diri Surya, Willy menilai ia adalah orang yang cepat memberikan respon untuk setiap situasi.
“Itu intuitif, sebagai naluri seorang pemimpin. Dan untuk menerjemahkan itu perlu suatu tim, di sana peran
Syamsu Mu’arif sebagai Sekjen menjaga ritme organisasi. SP sebagai gas dan Sekjen sebagai rem,
dan menjaga keseimbangan motor organisasi.”
Syamsul sendiri menilai Surya dalam pengambilan keputusan, tidak dalam konteks cepat atau lambatnya, namun lebih kepada hal yang substansial dan
keberanian dalam mengambil sikap. Lebih lanjut Martin menggambarkan sikap ini bergantung pada konteks masalah yang dihadapi. Dare to take decision, begitu
Djafar menggambarkan Surya. Martin pun memberikan percontohan situasi: “Terkadang apa yang diputuskannya itu di luar
perkiraan kita. Misalnya ada satu masalah yang sudah kita prediksi solusinya, namun dia bisa memberikan
opsi lain yang diluar itu, dan tidak terpikirkan atau tidak terprediksikan oleh kita. Tapi terkadang untuk
masalah lain, dia juga meminta waktu untuk memikirkan solusinya, saya tidak tahu apa parameter
yang menentukan dia cepat atau membutuhkan waktu untuk mengambil solusi. Dia sanga tidak suka
membiarkan masalah berlarut-larut, dan ketika dia meminta waktu untuk berfikir, berarti ada sisi yang
orang lain tidak bisa melihat, namun dia bisa melihat sisi permasalahan itu dari segi lain. Yang terpenting
dia bukan orang yang peragu.”
Deklarator yang diwawancarai, umumnya memilliki sejarah aktif di organisasi, tidak hanya di Nasional Demokrat. Sehingg mereka memiliki pakem
tertentu untuk ukuran kemampuan pemimpin organisasi dalam hal manajerial. Di bawah ini merupakan penggambaran yang dituturkan deklarator mengenai Surya
Paloh secara lebih ringkas:
Universitas Sumatera Utara
153
NO Nama Deklarator Pandangan
Tentang Kemampuan Manajerial Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
1. Pemimpin yang mau mengakomodasi pemikiran bawahan
2 Willy Aditya
1. Pemimpin yang kepemimpinan ibarat gas, sedangakan partnernya yakni Sekjen sebagai
rem 2. Pemimpin yang cepat dalam merespon untuk
setiap situasi
3 Meutya Hafid
1. Pribadi yang perfeksionis, memperhatikan hingga ke hal yang detail
2. Pengambilan keputusan tidak kaku harus melalui rapat formal
3. Pribadi yang memiliki intuisi kuat dalam membaca kemampuan dan kapasitas orang
4 Ferry Mursyidan Baldan
1. Pemimpin yang memberikan kewenangan penuh atau pendelegasian tanpa intervensi
sehingga bawahan bisa mengembangkan diri
5 Djafar Assegaff
1. Perfeksionis hingga ke hal detail, dalam hal penyusunan tata ruang kantor sampai ke
penyusunan struktur organisasi sebagai bentuk totalitasnya daam menjalankan visi
2. Pemimpin yang cepat dan berani mengambil keputusan
6 Syamsul Mu’arif
1. Pemimpin yang berani mengambil sikap dalam konteks substansial di setiap situasi
7 Martin Manurung
1. Mampu berfikir mencari solusi di luar kotak out of the box yang terkadang tidak
terpikirkan oleh bawahannya 2. Pemimpin yang tidak menyukai masalah yang
berlarut-larut
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
1. Pemimpin yang terbuka dengan masukan dan tidak memutuskan sesuatu berdasarkan asumsi
pribadi semata
2 John Waas
1. Pemimpin yang tidak birokratis dan berani mendelegasikan wewenang kepada bawahan
2. Terbuka dengan siapa saja dan seringkali terjun ke lapangan untuk melihat kondisi real
Universitas Sumatera Utara
154
masyarakat
Tabel 9. Gambaran Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Surya Paloh
Pandangan Deklarator Mengenai Problem EksternalIsu dan Kaitannya dengan Surya Paloh
Di atas telah dijelaskan oleh deklarator bagaimana Surya Paloh mengambil sikap dan keputusan ketika dalam situasi yang membutuhkan penyikapannya
sebagai ketua umum. Peneliti kemudian memberikan satu bentuk pertanyaan kongkrit mengenai isu media massa mengenai adanya rencana pemecatan kader
parpol yang juga ikut menjadi anggota Nasdem.
106
Sembilan deklarator Nasdem yang diwawancarai sepakat secara terpisah menganggap hal itu bukanlah
dianggap suatu masalah. Bagi mereka, hal tersebut tidak dianggap sebagai problem eksternal, hanya isu. Dan Meutya pun mengatakan Nasdem hadir bukan
sebagai musuh, karena Nasdem hadir dengan tujuan sosial dan membantu masyarakat.
Pandangan dari politisi PAN, Didik J. Rachbini menanggapi hal ini sekedar permasalahan komunikasi. Didik menganggap hal itu sebagai masalah
Golkar semata dengan mempermasalahkan adanya kader Golkar di Nasdem. Begitu pun ia yang juga merupakan kader partai lain, karena Nasdem bukan
partai. Didik menganggap permasalahan tersebut selesai, karena hingga saat ini tidak ada pemecatan kader Golkar yang ikut Nasdem.
106
Di media massa nasional, isu pemecatan untuk kader parpol yang ikut aktif di Nasdem. Golkar dan PDIP melalui pernyataan Abu Rizal Bakrie dan Puan Maharani. Selain itu
REPDEM, organisasi di bawah PDIP juga pernah mewacanakan pemecatan Martin Manurung dan Budiman Sudjatmiko dari jabatan pimpinan REPDEM. Beberapa peringatan ini ada yang
disampaikan melalui surat edaran, ada yang tidak.
Universitas Sumatera Utara
155
John pun menilai hal ini sepositif Didik, bahwa polemik antara Nasdem dan parpol besar di Indonesia merupakan bagian dari dinamika politik, dan tidak
sama sekali melihatkan unsur pribadi di dalamnya. Silang pendapat yang memunculkan polemik isu pemecatan ini hanya sebuah perbenturan dari idealisme
politik yang berbeda. John menilai bahwa idealnya suatu langkah politik bertujuan untuk merebut kekuasaan yang nantinya digunakan untuk mengatur bangsa dan
negara menuju perubahan lebih baik. Sehingga baginya, yang terpenting adalah tujuan berdinamika politik di atas adalah untuk rakyat, oleh karena itu ia
mendukung sepenuhnya walaupun sempat menjadi isu hangat di media massa. Berbeda dengan Didik dan John, Meutya dengan tegas menyatakan bahwa
jajaran pengurus Nasdem percaya bahwa organisasi masih ormas, dan bahkan pernyataan negatif dari Surya Paloh atau yang mewakili Nasdem. Karena tujuan
ormas ini adalah mengkritisi pemerintah. Meutya memandang Nasdem ini sama dengan ormas lainnya, seperti Muhammadiyah atau Nadhatul Ulama, dan Golkar
tidak bisa melarang kadernya untuk ikut dengan kedua ormas tersebut. Begitu pula seharunya dengan Nasdem.
Petinggi Golkar yang juga berada di Nasdem, Syamsul Mu’arif menanggapi isu ini senada dengan Meutya. Ia memandang, walaupun Surya Paloh
merupakan pihak yang kalah dalam pertarungan di Munas lalu, tidak serta-merta Nasdem dibentuk untuk mengganggu Golkar. Tapi Syamsul menyatakan
kekecewaaannya: “Namun, di Indonesia ini, jika tidak curiga mungkin
bukan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah parpol lainnya mengeluarkan aturan larangan anggota untuk
bergabung di Nasdem, baik secara tertulis maupun
Universitas Sumatera Utara
156
tidak, termasuk Golkar. Jadi seolah-olah Nasdem ini sebagai momok, saingan yang nantinya akan menjadi
parpol besar.”
Syamsul menambahkan, jika nantinya Nasdem menjadi partai politik, Nasdem akan kehilagan simpati serta keanggotaan dari kalangan akademisi dan
PNS. Kemudian anggota Nasdem yang juga berasal dari partai politik, nantinya akan memilih untuk bergabung ke Nasdem atau tetap di partainya, sehingga
kebesaran dan kekuatan Nasdem akan runtuh. Syamsul juga mengimbuhi bahwa alternatif Nasdem menjadi partai politik itu bukan alternatif yang direncakanan
kala deklarasi atau di dalam ADART. Willy menanggapi pertanyaan ini dengan mengutip pernyataan Surya Paloh mengenai hal tersebut:
“Pak Surya pernah bilang, harusnya Golkar berterima kasih kepada kita Nasdem, karena kita mengerjakan
apa-apa yang belum atau tidak dikerjakan oleh Golkar atau partai politik lainnya.”
Ali Umri melihat isu pemecatan kader parpol di Nasdem ini sebagai bentuk kenaifan organisasi politik tersebut. Baginya sekarang, seperti halnya Surya Paloh
pernah mengatakan kepadanya, bahwa Nasdem akan tetap bekerja sesuai koridornya untuk menjalankan visi dan misi organisasi dan konsisten untuk
membangun citra positif di masyarakat. Karena belum ada pemikiran untuk menjadikan Nasdem menjadi parpol. Ia menyatakan:
“Menurut saya, organisasi itu bodoh karena takut sama ormas. Sebuah parpol besar seperti Golkar dan PDIP
ingin memecat kadernya yang bergabung di Nasdem. Masing-masing parpol kan juga ada ormas-ormas yang
berafiliasi di bawahnya, jadi kalau Golkar melarang kadernya ikut ormas, jadi silakan pecat saja semua
kader yang juga ikut di ormas. Harusnya parpol di
Universitas Sumatera Utara
157
Indonesia ini merangkul Nasdem, mana tahu nanti diperlukan untuk mendukung parpol tersebut, apabila
Nasdem tidak menjadi partai. Tapi dalam pola pikir parpol besar itu, tidak demikian saya rasa.”
Walaupun begitu, Syamsul, Willy, dan Umri mengatakan hal ini masih dibahas dalam diskusi internal ormas ini, baik dalam rapat terbatas maupun di
rapat pengurus. Jika permasalahan tersebut berujung pada pencemaran nama baik, maka akan direspon. Jika hanya berupa intrik atau sindiran, pihak Nasdem tidak
akan memberikan respon apa-apa sebagai sikap balasan. Djafar melihat hal ini secara lebih luas dan terbuka. Ia sebagai tokoh
senior di Partai Golkar, melihat hubungan antara Surya Paloh-Abu Rizal masih dalam keadaan baik dan komunikasinya tetap berjalan. Djafar menjelaskan
kondisi ini secara terang: “Saya tidak tahu pasti bagaimana masalah secara
rinci, namun yang pasti dia tidak bisa menerima Abu Rizal, dan kekalahan di Munas Golkar kemaren begitu
terasa karena selisih suara hanya beberapa, dia melihat bagaimana operasi Ical dengan orang-
orangnya, melalui money politic dan teknik kotornya, dan SBY juga ikut bermain saya lihat, karena ada
orang-orangnya yang dia SBY tarok di Golkar. Tentunya pandangan Surya Paloh, “Wah, orang-orang
ini....” Bahwa dia akan rujuk dengan Ical, tidak. Namun dia masih anggota Golkar sampai sekarang,
walau tidak duduk dalam kepemimpinan. Karena Ical melakukan Spoils System, orang-orangnya Surya habis
semua, dia tidak melihat ke Merit System, semua yang dekat dengan Surya dihabiskan.”
Martin yang berasal dari PDIP menilai hal ini tidak terlalu ditanggapi secara serius. Baginya, pelarangan kader parpol yang ingin menjadi anggota
Nasdem hanyalah bentuk ketidakmengertian pimpinan parpol terhadap apa yang
Universitas Sumatera Utara
158
terjadi. Martin tegas mengatakan bahwa ia tidak menyalahi aturan partai. Namun Martin memandang dalam kasus Surya Paloh, Syamsul Mu’arif, Ferry M. Baldan,
dan Meutya yang berasal dari Golkar merupakan hal yang lebih sensitif, walaupun ia tidak tahu atas dasar pertimbangannya apa hal tersebut dipermasalahkan.
Penggambaran sikap Surya Paloh dalam menghadapi polemik ekternal dan bagaimana mengomunikasikannya dengan jajaran pengurus, dapat dilihat juga
dari tabel di bawah ini:
NO Nama Deklarator
Gambaran Sikap
Nasional Demokrat Pusat 1
Didik J. Rachbini Tidak ditanggapi serius, hanya faktor
permasalahan di komunikasi dengan pihak luar
2 Willy Aditya
Konsistensi untuk tetap berlandaskan pada apa yang diperbuat Nasdem adalah celah yang belum
tersentuh oleh parpol.
3
Meutya Hafid Konsisten bahwa Nasdem masih berupa ormas,
yang sama halnya dengan Muhammadiyah dan NU
4 Ferry Mursyidan Baldan
Polemik ini tentu dibahas di rapat terbatas atau rapat pengurus, jika tidak berujung pada
pencemaran nama baik, maka Nasdem tidak akan merespon
5 Djafar Assegaff
Tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pihak eksternal menyangkut isu atau polemik
6 Syamsul Mu’arif
Pendirian bahwa walaupun Surya kalah di Munas Golkar, bukan serta-merta Nasdem sengaja
dibentuk untuk mengganggu Golkar atau partai lain
7 Martin Manurung
Tidak ditanggapi serius, karena banyak pihak yang merasa dirugikan oleh Nasdem tidak
mengerti esensi dan prinsip pendirian Nasdem
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Tetap fokus pada visi misi Nasdem, namun tidak seharusnya parpol besar mempermasalahkan
Universitas Sumatera Utara
159
adanya Nasdem dan kadernya di Nasdem, dan
2 John Waas
Hanya sebuah dinamika politik yang diakibatkan perbedaan ideologi yang dijalankan di masing-
masing organisasi dan itu lumrah
Tabel 10. Gambaran Sikap Surya Paloh Dalam Menghadapi Polemik Eksternal
Kemampuan Komunikasi Politik, Negosiasi, dan Orasi Surya Paloh
Komunikasi Politik
Meutya menilai Surya Paloh dalam komunikasi politik, selalu memakai hati. Ia beranggapan, di saat citra ‘politik’ di masyarakat luas adalah praktek yang
tidak menggunakan hati dan hanya berdasarkan faktor kepentingan, namun Meutya menilai perjuangan yang dimulai Surya melalui Nasdem ini jika
menggunakan hati tentu akan melahirkan semangat perjuangan yang tidak padam di kancah politik.
Sepengamatan Djafar, Surya berpegangan pada gaya komunikasi politik H. Roeslan Abdulgani.
107
Komunikasi politik Surya yang dilihat oleh Martin, berciri solidarity maker, yang ingin menghimpun dan merangkul sebanyak-
banyaknya orang. Komunikasi politik yang dilakukan oleh Surya Paloh menurut John kegiatan komunikasi politik yang dilakukan oleh Surya Paloh dalam
mengusahakan dan pendukungan untuk perubahan adalah sebagai pesan yang disampaikannya kepada pemerintah dalam konteks sahabat. Bagi John,
komunikasi politik untuk mendorong perubahan dan disampaikan Surya secara terbuka ataupun dalam pertemuan intensif sebagai bentuk pengingat bagi para
pemegang wewenang di negeri ini. Karena John melihat prinsip Surya bahwa
107
Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan PM Ali Sastroamidjojo II 1956-1957.
Universitas Sumatera Utara
160
sahabat yang baik adalah yang mengingatkan ketika sahabatnya salah atau mulai melenceng dari koridor yang seharusnya.
Kemampuan Negosiasi
Willy secara lugas mengatakan ia belum pernah melihat Surya Paloh secara langsung melakukan negosiasi, terlebih negosiasi politik. Namun
menurutnya, hasil negosiasi Surya cukup bagus, ia memberikan contoh negosiasi Surya dengan petinggi partai politik yang kadernya juga berada di Nasdem, dan
hingga kini belum ada teman-teman Willy di Nasdem yang dikeluarkan dari partai mereka. Hal ini menurut Willy, karena Surya membuka kesempatan komunikasi
dengan semua orang. Pendapat ini juga sejurus dengan yang disampaikan Meutya. Ferry menekankan, pola negosiasi Surya lebih dikarenakan ia dia lahir dengan
insting politik yang tajam dan memiliki pengetahuan mengenai kenyataan- kenyataan politik yang ada di Indonesia. Martin melihat negosiasi terkhusus soal
politik yang dilakukan Surya, dirasanya tetap dalam jalur yang tegas, karena negosiasi memang diperlukan dalam komunikasi politik. Syamsul pun melihat
kemampuan negosiasi Surya dan konteksnya di komunikasi politik cukup baik, terbukti dengan banyaknya gebrakan yang dilakukannya di Golkar dulu, seperti
membangun forum silaturahmi Golkar-PDIP. Namun bagi Martin, negosiasi tidak boleh dilakukan dalam hal-hal yang
prinsipil. Umri melihat hal yang prinsipil ini dalam tataran politik. Umri merujuk pada Munas Golkar 2009 lalu, ia tidak menuduh kalahnya Surya Paloh di
pemilihan Ketua Umum Golkar karena adanya campur tangan kekuasaan, namun
Universitas Sumatera Utara
161
Umri menggarisbawahi konteks proses di dalam organisasi politik di Indonesia ini selalau diikuti oleh kekuasaan. Untuk kasus ini, Umri melihatnya sebagai hal yang
prinsipil, dan Surya Paloh tidak mau membuka ruang negosiasi dengan kekuasaan saat ini. Walaupun jika ditilik dari sejarah, Umri mencatat dalam politik Indonesia
sejak dulu sebisa mungkin diatur oleh kekuasaan, sedangkan Surya Paloh tidak mau seperti itu.
Penilaian deklarator terhadap kemampuan Surya Paloh dalam komunikasi politik dan negosiasi, dapat juga dilihat dari tabel di bawah ini:
NO Nama Deklarator Gambaran
Kemampuan Komunikasi Politik Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Selalu membuka peluang komunikasi politik dengan siapa saja yang mau datang bertukar
pikiran dengannya
2 Willy Aditya
Komunikasi politiknya baik, terbukti dengan tidak adanya pemecatan anggota Nasdem yang
menjadi kader partai politik.
3 Meutya Hafid
Komunikasi politik dengan pendekatan yang memakai hati
4 Ferry Mursyidan Baldan
Komunikasi politik yang menggunakan insting politik yang tajam
5 Djafar Assegaff
Gaya komunikasi politiknya serupa dengan H. Roeslan Abdulgani Menteri Luar Negeri RI,
1956-1957
6
Syamsul Mu’arif Kemampuan komunikasi politik dan negosiasi
cukup baik, terbukti ketika di Golkar
7 Martin Manurung
Komunikasi politik dan negosiasi dilakukan sejauh tidak menyinggung hal-hal prinsipil
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Negosiasi Surya Paloh tidak menyentuh ruang prinsipil, karena ia memiliki idealisme
2 John Waas
Komunikasi politik yang disampaikan di publik atau di forum khusus dalam konteks
mengingatkan pemerintah
Tabel 11. Gambaran Mengenai Kemampuan Komunikasi Politik Surya Paloh
Universitas Sumatera Utara
162
Orasi
Didik J. Rachbini mengomentari gaya komunikasi Surya Paloh yang berbeda daripada orang umumnya. Didik mengorelasikan hal tersebut dengan latar
belakang Surya yang orang Sumatera atau lebih khususnya berkarakter ‘Medan’, dan hal itu menurut Didik memeberikan pengaruh yang kentara. Ia menilai gaya
komunikasi orasi tanpa teks, tidak terpaku pada kertas merupakan satu ciri tersendiri. Dan yang pasti menurut Didik, sebelum menyampaikan pidatonya
tersebut, Surya akan bertanya mengenai ide dan pemikiran teman-temannya terlebih dahulu. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Willy dan Ali Umri dan John
Waas. Djafar membahasakan hal ini sebagai kebiasaan Surya menggunakan para pemikir atau intelektual dalam melengkapi ide dan gagasannya.
Gaya komunikasi orasi yang seperti itu dinilai Didik memang berbeda dari pemimpin Indonesia umumnya. Jika mencontohkan SBY, maka SBY terikat pada
aturan formal negara dan protokoler, karena presiden berkomunikasi dengan masyarakat. Menurut Didik, dalam berkomunikasi dengan masyarakat sebagai
rakyat, memang harus lebih banyak menggunakan empati, dalam hal mengajak, mendekati, mengayomi mereka. Sedangkan dengan gaya orasi menurut Willy,
Surya dapat mengendalikan emosi massa dengan kepercayaan diri tinggi, sehingga membuatnya mampu mampu menyampaikan gagasan tanpa teks secara
terstruktur. Pola komunikasi ini menurut Didik dan juga diakui oleh semua deklarator
yang peneliti wawancarai merupakan pola orasi yang sama dengan Bung Karno
Universitas Sumatera Utara
163
dan tokoh-tokoh dunia lainnya, seperti Hugo Chavez, Evo Moralez, Barack Obama, Fidel Castro, dan lainnya. Bahkan Syamsul mencap Surya Paloh sebagai
jago pidato. Hal ini seperti yang diketahui oleh hampir semua pengurus Nasional Demokrat bahwa Surya Paloh memang mengidolakan tokoh proklamator
tersebut.
108
Martin secara gamblang memberikan penggambaran, adanya diferensiasi antara gaya orasi seorang pemimpin berciri akademik dan pemimpin
berciri solidarity maker. “Terlepas dari latar belakang parpol saya PDIP
sebagai oposisi pemerintahan, namun saya melihat, pemimpin Indonesia bukan seperti gaya pidato SBY
yang sering menggunakan bahasa-bahasa rumit untuk dicerna rakyat. Seorang solidarity maker akan seperti
Hugo Chavez, Evo Moralez, atau Obama, dan seharusnya begitulah pemimpin di Indonesia ini. Rakyat
tidak akan mengerti bahasa yang terlalu tekstual.”
Meutya pun menginformasikan bahwa gedung Prioritas yang menjadi Kantor Nasional Demokrat sekarang adalah rumah Soekarno dahulu. Menurutnya,
Surya membeli rumah tersebut dan menjadikannya kantor redaksi Harian Prioritas dahulu dan Kantor Nasdem sekarang sebagai simbol perjuangan. Namun Didik
memandang konteks orasi Soekarno dan Surya Paloh dalam hal yang berbeda walau memang bisa disamakan. Didik melihat hal ini sebagai bagian dari karakter
pribadi Surya yang memang berapi-api, dan itu dipandangnya memiliki sisi positif dan negatif. Meutya memberikan keterangan bahawa gaya orasi Surya Paloh
adalah bentuk dari prinsipnya yang tidak menyukai kepura-puraan, dan itu selalu disampaikannya kepada anggota Nasdem lainnya.
108
Lihat Usamah Hisyam, et. al, Editorial Kehidupan Surya Paloh, Jakarta, 2001, hlm. 95-98
Universitas Sumatera Utara
164
“Susah juga untuk menyampaikan kepada Pak Surya untuk mengikuti gaya berkomunikasi saat ini, yang
mendayu-dayu dan melankolis. Karena memang inilah Surya Paloh apa adanya, masyarakat menerima atau
tidak itu diserahkan kepada masyarakat. Walaupun kadang saya berfikir, apakah model ini tepat untuk
keadaan masyarakat saat ini, namun saya memilih untuk membiarkan Pak Surya menjadi apa adanya.
Saya tidak mau menasehati beliau untuk merubah cara orasi hanya untuk masalah pencitraan atau menjawab
keinginan masyarakat.”
Martin melihat tipe komunikasi orasi ini juga menjadi tipe kepemimpinan Surya Paloh yang menurutnya bertipe solidarity maker. Hal ini juga seperti yang
dikatakan oleh Didik. Martin dan Didik yang sama-sama juga akademisi melihat Surya menyampaikan pikirannya berbeda dari gaya seorang akademisi. Namun
Meutya merasa dengan pola komunikasi seperti itu, seorang pemimpin bisa terbebas dari bahasa yang banyak basa-basi, karena langsung terfokus pada
masalah. Sehingga, poin komunikasi dapat dengan cepat ditangkap sebagai sesuatu yang benar-benar realistis dan dirasakan oleh masyarakat. Bagi Syamsul,
orasi Surya memang bagus, namun soal substansi bisa jadi itu menjadi nomor dua. Karena menurutnya dalam hal oratorik, maka substansi akan berkurang karena
harus memakai gaya bahasa. Jika dijelaskan di atas bahwa Surya ada persamaan dengan Soekarno, Djafar melihat perbedaan antara mereka secara terbuka:
“Andaikata dia lebih banyak lagi pengetahuannya tentang ini politik, tentu dia akan lebih hebat lagi,
bisa seperti Bung Karno, banyak membaca. Surya tetap membaca, namun dia tidak memiliki koleksi buku-buku
seperti punya Bung Karno. Dia pola belajarnya seperti Ali Moertopo, belajarnya dari koran, dia ingat apa-apa
yang disampaikan orang.”
Universitas Sumatera Utara
165
Ali Umri menilai kemampuan orasi Surya Paloh melebihi kemampuan para pemimpin parpol. Bahkan menurutnya sulit mengimbangi kemampuan
oratoriknya atau belum ada tokoh di Indonesia yang seperti dia dalam hal orasi. Umri memang melihat ciri ketegasan Soekarno dalam orasi Surya Paloh, namun
John menekankan bahwa meskipun begitu, Surya Paloh bukanlah Soekarnois, ia hanya orang yang sangat mengidolakan Soekarno dan pendengar setia pidato
Soekarno kala di radio dulu. Hal itu sudah dilihat John ketika sama-sama di FK- PPI dulu.
109
Memang satu hal yang merupakan ciri khas Surya Paloh, adalah kemampuan orasinya. Berikut ini adalah penilaian deklarator terhadap
kemampuannya tersebut, dan bagaimana masing-masing deklarator mempersepsikan kemampuan tersebut berdasarkan konstruksi mereka.
NO Nama Deklarator
Gambaran Kemampuan Orasi Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Gaya orasi yang berbeda dari orang pada umumnya, lebih melekat dengan karakter
Sumatera dan Medan
2 Willy Aditya
Gaya komunikasi yang dapat mengendalikan emosi massa dengan kepercayaan diri tinggi,
sehingga mampu menyampaikan gagasan tanpa teks secara terstruktur
3 Meutya Hafid
Gaya orasi berapi-api sebagai bentuk dari prinsipnya yang tidak menyukai kepura-puraan
4
Ferry Mursyidan Baldan Gaya orasi yang sudah ada semenjak dulu, dan
tidak bisa memaksakan untuk mengubah hal tersebut, sesuai dengan konteks sekarang dimana
masyarakat menyukai komunikasi diplomatis
5 Djafar Assegaff
Orasi Surya dikonsep setelah mendapatkan masukan dari kawan-kawan terlebih kalangan
109
Ibid., hlm. 199-212
Universitas Sumatera Utara
166
akademisi, karena Surya tidak memiliki banyak buku seperti Soekarno, pola belajarnya melalui
koran, mengingat apa yang disampaikan orang.
6 Syamsul Mu’arif
Seorang jago pidato, menyerupai Soekarno. Walaupun dalam oratorik, substansi akan
berkurang akibat penggunaan gaya bahasa.
7
Martin Manurung Gaya orasi yang menekankan prinsip solidarity
maker, seperti halnya Obama atai Hugo Chavez.
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Gaya berorasi yang melebihi kemampuan tokoh parpol di Indonesia dan ia selalu membawa
masukan dari orang lain dalam tiap poin orasinya
2 John Waas
Kemampuan orasinya sudah teruji semenjak dulu. Walaupun ia seperti Soekarno dalam berorasi,
namun ia bukan seorang Soekarnois
Tabel 12. Gambaran Mengenai Kemampuan Orasi Surya Paloh
Percontohan Perilaku Sebagai Organisatoris
Meutya menggunakan
istilah role model untuk percontohan perilaku
organisatoris Surya kepada bawahannya. Percontohan yang disoroti Meutya dalam hal konsistensi terhadap jati diri dan kebanggaan terhadap Indonesia, dan
kembali kepada Pancasila dan UUD 1945. Djafar melihat percontohan ini dari prinsip persamaan yang dianut Surya. Djafar mengutip perkataan Surya yang
berisi teguran untuk Djafar: “Jika melihat ke diri saya, saya juga ada keturunan
bangsawan Melayu Deli, sehingga terbiasa dengan orang yang berbicara berpatih-patih kepada saya. Lalu
Surya menegur saya, “Lihat, kawan kita dan karyawan kita di Media Group, tidak bisa diperlakukan seperti
bagaimana Anda diperlakukan.” Saya ini adalah tipe burung rajawali, burung yang berani terbang sendiri.
Sedangkan Surya adalah tipe burung merpati, ada rombongan yang dibawa di belakangnya.”
Universitas Sumatera Utara
167
Martin juga mengambil satu contoh mengenai komitmen Surya ini. “Sebelum waktu deklarasi Nasdem di Sulut, Minggu
siang, Minggu paginya terjadi kerusuhan soal jemaat HKBP di Ciketing, itu seminggu sebelum kasus
penusukan. Lalu saya memberi tahu kepada Surya mengenai penyerbuan itu. Saat itu dia hanya diam dan
menundukkan kepala. Ketika deklarasi siangnya, dia langsung berpidato dengan tegas tentang
kebhinnekaan, “Nasdem berduka, karena ada kelompok yang merasa bisa melakukan apa saja di atas hukum.
Karena seharusnya di negara ini, tidak ada tirani minoritas atau diktator mayoritas. Semua berdiri sama
tinggi dan duduk sama rendah. Kita mengutuk aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.” Itu
dikatakan Surya langsung siangnya, dengan tegas dia berbicara bahwa hal seperti itu seharusnya tidak
terjadi dalam negara Pancasila.”
Dalam kasus di Sulawesi Utara ini, Martin menyatakan kemungkinan akan ada ketidaksukaan dari kelompok fundamentalis, namun Surya tidak peduli
apakah orang lain akan setuju atau tidak dengannya, karena menurutnya Surya tidak akan berkompromi dalam isu prinsipil seperti pluralisme dan keberagaman.
Umri juga mengatakan Surya sedari dulu memang konsisten mengenai keutuhan dan keberagaman Indonesia, sehingga baginya tidak ada tawar-menawar untuk
NKRI. Didik juga mengomentari hal ini, bahwa memang dia memberikan
percontohan dengan tidak adanya istilah tawar menawar dalam pluralisme. Menanggapi persoalan jemaat HKBP Ciketing Bekasi ini, Didik memberikan
sikap penolakan namun ia tidak bisa mencerca salah satu pihak. Karena menurut Didik, konflik memiliki sisi kelemahan dari kedua belah pihak, walaupun
memang ada yang lebih salah.
Universitas Sumatera Utara
168
Percontohan perilaku keorganisasian dan idealisme Surya Paloh dalam pandangan John adalah meruntuhkan dinding pemisah generasi dan jabatan
formal dalam lingkungan organisasi dan komunikasi interpersonal. Umri juga melihat latar belakang Surya yang menjadi pendiri dan ketua berbagai organisasi
membantunya untuk menggerakkan roda organisasi yang ideal dan mengembangkannya agar diterima oleh masyarakat. Ferry pun melihat hal itu
sebagai bentuk percontohan bagi semua orang di kepengurusan, sehingga setiap pengurus juga membangun komunikasi intensif satu sama lain dan menghilangkan
istilah birokratis dalam berhubungan dengan masyarakat luas. Hal ini dilihat Syamsul sebagai bentuk desentalistik dalam penonjolan diri Surya Paloh dalam
organisasi. Bagaimana penggambaran sikap memberikan contoh bagi organisasi yang
dilakukan Surya Paloh, dijelaskan juga melalui tabel di bawah ini:
NO Nama Deklarator
Gambaran Percontohan Perilaku Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Percontohan dalam konsistensi terhadap hal kebangsaan, seperti pluralisme dan nasionalisme
2 Willy Aditya
Percontohan untuk membangun organisasi dalam suasana kekeluargaan, komunikatif, keterbukaan,
dan rendah hati.
3 Meutya Hafid
Memberikan percontohan dan konsistensi terhadap jati diri kebangsaan
4 Ferry Mursyidan Baldan
Tidak mengembangkan budaya birokratis, namun kesetaraan dan tidak ada perbedaan kedudukan
organisasional
5 Djafar Assegaff
Percontohan dalam menganggap semua orang adalah sama, tidak dilihat dari latar belakang
ekonomi
6
Syamsul Mu’arif Mencontohkan kepemimpinan yang tidak
sentralistik, tidak menjadikan dirinya semata-
Universitas Sumatera Utara
169
mata sebagai manifestasi organisasi.
7 Martin Manurung
Percontohan konsistensi dalam menjaga pluralisme dan mengecam tindakan kekerasan
atas nama agama
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Konsistensi dalam hal nasionalisme dan NKRI
2 John Waas
Menerapkan sistem kepercayaan untuk mendelegasikan wewenang
Tabel 13. Gambaran Mengenai Percontohan Perilaku dalam Organisasi
Pandangan Tentang Pengaruh Surya Paloh Di Politik Nasional
Deklarator yang sudah lama berhubungan dengan Surya Paloh, seperti Djafar Assegaff dan Didik J. Rachbini menilai pengaruh Surya dapat dilihat dari
masih besarnya pendukungnya di Golkar. Djafar dan Didik juga mencontohkan dengan banyaknya kader Golkar yang bergabung ke dalam Nasional Demokrat
sebagai salah satu bukti, masih besarnya pengaruh Surya di partai berlambang beringin tersebut. Didik mengungkapkan:
“Separuh dari Golkar pasti pro Surya Paloh, karena sudah terbagi faksi di sana, walaupun dia tidak
memegang posisi formal. Sebagai tokoh, dia memiliki pengaruh. Lihat saja di Nasdem, banyak dari Golkar.
Sedangkan PAN hanya dua termasuk saya.”
Terlebih Djafar menilai dengan ditempatkannya Syamsul Mu’arif yang juga merupakan petinggi Golkar sebagai Sekjen Nasdem sebagai satu hal yang
patut dianggap sebagai sebuah pengaruh. Meutya mengatakan pengaruh tersebut lebih dikarenakan dia telah memulai karir di Golkar dari tingkat kecamatan
hingga menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Nasional dan Meutya merasa pengaruh itu tidak mungkin hilang begitu saja, karena Surya memiliki kawan dan
Universitas Sumatera Utara
170
kader baik di Golkar maupun di organisasi yang dibawahi Golkar. Pengaruh Surya menurut Umri dan John tidak semata-mata hanya di Golkar saja, namun di banyak
organisasi yang pernah dibina dan didirikan oleh Surya Paloh, sehingga pengaruhnya cukup besar dalam hal ketokohannya di berbagai organisasi yang
tidak hanya berbasis politik. Selain itu, Ferry melihat besarnya pengaruh Surya Paloh jika dilihat dari
banyaknya tokoh lintas partai di Nasdem, lebih dikarenakan proses keterbukaan, keterusterangan, dan mau menghargai pandangan. Djafar juga mengomentari
pengaruh Surya yang juga lintas partai, hingga PKB, Hanura, PAN, dan PDIP. “Kalau mengenai banyaknya politisi partai lain di
Nasdem, misalnya PDIP, itu karena Nasdem serta Surya Paloh memiliki link base yang sama dengan
PDIP, yaitu nasionalis. Sehingga ada unsur kedekatan dengan ideologi partai itu.”
Namun Willy beranggapan Surya Paloh belum dikenal masyarakat sebagai icon
Nasional Demokrat walaupun ia tidak menafikan bahwa Nasdem mendapatkan sambutan yang baik di mata publik. Willy menganggap ketokohan
Nasdem tidak terletak hanya pada figur Surya Paloh, karena banyak tokoh yang menyokongnya di organisasi ini. Sehingga bisa dikatakan, ia memiliki pengaruh
terhadap banyak politisi nasional. Seperti kata Djafar, bahwa tidak mudah membawa tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan Buya,
untuk mau menjadi deklarator. Begitu pula dengan Nadhatul Ulama, yang juga merupakan ormas Islam. Namun Surya Paloh dapat membawa semangat dan
gagasan nasionalismenya, kepada tokoh-tokoh dari kedua ormas besar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
171
Dan Meutya menilai posisi Surya Paloh masih di dalam bursa calon pemimpin bangsa. Martin pun setuju dengan hal ini, ia menempatkan Surya Paloh
kedalam jajaran top 5 tokoh pemimpin nasional. Bagi Martin, pemimpin sekelas Surya Paloh adalah sekaliber Megawati dan Gusdur, dan bukan sekedar tokoh
yang terkenal saja. Namun seperti yang langsung disambung Meutya, walaupun Surya masuk dalam jajaran calon pemimpin bangsa, semua itu dikembalikan
kepada Surya apakah ia bersedia atau tidak. Martin pun secara terang pernah menanyakan hal tersebut kepada Surya Paloh, ketika awal ide pembentukan
Nasdem. “Awal-awal memulai Nasdem, saya sudah bertanya, ini
ambisinya apa, apakah untuk menjadi presiden? Dia menjawab dengan terang: tidak. Artinya dia tidak
mengambisikan dirinya sendiri untuk menjadi presiden.”
Senada dengan Martin, Ferry melihat pengaruh Surya di politik nasional lebih dikarenakan sosok Surya dihormati karena tidak pernah punya ambisi untuk
memiliki jabatan-jabatan publik.
110
Ferry memberikan contoh: “Surya Paloh adalah pendukung utama ketika SBY
mencalonkan diri di tahun 2004. Bisa dilihat waktu itu Metro TV melakukan kampanye full untuk SBY. Surya
tipenya, jika sudah komit sama orang, dia akan support penuh. Dalam konteks ini, ketika SBY menang, Surya
harusnya menjadi menteri misalnya tapi setahu saya, ia tidak mau mengambil peluang itu.”
Selain yang dipaparkan di atas, Djafar melihat pengaruh yang dimiliki Surya Paloh menurut juga dikarenakan kepemilikan media yang cukup besar,
110
Abu Rizal Bakrie juga pernah mengatakan hal yang serupa di komentarnya yang dilampirkan dalam biografi Editorial Kehidupan Surya Paloh.
Universitas Sumatera Utara
172
yakni Metro TV dan Media Indonesia. Hingga Djafar pun mengatakan sampai Presiden SBY pun ketakutan jika berhubungan dengan konten pemberitaan atau
yang berhubungan dengan kritikan kepada pemerintah. Syamsul Mu’arif melihat Surya Paloh secara pribadi sebagai orang yang biasa saja, namun karena sekarang
Surya berada dalam posisi Ketua Umum Nasdem, dia dalam posisi yang diperhitungkan di dunia politik. Syamsul menggambarkan hal ini dengan
menceritakan kutipan wawancara Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarak menjelang Rapat Pimpinan Rapim Partai Demokar.
Mubarak ditanyakan apakah Partai Demokrat merasa terancam oleh Golkar karena ada keinginan untuk keluar dari Sekretarian Gabungan Setgab.
“Mubarak mengatakan kami Partai Demokrat tidak terlalu bermasalah dengan Golkar, tapi yang
merupakan ancaman itu adalah Nasdem. Karena dia bisa panas bisa adem. Walaupun itu guyonan, tapi dia
bisa merasakan bahwa yang menjadi ancaman itu adalah Nasdem. Dan itu sebabnya parpol lain agak
resisten terhadap Nasdem.”
Umri secara terpisah sepakat dengan Syamsul, kehadiran Surya Paloh dengan Nasdem di kancah politik saat ini menggetarkan tokoh politik dari parpol
besar. Kondisi tersebut digambarkan Umri dengan analogi harimau dan monyet: “Ibaratnya sekarang ada harimau di bawah pohon, dan
ada monyet di atas pohon. Si monyet loncat sana loncat sini karena ketakutan akan diterkam harimau. Padahal
harimau kan tidak bisa memanjat, dan tidak mungkin sampai ke atas pohon. Maka jika si monyet tetap tidak
tenang, bisa-bisa ia beneran jatuh dan diterkam sama harimau. Begitulah analoginya saya rasa.”
Gambaran yang diuraikan di atas, dapat diringkaskan dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
173
NO Nama Deklarator
Gambaran Pengaruh di Politik Nasional
Nasional Demokrat Pusat 1
Didik J. Rachbini Pengaruhnya masih besar di Golkar, walaupun
tidak memiliki jabatan formal di partai itu. Setengah orang Golkar adalah faksi pendukung
Surya Paloh
2 Willy Aditya
Banyak tokoh lintas partai dan golongan yang saat ini mendukung Surya Paloh, ditandai dengan
keikutsertaan mereka di Nasdem
3 Meutya Hafid
Posisi Surya Paloh diperhitungkan dalan bursa calon pemimpin bangsa
4 Ferry Mursyidan Baldan
Pengaruhnya mencakup lintas partai, sehingga banyak tokoh dari partai lain yang bergabung di
Nasdem sebagai faktor keterbukaannya terhadap pemikiran orang lain
5 Djafar Assegaff
Pengaruhnya besar di Golkar, ditandai dengan banyaknya kader Golkar yang bergabung di
Nasdem. Terlebih ia sudah memulai karier politik sejak dari level kecamatan
6 Syamsul Mu’arif
Pribadi yang biasa saja, namun karena saat ini Surya adalah Ketua Umum Nasdem, maka ia
dalam posisi yang diperhitungkan dalam dunia politik
7 Martin Manurung
Surya Paloh masuk dalam top 5 tokoh pemimpin nasional, sekelas Megawati dan Gus Dur
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Surya merupakan tokoh dari berbagai organisasi, dan saat ini ia dan Nasdem diperhitungkan di peta
politik nasional
2 John Waas
Surya Paloh telah memulai karir politik di usia muda, dan membangun jaringan di organisasi di
luar politik
Tabel 14. Gambaran Tentang Pengaruh Surya Paloh di Politik Nasional
Basis Pengikut Surya Paloh di Luar Nasional Demokrat
Willy Aditya sebagai Wasekjen Renlitbang mengatakan bahwa mengenai pendukung Surya Paloh dan seberapa besar jumlahnya di masyarakat, bagiannya
Universitas Sumatera Utara
174
belum pernah melakukan survey tersendiri, sehingga ia sulit untuk memberikan gambaran. Namun ia meyakini dengan mantap, pendukung Surya Paloh yang
fanatis datang dari kalangan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri FK-PPI, di mana Surya sebagai pendiri, dan cukup lama
aktif di organisasi tersebut. Hal tersebut juga dilihat Ferry sebagai basis massa atau pengikut Surya
Paloh yang kuat. Ferry sebelumnya menyatakan bahwa poin ini adalah poin dengan tendensi subjektif yang besar, namun ia menyatakan bahwa Surya cukup
populer di masyarakat. Bagi Ferry yang juga merupakan keturunan Aceh, melihat Surya sebagai sosok yang memiliki peran dan jasa untuk Aceh, tanpa ingin
menjabat apapun di Aceh. Selain itu, faktor Surya yang juga besar di Sumatera Utara, khususnya Medan juga dapat menjadi poin tersendiri untuk basis
dukungan. Sedangkan John menilai basis massa Surya Paloh dapat dikatakan merata di semua kalangan, tidak hanya di organisasi yang pernah dipimpin dan
dibangunnya, tapi dari semua lini di masyarakat lintas etnis dan lintas wilayah. Djafar dan Ali Umri melihat kantong dukungan untuk Surya Paloh dari
kalangan lain, yakni masyarakat Tionghoa. Hal ini menurut Djafar, karena Surya berani merangkul kalangan Tionghoa yang terpojok. Selain Tionghoa, ia juga
menyebutkan dukungan dari masyarakat timur Indonesiap, seperti dari Papua, Ambon, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Dukungan ini bagi Djafar merupakan sambutan dari semangat nasionalisme Surya yang tidak mau hanya menonjolkan bagian Sumatera dan
Jawa saja. Di luar dari kalangan intelektual dan cendikiawan yang bergabung di
Universitas Sumatera Utara
175
Nasdem sekarang, Djafar melihat Surya juga berpengaruh bagi mereka, walaupun tidak semua yang berani mengikutsertakan diri di Nasdem secara langsung. Djafar
sebagai orang yang sudah lama mengenal Surya berusaha memberikan jawaban untuk poin ini secara objektif. Ia mengakui titik lemahnya Surya Paloh yang
digunakan pihak lawan politiknya. “Itu namanya disinformation technique, teknik
memburukkan. Misalnya Surya Paloh ini dulunya adalah pedagang, dan berdagang juga dekat dengan
anaknya Pak Harto. Saya rasa ini dihembuskan oleh lawan politiknya.”
Penggambaran secara lebih sederhana mengenai basis massa Surya Paloh di luar organisasi Nasional Demokrat, yang potensial menjadi pendukung
politiknya adalah sebagai berikut:
NO Nama Deklarator
Gambaran Basis Dukungan Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Basis massa dari kalangan organisasi yang dulu Surya pernah aktif.
2 Willy Aditya
Basis massa di organisasi-organisasi yang pernah didirikan oleh Surya Paloh, seperti FK-PPI
3 Meutya Hafid
Basis massa dari kalangan minoritas, dan kader- kader dari organisasi di luar Golkar namun
berafiliasi ke Golkar, kemudian dukungan dari masyarakat luas yang menyukai gaya komunikasi
Surya Paloh
4 Ferry Mursyidan Baldan
Basis massa dari FK-PPI dan faktor ketokohannya di Aceh
5 Djafar Assegaff
Basis dukungan dari etnis Tionghoa dan masyarakat Indonesia Timur, serta dukungan dari
kalangan akademisi, intelektual, dan cendekiawan
6 Syamsul Mu’arif
Basis dukungan dari kalangan muda, karena Surya Paloh mengakomodir pemikiran mereka
7 Martin Manurung
Surya hadir bersama Nasdem di masyarakat juga bersama lain yang bergabung, sehingga massanya
Universitas Sumatera Utara
176
menjadi banyak
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Basis dukungan dari kalangan minoritas, terlebih lagi etnis Tionghoa
2 John Waas
Basis dukungan merata di semua daerah, lintas etnis dan lintas wilayah
Tabel 15. Gambaran Tentang Basis Massa Surya Paloh di Luar Nasdem
Kekuatan Nasional Demokrat Dari Ketokohan Surya Paloh Untuk Branding Politik dan Penarik Simpati Masyarakat Umum
Hingga saat ini, keanggotaan Nasional Demokrat mencapai ratusan ribu orang sejak dibukanya pendaftaran via online atau langsung ke sekretariat pusat,
bulan Mei lalu. Meutya ketika ditanyakan mengenai apakah ini merupakan bentuk dari penerimaan publik terhadap Surya Paloh sebagai tokoh utama di organisasi
ini, ia menyatakan hingga saat ini Nasdem tidak kesulitan menjadi anggota, karena hampir di setiap daerah yang sudah dideklarasikan ataupun belum, banyak
masyarakat yang mau mendaftar menjadi anggota. Ali Umri yang lebih dekat melihat sambutan masyarakat di Sumut
menerangkan bahwa masyarakat menerima baik Nasdem dengan kepemimpinan Surya Paloh, karena masyarakat merasa tidak dibohongi dengan apa yang
disampaikan Surya Paloh melalui orasi-orasinya. Hal ini menurutnya dibuktikan dengan intensitas Surya bergerak memberikan bantuan tidak hanya sekedar kata-
kata. Saat ini Umri menyebutkan angka 200 ribu anggota yang sudah terdaftar di Nasdem Sumut.
Universitas Sumatera Utara
177
Bagi Willy, kekuatan Surya Paloh terletak dari visi yang dibawanya. Dalam pandangannya, banyak orang yang memiliki kemapanan finansial dan citra
yang cukup bagus seperti Surya mau merelakan sebagian yang dimiliki untuk dikelola oleh program sosial yang besar seperti Nasdem. Sehingga ia terlepas dari
visi bisnisnya, dengan visi lain yaitu untuk kemajuan masyarakat. Namun Meutya tidak mau berkomentar mengenai kemapanan finansial Surya yang menopang
ormas ini, ia lebih melihat latar belakang karakter pengusaha. Baginya, Nasdem diuntungkan dari sikap Surya yang siap mengambil resiko dan pandai menghitung
situasi. “Setiap keputusan pasti beresiko, dan Pak Surya dapat
mengambilnya dengan cepat. Hal ini juga karena pengalamannya yang jauh di politik, sehingga mampu
mengalkulasikan situasi. Di politik, kita tidak dapat mengandalkan perasaan atau wangsit, namun memang
harus memperhitungkan setiap langkah.”
Mengenai bagaimana branding politik sosok Surya Paloh sebagai orang nomor satu di Nasdem, Willy menjawab bahwa hingga saat ini Surya tidak pernah
mengiklankan diri secara pribadi dengan latar belakangnya sebagai ketua umum ormas baru. Willy melihat ini sebagai tipe pemimpin yang tidak mau maju ke
depan sendiri, namun lebih ingin menjadi king maker, dengan menfasilitasi tokoh- tokoh muda seperti dirinya, atau tokoh lain untuk maju dan dikenal publik. Djafar
juga mengiyakan kecenderungan menjadi king maker tersebut untuk tipe kepemimpinan Surya.
Umri menghindari istilah branding politik untuk sosok Surya Paloh, karena Nasdem dalam langkah awalnya adalah untuk menggerakkan semangat
Universitas Sumatera Utara
178
restorasi, sehingga belum sampai pada pertimbangan untung-rugi dalam politik ataupun untuk branding-nya. Ferry juga berusaha untuk tidak memberikan
penilaian, karena dianggapnya tidak fair menilai bagaimana branding politik dan penerimaan publik terhadap figur sentral Nasdem dari kalangan internal. Namun
ia menjawab, jika bukan Surya Paloh yang menjadi Ketua Umum Nasional Demokrat, maka Nasional Demokrat sendiri tidak akan ada. Karena Ferry dan
teman-teman lain yang ikut dalam diskusi gagasan pendirian Nasdem telah sepakat untuk menjadikan Surya Paloh sebagai Ketua Umum.
Selain itu, Ferry juga berusaha menggambarkan penerimaan publik terhadap Surya. Baginya hal itu terlepas dari figur ketua umum sendiri, namun
menurutnya banyak orang merespon positif adanya Surya Paloh di kancah politik. Masyarakat luas senang dengan kepribadiannya, dengan pidatonya yang
mengingatkan akan banyak hal. Djafar melihat branding ketokohan Surya Paloh bisa dilihat dari bagaimana ia sebagai pemilik Harian Prioritas mengkritisi
pemerintahan Soeharto secara terbuka, padahal ia juga orang yang dekat dengan anak Soeharto di bidang bisnis.
“Di Nasdem, Surya merupakan ketua, dan orang- orangnya ikut dengannya. Surya sebagai pencetus ide
berdirinya organisasi ini. Dan dia juga pencetus perjuangan demokrasi bagi pers. Dulu orang Asbin
Asisten Pembinaan Sospol Politik di milliter bilang bagaimana Surya ini dekat dengan anak Pak Harto,
tapi masih saja memperjuangkan demokrasi dengan pers bebas.”
Djafar juga setuju dengan Willy, bahwa Surya memang bertipe king maker, namun baginya, Surya tak cukup di belakang layar. Djafar melihat Surya
Universitas Sumatera Utara
179
juga berani ambil bagian di depan. Disinggungnya mengenai tujuan Nasdem dan penerimaan publik, menurut Djafar Nasdem memang bukan parpol tapi gerakan
sosial. Namun setelah bulan Januari 2011, setelah dilakukan tes popularitas Surya dan organisasi ini, maka hal itu akan menjadi pertimbangan. Jika tes melalui
polling tersebut tidak menunjukkan jumlah pendukung hingga 10 juta orang, maka Surya tidak akan menjadikan ini sebagai partai politik.
“Buat apa parpol jika nantinya hanya menjadi parpol kecil. Dia Surya tidak mau seperti itu. Karena kalau
sedikit pendukungnya, bakal jadi partai kecil kaya Wiranto dengan Hanura. Uangnya sudah habis,
partainya tidak memiliki fungsi apa-apa. Jadi pada Januari, akan dilakukan tes ke masyarakat, penerimaan
masyarakat Nasdem menjadi parpol.”
Simpati dari masyarakat umum bisa juga dilihat dari komposisi pendukung Nasdem yang banyak dari kalangan muda dan intelektual. Djafar mencontohkan
kondisi ini di jajaran kepengurusan sendiri, dan juga di daerah. Baginya, Surya berhasil menjembatani jurang pemikiran antara kalangan tua dan muda, berbeda
halnya dengan dia dan teman-teman seangkatan, yang menurutnya memiliki paradigma dan cara pandang yang berbeda. Hal ini menurut hemat Djafar, karena
kesadaran Surya membangun pergerakan untuk dikembangkan oleh anak muda, karena Surya menyadari betul keterbatasannya dalam hal umur nantinya.
Kesadaran ini juga merupakan upayanya menjaring pemimpin muda, karena wartawan senior ini melihat kaderisasi pemimpin muda di Indonesia mengalami
kemandekan. John juga merasakan besarnya simpati masyarakat terhadap Surya Paloh
dan menurutnya keikutsertaan kalangan akademisi dalam Nasdem merupakan hal
Universitas Sumatera Utara
180
yang tidak disangka-sangka. Karena adanya kecenderungan kalangan akademisi enggan ikut serta dalam soal politik atau organisasi kemasyarakatan. Dan
sepengamatannya, antusiasme ini tidak saja terjadi di Sumut, tetapi hampir di seluruh wilayah.
Martin memang mengakui adanya pengaruh ketokohan Surya Paloh dalam memimpin organisasi ini sehingga mendapatkan penerimaan yang bagus
walaupun belum genap setahun. Namun yang lebih ditekankan oleh Martin adalah sinergi antara tokoh sentral dan seluruh pengurusnya serta elemen pendukungnya,
sehingga menjadi efektif. Martin malah melihat, jika Nasdem hanya hadir di masyarakat dengan hanya berbekal ketokohan Surya Paloh, ia tidak yakin ormas
ini akan besar. “Karena saya juga belajar dari tokoh terkenal yang
mendirikan partai atau organisasi, akhirnya juga tidak terlalu berkembang dan belum tentu besar karena
hanya berbekal ketokohan. Namun jika seluruh potensi terbaik dikerahkan mulai dari pusat hingga level
bawah, maka itu yang akan membesarkan suatu organisasi.”
Masing-masing deklarator melihat bentuk pengaruh ketokohan Surya Paloh dari persepsi yang berbeda-beda. Dapat dilihat lebih jelas melalui tabel di
bawah ini:
NO Nama Deklarator
Gambaran Tentang Pengaruh Ketokohan Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Respon masyarakat positif, karena senang dengan kepribadian Surya Paloh, dan pidatonya
mengingatkan akan banyak hal.
2 Willy Aditya
Kekuatan Nasdem saat ini terletak pada visi yang
Universitas Sumatera Utara
181
dibawa Surya Paloh, dan terlepas dari ambisi dan visi bisnis
3 Meutya Hafid
Saat ini gambarannya adalah Nasdem tidak kesulitan dalam menjaring keanggotaan di daerah
4 Ferry Mursyidan Baldan
Tidak fair menilai kekuatan ketokohan Surya Paloh dari sisi internal, namun jika Surya Paloh
tidak ada, maka Nasdem juga tidak akan ada
5 Djafar Assegaff
Ketokohannya sudah dilihat semenjak Harian Prioritas dibredel di zaman Soeharto, walaupun ia
dekat dengan anak Soeharto. Disitu ketokohannya teruji
6 Syamsul Mu’arif
Ketokohannya menyokong kalangan muda dalam komitmennya untuk kaderisasi pemimpin di masa
depan
7 Martin Manurung
Ketokohan Surya semata tidak bisa dijadikan kekuatan, karena banyak tokoh yang ikut
bergabung. Sehingga pengukuran kekuatan karena pengaruh ketokohan disebabkan banyak
tokoh
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
Ketokohan Surya diterima baik masyarakat karena ia telah membuktikan terlebih dahulu apa
yang disampaikannya di orasi
2 John Waas
Simpati untuk Surya Paloh datang dari kalangan akademisi yang lazimnya enggan untuk ikut
dalam kegiatan politik atau ormas
Tabel 16. Gambaran Kekuatan Organisasi dari Ketokohan Surya Paloh
Kekritisan Surya Paloh Mengenai Kondisi Bangsa dan Negara
Ketika ditanyakan bagaimana bentuk sikap kritis Surya Paloh terhadap pemerintah dan kondisi bangsa saat ini, Meutya mengatakan hal tersebut susah
diukur, oleh karena tidak ada yang bisa memprediksi penerimaan dan penindaklanjutan pemerintah terhadap statement yang dikeluarkan Surya. Namun
Universitas Sumatera Utara
182
dapat dilihat Surya Paloh dalam beberapa kali orasinya ketika pendeklarasian Nasdem di daerah, kerap menyatakan kegundahannya terhadap kondisi negeri,
yang masih jauh dari cita-cita pendiri republik. Meutya pun menyoroti satu kasus yang juga disinggung oleh deklarator lain seperti Ferry M. Baldan, Martin
Manurung dan Syamsul Mu’arif. Dalam acara Pencanangan Gerakan Indonesia Bebas Pemadaman Listrik Bergilir di Mataram pada 27 Juli 2010
111
, Presiden SBY memberikan statement berikut:
“Saya terima berita dari daerah. Ada SMS, ada yang telepon, ada juga yang kirim surat. Ada yang sedang
keliling kampanye seolah-olah Indonesia akan hancur. Di mata mereka seolah-olah Indonesia ini buruk sekali.
Masa ada tayangan di televisi selama dua jam. Seluruh isinya tentang hal yang buruk semua. Saya pikir enggak
jujur itu.”
Dalam hal ini, Meutya dan Martin tidak bersedia memastikan kepada peneliti bahwa pernyataan Presiden tersebut dialamatkan kepada isi pidato Surya
Paloh, dua hari sebelumnya di Surabaya dalam rangka pelantikan pengurus daerah Nasional Demokrat Jawa Timur. Namun Syamsul dengan terang menyatakan
bahwa yang dimaksud oleh SBY dalam pidato tersebut adalah Surya Paloh melalui Nasional Demokrat.
“Itu tidak lain tujuannya adalah Nasdem, terpicu oleh pidato Surya Paloh di Jawa Timur. Isi pidato Surya
Paloh dianggap menjelek-jelekkan adalah, dia Surya Paloh menanyakan, apa yang sekarang ini menjadi
kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kalau tidak ada kebanggaan, berarti kita di bawah standar. Itu
yang mau disampaikan Surya, kita harus bangun etika dong, bangun etos kerja.”
111
Harian Rakyat Merdeka, edisi Kamis, 29 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
183
Pidato Surya Paloh bersama Basofi Sudirman, mantan gubernur Jatim pada tanggal 25 Juli ditanggapi oleh Ferry bahwa SBY hanya menanggapi
‘kampenye’ bukan mengomentari isi dari kritikan terhadap pemerintah tersebut. Beberapa pengamat politik mengomentari hal ini di media massa menyatakan
bahwa kampanye tersebut bisa dianggap sebuah kritikan untuk pemerintah. Ferry tidak bisa memastikan berapa persen kritikan tersebut akan diterima oleh
pemerintah, namun yang terpenting baginya, Nasdem sudah memberikan masukan.
Namun Umri melihat hal tersebut bukalah sebagai bentuk sikap kritis Surya Paloh. Karena menilai apa yang disampaikan Surya memang apa yang
terjadi di masyarakat dan dilihat serta dirasakannya. Namun pendapat yang dikemukakan Surya tidak pernah dialamatkan kepada pemerintah. Jika memang
ada yang dinilai salah, maka Surya Paloh akan angkat bicara. “Setelah disampaikan, maka terserah jika diikuti atau
tidak. Karena posisinya Surya sekarang bukanlah pemimpin bangsa, dia hanya pemimpin ormas.
Sedangan pemimpin parpol pun, tidak bisa seperti itu pendapatnya diikuti.”
John menilai Surya menyampaikan apa yang diyakininya benar, dan dalam beberapa kasus didengarkan oleh SBY sebagai kepala negara. Misalnya polemik
keistimewaan Yogyakarta, yang mulai ramai dibicarakan ketika SBY membuka Sidang Kabinet Terbatas, di Kantor Presiden, pada Jumat, 26 November lalu
dengan menyinggung sistem keistimewaan DIY sebagai sitem monarki, dan seharusnya tidak ada di negara demokrasi. Berbagai komentar hingga kecaman
dari masyarakat dan media massa dialamatkan kepada SBY atas penyataan
Universitas Sumatera Utara
184
tersebut. Lalu pada tanggal 01 Desember, Surya Paloh berpidato di Makassar dan meminta polemik ini sebaiknya diakhiri. Karena menurutnya polemik tersebut
dikhawatirkan akan melemahkan solidaritas antar anak bangsa dan jika tidak diakhiri, maka akan membuat perpecahan. Dan esok harinya, tanggal 02
Desember SBY akhirnya berpidato menjelaskan apa yang diungkapkannya sebelumnya.
John menilai, respon SBY pada keesokan hari setelah pidato Surya sebagai bentuk penerimaan atas masukan dari masyarakat dan tokoh politik termasuk
Surya Paloh. Pidato Surya Paloh di Makassar tersebut merupakan keberpihakannya terhadap keistimewaan Yogyakarta karena telah diatur di UU,
dan pemerintah juga harus berkomitmen kepada UU serta pada kesepakatan pemimpin terdahulu ketika pembentukan NKRI. John melihat ini sebagai bentuk
dari komitmen Surya mengenai kebhinekaan bangsa. Sepengetahuan John yang telah mengenal Surya Paloh sejak lama, SBY
dan Surya Paloh sebenarnya malah memiliki hubungan yang dekat bahkan sebelum 2004 pencalonan SBY menjadi presiden.
“Tapi orang-orang sekarang malah tidak tahu itu, malah menganggap hubungan keduanya adalah musuh.
Hanya saja, walaupun bersahabat, secara politik tentu mereka harus menjaga agar jalannya fungsi masing-
masing bisa maksimal, agar tidak terjadi ekses-ekses yang fatal.”
Kemudian, dalam prinsip pendirian Nasdem yang telah dipaparkan oleh Meutya Hafid sebelumnya, Willy juga menyatakan bahwa Nasdem hadir di
Indonesia bukan sebagai pihak oposisi, karena Nasdem saat ini bukan parpol.
Universitas Sumatera Utara
185
Namun Willy mengakui bahwa Nasdem pernah berniat membuat Rapor Pemerintah, namun tidak jadi direalisasikan, karena Nasdem tidak memiliki
preferensi politik. Menyangkut program kerja dari bidang renlitbang, Willy menyatakan simposium dan FGD yang sedang dijalankan dapat dikatakan sebagai
masukan bagi pemerintah dan bangsa mengenai kenyataan sosial politik di tanah air, dan dapat menjadi acuan. Karena nantinya hasil dari simposium tersebut akan
dilempar ke publik serta pemerintah sebagai bentuk pengganti Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN yang kurun refeormasi tidak pernah disusun kembali.
Martin mengakui dirinya sering berbicara mengenai masalah-masalah nasional dengan Surya Paloh, dan juga sudah diliput juga di media. Misalnya
mengenai isu Sistem Jaminan Sosial Nasional, yaitu UU no 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang sudah keluar namun tidak dijalankan.
Djafar Assegaff memaparkan bentuk kritikan Surya Paloh terhadap pemerintah dalam berbagai hal, misalnya mengenai jalan lintas sumatera yang dibangun di
masa pemerintahan Soeharto hingga saat ini kondisinya sangat buruk, penanganan banjir tidak maksimal, hingga masalah Bank Century saja tidak selesai.
“Bagaimana dia tidak kritis, pemimpin yang dipilih dengan mandat rakyat, tidak hadir berkali-kali ketika
dipanggil di parlemen. Dia Surya adalah leader, dia merasa marah dengan kondisi seperti ini. Surya berani
mengambil resiko, jika dimusuhi orang, dia tidak peduli. Karena saya tahu, dia berprinsip, tiada suatu
kaum yang bisa merubah dirinya, kecuali kaum itu sendiri.”
Ketika ditanyakan sejauhmana saran dan kritikan yang disampaikan Surya Paloh diperhatikan pemerintah, Djafar menjawab beberapa di antaranya pernah
Universitas Sumatera Utara
186
diterima dan diikuti, dan ada yang tidak. Tapi menurutnya, cara penyampaian kritikan oleh Surya Paloh, dilakukan secara tidak langsung, yakni melalui melalui
media yang dipimpinnya, kemudian hasil-hasil seminar di Nasdem. Dalam hal ini, Syamsul melihat yang dikritisi Surya adalah kondisi negara, bukan pemerintah.
Pandangan sikap kritis Surya Paloh ditanggapi berbeda oleh masing- masing Surya Paloh, karena melihat konteks yang juga dari sisi berbeda.
Perbedaan tersebut lebih jelas digambarkan melalui tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Gambaran Tentang Sikap Kritis Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Sangat kritis dengan memegang prinsip pluralisme dan nasionalisme, seperti halnya
problem jemaat HKBP di Bekasi
2 Willy Aditya
Nasdem dan Surya Paloh hadir bukan sebagai oposisi pemerintah, karena tidak memiliki
preferensi politik
3 Meutya Hafid
Surya Paloh dalam orasinya di beberapa daerah kerap menyatakan kegundahannya terhadap
kondisi negeri yang jauh dari cita-cita pendiri republik
4 Ferry Mursyidan Baldan
Sikap kritis Surya disampaikan secara tidak langsung, yakni melalui media
5 Djafar Assegaff
Kekritisannya di banyak hal seperti pembangunan, penanganan banjir serta korupsi. Ia
tidak takut dimusuhi karena sikap kritisnya tersebut
6
Syamsul Mu’arif Sikap kritis Surya dan Nasdem diwujudkan dalam
program simposium dan FGD di Bidang Renlitbang
7 Martin Manurung
Kekritisan tampak dalam diskusi yang sering terbangun, dan juga kerap diliput media, misalnya
mengenai isu Sistem Jaminan Sosial Nasional UU no.40 tahun 2004
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
187
1 Ali Umri
Hal yang disampaikan oleh Surya Paloh bukan dalam konteks kritis, karena yang disampaikan
adalah kondisi sebenarnya
2 John Waas
Kekritisan Surya Paloh merupakan bagian dari komitmen dia, dan cukup didengar pemerintah
Tabel 17. Gambaran Kekritisan Surya Paloh Mengenai Kondisi Bangsa dan Negara
C. Pandangan terhadap Kepribadian Surya Paloh
Dari sembilan orang deklarator Nasdem yang diwawancarai, masing- masing memiliki masa waktu perkenalan dengan Surya Paloh. Dua diantaranya,
yaitu Martin Manurung dan Willy Aditya baru mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009. Meutya Hafid telah satu dekade mengenal sosok Surya, semenjak
dirinya menjadi jurnalis di Metro TV. Sedangkan Ferry M. Baldan, Ali Umri, Syamsul Mu’arif, dan Djafar Assegaff karena sebelumnya juga aktif di parpol
yang sama, telah mengenal Surya lebih dari dua puluh tahun. Didik J. Rachbini walaupun berbeda partai, namun ia juga telah mengenal dekat Surya semenjak
tahun 80-an. Sedangkan John Waas merupakan adik ipar Surya Paloh dan sama- sama aktif di FK-PPI semenjak berdiri.
Perkenalan dan komunikasi yang intens dengan Surya Paloh diakui oleh Willy dan Martin baru terjalin setelah Munas Golkar di Pekan Baru berakhir, dan
dimulainya diskusi untuk pembentukan Nasional Demokrat, sehingga bagaimana performa Surya di kancah politik dan jatuh bangunnya di dunia pers diketahui
oleh kedua tokoh muda ini dari pengamatan mereka saja. Bahkan Willy mengakui ia baru membaca biografi Surya Paloh yang berjudul Editorial Kehidupan Surya
Paloh yang diterbitkan pada 2001 ketika ia sudah benar-benar aktif di Nasdem.
Universitas Sumatera Utara
188
Hanya saja karena Surya Paloh memang orang politik yang sering mendapatkan porsi pemberitaan dari media massa, maka keduanya tidak sulit mengamati
bagaimana kepribadian Surya Paloh. Hanya saja, Willy bisa melihat bagaimana Surya Paloh adalah orang yang
bertanggung jawab dan siap menanggung resiko demi bawahannya. Ia mencontohkan peristiwa penculikan Meutya Hafid di Irak. Kemudian dalam
tataran politik, Willy mengetahui bahwa Surya Paloh melakukan komunikasi dengan Golkar dan mendatangi orang-orang yang saat ini menjabat di
kepengurusan Golkar untuk menjamin semua anggota Nasdem yang ada di DPR aman. Maksudnya, kader dari parpol lain yang sekarang menjabat sebagai anggota
DPR dan juga menjadi anggota Nasdem tidak dipecat dari partai, karena mereka dipilih melalui pemilihan langsung. Djafar juga menyatakan bahwa Surya
memang orang yang rela menanggung resiko untuk orang yang setia kepadanya. Berbeda dari Willy yang mengetahui sejarah kehidupan Surya Paloh
melalui biografi, Martin mengetahui hal tersebut langsung dari teman-teman Surya ketika masih di Sumatera Utara. Martin yang merupakan Koordinator
Wilayah Korwil Sumut, bertemu dengan teman-teman lama Surya tersebut, karena sering melakukan kontak dengan orang-orang di Sumut dan Medan dalam
rangka persiapan deklarasi Nasdem di Sumut bulan Juli lalu. Martin berkesimpulan, jika ada orang yang hingga sekarang masih dekat dengan teman-
teman masa kecilnya, berarti dia adalah orang yang royal dalam berteman. Hal tersebut bagi Martin menjadi ukuran bagaimana Surya membangun dan menjaga
relasi serta hubungan pertemanan dengan orang-orang dari masa lalunya. Ferry
Universitas Sumatera Utara
189
yang sudah cukup lama mengenal Surya mengatakan Surya adalah orang yang terbuka, dengan tidak membedakan kalangan, kedudukan politik atau jabatan
seseorang. Sebelum mengenal dekat Surya Paloh, Willy sudah memiliki pendapat
tertentu tentang kemampuan konsolidasi politik yang dimiliki Surya. Ia menyoroti langkah yang diambil Surya ketika masih menjabat sebagai Ketua Dewan
Penasehat Partai Golkar yang menyelenggarakan silaturahmi Golkar-PDIP pada bulan Juni 2007 di sejumlah tempat di Indonesia. Dalam kacamata pemahaman
politik Willy, hal yang dilakukan Surya saat itu adalah bentuk aliansi mayoritas yang menggabungkan patahan-patahan politik, seperti Orde Lama dan Orde Baru.
Langkah ini menurutnya juga dilakukan di beberapa negara yang memiliki kondisi politik seperti di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menopang efektifitas
jalannya pemerintahan. “Menurut saya, langkah itu sudah benar, karena kedua
partai nasional ini memiliki landasan Pancasila walaupun yang satu progresif dan satu konservatif,
digabungkan dengan pemahaman aliansi. Gagasan Surya Paloh ini dilahirkan dari pemikiran yang luas
dan jauh dan ia berfikir tidak dalam ranah kekuasaan namun ideologis bukan pragmatis.Setgab misalnya, itu
dilahirkan dalam ranah kekuasaan, tapi ia Surya berfikir jauh sebelum itu.”
Jika Willy menyoroti pencapaian prestasi politik Surya melalui langkahnya untuk membangun silaturahmi antara Golkar dan PDIP, Martin
melihat prestasi Surya justru dari idenya membentuk ormas Nasdem ini setelah sebelumnya ia juga menjadi anggota sebuah parpol besar selama 43 tahun.
Universitas Sumatera Utara
190
“Dia Surya masih terpikir membentuk ormas Nasdem. Kalau umur seperti saya atau kamu peneliti mungkin
masih gampang mengambil keputusan, karena life spend kita masih panjang. Jika nantinya langkah yang
diambil salah, masih bisa dibetulkan. Kalau Surya, sudah menjadi anggota senior di suatu partai besar,
lalu masih ingin membentuk ormas untuk mengimplementasikan visi dan cita-cita dia. Saya pikir
itu suatu prestasi yang luar biasa. Toh, jika dia mau duduk menikmati kekayaan juga sudah bisa. Jika saya
di posisi dia, mungkin saya tidak akan berbuat hal yang demikian.”
Willy dan Martin mengingat satu potongan diskusi mereka dengan Surya Paloh. Willy menceritakan Surya pernah berkata kepadanya:
“Kalau saya ini nilai sebagai pemimpin pontennya hanya 6. Jadi saya ingin pemimpin Indonesia ini
pontennya 7 atau 8. Jangan di bawah saya--5,5. Minimal sama dengan saya, bolehlah.”
Martin pun pernah diceritakan hal yang senada oleh Surya: ”Bangsa ini perlu orang gila. Iya, orang gila. Kenapa?
Kita perlu orang yang berfikir di luar kotak. Kita tidak akan maju, jika pemimpin masih berfikir di frame itu
saja, mencari solusi yang kreatif.”
Ferry yang merupakan junior Surya di Golkar mengungkapkan perkenalan pertamanya hingga kemudian sering berkomunikasi dengan Surya sejak tahun
1986. Ia mengakui bahwa Surya telah mengamatinya semenjak belum bergabung di Golkar, semasa Ferry masih menjadi aktivis di Unpad hingga menjabat sebagai
Ketua PB HmI tahun 1990-1992. Bagi Ferry, sosok seniornya tersebut adalah orang yang memiliki keberanian dalam tindakan, dan memegang komitmen. Ferry
Universitas Sumatera Utara
191
yang telah 18 tahun di Golkar ini melihat Surya telah banyak melakukan sesuatu untuk kemajuan partai tersebut, terlepas dari apapun jabatan yang emban Surya.
Ali Umri juga merupakan junior dan kader Surya di Golkar. Walaupun pada tahun masuknya Umri ke Golkar di 1985, Surya sudah aktif di Golkar Pusat,
namun kedekatan antara keduanya tetap terbangun, karena Umri merupakan orang yang royal terhadap Surya Paloh, dan Surya seperti yang diungkapkan Djaffar
bahwa ia juga royal terhadap orang yang militan dan setia kepadanya. Umri merasakan kedekatan dengan Surya ketika ia menjabat sebagai Ketua DPP Partai
Golkar Sumut di saat Surya menjabat Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar di periode yang sama. Yang paling mengesankan Ali Umri pada sosok Surya Paloh
adalah kesediaannya untuk dipanggil melihat kondisi masyarakat secara langsung. “Ketika saya menelepon Bang Surya atau bilang
langsung kepadanya tentang ada tempat atau kondisi masyarakat yang perlu dikunjungi, Surya selalu
langsung bilang oke. Dia tanya kapan, lalu meminta mengecek jadwalnya. Jika tidak ada, maka dia akan
datang. Kita belokkan pesawat ini ke sana biar kita kunjungi mereka.”
Selama mengenal Surya, Umri memberikan credit point pada kemampuan Surya menjadi orang yang diperhitungkan di usia muda, dengan menjadi anggota
MPR termuda dari utusan golongan pada usia 25 tahun. Hingga saat ini, Umri menilai prestasi politiknya yang cukup baik dan konsisten untuk bangsa
membuatnya diperhitungkan sebagai salah satu aset bangsa. Deklarator yang juga telah mengenal Surya sejak dekade 80-an adalah
Syamsul Mu’arif dan Didik J. Rachbini. Didik yang juga berangkat dari aktivis HmI dan pernah menjadi anggota MPR utusan golongan di tahun 1998 ini
Universitas Sumatera Utara
192
mengenal Surya semenjak ia aktif mengajar di beberapa universitas di Jakarta. Sedangkan Syamsul mengenal Surya semenjak Munas AMPI di tahun 1985 di
Semarang. Syamsul dan Surya yang sama-sama aktif di AMPI bertemu dan berkomunikasi walaupun tidak terlalu sering. Ketika juga sama-sama menjadi
anggota Golkar, Surya menawari Syamsul memegang sebuah surat kabar di Banjarmasin, karena Syamsul memang berasal dari Kalsel. Namun Syamsul
menolak tawaran untuk memimpin surat kabar cabang dari Harian Prioritas milik Surya Paloh.
112
Akhirnya surat kabar yang bernama Dinamika Berita dipimpin ini dipimpin oleh salah seorang teman Surya, eksponen ’66 di sana.
113
Hubungan Syamsul-Surya diakuinya memang lama putus, banyak orang yang mengatakan hal-hal seputar Surya Paloh kala itu, namun Syamsul mengakui
ia tidak menanggapinya. Baginya, ketertarikan untuk ikut dengan Surya Paloh dalam membangun Nasdem ini semata-mata karena melihat visi misi kebangsaan
yang ingin dicapainya melalui Nasdem. Syamsul menyatakan pemikirannya: “Jika dia Surya nantinya melenceng, misalnya ingin
menjadi presiden, barangkali saya sudah terpikir untuk surut dari Nasdem ini. Dia boleh menjadi presiden
karena kebesaran Nasdem ini mendapatkan apresiasi dari publik, dan kepemimpinan dia mendapatkan
apresiasi. Saya dan beberapa kawan lain ketika di awal
112
Tahun 1989 Surya Paloh membentuk perusahaan PT Surya Persindo, yang bertugas melakukan kerjasama kepemilikan saham dan pengelolaan media terhadap sepuluh suratkabar
daerah dan sebuah mingguan, ditambah sebuah tabloid berita Detik di Jakarta. Ke-10 media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa di Banda Aceh, Harian Mimbar Umum
di Medan, Harian Sumatra Ekspres di Palembang, Harian Lampung Pos di Bandar Lampung, Harian Gala di Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News
di Denpasar, Harian Dinamika Berita di Banjarmasin, serta Harian Cahaya Siang di Menado. Pada tahun yang sama, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media
Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan Pemrednya, Surya Paloh membawa Media Indonesia ke Gedung Prioritas kantor redaksi Harian Prioritas yang telah dibredel.
Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Prioritas.
113
Lihat Usamah Hisyam, et. al, op. cit., hlm 378-386.
Universitas Sumatera Utara
193
pendirian Nasdem mengajukan pertanyaan kepada Surya, apakah dia ingin menjadi presiden. Jawabannya
adalah Nasdem, akan mengusung calon presiden yang merupakan putra terbaik bangsa. Jadi jika Surya atau
Sri Sultan bukan putera terbaik bangsa, nanti citra publik akan kita rasakan, mana putera terbaik bangsa
itu. Namun jika tidak, ya jangan kita memaksakan.”
Syamsul ketika diminta mengomentari pribadi Surya Paloh mengatakan bahwa dia tidak serta-merta menganggap Surya memiliki reputasi yang hebat atau
pribadi yang terhebat karena dia pernah menjadi Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar saja. Bahkan ketika Konvensi Golkar tahun 2004, saat Surya
mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, dia kemudian tetap tidak berhasil. Tapi Syamsul juga melihat, semenjak Surya menjadi Ketua Umum Nasdem,
suasana menjadi lain. Salah satunya karena Surya mau mendengar masukan dari kawan-kawan. Dari sisi ini pula Syamsul setuju secara terpisah dengan Martin,
bahwa Surya adalah orang yang mau membangun persahabatan. “Jadi tidak ada istilah dia menendang kawan, bahwa
dia dikhianati atau ditinggalkan orang, mungkin iya ada. Tapi saya merasakan, mulai dari di AMPI, saya
kemudian tidak terlalu dekat dengannya. Lalu ketika dia di Dewan Penasihat Golkar, kemudian sampai saya
jadi Sekjen di sini, itu bukti bahwa dia tidak lupa dengan teman. Itu menjadi salah satu kelebihan dia
barangkali. Biasanya orang kaya kan susah.”
Deklarator yang paling lama mengenal sosok Surya adalah Djafar Assegaff. Djafar boleh dibilang adalah orang lama Golkar, ia adalah Pemimpin
Redaksi Harian Suara Karya, surat kabar resmi Golkar dari tahun 1972. Ia pertama kali bertemu dengan Surya pada tahun 1971, ketika Surya Paloh masih
berumur 19 tahun saat Surya datang ke kantor Golkar Jakarta. Saat itu, Surya
Universitas Sumatera Utara
194
merupakan calon anggota legistatif di DPRD Kota Medan dari Golkar. Djafar menceritakan pengalaman 39 tahun lalu itu.
“Dari tingkahnya memang tampak dia nyentrik. Dulu pertama bertemu waktu dia baru datang dari Medan.
Dia datang ke kantor Golkar Jakarta, dengan baju yang hebat-hebat rapi dan resmi, di belakang langkahnya
mengikuti seorang ajudan yang membawakan tasnya. Padahal umurnya baru 19 tahun. Saya kemudian
bertanya kepada ajudannya Pak Ali Moertopo, “bocah cilik iku sopo?” Ajudan itu menjawab, “Oh, orang
Medan Aceh,” Yang tidak tahan, ajudannya itu loh, tergopoh-gopoh dibelakangnya membawakan tas. Jadi
saya memang menangkap kesan, dari dulu dia memang sudah seperti itu, dari di Medan saja dia sudah menjadi
jagoan.”
Djafar mengakui dirinya tidak memiliki kedekatan khusus dengan Surya Paloh kala itu. Ia tidak mengenal baik, hanya tahu satu sama lain. Namun ketika
Djafar selesai bertugas di Hanoi, Vietnam sebagai Duta Besar RI, Surya Paloh mendatangi Djafar dan memintanya untuk ikut dengannya bekerja di Media
Indonesia. Sehingga Djafar pun bergabung dengan Media Indonesia pada tahun 1997.
114
Dari masa itu hingga sekarang, banyak orang yang datang untuk meminta Djafar bergabung dengan surat kabar atau media lain. Namun menurut Djafar, hal
itu tidak bisa disamakan karena hubungannya dengan Surya Paloh sekarang ini bukan lagi sekadar atasan-bawahan, namun lebih kepada persahabatan.
“Surya pernah bilang ke saya, kalau dia mempercayai kesetiaan saya. Namun bagaimana dengan yang muda-
muda ini? Tentu mereka akan berfikir, mereka akan dapat apa dari Nasdem ini. Kalau bagi saya, tidak lagi
memikirkan mau dapat apa dari politik. Yang terpenting hanya bagaimana program dan tujuan kita
Nasdem untuk membentuk politisi yang beretika.”
114
Ibid., hlm. 358.
Universitas Sumatera Utara
195
Sebelum bergabung di Media Indonesia, Djafar yang pernah menjabat sebagai Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia PWI. Djafar juga mencatat
bahwa Surya adalah orang yang berani menantang pencabutan izin surat kabar Prioritas pimpinannya kala itu. Menurut Djafar, Surya langsung mendatanginya.
“Waktu saya jadi sekjen PWI, dia datang kepada saya. Dia bilang, ”Kau sombong kali sama si Harmoko
Ketua PWI itu. Kau kan yang membredel surat kabar aku?” Saya menjawab,”Bukan aku lah itu, Dewan Pers
itu.” Walaupun begitu, tetap dia lawan, dan dia bikin lagi. Dia memang berani melawan hingga presiden pun
dilawan. Sekarang aja, keadaannya pribadi dia sudah enak-enak, malah dia lawan presiden.”
Ketika ditanyakan mengenai prestasi politik yang paling diingat dari Surya Paloh, Djafar juga Syamsul memberikan jawaban yang sama. Keduanya sepakat
bahwa orang yang berperan dalam menghantarkan SBY menjadi pemenang pemilihan presiden pada 2004. Walaupun Syamsul mengatakan hal ini tidak tepat
dikatakan sebagai prestasi politik, namun ia mengakui Surya Paloh menyokong penuh kinerja pemerintah dalam 5 tahun pertama pemerintahan SBY. Terlebih
lagi kala itu Surya juga sebagai Ketua Dewan Penasihat Golkar dan Wakil Presiden kala itu, Jusuf Kalla juga merupakan Ketua Umum Golkar. Lalu
kemudian Syamsul juga mengatakan setelah SBY melepas Jusuf Kalla di Pilpres 2009 lalu, Surya mengkritisi pemerintahan, dan keadaan itu sangat terasa.
Dari sembilan orang deklarator yang diwawancari, John Waas merupakan subjek penelitian yang paling sedikit bersinggungan dengan dunia politik dan juga
memiliki hubungan kekerabatan ipar dengan Surya Paloh. Hal ini membuat kedekatan emosional dan personal dengan Surya Paloh terjalin lebih erat.
Universitas Sumatera Utara
196
Perkenalan awalnya dengan Surya Paloh pada tahun 1972, ketika John masih menjadi siswa di Akademi Bank Keuangan Swadaya, Medan. Ketika itu ia
sudah mengenal dekat adik Surya Paloh, Mutiah Farida Paloh, yang lebih sering disapa Ida Paloh yang menjadi adik kelas John. Namun ia belum pernah bertemu
Surya sebelum tahun 1972 itu. Hingga Surya berkunjung ke Akademi Bahasa Asing Swadaya, karena diundang oleh salah satu pimpinan Yayasan Swadaya
yang juga teman Surya. Saat itu, Surya juga turut serta membawa akrtis pemeran film ‘Catatan Seorang Gadis’ yang disutradarai oleh Nya Abbas Akup.
Saat itu FK-PPI belum terbentuk, organisasi Surya Paloh saat itu adalah PP-ABRI. Barulah ketika 1978, Surya Paloh bersama abang John Waas, Yoseano
Waas
115
mendirikan FK-PPI dan John ikut di kepengurusan. Sebelumnya di 1975, John Waas resmi menjadi adik ipar Surya Paloh, setelah menikahi Ida Paloh.
116
Dari situlah intensitas kedekatan dalam hubungan kekeluargaan, terlebih organisasi dibangun oleh John dan Surya. Mereka juga mengembangkan usaha
katering bersama. Hal yang paling diingat John tentang Surya Paloh adalah peristiwa pada
Kongres ke-4 Hipmi dan seligus pemilihan ketua umum Hipmi Pusat pada 22-24 November 1979 di Hotel Danau Toba, Medan.
117
Walaupun hal ini memang bukan dalam konteks politik, dan Hipmi bukan organisasi politik, namun John
melihat tahap ini adalah tahap Surya mulai dekat dan membangun jalan di dunia politik. John menceritakan pengalamannya itu:
115
Ibid., hlm. 24.
116
Ibid., hlm. 316
117
Ibid., hlm. 184-197.
Universitas Sumatera Utara
197
“Setelah Surya menjabat sebagai Ketua HIPMI Pusat dari 1977-1979, kemudian pada melihan di tahun 1979,
saat itu dia ‘dibantai’, dikalahkan oleh Ponco Sutowo Pemilik PT. Indo Buildco. Waktu itu sampai ada
pasukan yang bawa pistol, bawa granat hingga panzer. Orang-orang Ponco waktu itu adalah Sugeng Saryadi,
Abu Rizal. Sedangkan Siswono Yudo Husodo sama SP dari dulu, sehingga dia Siswono mau juga ikut di
Nasdem.
118
” Sedangkan prestasi politik Surya Paloh yang menurut John paling baik
hingga saat ini adalah keikutsertaan Surya dalam bursa ketua umum Partai Golkar di Munas 2009. Walaupun Surya tidak menang, tapi bisa dilihat dukungan untuk
Surya Paloh di Golkar hampir mencapai setengahnya, sekaligus menunjukkan pengaruh Surya di parpol tersebut. Terlebih lagi, John melihat Munas tersebut
sebagai loncatan terbesar Surya Paloh untuk pencapaian yang lebih tinggi lagi di dunia politik nasional.
Lalu seberapa nasionaliskan Surya Paloh? Willy mengatakan bahwa hal ini belum dapat diuji karena belum ada parameter yang bisa mengukur hal
tersebut bagi diri Surya Paloh. Ia menyatakan hal ini akan teruji jika nantinya Surya Paloh menjadi pemimpin bangsa, ketika Surya berkuasa, semisal menjadi
presiden atau jabatan lembaga negara lainnya, barulah kondisi nasionalis bangsa terlihat ketika dipimpin oleh Surya Paloh. Willy melihat kepemipinan Surya di
118
Dalam pemilihan Ketua Umum Hipmi tahun 1979 ini, Surya Paloh bersaing dengan Ponco Sutowo untuk menggantikan posisi Abu Rizal Bakrie. Ponco Soetowo salah satu dari lima
orang calon ketua yang diajukan dari hasil Rapim BPP Hipmi, pada 3 November 1979. Ponco Sutowo mewakili suara dari BPP HIPMI, sedangkan Surya Paloh mengajukan diri. Saat kongres
akan dimulai, Kodam Bukit Barisan mengeluarkan panzer kavaleri untuk mengamankan acara, sementara polisi dan tentara menjaga ketat Hotel Danau Toba. Sepanjang kongres, situasi semakin
panas karena melibatkan kelompok pemuda hingga preman baik yang ada di Medan saat itu juga hadir Jupieter K. Purba, tokoh pemuda Medan bahkan ada yang langsung datang dari Jakarta.
Hingga Panglima Laksusda Sumut, Brigjen Ismail mengeluarkan penyataan untuk menarik kembali pemuda dan preman yang sudah mengelilingi Hotel Danau Toba, dan tidak mengganggu
jalannya kongres.
Universitas Sumatera Utara
198
Golkar adalah hal yang berbeda, karena saat itu ia tidak berada dalam lingkaran kekuasaan.
Sedangkan Meutya melihat sisi nasionalis Surya Paloh dari hal yang lain. Baginya, prinsip Surya yang tidak mau menampilkan embel-embel agama dan
konsistensi dan komitmennya dalam masalah pluralisme, merupakan bentuk nasionalisme Surya Paloh.
Deklarator dalam sesi wawancara diminta untuk menggambarkan bagaimana proses perkenalannya dengan Surya Paloh, kemudian tentang apa
prestasi politik Surya Paloh yang paling mereka ingat, dan terakhir bagaimana pendapat deklarator terhadap sikap dan kepribadian Surya Paloh, di luar ataupun
di dalam organisasi. Penggambaran tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Gambaran Tentang Pribadi Surya Paloh Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
1. Mengenal Surya Paloh dari dekade 80-an 2. Orang yang bisa dekat dengan semua kalangan
3. Orang yang tidak mencla-mencle
2 Willy Aditya
1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009, baru mengetahui secara detil sejak membaca
biografi Surya Paloh 2. Orang yang bertanggungjawab dan siap
menanggung resiko demi bawahan 3. Orang yang memiliki kemampuan dalam
konsolidasi politik
3 Meutya Hafid
1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 2000 2. Orang yang penyayang dan hangat
3. Pemimpin yang mampu mengalirkan semangat idealisme kepada bawahan
4. Pemimpin yang nasionalis, konsisten untuk tidak mau memakai embel-embel agama dan
dengan komitmen pluralisme
Universitas Sumatera Utara
199
4 Ferry Mursyidan Baldan
1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 1986 2. Memiliki keberanian dalam tindakan dan
kukuh memegang komitmen 3. Tidak berambisi mendapatkan jabatan formal
di pemerintahan
5 Djafar Assegaff
1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 1971, dan mulai dekat di tahun 1997
2. Orang yang berani pasang badan untuk orang yang setia kepadanya
3. Orang yang nyentrik, dan sudah mencerminkan karakter pemimpin sejak dulu
4. Prestasi politik ketika berhasil membawa SBY- JK menjadi pemenang Pilpres 2004.
6
Syamsul Mu’arif 1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 1985
2. Walaupun komunikasi lama terputus, tapi ia tidak melupakan teman
3. Tidak serta-merta menganggap Surya sebagai pribadi yang hebat dengan pencapaiannya dulu.
Namun untuk saat ini ketika ia menjadi Ketua Umum Nasdem, suasananya menjadi lain
4. Prestasi politik ketika menghantarkan SBY menjadi pemenang pilpres 2004, dan mem-
backup jalannya pemerintahan
7 Martin Manurung
1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009 2. Orang yang royal dalam berteman dan menjaga
persahabatan 3. Tokoh politik, anggota selama 43 tahun dari
sebuah parpol besar 4. Prestasi politik ketika menggagas berdirinya
Nasdem ini, di antara pilihannya untuk bisa tidak peduli dengan kondisi bangsa, atau untuk
menikmati hidup sendiri
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1 Ali Umri
1. Mengenal Surya Paloh sejak tahun 1985 2. Pribadi yang royal terhadap orang yang militan
dan setia kepadanya 3. Menularkan semangat perubahan dan rasa
nasionalis kepada setiap kadernya 4. Orang yang siap sedia untuk terjun ke lapangan
Universitas Sumatera Utara
200
ketika diberitahu bahwa ada daerah yang butuh pertolongan
4. Prestasi politiknya merupakan bentuk perjalanannya yang sudah sedari muda
memulai karir politik
2 John Waas
1. Mengenal Surya Paloh sejak tahun 1972 2. Orang dengan pembawaan simpel namun
dinamis dan setia kawan 3. banyak melewati masa yang berkesan bersama
Surya Paloh 4. Prestasi politik Surya yang terbaik adalah di
Munas Golkar 2009 yang menjadi batu loncatannya untuk bisa sampai di level politik
lebih tinggi
Tabel 18. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Kepribadian Surya Paloh
Pendapat Mengenai Kharisma Surya Paloh
Meutya Hafid yang baru memasuki kancah politik dua tahun lalu ini merasakan kelebihan Surya Paloh adalah dalam kemampuannya memotivasi
lawan bicara tanpa disadari. Meutya mengatakan Surya dapat menularkan semangat dan mempengaruhi hanya dengan berbicara santai, sehingga ia bisa
membuat pola pikir pendengarnya ikut dengan apa yang dibicarakannya. “Misalnya dengan idenya mengenai Indonesia yang
harus kembali kepada Pancasila. Hal ini adalah hal yang sangat idealis pada saat ini, di saat banyak orang
berpikir pragmatis. Kadang-kadang saya merasa berat dan lelah memperjuangkan ini. Namun ketika duduk
bersama kembali dengan Pak Surya, dia dapat memberikan energi untuk tetap kuat menjadi orang
yang idealis, kembali memotivasi, tanpa harus mendikte. Dari cara dan gaya bicaranya, kita sudah
mendapatkan energi untuk kembali idealis, dan kemudian kita semangat lagi. Di politik ini memang
melelahkan, dan saya bertemu Pak Surya untuk recharge.”
Universitas Sumatera Utara
201
Meutya juga menggambarkan pengalamannya ketika masih bekerja di Metro TV, bahwa dulu ia takut apabila bertemu dengan Surya Paloh di kantor,
dan banyak orang lain juga yang segan dengan Surya. Bagi Meutya, hal itu adalah kharisma, karena sebenarnya ketakutannya waktu itu bukanlah disebabkan
kemarahan Surya, hanya saja memang begitulah hampir semua orang di Metro TV kala itu. Begitu pun ketika datang ke daerah. Meutya menilai sambutan dan
penerimaan yang baik dari masyarakat tersebut merupakan bagian dari kharisma Surya Paloh.
Meutya juga mengatakan bahwa masih banyak orang yang belum mengenal sisi sebenarnya dari Surya Paloh. Menurutnya, sosok Surya adalah
orang yang penyayang dan hangat serta tidak menciptakan jarak dengan orang lain. Hal ini dianggap Willy sebagai bentuk kharisma Surya Paloh yang
dirasakannya. Kemudian Willy dan Ferry juga sepakat jika kemampuan orasi Surya yang baik sebagai bagian dari kharisma yang dimiliki Surya Paloh. Ferry
pun mengakui jika dirinya hormat kepada Surya dari dulu. Terlepas Surya Paloh adalah seorang tokoh politik yang pastinya memiliki
kalangan yang kontra atau tidak respect kepadanya. Namun Umri menegaskan kembali analoginya mengenai harimau-monyet di atas.
“Sekarang saja Surya Paloh belum berbuat apa-apa, tetapi orang-orang petinggi parpol sudah sibuk dan
bingung. Bagi saya itu bentuk kharisma. Selain itu, jika Surya Paloh datang, selalu ramai orang datang untuk
melihatnya. Pemimpin politik pun juga sering datang ke daerah, tapi tidak mendapatkan sambutan sebesar itu.”
Universitas Sumatera Utara
202
Martin melihat kharisma Surya Paloh bukan semata-mata dari sisi personal, tapi lebih kepada ide dan gagasan yang dibawa Surya. Ia melihat efek
dari kharisma tersebut adalah: “Seperti hanya pengurus Nasdem yang lain, saya setiap
hari berada di sini walaupun sebenarnya saya juga ada kantor lain tempat saya bekerja. Namun saya dan
teman-teman lain bersedia setiap hari datang ke sini, tidak digaji, namun tetap mau memberikan kontribusi,
karena kita memiliki cita-cita bersama, yang harus diwujudkan. Saya pikir di situ letak kharisma Bang
Surya.”
John juga memberikan gambaran seperti Martin. John melihat keikutsertaan orang-orang dari lintas etnis, lintas parpol, dan lintas golongan di
gerakan yang digagasnya merupakan bentuk kharismanya. Walaupun semua orang memiliki kharisma masing-masing, namun efek kharismatik Surya menurut
John mampu mempengaruhi orang-orang secara nasional. Selain dari gagasannya, John juga melihat kharisma Surya ditunjang oleh faktor fisik, yakni perawakannya
yang tinggi tegap dan suaranya yang lantang. Suara berbeda datang dari Djafar Assegaff dan Syamsul Mu’arif. Djafar
tidak melihat adanya kharisma dalam diri Surya Paloh, karena baginya Surya adalah rasional leader. Djafar mendefenisikan pemimpin yang berkharisma itu
adalah pemimpin yang memiliki bawahan yang rela mati demi pemimpinnya.
119
Contoh pemimpin seperti itu adalah Bung Karno atau Gus Dur. Sedangakan ia melihat Surya adalah pemimpin yang memang dibina dengan pengalaman.
Syamsul melihat kharisma ini tergantung dari bagaimana orang lain menilai.
119
Lihat Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik Indonesia, 2010, hlm. 72-80.
Universitas Sumatera Utara
203
Sosok Surya adalah sosok yang biasa menurutnya, sehingga dalam pandangan Syamsul, ia tidak melihat sisi kharismatik itu. Baginya, Surya hanya manusia
biasa yang dianggapnya sebagai teman. Kepemimpinan umumnya dikorelasikan dengan adanya kharisma yang
dimiliki pemimpin. Namun masing-masing deklarator mempersipkan bentuk kharisma yang dilihat mereka dari sosok Surya Paloh dalam pemahaman tertentu
dan berbeda satu sama lain. Untuk lebih jelas, dapat digambarkan dalam tabel berikut:
NO Nama Deklarator
Gambaran Tentang Kharisma Surya Paloh Nasional Demokrat Pusat
1 Didik J. Rachbini
Kharismanya lebih kepada pemikiran dan visinya
2 Willy Aditya
Kharismanya terletak dari sikapnya yang penyayang dan pribadi yang hangat. Selain itu
juga kekuatan orasinya yang menjadi poin penting bagi kharismanya
3 Meutya Hafid
Kharismanya terletak dari kemampuannya mempengaruhi dan memotivasi lawan bicara
tanpa disadari, selain itu juga karena kharismanya pula masyarakat luas menerima baik kedatangan
Surya Paloh ke daerah
4 Ferry Mursyidan Baldan
Kharismanya terbentuk dan dirasakan ketika Surya Paloh berpidato
5 Djafar Assegaff
Tidak ada kharisma, karena Surya seorang rational leader, karena pemimpin yang
berkharisma adalah pemimpin dengan pengikut yang rela mati demi pemimpinnya, seperti Gus
Dur
6 Syamsul Mu’arif
Tidak sama sekali, Surya hanya sosok biasa sebagai teman. Karena kharisma tergantung dari
orang yang melihat. Mungkin bagi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
204
luas, Surya memiliki kharisma
7 Martin Manurung
Kharisma Surya Paloh bukan hanya dari sisi personal saja, tapi lebih kepada ide dan cita-cita
yang dibawanya. Misalnya kerelaan semua pengurus Nasdem untuk datang setiap hari ke
kantor Nasdem disamping pekerjaan formal mereka, walaupun tanpa digaji
Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara
1
Ali Umri Kharismanya dilihat dari pengaruh Surya Paloh
saat ini di kancah politik nasional, di saat dia belum berbuat apa-apa untuk langkah politik,
pihak parpol besar sudah banyak yang merasa tidak aman
2 John Waas
Kharismanya dilihat dari kuatnya pengaruh Surya Paloh dalam menyebarluaskan gagasan dan
mendapatkan sambutan dari berbagai pihak lintas kalangan. Selain itu kekuatan kharismanya
didukung oleh kepiawaian orasi dan volume suara yang mendukung.
Tabel 19. Gambaran Pendapat Mengenai Kharisma Surya Paloh
4.2 Kelemahan dan Hambatan Penelitian