Analisis Pengamatan dan Hasil Wawancara

111 f. Menjadi anggota Golkar pada tahun 1985 dan menjabat Ketua DPP Partai Golkar Sumut periode 2004-2009 g. Menjabat sebagai Ketua Harian Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 2 John Waas, SE. MHCI mewakili kalangan profesi pengusaha diwawancarai pada Rabu, 08 Desember 2010 a. Berumur 63 tahun b. Berlatarbelakang budaya Aceh c. Strata pendidikan hingga magister dari luar negeri d. Dikenal sebagai pengusaha kulinercatering e. Tidak pernah bergabung menjadi anggota parpol f. Menjadi Wakil Ketua FK-PPI Pusat periode 1979-1981 g. Aktif di Lemkari, menjadi Ketua Umum Sumut 1976-1987, hingga sekarang menjadi Dewan Penasehat Tabel 4. Gambaran Umum Tentang Subjek Penelitian

4.2 Analisis Pengamatan dan Hasil Wawancara

Para narasumber yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah orang- orang yang jabatan strukturalnya di ormas Nasional Demokrat berada di bawah Surya Paloh, namun mereka berasal dari berbagai kalangan yang berbeda dengan latar belakang sosial yang berbeda pula. Dalam hal ini, untuk mengetahui bagaimana persepsi pendukung atau deklarator Nasdem bekerja dalam memandang Surya Paloh sebagai figur sentral di organisasi, diperlukan kerangka pertanyaan yang disusun berdasarkan teori-teori kepemimpinan. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Universitas Sumatera Utara 112 Psikologi Terapan 98 , ia mengelompokkan berbagai macam teori mengenai kepemimpinan dalam empat kategori besar, yaitu yang menggunakan pendekatan pengaruh kekuasaan, pendekatan bakat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasi. Outline atau daftar pertanyaan secara garis besar, terlampir Lampiran 1. Berikut ini adalah hasil wawancara beserta analisisnya:

A. Latar Belakang Pribadi Perihal Kesediaan Sebagai Deklarator

Pertanyaan ini untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan politik ketika subjek penelitian mulai membangun komunikasi mengenai ide dan kesetujuan untuk mendeklarasikan Nasional Demokrat, sehingga dapat diketahui siapa atau apa yang melatarbelakangi subjek memutuskan untuk bergabung dengan Nasional Demokrat. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, komunikasi yang dibangun oleh Surya Paloh dengan tokoh-tokoh deklarator lainnya, berlangsung dalam kurun waktu tiga bulan terakhir di tahun 2009, setelah digelarnya Munas VIII Partai Golkar pada 4-7 Oktober 2009 di Pekanbaru. Martin Manurung Setelah Surya Paloh dinyatakan kalah dalam Munas Golkar di Pekan Baru pada 2009 lalu 99 , Surya Paloh, tim sukses dan teman-temannya tidak langsung pulang ke Jakarta, melainkan masih mengadakan diskusi di Pekan Baru. Ketika mengetahui informasi tersebut, Martin Manurung, politisi PDIP ini menemui 98 Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm. 40. 99 Abu Rizal Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum Golkar dengan perolehan suara 297 dan menggantikan Jusuf Kalla, ia mengalahkan Surya Paloh dengan 239 suara, sementara Hutomo Mandala Putra dan Yuddy Chrisnandi saat itu sama sekali tidak mendapatkan suara. Universitas Sumatera Utara 113 Surya Paloh secara langsung bersama rekan separtainya, Budiman Sudjatmiko. Maksud dari pertemuan tersebut menurut Martin adalah memberikan semangat kepada Surya Paloh untuk tidak serta merta mundur dari dunia politik, karena menurutnya ide dan gagasan serta pemikiran Surya Paloh mengenai kebangsaan dan solusinya untuk Indonesia memiliki kesamaan dengannya, walaupun berbeda partai. Martin menuturkan: “Dari sisi ide, saya merasa ide yang kami PDIP-pen punya, dengan ide yang selama ini diusung oleh Bang Surya memiliki banyak kesamaan. Kami waktu itu berkeinginan agar bangsa ini sukses, maka Surya Palohlah yang menang sebagai Ketua Umum Golkar. Karena yang diperlukan bangsa ini adalah pemikiran- pemikiran Surya Paloh, bukan hanya sekedar politik transaksional.” Maksud dari pertemuan Martin dan Surya kala itu adalah meyakinkan Surya Paloh untuk tetap memperjuangkan gagasannya tersebut, walaupun tidak menjadi ketua umum Golkar. Dalam keterangan ini, Martin menyatakan bahwa pertemuan ini belumlah menyinggung mengenai rencana didirikannya Nasional Demokrat. Pada proses selanjutnya, seperti yang dituturkan Martin, akhirnya diadakan beberapa diskusi mengenai kondisi Indonesia saat ini, barulah tercetus ide untuk mendirikan Nasional Demokrat. Jadi Martin menyangkal rasa ketidakpuasan atau ‘mutung’ karena kekalahan Surya Paloh di Munas Golkar sebagai sebab berdirinya organisasi ini. Lebih jelasnya, Martin Manurung menjelaskan kondisi sosial dan politik di Indonesia yang dibahas dalam beberapa kali diskusi dan menjadi salah satu pokok dalam diskusi untuk gagasan pendirian Nasional Demokrat. Satu dekade lebih Universitas Sumatera Utara 114 umur reformasi, namun arah perjalanan bangsa dan negara hanya jalan ditempat dan kemajuannya tidak terlihat dengan jelas. Padahal Indonesia menganut paham demokrasi dan memiliki institusi negara yang jelas untuk menjaga proses demoktasi ini berlangsung. Akan tetapi menurut Martin, demokrasi yang berjalan sekarang ini hanya pada tataran aturan main rules of the game, belum menyentuh kepada demokrasi sebagai substansi substans bernegara. Bagi Martin, demokrasi bukan hanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat, tapi juga membuat rakyat memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk mampu mengeksekusi kebebasannya sendiri. Ia memberi contoh bagaimana sistem patron politik di Indonesia masih sangat kuat, misalnya di level akar rumput, masyarakat akan memilih partai atau calon yang menjadi pilihan kyaipemuka adat di suatu komunitas. Selain itu, Martin juga menyoroti kurangnya peran pilar demokrasi, yakni partai politik dalam membentuk karakter pemimpin. Ia mengatakan: “Dari hasil diskusi tersebut yang diselenggarakan pra- pembentukan Nasdem, ada keprihatinan yang sama bahwa parpol tidak berfungsi secara maksimal. Parpol tidak hanya mesin politik, yakni seharusnya memproduksi pemimpin melalui sistem pemilu. Yang terjadi sekarang sampah yang masuk, sampah yang keluar, garbages in, garbages out. Parpol tidak melakukan fungsinya sebagai pencetak pemimpin, tidak dapat menjadi sarana pendidikan politik rakyat, maka yang masuk selalu sampah, dan yang dihasilkannya juga sampah. Memang ini masih dalam kondisi transisi, tidak bisa mengharapkan sistem yang ada berfungsi secara ideal. Tapi seharusnya, ketika yang masuk bisa saja sampah, namun parpol melalui pendidikan politik rakyat dan pengkaderan seharusnya mendidik mereka, seharusnya ketika keluar tidak menjadi sampah lagi.” Universitas Sumatera Utara 115 Selain menyoroti kurangnya peran partai politik dalam pendidikan politik di lingkaran kader partai, ia juga menyayangkan lepas tangannya partai dalam pendidikan politik kepada konstituen. Bagi Martin, seharusnya partai politik menyadarkan rakyat akan haknya, membuat rakyat semakin kritis, mengorganisasikan masyarakat secara kolektif melalui kelompok tani, nelayan, buruh. Dan posisi partai dalam pihak aktif pendidikan politik, saat ini malah dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, sehingga pendidikan politik terjadi di luar partai politik. Selain itu, dalam bidang ekonomi, Martin merasakan bahwa demokrasi belum mampu menjadi menyediakan akses atau jalur bagi rakyat untuk mampu menjadi pemainsubjek dari kegiatan ekonomi di Indonesia. Yang dicita-citakannya adalah terbentuknya demokrasi politik dan ekonomi, sehingga rakyat memiliki akses dengan kapital, maka rakyat akan mandiri dan bisa meningkatkan taraf hidupnya sendiri. Didik J. Rachbini Keprihatinan mengenai kondisi kebangsaan ini pulalah yang membuat Didik J. Rachbini bersedia menjadi deklarator. Didik mengungkapkan bahwa ia didatangi oleh Surya Paloh yang merupakan sahabat lamanya dalam sebuah pertemuan informal. Dalam pertemuan inilah Surya Paloh memaparkan pandangan-pandangannya mengenai kondisi bangsa dan negara setelah sepuluh tahun lebih menghirup udara demokrasi pascareformasi. Surya Paloh juga menyampaikan gagasan Restorasi Indonesia, dan Didik setuju dengan gagasan Universitas Sumatera Utara 116 yang dirasanya sebagai cara yang tepat untuk menyelesaikan kebuntuan dinamika politik yang ada di Indonesia. Didik berkomitmen untuk bisa seperti founding fathers bangsa, yang juga banyak berasal dari kalangan akademisi. Ia melihat, sumbangsih terbesar untuk bangsa dapat diberikan oleh kaum terdidik dan akademisi, yang dapat memformulasikan gebrakan memperbaiki dan membangun bangsa secara bijak, terstruktur dan menghasilkan solusi terbaik. Terlebih untuk pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan, karena Didik memang fokus pada ide penggerakkan ekonomi mandiri bagi rakyat. Namun saat ini, ia gundah melihat realitas kondisi perekonomian masyarakat di level bawah yang belum mandiri. Lebih lanjut Didik menjelaskan: “Gagasan yang disampaikan Surya Paloh adalah gagasan yang bertujuan untuk perubahan dan tidak menyimpang dari cita-cita reformasi. Apalagi latar belakang politik kami yang sama-sama berangkat dari partai politik, Surya Paloh di Golkar dan saya di PAN. Dia datang menemui saya, kemudian membicarakan permasalahan ini.” Meutya Hafid Salah satu dari dua orang perempuan deklarator Nasional Demokrat, Meutya Hafid menerangkan bahwa dia setuju sepenuhnya dengan gagasan pendirian Nasional Demokrat ini dan pemikiran-pemikiran Surya Paloh. Karena Meutya dalam beberapa kali pertemuan informalnya dengan Surya kerap membahas mengenai fenomena sosial yang terjadi di Indonesia. Jauh sebelum terbentuknya Nasional Demokrat atau adanya ide untuk mendirikan organisasi tersebut, dia sudah sering menemukan kesepahaman pemikiran dengan Surya Universitas Sumatera Utara 117 Paloh. Oleh karena itu, ketika ada gagasan untuk pendirian organisasi ini, Meutya menyatakan kesetujuannya terhadap hal tersebut. Meutya mengatakan: “Sejalan dengan Surya Paloh dengan pemikirannya bahwa perlua adanya penyeimbang pemerintah namun bukan oposisi, di saat kondisi kekosongan peran pemerintah dalam bidang ekonomi, hukum, dll. Maksudnya adalah untuk mengkritisi dalam artian positif, sebagai penyemangat, agar pemerintah percaya bahwa perlunya perbaikan-perbaikan di berbagai bidang. Kemudian seharusnya ada yang bisa berperan lebih jauh dalam bidang-bidang tersebut. Maka lahirlah Nasdem untuk mengisi kekosongan itu.” Willy Aditya Deklarator lainnya, Willy Aditya mengungkapkan latar belakangnya bersedia sebagai deklarator sebelumnya diawali dengan pertemuan formalnya pertama kali dengan Surya Paloh di bulan Oktober 2009, ketika menghadiri sosialisasi gagasan mengenai akan dibentuknya sebuah organisasi pergerakan, dan kala itu juga dihadiri oleh sejumlah tokoh. Baru kemudian, pada 25 November yang bertepatan dengan ulang tahun Metro TV ke-9, Willy bertemu dengan Surya Paloh, dan disana Surya menyatakan keinginannya untuk membentuk suatu gerakan yang adanya gerakan yang mampu menghimpun kekuatan generasi muda bersama dengan kalangan senior, yang nantinya dapat menyumbangkan sesuatu perbaikan untuk bangsa. Dari pertemuan di bulan Oktober, di gedung Prioritas yang sekarang ini menjadi kantor Nasional Demokrat Pusat, Willy menyatakan kesetujuannya Universitas Sumatera Utara 118 terhadap gagasan yang diusung Surya Paloh dengan menghadiri pertemuan bersama tokoh lainnya, dan menawarkan redaksi kata-kata untuk menamai model gerakan organisasi ini, yakni Restorasi Indonesia. Kesetujuan ini juga didasarkan pada adanya kurang lebih kesamaan pemikiran dan prinsip yang diusung oleh Kabinet Indonesia Muda KIM, di mana ia juga menjadi anggotanya. Kesamaan itu diungkapkan Willy sebagai berikut: “Teman-teman politisi yang tergabung di Kabinet Indonesia Muda, menilai saat SBY dilantik pada tahun 2009, tidak ada parpol yang menyatakan secara eksplisit untuk menjadi oposisi. Maka kehadiran KIM sebagai sebuah komitmen untuk menjadi pemerintahan oposisi, secara konstruktif dan aspiratif. Lalu kemudian, saya ikut serta dalam beberapa kali rapat di gedung Prioritas, diajak untuk membahas menggagas mengenai dasar pendirian Nasdem.” Ferry Mursyidan Baldan Kecenderungan untuk mengumpulkan orang-orang muda dan para politisi senior beserta berbagai tokoh lintas golongan ini, menurut Ferry Mursyidan Baldan merupakan ketetapan yang diinginkan Surya Paloh dalam menciptakan sebuah wadah yang dapat menghimpun potensi-potensi bagus yang memiliki obsesi perbaikan kondisi Indonesia ke depan. Hal inilah yang kemudian memudahkan bersatunya pemikiran dan gagasan ke dalam bentuk organisasi Nasional Demokrat ini. Pengumpulan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama terhadap kondisi kebangsaan, merupakan langkah yang memudahkan Surya Paloh untuk memformulasikan bentuk gerakan ini. Sebagaimana yang diungkapkan Ferry, bahwa ide utama mengenai Restorasi Indonesia dan Gerakan Universitas Sumatera Utara 119 Perubahan berasal dari Surya Paloh, yaitu sebuah langkah merubah mindset masyarakat tentang negara dan masa depannya agar lebih maju. Keinginan untuk ikut sebagai deklarator ini juga didasari oleh adanya kekuatan idealisme yang diusung oleh masing-masing pribadi deklarator. Ferry menyatakan bahwa Surya Paloh mengumpulkan dan berkomunikasi dengan orang-orang tersebut mengenai idealisme, yang memiliki pemikiran bagaimana Indonesia yang ideal menurut mereka. Ferry mengungkapkan: “Pak Surya menyenangi orang yang memiliki idealisme, maksudnya idealisme anak muda. Beliau menanyakan hal itu kepada saya, sesuai dengan pengalaman saya selama di DPR dan sebagai politisi, lalu saya sampaikan apa yang saya impikan. “ Syamsul Mu’arif Syamsul menyatakan kesediaannya untuk menjadi deklarator bukan dilandaskan ia dan Surya berada dalam satu partai politik yang sama, yakni Partai Golkar. Bahkan Syamsul mengatakan bahwa dalam pemilihan ketua umum di Munas Golkar 2009, dia tidak masuk ke dalam orang-orang yang mendukung Surya ataupun Abu Rizal, karena saat itu dia menjabat sebagai Ketua Steering Committee dan Ketua Bidang Organisasi, Kader dan Keanggotaan di DPP Golkar, sehingga harus menempatkan diri di posisi netral. Pun Syamsul mengakui dirinya tidak memiliki kedekatan pribadi yang terlalu dekat dengan Surya Paloh, dan tidak ikut serta dalam diskusi-diskusi yang diadakan pra-pembentukan Nasional Demokrat. Keikutsertaanya dilandasi oleh hal berikut: “Saya melihat dari aspek substansi lahirnya Nasdem sangat luhur, ada tiga poin yang melandasi hal tersebut. Pertama, tidak ada satu pun ormas atau Universitas Sumatera Utara 120 kekuatan--jika boleh disebut sebagai kekuatan politik-- di Indonesia yang merangkum seluruh potensi bangsa. Kedua, ada sesuatu yang ingin diwujudkan, kita ingin mengisi ruang kosong, karena melihat adanya ketidakadilan dalam wilayah publik, seperti kasus Nenek Minah dan Prita Mulyasari yang mendapatkan ketidakadilan, sementara yang melakukan korupsi trilyunan itu tidak diadili. Ketiga, ingin adanya perubahan struktural, karena bidang politik, ekonomi, budaya, dan kepemimpinan tidak karuan. Konstitusi diubah sesuka hati, sehingga konstitusi telah tercerabut dari akar prinsip budaya yang orisinil dari bangsa kita. Oleh karena itu, maka saya setuju untuk bergabung, karena yang menjadi sorotan oleh Nasdem ini adalah perbaikan mental dan moral pribadi orang-orang yang ada di dalam sistem politik.” Namun Syamsul juga menekankan hal yang menjadi syarat baginya untuk bergabung dengan Nasional Demokrat ini. Ketika pertemuan dan diskusi yang digelar untuk membahas ide pendirian organisasi, yang awalnya dari tim pemenangan Surya Paloh di Munas Golkar 2009, kemudian bertambah dengan masuknya berbagai kalangan termasuk juga akademisi. Dari pembicaraan itu, Syamsul menekankan: “Saya mengatakan bahwa saya bisa ikut bergabung apabila ini Nasdem-pen bukan parpol, karena saya sudah punya partai Golkar-pen. Terlepas dari persoalan Munas, kemudian ada barangkali rasa kalah- menang, itu tidak menjadi landasan untuk membuat partai sendiri. Karena saya juga tidak boleh meninggalkan Golkar, begitu juga dengan kawan- kawan dari parpol lainnya.” Djafar Assegaff Djafar Assegaff, seorang wartawan senior yang juga seorang anggota Golkar semenjak Golkar pertama didirikan, memiliki keprihatinan yang kurang Universitas Sumatera Utara 121 lebih sama dengan Syamsul, namun ia lebih menyoroti permasalahan bangsa dari segi politik Indonesia. Terdapat tiga poin yang diungkapkannya, yaitu kondisi ketiadaannya gerakan sosial yang mampu memenuhi aspirasi rakyat. Selanjutnya, adanya fenomena demokrasi Indonesia yang telah berkembang melenceng dari garis yang seharusnya, dengan menjadi demokrasi parlementer. Djafar menggunakan istilah sistem ‘banci’, karena Indonesia menganut sistem politik presidensial, namun kekuatan parlemen sangat kuat. Yang terakhir, adanya demoralisasi partai politik, yang terperosok ke dalam politik pragmatis, alih-alih mempertahankan ideologi partai dan telah jauh meninggalkan ideologi tersebut. Kondisi politik Indonesia saat ini digambarkan oleh Djafar, misalnya mempertanyakan apakah sistem presidensial dengan banyak partai ini masih cocok dengan kondisi Indonesia, lebih lanjut ia juga mempertanyakan apakah sistem MPR yang berubah menjadi DPD karena konstutusi yang berubah ini masih bisa diteruskan. Bagi Djafar dalam kacamata seorang wartawan senior 78 tahun ini, telah terjadi demoralisasi di tubuh Dewan Perwakilan Daerah DPD, yang banyak terkontaminasi praktek nepotisme sehingga di DPD berkumpul orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Kekacauan politik ini dijelaskannya sebagai berikut: “Di pranata politik teratas, dalam suatu instutusi yang memegang kedaulatan kita DPD mana perwakilan dari ahli-ahli, teknolog, budayawan, wartawan? Kalau MPR dulu 100 kan tidak, ada perwakilan dari masing- masing golongan. Sehingga sekarang ini di sana, 100 MPR dulu juga diisi oleh Utusan Golongan yang dikirim untuk mewaliki masing- masing kelompok di masyarakat. Sekarang perwalikan tersebut digantikan dengan DPD, melalui perubahan konstitusi. Universitas Sumatera Utara 122 duduklah isteri Fadel Muhammad, atau isteri siapa. 101 Di pranata politik di bawah, di daerah juga terjadi hal yang demikian. Bupati sebelumnya adalah si suami, berikutnya si isteri yang mencalonkan diri. Dan itu diarahakan, bahkan sekarang anak pun juga ikut diarahkan. Sehingga berkembang politik dinasti, apakah ini yang kita harapkan?” Djafar melihat kecenderungan ini sebagai sebuah pola politk yang menghambat vertical mobility. 102 Walaupun pada realitasnya menurut Djafar, mobilitas horizontal berjalan, namun sebaliknya, gerak untuk ke atas menjadi tersendat. Sehingga Djafar pun menggambarkan kondisi sosial ini sebagaimana konsep Pareto Principle dalam teori sosiologi yang mengatakan terjadinya sebuah close society atau komunitas yang tertutup, dan hanya dapat diakses oleh orang- orang tertentu. Baginya, kondisi ini tidak sesuai dengan cita-cita demokrasi. Kemudian, ibarat gayung bersambut, Surya Paloh datang menemui Djafar selepas dari Munas Golkar, dengan memaparkan pemikiran tentang gagasan akan didirikannya Nasional Demokrat serta visi yang akan dituju. Djafar menilai hal tersebut sesuai dengan keprihatinannya di atas, maka kemudian ia memutuskan untuk menjadi deklarator. Setali dengan itu, Djafar menegaskan bahwa keikutsertaannya ke dalam organisasi ini tidak memiliki motif politik apa pun. Djafar menuturkan: 101 Proses pemilihan umum langsung prakteknya memang berlandaskan demokrasi, namun dalam pemilihan dan penyusunan nama di daftar calon DPD atau daftar caleg DPR di kertas suara, diatur oleh partai politik, dan hal tersebut bisa dikompromikan. Dan dalam proses ini melibatkan uang sebagai cara mudah, sehingga praktik money politic tidak terhindarkan. 102 Sebuah konsep sosiologi untuk memobilisasi masyarakat agar bisa bergerak maju ke atas, hingga siapa saja berkesempatan menyentuhberpeluang masuk ke dalam pranata politik teratas kursi pemerintahan Universitas Sumatera Utara 123 “Ketika bergabung dengan Nasional Demokrat, saya tidak lagi dengan tujuan politik, tetapi saya ingin adanya perubahan di tanah air ini. Dalam diri saya ada panggilan untuk betul-betul melakukan perubahan terhadap kecenderungan politik yang sudah sangat pragmatis dan tidak lagi memikirkan kepentingan masyarakat banyak.” Ali Umri Ali Umri yang pernah menjabat sebagai Walikota Binjai melihat kondisi kemasyarakatan dan kebangsaan lebih dekat hingga ke strata sosial terbawah. Selama ia menjabat, setelah masa reformasi bergulir dan masih diwarnai oleh euforia permbaruan semua sistem, ia melihat perbaikan malah tidak lagi menyentuh keseluruhan aspek. Jika sebelum masa reformasi, Soeharto mengistilahkan poleksosbudhankamrata politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan rakyat semesta yang benar-benar menyinergikan semua aspek kehidupan bernegara, Umri melihat kondisi sekarang penanganannya terpisah. Sehingga setiap aspek penanganan permasalahannya tidak maksimal, karena hakikatnya semua aspek di atas saling berhubungan. Sehingga ia melihat masyarakat disibukkan oleh banyak program untuk menyelesaikan permasalahan sosial, dan tidak dapat efektif hingga ke level terbawah. Oleh karena itu, ia melihat harus adanya perubahan cara memandang kondisi kebangsaan dan Indonesia secara utuh, dan melakukan perbaikan di semua aspek. Dan Umri merasa gerakan perubahan dan Restorasi Indonesia yang Universitas Sumatera Utara 124 dibawa oleh Surya Paloh merupakan satu alternatif jalan untuk mengembalikan keutuhan aspek kehidupan di masyarakat. Yang menjadi tujuan Umri adalah bagaimana masyarakat dapat memperoleh haknya untuk sejahtera dan aman di bawah naungan negara. Dengan tidak bermaksud mencap pemerintahan SBY tidak maksimal, Umri menyatakan kondisi kemasyarakatan dan kebangsaan saat ini sudah jauh terkikis, karena tokoh yang dahulunya dapat menginspirasi perubahan, saat ini telah tereduksi idealismenya karena sudah dekat dengan pusat kekuasaan. Sehingga perjuangan untuk objektif dan idealis menilai kondisi kebangsaan hanya dimiliki oleh rakyat, bukan lagi penguasa. Bagi Umri, ia menggambarkan peliknya permasalahan Indonesia saat ini seperti salahnya seorang anak yang merupakan bentuk kehilangan andil orang tua. Begitu pula jika melihat suatu kondisi masyarakat, dengan banyaknya permasalahan di negeri tersebut, itu tandanya pemimpinnya tidak baik dan tidak maksimal dalam mengayomi rakyatnya. Sehingga untuk mengembalikan fungsi pengayoman tersebut, dibutuhkan sebuah gerakan reformasi dan restorasi di semua bidang. Umri menyatakan gagasan yang dibawa oleh Surya Paloh ini diketahuinya ketika ia datang berkunjung ke kediamana Surya Paloh di awal bulan Novemer 2009. Saat itu, Surya Paloh memberitakukan gagasan akan didirikannya Nasional Demokrat, dan saat itu sedang berlangsung penggodokan manifestasi gagasan ke dalam bentuk visi, misi, dan platfom organisasi melalui diskusi. Walaupun Ali Umri sama sekali tidak ikut dalam proses diskusi bersama beberapa tokoh Universitas Sumatera Utara 125 sebelumnya, namun ia menerima ajakan Surya Paloh untuk bergabung menjadi deklarator Nasdem. Umri menyatakan: “Saya terus terang adalah kadernya Surya Paloh yang memiliki militansi terhadapnya, dikarenakan dari duli pemikiran dan gagasan Surya Paloh sangat konsisten untuk bagaimana melihat kondisi masyarakat itu hingga ke level bawah dan bisa sejahtera. Dari itu pula gagasan untuk pendirian Nasdem. Karena militansi saya ini, maka saya dipakai oleh Surya Paloh untuk menjadi deklarator pusat.” John Waas John Waas menyimpan kegundahan yang lama tentang rasa nasionalisme yang terkikis dalam pribadi warga negara. Nasionalisme yang dihayati oleh masing-masing pribadi tidaklah sebesar nasionalisme yang dimiliki oleh para pendiri bangsa. Ia memberikan contoh mengenai kezaliman penguasa yang korupsi mengeruk uang rakyat. Hal ini dianggap John sebagai bentuk rasa nasionalisme yang hampir hilang, terlebih lagi di tubuh pemerintahan. Kegundahan ini dirasakannya sejak lama, walaupun praktik korupsi dahulunya terselubung dan sulit diungkap di bawah kekuasaan rezim Orde Baru. Hilangnya kecintaan terhadap bangsa dan rakyat serta penyalahgunaan wewenang, melalui penggunaan uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompok dirasakan John sebagai bentuk degradasi moral berkebangsaan. Sehingga ketika dalam sebuah silaturahmi keluarga, Surya Paloh mengungkapkan pemikirannya mengenai hal yang serupa, dan John pun melihat gagasan tersebut layak didukungnya, sebagai bentuk upayanya memberikan sumbangsih untuk perbaikan nasionalisme. Karena prinsipnya adalah perbaikan haruslah dimulai Universitas Sumatera Utara 126 dari level terbawah dan termudah, yakni pada masing-masing pribadi, baru kemudian bisa mengubah kondisi masyarakat secara keseluruhan. John menceritakan pertemuannya dengan Surya Paloh selepas Munas Golkar itu: “Saya waktu itu bertemu dengan Surya Paloh dalam pertemuan keluarga, dan di sana dia menyampaikan gagasannya. Saya merasa hal ini adalah sebuah langkah yang bagus, dan saya bersama seluruh keluarga setuju untuk mendukung dan bergabung di Nasdem.“ Uraian latar belakang kesediaan pribadi deklarator untuk mendukung gagasan Surya Paloh dan menjadi deklaraltor di atas dapat disimpulkan dengan tabel berikut: NO Nama Deklarator Motivasi Kesediaan Sebagai Deklarator Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini 1. Kondisi yang diharapkan pada reformasi 1998 sangat jauh dengan apa yang terjadi sekarang. 2. Didatangi oleh Surya Paloh dengan gagasan Restorasi Indonesia yang semangatnya sama dengan cita-cita Didik. 3. Menurutnya, gerakan Restorasi Indonesia menurutnya merupakan ide dasar Surya Paloh 2 Willy Aditya 1. Setuju bergabung dengan semangat penghimpunan kekuatan generasi muda dengan yang senior. 2. Kesamaan pandangan dengan KIM yang juga didirikannya bersama politisi muda. 3. Merupakan orang dekat Sri Sultan HBX, inisiator lain selain Surya Paloh. 4. Menurutnya, gagasan Restorasi Indonesia merupakan gagasan yang awalnya diusung Sri Sultan dalam pencalonan capres 2009 3 Meutya Hafid 1. Telah memiliki kesamaan pandangan tentang kondisi pemerintahan dan kebangsaan sejak sebelum pembentukan Universitas Sumatera Utara 127 Nasdem. 2. Merupakan orang yang pro-Surya dalam pemilihan Ketua Umum Golkar 2009 3. Menurutnya, prinsip dasar Restorasi Indonesia merupakan gagasan yang diformulasikan bersama 4 Ferry Mursyidan Baldan 1. Kesetujuan terhadap gagasan penghimpunan potensi generasi muda dengan generasi senior. 2. Tertarik dengan kekuatan idealisme yang diusung oleh masing-masing tokoh deklarator. 3. Merupakan orang yang pro-Surya dalam pemilihan Ketua Umum Golkar 2009. 5 Djafar Assegaff 1. Keprihatinan akan ketiadaan gerakan sosial yang mampu memenuhi aspirasi rakyat dan demoralisasi politik. 2. Bergabung tidak dalam motivasi politik tertentu. 3. Didatangi oleh Surya Paloh meminta kesediaannya bergabung di Nasdem. 4. Merupakan orang yang pro-Surya dalam pemilihan Ketua Umum Golkar 2009. 6 Syamsul Mu’arif 1. Kesetujuan terhadap gagasan pendirian Nasdem yang telah diformulasikan terlebih dahulu tidak ikut dalam diskusi intensif pra-pembentukan Nasdem. 2. Bukan pendukung Surya Paloh maupun Abu Rizal ketika Munas Golkar 2009. 3. Akan keluar jika nantinya Nasdem menjadi partai dan lebih memilih Golkar 7 Martin Manurung 1. Kesamaan ide dan pandangan mengenai kondisi bangsa dalam bidang politik dan ekonomi. 2. Mendatangi Surya Paloh secara langsung sesudah Munas Golkar 2009 dengan tujuan memberikan semangat untuk tidak mundur dari politik pascakekalahan. 3. Diajak ikut serta oleh Surya Paloh dalam diskusi yang awalnya hanya terdiri dari Universitas Sumatera Utara 128 tim sukses dan pengikut Surya di Golkar. Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri 1. Melihat permasalahan kebangsaan yang rumit, namun tidak dianggap sebagai bagian yang saling terkait satu sama lain, sehingga penangganannya tidak maksimal. 2. Kondisi kepemimpinan di Indonesia yang menjadi sebab kompleksnya permasalahan di level masyarakat. 3. Mendatangi kediaman Surya Paloh selepas Munas Golkar, dan Surya memaparkan gagasannya serta mengajaknya ikut menjadi deklarator 4. Seorang kader Surya Paloh di Golkar yang militan terhadap Surya 2 John Waas 1. Kondisi menipisnya rasa nasionalisme dan kebangsaan dilihat dari maraknya praktik korupsi di level penguasa yang seharusnya mengayomi masyarakat. 2. Kondisi degradasi moral pejabat yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok. 3. Bertemu Surya Paloh dalam silaturahmi keluarga, dan seluruh keluarga sepakat mendukung gagasan Surya Paloh Tabel 5. Gambaran Tentang Latar Belakang Pribadi Perihal Kesediaan Sebagai Deklarator

B. Pandangan Deklarator Terhadap Surya Paloh dalam Tataran

Organisasi Nasional Demokrat Surya Paloh merupakan Ketua Umum Nasional Demokrat, dan dalam deklarasi pada 01 Februari 2010, dia bertindak sebagai Inisiator Nasional. Oleh karena itu, pada deklarator sudah kerap berkomunikasi dengan Surya Paloh, dalam tataran organisasi, sebagai bawahan, karena beberapa di antara deklarator merupakan pengurus Nasional Demokrat Pusat, beberapa berada dalam susunan Universitas Sumatera Utara 129 Dewan Pertimbangan dan Dewan Pakar. Begitu pula dengan deklarator yang menjabat di Pengurus Wilayah Sumut. Oleh karena itu, dalam wawancara yang dilakukan, deklarator selaku narasumber menggambarkan bagaimana kepribadian Surya Paloh dalam tataran keorganisasian, sebagai seorang ketua umum. Penerimaan Gagasan Yang Dibawa Surya Paloh Didik J. Rachbini menilai gagasan yang dibawa oleh Surya Paloh ketika bertemu dengannya, kemudian membahas bagaimana kondisi Indonesia saat ini sesuai dengan apa yang diyakininya. Sehingga baginya gagasan tersebut relevan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Gerakan Perubahan melalui Restorasi Indonesia merupakan salah satu cara untuk mengadakan perubahan secara komprehensif. Namun Willy Aditya menegaskan bahwa Surya Paloh memaparkan apa yang menjadi spirit dalam gagasan perubahan tersebut. Sedangkan untuk perumusan serta memformulasikan gagasan tersebut ke dalam bentuk yang lebih kongkrit, dilakukan oleh kalangan muda yang telah setuju bergabung. Martin Menurung juga mengamini hal ini. “Dalam diskusi pra-pembentukan Nasdem, kalangan muda dan senior bergabung dalam menuangkan ide. Sedangkan dalam perumusan, kalangan muda-lah 103 yang menuangkan buah pemikiran yang telah didiskusikan menjadi bentuk rumusan.” Meutya Hafid berpendapat bahwa siapapun tokoh di Indonesia tentunya ingin Indonesia berubah dari kondisi stagnan ini. Saat ini yang dibutuhkan oleh 103 Ada enam orang yang memformulasikan gagasan ke dalam bentuk rancangan visi, misi, dan platfom secara lengkap, yaitu Willy Aditya, Budiman Sudjatmiko, Samuel Nitisaputra, Meutya Hafid, Joyce Triatman, dan Martin Manurung. Universitas Sumatera Utara 130 Indonesia adalah perubahan, mulai dari perubahan karakter, mental, budaya, ekonomi. Sehingga Meutya menerima gagasan tersebut, sebagai bentuk keinginannya untuk kembali kepada prinsip-prinsip yang dianut Pancasila. Ferry M. Baldan juga menyatakan komitmennya untuk mengembangkan negara ini, agar sesuai dengan konstitusi dan Pancasila. Oleh karena itu kesetujuannya terhadap gagasan ini dan keikutsertaannya merupakan bentuk komitmen dan idealisme yang dianutnya. Sedangkan Djafar Assegaff, selain memiliki kesetujuan dengan Surya Paloh, namun dia juga tidak setuju dalam beberapa hal. Djafar setuju dengan Surya, dalam pandangan dan cita-citanya untuk mewujudkan restosari dalam kehidupan politik, namun ia juga tidak setuju dengan CEO Media Group tersebut dalam hal politik perekonomian. Djafar menjelaskan: “Surya Paloh walaupun seorang wartawan, dia juga mempunyai bisnis, dan dia mempunyai pandangan- pandangan yang barang kali berbeda dengan saya dalam bidang politik perekonomian. Surya melihat struktur perekonomian yang sangat liberalistis, karena kita pengusaha Indonesia-pen tidak bisa melawan. Namun saya tidak, karena saya memiliki pandangan politik ekonomi yang populis cenderung sosialis. Sehingga misalnya saya tidak bisa menerima liberalisme ekonomi yang berlebihan, akibatnya kita tidak bisa menjadi tuan di rumah sendiri, perusahaan kita bisa dibeli, jika ada yang udah susah, tinggal jual aja. Disitulah perbedaan pandangan saya, karena saya masih punya kepercayaan untuk semua jadi milik negara, kita punya kontrol yang kuat.” Pandangan tersebut walaupun tidak mengenai substansi gagasan pendirian Nasional Demokrat, namun bagi Djafar, hal itu menunjukkan bagaimana ia di dalam tataran organisasi tetap menganggap ada hal yang menjadi ketidaksetujuannya terhadap sosok ketua umum. Djafar mengakui dukungannya Universitas Sumatera Utara 131 terhadap gagasan yang dipaparkan juga didasarkan pada latar belakangnya sebagai wartawan dan akademis. Namun ia mengakui di dalam tahap perumusan manifesto, platfom, serta visi misi, hanya 20 persen saja gagasannya yang diambil, sedangkan selebihnya adalah pandangan dari kalangan muda. Hal ini diakui Djafar, karena ia berpandangan radikal, yang mungkin tidak sama dengan Surya dan generasi dibawahnya. Sosok senior di Partai Golkar lainnya, Syamsul Mu’arif seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ia menerima gagasan pemikiran Surya Paloh dan melihat Surya konsisten dalam menjalankan apa yang ingin diwujudkan. Seperti yang diinginkan Surya Paloh, dan semua orang yang ikut menggagas Nasional Demokrat, bahwa tidak boleh ada orang yang terlibat KKN danatau sedang menjalani proses hukum jika ingin bergabung menjadi deklarator atau pengurus pusat maupun daerah. 104 Dari pengurus Nasdem Wilayah Sumut, Ali Umri menerima gagasan Surya Paloh secara utuh dan tanpa eksepsi karena ia melihat gagasan yang dibawa Surya merupakan niat dan semangat untuk memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan rakyat. Ali Umri telah mencatat komitmen Surya Paloh tidak hanya semenjak diajak menjadi deklarator saja, tetapi penilaian tersebut sudah dimilikinya semenjak lama. Umri memberikan satu contoh, bagaimana konsistensi Surya terhadap gagasannya tersebut, sudah dibuktikannya jauh-jauh hari, ketika Surya benar-benar mendedikasikan diri secara penuh dalam membantu korban 104 Syamsul mencontohkan adanya penundaan Awang Faoek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur untuk bergabung menjadi anggota Dewan Pertimbangan Nasdem. Awang saat ini tersangkut proses hukum oleh Kejaksaan Agung. Surya Paloh berketetapan tidak menempatkan Awang di Dewan Pertimbangan hingga proses hukum selesai. Universitas Sumatera Utara 132 tsunami Aceh di 2004. Sehingga ia tidak meragukan lagi kompetensi Surya dalam mengaplikasikan gagasan Restorasi Indonesia secara konsekuen. Visi yang dibawa oleh Surya dalam Nasdem ini menarik Ali Umri untuk ikut serta berperan dengan bergabungnya ia mendeklarasikan Nasdem, agar ia masih dapat menyentuh masyarakat terutama di Sumatera Utara walaupun ia tidak lagi menjabat jabatan formal di pemerintahan saat ini. Selain itu, ia juga menggarisbawahi konsistensi Surya bersama Nasdem ini untuk tetap menjaga jalannya kehidupan berbangsa agar tetap berada di koridor yang seharusnya. John Waas melihat dirinya sebagai representasi masyarakat yang menyambut baik gagasan Restorasi Indonesia yang dibawa Surya Paloh sebagai hal yang baru dan segar sebagai jalan yang bisa diaplikasikan untuk perbaikan dan pembaruan. Dalam hal ini, ia sepakat dengan semangat restorasi yang menekankan perubahan pola pikir atau mindset seperti yang diungkapkan Ferry sebelumnya. Perubahan yang diinginkan melalui gerakan ini menyentuh semua hal yang perlu diubah untuk kemajuan, sehingga bisa mereduksi nilai-nilai dan praktik negatif di dalam kehidupan masyarakat dan negara. Pandangan John sebagai seorang pengusaha, juga sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh Didik, untuk mengembangkan ekonomi mandiri berbasis kerakyatan. John melihat kemandirian masyarakat dalam hal ekonomi sangatlah kuat. Terlebih lagi ia menyoroti kecenderungan yang ada di Sumut. John melihat masyarakat lebih berkontribusi besar dalam membangun diri mereka sendiri, ketimbang mengharapkan atau dibantu pemerintah. Ia merasakan pembangunan ekonomi yang bangsa yang diklaim oleh pemerintah dalam hitungan kenaikan Universitas Sumatera Utara 133 sekian persen per tahun tersebut, tidak lebih adalah usaha masyarakat sendiri untuk berdikari dan mandiri. John merasakan kondisi ini sebagai seorang pengusaha, bahwa banyak kawan-kawannya sesama pengusaha yang bangkit dan berusaha sendiri, dan lebih menggantungkan permodalan tidak dari bank melainkan dari orang-orag terdekat mereka. “Kondisi kemandirian yang dibangun oleh keadaan ini sangat positif dan saya harap ini akan selalu begitu. Asal ada satu pemimpin yang mau menyentuh mereka hingga ke level terbawah, itu sudah luar biasa. Dan tentu hasil pembangunan ekonomi bisa optimal. Sekarang juga banyak pemimpin yang mau demikian, hanya saja belum maksimal.” John merespon gagasan Restorasi Indonesia ini dengan menyoroti landasan visi dan misi berdirinya Nasdem poin kedua yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan hak setiap manusia untuk bisa berdikari di bidang politik sebagai bentuk kemandirian ekonomi nasional dengan azas pemerataan-keadilan dan pertumbuhan-kemakmuran. Sehingga pada nantinya, gagasan yang disetujuinya tersebut dapat mewujudkan kesediaan kesempatan kerja yang bermartabat, dan dapat meningkatkan pendapatan bahkan kesejahteraan. Untuk memudahkan mengetahui bagaimana respon dan deksripsi dalam penerimaan gagasan yang dibawa Surya Paloh kepada masing-masing deklarator, dapat dilihat di tabel berikut: NO Nama Deklarator Penerimaan Gagasan Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Menerima gagasan Restorasi Indonesia sebagai salah satu jalan untuk mengadakan perubahan yang komprehensif Universitas Sumatera Utara 134 2 Willy Aditya Yang dibawa oleh Surya Paloh adalah spirit dari gagasan Restorasi Indonesia, sedangkan dalam memformulasikan gagasan ke dalam bentuk kongkrit adalah kalangan muda 3 Meutya Hafid Membawakan diri sebagai bagian dari pemimpin Indonesia yang ingin perubahan dari kondisi kebangsaan yang stagnan, dan percaya kepada Surya Paloh akan kemampuannya menggerakkan perubahan 4 Ferry Mursyidan Baldan Didasari oleh komitmen dan idealisme yang dianut untuk mengembangkan negara sesuai dengan konstitusi dan Pancasila 5 Djafar Assegaff Setuju dengan gagasan untuk restorasi dalam kehidupan politik, namun tidak setuju dengan Surya Paloh dalam hal politik perekonomian, yang menurutnya Surya lebih cenderung liberalistis 6 Syamsul Mu’arif Penerimaan gagasan didukung dengan konsistensi yang ditunjukkan Surya Paloh dalam membangun etika politik, dan perbaikan moral mental orang-orang yang ada di kancah politik 7 Martin Manurung Gagasan dengan prinsip dasar Restorasi Indonesia merupakan spirit dari Surya Paloh, namun dalam formulasi kongkrit dilakukan oleh kalangan muda Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Penerimaan gagasan sebagai bentuk sumbangsih untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai perjuangan dengan proses yang tidak bisa berhenti walaupun di luar zona pemerintahan 2 John Waas Penerimaan gagasan dilandasi pada semangat mewujudkan kemandirian ekonomi dan pembangunan sektor riil yang akan lebih optimal jika adanya pemimpin yang benar-benar konsisten Tabel 6. Gambaran Terhadap Penerimaan Gagasan Yang Dibawa Surya Paloh Kesamaan Pandangan Mengenai Kondisi Kekinian Indonesia Surya Paloh memiliki kesamaan pandangan, tidak hanya dengan tokoh senior, namun juga dengan generasi muda, yang dalam penelitian ini diwawancarai adalah tokoh yang ikut berjuang dalam reformasi 1998. Willy Universitas Sumatera Utara 135 Aditya misalnya, aktivis dari FMN ini mengakui kesamaan pandangannya dengan Surya dalam hal rasa kebangsaan, sama-sama nasionalis yang patriotis. Dari hal tersebut, Willy merasakan spirit yang sama dengan Surya Paloh. Ia menuturkan: “Spirit itulah secara batiniah yang membuat saya nyambung dengan Pak Surya, sama-sama berbicara Pancasila, negara, bangsa, dan republik. Mulai dari hal yang historis, kekinian, hingga masa depan. Kita adalah orang yang berpandangan bahwa Indonesia, The Great Nation yang tidak bisa dipimpin oleh orang yang ecek-ecek.” Willy juga meyakinkan bahwa atas dasar kesamaan visi dan keinginan untuk Indonesia kedepannya inilah ia dan teman-teman yang lain dari golongan mua bergabung di Nasional Demokrat. Berbeda dari Willy yang tidak berasal dari partai politik, Martin menyatakan bahwa kesamaan ide yang dimilikinya dan PDIP membuat ia menyambut gagasan Restorasi Indonesia dengan tangan terbuka. Walaupun bagi Martin, dari segi organisasi, ia yang berasal di PDIP, sedangkan Surya Paloh di Partai Golkar tidak memiliki keterkaitan. Namun baginya, gerakan Restorasi Indonesia ini sejalan dengan apa yang dipaparkannya mengenai kondisi politik Indonesia sekarang. “Sudahlah demokrasi hanya sebatas prosedural, pilar demokrasinya juga tidak bekerja. Akan seberapa lama bangsa ini tahan dengan sistem seperti ini? Apa mereka rakyat tidak akan protes, taraf kehidupannya tidak meningkat, dengan pemimpin yang sampah, dengan parpol korup. Setelah reformasi yang membongkar nilai-nilai lama dan mengadvokasi nilai-nilai baru, perlu sesuatu gerakan yang merestorasi. Itulah yang namanya gerakan restorasi, mengembalikan nilai-nilai bangsa kepada nilai-nilai yang diusung oleh pendiri bangsa ketika awal kemeredekaan yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.” Universitas Sumatera Utara 136 Sejalan dengan Martin, Meutya juga menyatakan kesetujuan pandangan dengan Surya Paloh, karena merujuk pada bangunan bangsa Indonesia yang telah dirancang melalui UUD 1945dan Pancasila. Meutya memiliki rasa kepercayaan yang tinggi terhadap Surya Paloh, dan pandangan mereka sama, yakni ingin mengembalikan arah perjalanan berbangsa kembali ke Pancasila dan UUD 1945. Berikut pandangan Meutya: “Apa yang kita lakukan sekarang ini adalah semacam liberalisasi yang kebablasan, sehingga harus kembali ke Pancasila, misalnya Pasal 33 yang kurang implementasinya. Dulu kita memiliki kemandirian ekonomi yang bagus, dulu kita negara produsen dan sekarang negara konsumen. Misalnya di daerah asal ibu saya, Tasikmalaya adalah sentra penghasil kerajinan. Namun sekarang mereka tidak lagi giat membuat kerajinan, malah menjadi kuli di swalayan yang notabene adalah kepunyaan asing.” Ferry M. Baldan tidak merincikan apa yang dianggapnya sebagai kondisi memprihatinkan yang terjadi di negara ini. Namun ia setuju dengan adanya komitmen untuk berbuat sesuatu perbaikan bagi Indonesia, sehingga dapat memperbaiki kondisi bangsa melalui celah-celah yang tidak bisa dijangkau oleh negara dan partai politik. Pandangan dari seorang pakar ekonomi, Didik J. Rachbini pun juga menyoroti hal yang sama dengan Meutya, terlebih dalam masalah kemandirian ekonomi serta kemampuan masyarakat untuk bisa mendapatkan akses perbaikan taraf kesejahteraan. Didik mengatakan: “Tentu kami memiliki persamaan pandangan, karena setelah mengutarakan gagasan, dan saya pikir ini merupakan jalan keluar bagi Indonesia. Begitu pula dengan pandangan saya terhadap kondisi negeri ini. Karena kesamaan pandangan inilah saya memutuskan bergabung dengan Nasdem. Terlepas dari ormas ini Universitas Sumatera Utara 137 akan berubah menjadi partai atau tidak, itu urusan nanti. Yang jelas apa yang bisa kita perbuat terhadap permasalahan negeri yang ada di hadapan kita.” Djafar Assegaff seperti yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai kegundahannya terhadap kondisi perpolitikan nasional yang sudah condong pada pragmatisme dan liberalisme kebablasan, ia juga merasa cocok dengan Surya Paloh dalam hal tidak menggunakan unsur agama untuk kepentingan politik. Djafar mencap dirinya sebagai sosok yang sekuler, yang tidak mengikutsertakan agama dalam politik. Walaupun ia tidak menafikan komposisi masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam, tapi ia tidak setuju dengan penggunaan simbol- simbol ortodoksi untuk politik. Begitupun Surya Paloh. Namun di samping memiliki kesamaan pandangan, Djafar lebih melihat kondisi ini lebih idealis. Karena baginya Surya Paloh tetaplah seorang politisi yang tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam politik. Sedangakan Djafar menggambarkan dirinya dengan istilah ‘nothing to lose’ dengan keikutsertaannya ini. Yang diinginkan oleh Djafar adalah penghentian serta perbaikan sistem yang menjurus ada degenerasi proses dari pranata politik dan sosial harus dihentikan. Ia menyayangkan terjadinya konspirasi politik antara pemilik uang dengan politisi. “Praktek ini adalah ciri khas dari demokrasi liberal, seperti di Amerika Serikat. Saya lebih dekat dengan demokrasi radikal-sosialis, bahkan lebih condong ke komunis di masa dulu. Namun saya juga penganut mazhab realisme politik, walaupun begitu tetap harus ada yang harus diubah, melalui gerakan ini.” Sementara itu, Syamsul Mu’arif memandang kesamaan pandangannya dengan Surya Paloh sebagai sebuah perjalanan, karena dilihat dari latar belakang Universitas Sumatera Utara 138 kedua tokoh ini yang sama-sama berasal dari Partai Golkar dan menjadi kader partai tersebut dari tahun 80-an. Sebelum itu pula, Syamsul dan Surya juga sama- sama pernah menjabat sebagai Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia AMPI, Syamsul menjabat Ketua Umum AMPI Kalimantan Selatan, dan Surya Paloh sebagai Ketua DPP AMPI Pusat. Kesamaan pandangannya dengan Surya lebih kepada kepribadian Surya dan Syamsul yang sangat mementingkan keberagaman. Sehingga Syamsul mengakui, prinsip dan filosofi musyawarah dan hikmah kebijaksanaan yang menjadikan ia satu pikiran dengan Surya, yakni menjadikan keberagaman sebagai kekuatan. Syamsul memberikan penggambaran kondisi politik sebagai berikut: “Melihat kecenderungan sekarang ini di politik nasional untuk mencapai kekuasaan. Baik dalam parpol, ormas, dalam pemilihan presiden atau gubernur, ada kecenderungan untuk menempatkan siapa yang memiliki modal praktek money politic. Semestinya biarkan saja dinamika masyarakat yang memilih sendiri, jangan didistorsi dengan tata cara seperti itu. Pada akhirnya ini menjadi sebuah kelaziman, dan itu tidak boleh terjadi di dalam bangsa yang berbudaya seperti Indonesia. Hal yang serupa, juga dirasakan oleh Ali Umri dan John Waas. Kesamaan pandangan mereka dengan Surya Paloh lebih dikarenakan pengalaman berinteraksi dengan Surya dalam organisasi yang sama. Ali Umri menilai kesamaan pandangannya dalam memandang kondisi Indonesia lebih terarah pada pemikiran Surya Paloh sebagai tokoh senior Golkar, dan Umri merupakan kadernya. Hal ini membuatnya mampu memahami pola pikir dan idealisme Surya Paloh untuk Indonesia, dan Umri menemukan kesamaan tersebut dalam Universitas Sumatera Utara 139 pikirannya sejak dulu. Ia melihat kondisi Indonesia akan sangat ditentukan bagaimana pemimpinnya membawa arah pembangunan dan bangsa. Jika Umri mememukan kesamaan pandangan ketika sama-sama di Golkar, John Waas merasakan komitmennya selalu beriringan dengan Surya Paloh karena sama-sama anggota dan pimpinan FK-PPI. Karena apa yang diperjuangkan oleh FK-PPI juga tidak jauh berbeda dengan apa yang sekarang menjadi cita-cita besar Surya Paloh. Hanya saja, dahulu wadahnya melalui forum komunikasi tersebut, dan sekarang tentu kondisinya sudah berbeda dengan adanya gerakan ini. Namun yang masih dipertahankan oleh Surya Paloh dan John Waas hingga saat ini adalah kedinamisan dalam memandang Indonesia. Sehingga kesamaan pandangan tersebut masih terjaga hingga ke kondisi Indonesia kini. Gambaran kesamaan pandangan antara deklataror dengan Surya Paloh yang diuraikan di atas, dapat dilihat lebih ringkas dalam tabel berikut: NO Nama Deklarator Kesamaan Pandangan Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Kesamaan dalam pandangan untuk menumbuhkan kemandirian bangsa dalam bidang ekonomi sehingga mendapatkan akses untuk berbaikan taraf hidup 2 Willy Aditya Kesamaan terhadap konsistensi nasionalisme yang patriotis 3 Meutya Hafid Pengembalian arah perjalanan berbangsa kembali ke Pancasila dan UUD 1945 4 Ferry Mursyidan Baldan Komitmen dalam perbaikan kondisi Indonesia melalui celah-celah yang tidak bisa dijangkau pemerintah dan partai politik 5 Djafar Assegaff Kesamaan dalam nasionalisme dan tidak memakai atribut keagamaan yang fanatis dalam pergerakan di politik 6 Syamsul Mu’arif Kesamaan pandangan dikarenakan faktor perjalanan yang sama, sebagai kader Golkar dan Universitas Sumatera Utara 140 petinggi AMPI. Dan adanya keinginan untuk implementasi optimal prinsip musyawarah dan hikmah kebijaksanaan 7 Martin Manurung Pembangunan substansi demokrasi hingga pendidikan politik menyentuh akar rumput, dan pengembalian nilai-nilai bangsa sesuai dengan preambule UUD 1945. Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Kesamaan pandangan karena merupakan kader Surya Paloh di Golkar, dan adanya keinginan untuk menyejahterakan rakyat sejurus dengan pembangunan karakter pemimpin bangsa yang tepat 2 John Waas Kesamaan pandangan karena sama-sama penggiat FK-PPI dan melihat konsistensi gagasan yang dibawa Surya Paloh telah dimulai sejak dulu. Tabel 7. Gambaran Mengenai Kesamaan Pandangan Terhadap Kondisi Indonesia Pandangan Deklarator Terhadap Posisi Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasional Demokrat Dari teman-teman Surya Paloh, yang berasal dari kalangan senior, mereka dapat menilai kepemimpinan dan memandang posisinya sebagai ketua umum sekarag ini dengan membandingkannya dengan gaya kepemimpinan sebelumnya. Didik J. Rachbini mengatakan bahwa Surya Paloh merupakan pribadi yang matang dalam hal sosial politik, oleh karena ia telah memiliki pengalaman yang banyak dalam dunia politik nasional. Di belakang itu, bagi Didik yang juga sahabat lamanya merasakan Surya telah membangun hubungan yang dekat dengannya dan pengurus lain. Didik menggambarkan keikutsertaan Surya ke hal personal, seperti perhatiannya dalam persta pernikahan puteri Didik di bulan November 2010. Universitas Sumatera Utara 141 Kepribadian matang yang disebutkan Didik, dijelaskan panjang lebar oleh Djafar Assegaff dalam konteks kepemimpinan: “Lama saya melihat-lihat ke diri Surya Paloh, saya melihat dia punya apa yang disebut kriteria kepemimpinan yang dijelaskan dalam Manifesto Leadership.” Manifesto Leadership ini merupakan ciri-ciri pemimpin yang Djafar tujukan kepada peneliti, yang diambil dari situs www.thepracticeofleadership.net . Ciri-cirinya antara lain: 1. Pemimpin yang berorientasi masa depan, yang dapat membawa perubahan, dan memimpin untuk menantang status quo. Karena jika tanpa perubahan, maka tidak diperlukan pemimpin. 2. Kepemimpinan adalah pilihan, karena kemampuan itu tidak serta-merta ada, karena kepemimpinan adalah sebuah pilihan untuk visi dan tujuan dalam hidup. 3. Pemimpin itu diciptakan, bukan lahir secara naluriah. Pemimpin mengetahui keberadaannya, dalam tujuan tententu, dengan kekuatan, dan skill. Mereka membawa visi di depan menjadi kenyataan. 4. Pemimpin membawa visinya dan menjadi agen perubahan untuk apa yang ingin diubahnya di dunia, karena pemimpin mencoba mencontohkan, dan mampu menunjukkan jalan. 5. Pemimpin mempu mengendalikan perbedaan, dan menjembatani perbedaan dengan debat dan diskusi terbuka. Universitas Sumatera Utara 142 6. Pemimpin memahami bentuk-bentuk karakter, karena karakter merupakan dasar penetapan kepercayaan. Tanpa kepercayaan, maka tidak dapat memimpin. 7. Pemimpin juga membutuhkan sesuatu untuk tetap menjaga spiritual mereka, emosional, mental dan fisik. 8. Pemimpin selalu berorientasi kepada hasil yang terfokus, karena dia mampu memulai dan sesuatu terjadi. 9. Pemimpin dapat menginspirasi. Pemimpin tidak dapat mencapai visi mereka sendiri, maka mereka mengilhami orang lain untuk berpartisipasi dalam organisasi. 10. Pemimpin meninggalkan warisan. Sukses adalah apa yang dilakukan untuk diri sendiri, sementara warisan adalah apa yang dilakukan untuk yang lain. Sesuai dengan poin manifesto nomor lima di atas, Djafar melihat Surya sebagai orang yang memandang dalam kesamaan dan mampu menjembatani perbedaan. Djafar merasa bahwa dirinya dipandanga Surya bukan darimana ia berasal, apakah ia keturunan bangsawan atau tidak, sehingga itu menjadi suatu titik kenyamanan seseorang dalam kepemimpinan Surya. Ferry M. Baldan juga menyinggung poin ke dua manifesto leadership secara tidak langsung, ia menyatakan pilihan hidup Surya untuk masih mau berkecimpung di pergerakan adalah pilihan yang diperjuangkannya. “Surya Paloh secara figur adalah orang yang sudah selesai dalam hidup, dan sudah memiliki bisnis. Jika dia mau, dia bisa tidak lagi ikut yang begini-beginian. Universitas Sumatera Utara 143 Namun dia merasa tidak adil, jika dia tidak melakukan sesuatu untuk negeri ini. Sehingga dengan potensi yang dimilikinya, dia menghimpun orang-orang, anak-anak muda yang memiliki idealisme dalam wadah Nasdem.” John Waas secara terpisah menilai Surya adalah pribadi pemimpin yang dinamis dan pembangkit semangat sebagai motivator, seperti pada poin-poin manifestasi sifat kepemimpinan yang diuraikan Djaffar di atas. Dengan tingginya semangat yang dimilki Surya Paloh, dinilai John sebagai faktor terkuat Surya untuk berjuang merestorasi kehidupan berbangsa. Dan kemampuannya memotivasi, membuat Surya yang dahulunya bisa dikatakan jalan sendiri, sekarang ia mulai diikuti oleh banyak orang dengan dukungan yang tidak putus- putus di setiap daerah di Indonesia. Arahan dan visi Surya untuk merubah diri bangsa tersebut nantinya diharapkan John dapat membawa perubahan untuk melahirkan undang-undang yang memihak kepada rakyat. Karena dinilainya sekarang masih banyak UU yang tidak memihak kepada rakyat. Ali Umri pun satu suara dengan Willy, bahwa sosok Surya merupakan pemimpin organisasi yang beridealisme nasionalis. Dan sepantauan Umri, Surya sangat disambut baik oleh masyarakat karena apa yang disampaikannya mengenai kondisi nasional benar-benar mengena ke masyarakat dan sesuai dengan apa yang sudah diperbuatnya terlebih dahulu. Dari sisi ini, Umri menilai Surya sebagai pemimpin yang dapat memberikan teladan bagi dirinya dan generasi muda umumnya. “Surya Paloh merupakan orang yang visioner, yang mampu mengorbankan harta, tenaga, dan pola pikir untuk mewujudkan mimpinya, yakni Indonesia yang sejahtera dan memulihkan kondisi masyarakat dari Universitas Sumatera Utara 144 level terbawah. Walaupun dia bisa saja berhenti dan sama sekali tidak memikirkan hal tersebut, tapi dia tidak memilih sikap apatis namun tidak diikutkan dengan agenda ambisi dalam kedudukan politik.” Berbeda dengan lima deklarator di atas, Syamsul menganggap Surya Paloh ada pribadi yang biasa saja. Syamsul menilai kiprah Surya Paloh di dalam organisasi ini dikarenakan dorongan dari kawan-kawannya. Diakui Syamsul, ia sebenarnya sudah lama tidak ‘gabung’ dengan Surya selepas Munas AMPI di Semarang tahun 1985. Dijelaskannya, dia mulai berkomunikasi intens lagi setelah ia menjabat sebagai Ketua Organisasi, Kader dan Keanggotaan Partai Golkar, sementara Surya di Dewan Pertimbangan. Syamsul menilai Surya memang mempunyai kelebihan, namun dia juga menyadari kelemahan. Dan selama di Nasional Demokrat, Syamsul merasakan Surya membangun semangat kolektivisme. Sehingga dengan sistem kolektif, Surya tidak memutuskan sendiri ketika mengambil langkah dan kebijakan, bahkan dia menerima pikiran anggota. “Itu yang paling fundamental dari semua ini, karena kita membangun keberagaman. Surya membangun semangat dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah, sejauh musyawarah itu diayomi oleh nilai-nilai hikmah kebijaksanaan.” Jika deklarator sebelumnya adalah orang yag telah lama mengenal sosok Surya Paloh, yakni melalui Partai Golkar, Willy Aditya yang mengaku baru melakukan komunikasi yang intensif dengan Surya sejak akhir tahun lalu memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda. Willy memandang Surya sebagai tokoh utama di Nasional Demokrat ini sebagai tokoh senior yang nasionalis. Jika selama ini tokoh nasionalis selalu disimbolkan dari kalangan tentara, atau anak Universitas Sumatera Utara 145 cucu Bung Karno, Willy melihat prinsip nasionalis itu ada dalam diri Surya Paloh, dan ia merepresentasikannya dari kalangan sipil. “Saya bilang dia itu, the lone ranger. Saat ini dari semua tokoh senior yang ada, dia adalah orang yang paling clear dan paling tegas dalam masalah keindonesiaan. Secara pemahaman dan cara bertindak.” Bagi Willy yang baru merasakan kedekatan emosional belum genap setahun ini, digambarkan dengan kepercayaan Surya terhadap ide dan gagasan yang dilontarkan Willy. Hal yang sama juga dirasakan Ferry serta Didik, karena dalam banyak pidato dan orasi yang akan disampaikan oleh Surya, ia akan bertanya kepada orang-orang di jajaran pengurus mengenai hal apa yang sebaiknya disampaikan ketika pidato. Diskusi yang dibangun juga berjalan dalam ruang formal maupun informal, karena Surya terbuka dengan input dari bawahan. Satu hal yang digarisbawahi Willy adalah kedekatan latar belakang budayanya dengan Surya: “Yang bisa membuat saya cair dengan beliau juga karena sama-sama dari Sumatera, dan memiliki karakter budaya yang sama. Secara idiom-idiom bahasa, beliau sering memakai idiom bahasa Medan yang di Sumatera bisa dibilang sama, sehingga lebih cepat nyambung. Walaupun sebelumnya saya juga dekat dengan Sri Sultan, namun gape of culture itu yang membuat saya dengan Pak Surya lebih nyambung.” Pembahasaan gaya kepemimpinan dan pribadi Surya yang egaliter juga diungkapkan oleh Meutya Hafid. Meutya yang merasa dirinya masih junior di dalam kancah politik, sangat mensyukuri ia bisa ‘nyambung’ dengan Surya Paloh, Universitas Sumatera Utara 146 karena ia melihat Surya dapat menyeimbangkan dan menjembatani semangat generasi muda. Mutya juga merasa pemikirannya mengenai idealisme didengar dan mendapat tempat dalam ruang pertimbangan Surya. Hal itu pulalah menurutnya yang menyebabkan banyaknya tokoh muda di Nasdem, serta jaringan pendukung yang terdiri dari generasi muda. Senada dengan Willy, Meutya memandang Surya sebagai tokoh utama Nasdem yang menjadikan nasionalisme sebagai semangat, sejurus dengan keinginan untuk mengembalikan landasan negara ke Pancasila dan UUD 1945. “Pak Surya selalu berucap rasa rasa kebanggannya sebagai warga negara Indonesia, dan jati diri bangsa, serta Pancasila.” Boleh dibilang, di antara deklarator yang penulis wawancarai, Meutya telah terlebih dahulu mengenal Surya, semenjak ia bekerja sebagai wartawan dan news anchor di Metro TV, stasiun televisi milik Surya Paloh. Meutya mengenal Surya sejak tahun 2000, tahun bergabungnya ia ke Metro TV. Dan Meutya mengakui, ia memiliki fase-fase kedekatan dengan Surya, dimulai antara karyawan-pemilik, hingga ketika 2008 Meutya masuk ke kancah politik dan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari Partai Golkar ketika itu Surya Paloh adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, sampai akhirnya menjadi salah satu ketua bidang di Nasdem Pusat. Dan yang dirasa Meutya cukup emosional baginya adalah ketika ia dijemput langsung oleh Surya Paloh ke Universitas Sumatera Utara 147 Yordania setelah dilepaskan dari penculikanan oleh militan Irak. 105 Dalam raut muka penuh emosi, Meutya menjelaskan: “Pak Surya adalah pemimpin yang sangat memperhatikan dari hal besar hingga detil. Dia juga sayang, peduli, dan memperjuangkan karyawan. Misalnya waktu saya disandera di Irak, beliau sendiri yang datang. Walaupun di usia seperti beliau yang sudah tua, di padangnya sulit, dan itu bukanlah untuk plesiran tentunya.” Sama halnya dengan Willy, Martin Manurung yang juga baru tahun lalu berkomunikasi intens dengan Surya mengaku terkejut dengan gaya kepemimpinan Surya di Nasdem. Sebelumnya dia tidak memiliki gambaran mengenai hal tersebut, karena berbeda partai. Namun sekarang, Martin membahasakan gaya kepemimpinan Surya dengan kata ‘kolegial’, yang artinya membuat semua orang di jajaran kepengurusan yang notabene adalah bawahan dia sebagai kolega atau teman. Surya pun membahasakan dirinya sebagai ‘abang’ untuk anak muda yang bergabung di Nasdem. Gaya kepemimpin tersebut dianggap Martin sebagai sisi yang unik, karena ia merasa dari segi ketokohan, level Surya Paloh jauh diatasnya. Menurut pengamatan Martin, gaya kepemimpinan seperti ini masih langka di banyak organisasi politik dan organisasi massa yang umumnya bersifat personal dan sentralistis. “Dia adalah orang solidarity maker dan motivator. Dia tidak banyak memberikan direction, tapi ia membiarkan kita mengeluarkan potensi yang terbaik yang kita punya. Ini yang saya lihat cukup langka pada pucuk pimpinan parpol dan organisasi politik lainnya.” 105 Lihat Meutya Hafid, “168 Jam Dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis Indonesia Yang Disandera di Irak”, Jakarta, 2007. Universitas Sumatera Utara 148 Cara pandang masing-masing deklarator terhadap Ketua Umum Nasional Demokrat, Surya Paloh boleh dikatakan cukup bervariasi. Melalui tabel di bawah ini, dapat dilihat bagaimana masing-masing deklarator mempersepsikan Surya Paloh berdasarkan apa yang mereka lihat dari kepemimpinan Surya Paloh di Nasde, yang tentu juga ditunjang oleh persepsi dari awal mengenal sosok Surya Paloh. NO Nama Deklarator Pandangan Terhadap Ketua Umum Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini 1. Pribadi yang matang dalam hal sosial politik, karena memiliki banyak pengalaman di politik nasional 2. Pribadi yang dekat secara personal dengan orang-orang dikepengurusan 2 Willy Aditya 1. Tokoh nasionalis dari kalangan sipil 2. Pribadi yang mau menerima masukan dari orang lain, tidak memandang senior atau tidak 3 Meutya Hafid 1. Pribadi yang egaliter 2. Pribadi yang mampu menjembatani pemikiran kalangan muda dengan yang senior 4 Ferry Mursyidan Baldan 1. Orang yang tetap memiliki idealisme dan visi walaupun sudah mapan dalam ‘selesai’ dalam hidup 5 Djafar Assegaff 1. Memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang lengkap, dari sikap, cara pandang, dan pengelolaan sumber daya keanggotaan 2. Pribadi yang mampu menjembatani perbedaan yang ada di organisasi 6 Syamsul Mu’arif 1. Pribadi yang biasa saja, karena kiprahnya di Nasdem merupakan sokongan dari kawan-kawan yang lain 2. Pribadi yang membangun semangat kolektivisme 7 Martin Manurung 1. Pribadi dengan gaya kepemimpinan Universitas Sumatera Utara 149 kolegial 2. Pemimpin yang percaya dengan pendelegasian, dan tidak banyak memberikan perintah Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri 1. Pribadi yang nasionalis dan visioner 2. Pemimpin yang berbuat terlebih dahulu memberikan percontohan bagaimana konsisten sebagai nasionalis 2 John Waas 1. Pribadi yang dinamis, penuh semangat, dan seorang motivator 2. Pemimpin yang dapat menghimpun kekuatan untuk menggerakkan perubahan Tabel 8. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Surya Paloh Sebagai Ketua Umum Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Surya Paloh Dari pemaparan di atas, para deklarator setuju dengan pribadi Surya Paloh yang egaliter dan mau menerima kritikan, serta terbuka dengan pemikiran orang lain. Namun Surya dalam beberapa hal tertentu, dia menempatkan sikap perfeksionis dalam manajerial. Seperti yang dirasakan oleh dua deklarator yang juga menjadi karyawan di Metro TV, Djafar Assegaff dan Meutya Hafid. Djafar menilai perfeksionis Surya melebihi dirinya dalam hal manajemen, mulai dari susunan kantor, hingga susunan organisasi yang dinilainya sangat rapi. Penyerahan rumah Surya Paloh, yakni gedung Prioritas yang dijadikan kantor Nasional Demokrat sekarang, dianggap Djafar sebagai bentuk totalitasnya dalam menjalankan visi, mulai dari hal kecil hingga yang besar. Djafar mencontohkan bagaimana Surya sangat telaten dalam membentuk struktur organisasi Nasdem, dengan ada Dewan Pakar, Dewan Pertimbangan, yang menurut Djafar hal ini seperti susunan kepengurusan parpol Golkar atau parpol lainnya. Universitas Sumatera Utara 150 Sikap perfeksionis ini pun juga dilihat oleh Meutya, sejak ia menjadi karyawan Metro TV, 10 tahun lalu. Meutya menggambarkan bagaimana Surya mengatur letak furnitur dan bentuk ruangan yang akan digunakan oleh karyawan, baik itu di Metro TV, maupun di Nasional Demokrat. Pun Willy yang bisa dibilang baru mengenal dekat Surya Paloh merasakan hal itu: “Pak Surya adalah orang yang komunikatif dan detail untuk masalah keorganisasian dan cenderung perfeksionis. Orangnya eksrtavaganza, bercita rasa tinggi, berkarakter. Sehingga citra organisasi tidak yang menjadi ecek-ecek. Bahkan pernah di persiapan acara simposium, ia sampai larut malam mengatur tata letak atribut dan ornamen di ruangan simposium.” Sedangkan untuk pengambilan keputusan, Surya tidak seperti menetapkan dimana meja satpam akan diletakkan. Ia membuka diri mendengar masukan sebelum nantinya ia mengambil keputusan. Sejurus dengan penggambaran sifatnya yang kolegial oleh Martin, dan kolektivis oleh Syamsul, Meutya memaparkan lebih jelas bahwa Surya Paloh kerap mengambil keputusan tidak melalui rapat formal. Hal itu dilakukan setelah meminta masukan dan pandangan dari anggota. Namun bagi Meutya, Surya Paloh adalah orang yang bisa membaca kemampuan dan kapasitas orang, dengan intuisi yang kuat, sehingga dalam penempatan posisi-posisi yang ada di kepengurusan pun tidak ada yang menimbulkan kontroversi. John melihat kecenderungan ini adalah bentuk dari Surya yang sangat menghindari sikap birokratis di organisasi yang dijalankannya yakni keterbukaan terhadap siapa saja dan apa saja. John mencontohkan keterlibatan langsung Surya untuk turun ke lapangan melihat langsung kondisi masyarakat, dan menurutnya kebiasaan itu sudah terbentuk dari dulu. Universitas Sumatera Utara 151 Untuk menghindari kontroversi yang dikatakan Meutya, Ferry memberikan contoh bagaimana pendelegasian secara penuh tanpa intervensi membuatnya bisa mengembangkan diri untuk berbuat bagi organisasi sejalan dengan idealismenya. “Dia tidak banyak melakukan intervensi dalam hal pengambilan keputusan masing-masing bidang. Seperti halnya saya di bagian keanggotaan, saya diberikan kewenangan penuh, mempersiapkan konsep, bagaimana konsepnya berjalan, diberikan tugas, kemudian kita persiapkan idenya, lalu presentasi.” Ali Umri membenarkan pandangan Ferry di atas, bahwa Surya Paloh selalu membangun komunikasi intensif dalam berkonsultasi dan meminta masukan dari orang lain, dalam hal memformulasikan gagasan, dan sangat memperhatikan kesetujuan dari anggota lain di jajaran organisasi. “Jika para anggota merasa cocok dan setuju, maka akan dilaksanakan. Bang Surya tidak pernah mengambil sikap berdasarkan pemikiran pribadi dia. Karena dari awal pun, Nasdem ini terbentuk bukan dari hanya pribadi dia, namun dari banyak pemikiran dan gagasan dari tokoh lain.” Hal yang diungkapkan oleh Ali Umri senada dengan Djaffar ketika ditanyakan mengenai kemampuan Surya dalam kecepatan mengambil sikap, Djafar menilai Surya adalah pemimpin yang cepat mengambil tindakan, dan hal tersebut adalah apa yang sudah diperhatikan Djafar sejak bergabung di Media Indonesia tahun 1997. Sedangkan Willy melihat kepemimpinan Surya juga digandengkan dengan sosok Syamsul Mu’arif sebagai Sekjen Nasdem. Ia menganggap hal tersebut sebagai dwipartner dalam kepemimpinan organisasi. Universitas Sumatera Utara 152 Namun jika difokuskan pada diri Surya, Willy menilai ia adalah orang yang cepat memberikan respon untuk setiap situasi. “Itu intuitif, sebagai naluri seorang pemimpin. Dan untuk menerjemahkan itu perlu suatu tim, di sana peran Syamsu Mu’arif sebagai Sekjen menjaga ritme organisasi. SP sebagai gas dan Sekjen sebagai rem, dan menjaga keseimbangan motor organisasi.” Syamsul sendiri menilai Surya dalam pengambilan keputusan, tidak dalam konteks cepat atau lambatnya, namun lebih kepada hal yang substansial dan keberanian dalam mengambil sikap. Lebih lanjut Martin menggambarkan sikap ini bergantung pada konteks masalah yang dihadapi. Dare to take decision, begitu Djafar menggambarkan Surya. Martin pun memberikan percontohan situasi: “Terkadang apa yang diputuskannya itu di luar perkiraan kita. Misalnya ada satu masalah yang sudah kita prediksi solusinya, namun dia bisa memberikan opsi lain yang diluar itu, dan tidak terpikirkan atau tidak terprediksikan oleh kita. Tapi terkadang untuk masalah lain, dia juga meminta waktu untuk memikirkan solusinya, saya tidak tahu apa parameter yang menentukan dia cepat atau membutuhkan waktu untuk mengambil solusi. Dia sanga tidak suka membiarkan masalah berlarut-larut, dan ketika dia meminta waktu untuk berfikir, berarti ada sisi yang orang lain tidak bisa melihat, namun dia bisa melihat sisi permasalahan itu dari segi lain. Yang terpenting dia bukan orang yang peragu.” Deklarator yang diwawancarai, umumnya memilliki sejarah aktif di organisasi, tidak hanya di Nasional Demokrat. Sehingg mereka memiliki pakem tertentu untuk ukuran kemampuan pemimpin organisasi dalam hal manajerial. Di bawah ini merupakan penggambaran yang dituturkan deklarator mengenai Surya Paloh secara lebih ringkas: Universitas Sumatera Utara 153 NO Nama Deklarator Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini 1. Pemimpin yang mau mengakomodasi pemikiran bawahan 2 Willy Aditya 1. Pemimpin yang kepemimpinan ibarat gas, sedangakan partnernya yakni Sekjen sebagai rem 2. Pemimpin yang cepat dalam merespon untuk setiap situasi 3 Meutya Hafid 1. Pribadi yang perfeksionis, memperhatikan hingga ke hal yang detail 2. Pengambilan keputusan tidak kaku harus melalui rapat formal 3. Pribadi yang memiliki intuisi kuat dalam membaca kemampuan dan kapasitas orang 4 Ferry Mursyidan Baldan 1. Pemimpin yang memberikan kewenangan penuh atau pendelegasian tanpa intervensi sehingga bawahan bisa mengembangkan diri 5 Djafar Assegaff 1. Perfeksionis hingga ke hal detail, dalam hal penyusunan tata ruang kantor sampai ke penyusunan struktur organisasi sebagai bentuk totalitasnya daam menjalankan visi 2. Pemimpin yang cepat dan berani mengambil keputusan 6 Syamsul Mu’arif 1. Pemimpin yang berani mengambil sikap dalam konteks substansial di setiap situasi 7 Martin Manurung 1. Mampu berfikir mencari solusi di luar kotak out of the box yang terkadang tidak terpikirkan oleh bawahannya 2. Pemimpin yang tidak menyukai masalah yang berlarut-larut Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri 1. Pemimpin yang terbuka dengan masukan dan tidak memutuskan sesuatu berdasarkan asumsi pribadi semata 2 John Waas 1. Pemimpin yang tidak birokratis dan berani mendelegasikan wewenang kepada bawahan 2. Terbuka dengan siapa saja dan seringkali terjun ke lapangan untuk melihat kondisi real Universitas Sumatera Utara 154 masyarakat Tabel 9. Gambaran Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Surya Paloh Pandangan Deklarator Mengenai Problem EksternalIsu dan Kaitannya dengan Surya Paloh Di atas telah dijelaskan oleh deklarator bagaimana Surya Paloh mengambil sikap dan keputusan ketika dalam situasi yang membutuhkan penyikapannya sebagai ketua umum. Peneliti kemudian memberikan satu bentuk pertanyaan kongkrit mengenai isu media massa mengenai adanya rencana pemecatan kader parpol yang juga ikut menjadi anggota Nasdem. 106 Sembilan deklarator Nasdem yang diwawancarai sepakat secara terpisah menganggap hal itu bukanlah dianggap suatu masalah. Bagi mereka, hal tersebut tidak dianggap sebagai problem eksternal, hanya isu. Dan Meutya pun mengatakan Nasdem hadir bukan sebagai musuh, karena Nasdem hadir dengan tujuan sosial dan membantu masyarakat. Pandangan dari politisi PAN, Didik J. Rachbini menanggapi hal ini sekedar permasalahan komunikasi. Didik menganggap hal itu sebagai masalah Golkar semata dengan mempermasalahkan adanya kader Golkar di Nasdem. Begitu pun ia yang juga merupakan kader partai lain, karena Nasdem bukan partai. Didik menganggap permasalahan tersebut selesai, karena hingga saat ini tidak ada pemecatan kader Golkar yang ikut Nasdem. 106 Di media massa nasional, isu pemecatan untuk kader parpol yang ikut aktif di Nasdem. Golkar dan PDIP melalui pernyataan Abu Rizal Bakrie dan Puan Maharani. Selain itu REPDEM, organisasi di bawah PDIP juga pernah mewacanakan pemecatan Martin Manurung dan Budiman Sudjatmiko dari jabatan pimpinan REPDEM. Beberapa peringatan ini ada yang disampaikan melalui surat edaran, ada yang tidak. Universitas Sumatera Utara 155 John pun menilai hal ini sepositif Didik, bahwa polemik antara Nasdem dan parpol besar di Indonesia merupakan bagian dari dinamika politik, dan tidak sama sekali melihatkan unsur pribadi di dalamnya. Silang pendapat yang memunculkan polemik isu pemecatan ini hanya sebuah perbenturan dari idealisme politik yang berbeda. John menilai bahwa idealnya suatu langkah politik bertujuan untuk merebut kekuasaan yang nantinya digunakan untuk mengatur bangsa dan negara menuju perubahan lebih baik. Sehingga baginya, yang terpenting adalah tujuan berdinamika politik di atas adalah untuk rakyat, oleh karena itu ia mendukung sepenuhnya walaupun sempat menjadi isu hangat di media massa. Berbeda dengan Didik dan John, Meutya dengan tegas menyatakan bahwa jajaran pengurus Nasdem percaya bahwa organisasi masih ormas, dan bahkan pernyataan negatif dari Surya Paloh atau yang mewakili Nasdem. Karena tujuan ormas ini adalah mengkritisi pemerintah. Meutya memandang Nasdem ini sama dengan ormas lainnya, seperti Muhammadiyah atau Nadhatul Ulama, dan Golkar tidak bisa melarang kadernya untuk ikut dengan kedua ormas tersebut. Begitu pula seharunya dengan Nasdem. Petinggi Golkar yang juga berada di Nasdem, Syamsul Mu’arif menanggapi isu ini senada dengan Meutya. Ia memandang, walaupun Surya Paloh merupakan pihak yang kalah dalam pertarungan di Munas lalu, tidak serta-merta Nasdem dibentuk untuk mengganggu Golkar. Tapi Syamsul menyatakan kekecewaaannya: “Namun, di Indonesia ini, jika tidak curiga mungkin bukan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah parpol lainnya mengeluarkan aturan larangan anggota untuk bergabung di Nasdem, baik secara tertulis maupun Universitas Sumatera Utara 156 tidak, termasuk Golkar. Jadi seolah-olah Nasdem ini sebagai momok, saingan yang nantinya akan menjadi parpol besar.” Syamsul menambahkan, jika nantinya Nasdem menjadi partai politik, Nasdem akan kehilagan simpati serta keanggotaan dari kalangan akademisi dan PNS. Kemudian anggota Nasdem yang juga berasal dari partai politik, nantinya akan memilih untuk bergabung ke Nasdem atau tetap di partainya, sehingga kebesaran dan kekuatan Nasdem akan runtuh. Syamsul juga mengimbuhi bahwa alternatif Nasdem menjadi partai politik itu bukan alternatif yang direncakanan kala deklarasi atau di dalam ADART. Willy menanggapi pertanyaan ini dengan mengutip pernyataan Surya Paloh mengenai hal tersebut: “Pak Surya pernah bilang, harusnya Golkar berterima kasih kepada kita Nasdem, karena kita mengerjakan apa-apa yang belum atau tidak dikerjakan oleh Golkar atau partai politik lainnya.” Ali Umri melihat isu pemecatan kader parpol di Nasdem ini sebagai bentuk kenaifan organisasi politik tersebut. Baginya sekarang, seperti halnya Surya Paloh pernah mengatakan kepadanya, bahwa Nasdem akan tetap bekerja sesuai koridornya untuk menjalankan visi dan misi organisasi dan konsisten untuk membangun citra positif di masyarakat. Karena belum ada pemikiran untuk menjadikan Nasdem menjadi parpol. Ia menyatakan: “Menurut saya, organisasi itu bodoh karena takut sama ormas. Sebuah parpol besar seperti Golkar dan PDIP ingin memecat kadernya yang bergabung di Nasdem. Masing-masing parpol kan juga ada ormas-ormas yang berafiliasi di bawahnya, jadi kalau Golkar melarang kadernya ikut ormas, jadi silakan pecat saja semua kader yang juga ikut di ormas. Harusnya parpol di Universitas Sumatera Utara 157 Indonesia ini merangkul Nasdem, mana tahu nanti diperlukan untuk mendukung parpol tersebut, apabila Nasdem tidak menjadi partai. Tapi dalam pola pikir parpol besar itu, tidak demikian saya rasa.” Walaupun begitu, Syamsul, Willy, dan Umri mengatakan hal ini masih dibahas dalam diskusi internal ormas ini, baik dalam rapat terbatas maupun di rapat pengurus. Jika permasalahan tersebut berujung pada pencemaran nama baik, maka akan direspon. Jika hanya berupa intrik atau sindiran, pihak Nasdem tidak akan memberikan respon apa-apa sebagai sikap balasan. Djafar melihat hal ini secara lebih luas dan terbuka. Ia sebagai tokoh senior di Partai Golkar, melihat hubungan antara Surya Paloh-Abu Rizal masih dalam keadaan baik dan komunikasinya tetap berjalan. Djafar menjelaskan kondisi ini secara terang: “Saya tidak tahu pasti bagaimana masalah secara rinci, namun yang pasti dia tidak bisa menerima Abu Rizal, dan kekalahan di Munas Golkar kemaren begitu terasa karena selisih suara hanya beberapa, dia melihat bagaimana operasi Ical dengan orang- orangnya, melalui money politic dan teknik kotornya, dan SBY juga ikut bermain saya lihat, karena ada orang-orangnya yang dia SBY tarok di Golkar. Tentunya pandangan Surya Paloh, “Wah, orang-orang ini....” Bahwa dia akan rujuk dengan Ical, tidak. Namun dia masih anggota Golkar sampai sekarang, walau tidak duduk dalam kepemimpinan. Karena Ical melakukan Spoils System, orang-orangnya Surya habis semua, dia tidak melihat ke Merit System, semua yang dekat dengan Surya dihabiskan.” Martin yang berasal dari PDIP menilai hal ini tidak terlalu ditanggapi secara serius. Baginya, pelarangan kader parpol yang ingin menjadi anggota Nasdem hanyalah bentuk ketidakmengertian pimpinan parpol terhadap apa yang Universitas Sumatera Utara 158 terjadi. Martin tegas mengatakan bahwa ia tidak menyalahi aturan partai. Namun Martin memandang dalam kasus Surya Paloh, Syamsul Mu’arif, Ferry M. Baldan, dan Meutya yang berasal dari Golkar merupakan hal yang lebih sensitif, walaupun ia tidak tahu atas dasar pertimbangannya apa hal tersebut dipermasalahkan. Penggambaran sikap Surya Paloh dalam menghadapi polemik ekternal dan bagaimana mengomunikasikannya dengan jajaran pengurus, dapat dilihat juga dari tabel di bawah ini: NO Nama Deklarator Gambaran Sikap Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Tidak ditanggapi serius, hanya faktor permasalahan di komunikasi dengan pihak luar 2 Willy Aditya Konsistensi untuk tetap berlandaskan pada apa yang diperbuat Nasdem adalah celah yang belum tersentuh oleh parpol. 3 Meutya Hafid Konsisten bahwa Nasdem masih berupa ormas, yang sama halnya dengan Muhammadiyah dan NU 4 Ferry Mursyidan Baldan Polemik ini tentu dibahas di rapat terbatas atau rapat pengurus, jika tidak berujung pada pencemaran nama baik, maka Nasdem tidak akan merespon 5 Djafar Assegaff Tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pihak eksternal menyangkut isu atau polemik 6 Syamsul Mu’arif Pendirian bahwa walaupun Surya kalah di Munas Golkar, bukan serta-merta Nasdem sengaja dibentuk untuk mengganggu Golkar atau partai lain 7 Martin Manurung Tidak ditanggapi serius, karena banyak pihak yang merasa dirugikan oleh Nasdem tidak mengerti esensi dan prinsip pendirian Nasdem Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Tetap fokus pada visi misi Nasdem, namun tidak seharusnya parpol besar mempermasalahkan Universitas Sumatera Utara 159 adanya Nasdem dan kadernya di Nasdem, dan 2 John Waas Hanya sebuah dinamika politik yang diakibatkan perbedaan ideologi yang dijalankan di masing- masing organisasi dan itu lumrah Tabel 10. Gambaran Sikap Surya Paloh Dalam Menghadapi Polemik Eksternal Kemampuan Komunikasi Politik, Negosiasi, dan Orasi Surya Paloh  Komunikasi Politik Meutya menilai Surya Paloh dalam komunikasi politik, selalu memakai hati. Ia beranggapan, di saat citra ‘politik’ di masyarakat luas adalah praktek yang tidak menggunakan hati dan hanya berdasarkan faktor kepentingan, namun Meutya menilai perjuangan yang dimulai Surya melalui Nasdem ini jika menggunakan hati tentu akan melahirkan semangat perjuangan yang tidak padam di kancah politik. Sepengamatan Djafar, Surya berpegangan pada gaya komunikasi politik H. Roeslan Abdulgani. 107 Komunikasi politik Surya yang dilihat oleh Martin, berciri solidarity maker, yang ingin menghimpun dan merangkul sebanyak- banyaknya orang. Komunikasi politik yang dilakukan oleh Surya Paloh menurut John kegiatan komunikasi politik yang dilakukan oleh Surya Paloh dalam mengusahakan dan pendukungan untuk perubahan adalah sebagai pesan yang disampaikannya kepada pemerintah dalam konteks sahabat. Bagi John, komunikasi politik untuk mendorong perubahan dan disampaikan Surya secara terbuka ataupun dalam pertemuan intensif sebagai bentuk pengingat bagi para pemegang wewenang di negeri ini. Karena John melihat prinsip Surya bahwa 107 Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan PM Ali Sastroamidjojo II 1956-1957. Universitas Sumatera Utara 160 sahabat yang baik adalah yang mengingatkan ketika sahabatnya salah atau mulai melenceng dari koridor yang seharusnya.  Kemampuan Negosiasi Willy secara lugas mengatakan ia belum pernah melihat Surya Paloh secara langsung melakukan negosiasi, terlebih negosiasi politik. Namun menurutnya, hasil negosiasi Surya cukup bagus, ia memberikan contoh negosiasi Surya dengan petinggi partai politik yang kadernya juga berada di Nasdem, dan hingga kini belum ada teman-teman Willy di Nasdem yang dikeluarkan dari partai mereka. Hal ini menurut Willy, karena Surya membuka kesempatan komunikasi dengan semua orang. Pendapat ini juga sejurus dengan yang disampaikan Meutya. Ferry menekankan, pola negosiasi Surya lebih dikarenakan ia dia lahir dengan insting politik yang tajam dan memiliki pengetahuan mengenai kenyataan- kenyataan politik yang ada di Indonesia. Martin melihat negosiasi terkhusus soal politik yang dilakukan Surya, dirasanya tetap dalam jalur yang tegas, karena negosiasi memang diperlukan dalam komunikasi politik. Syamsul pun melihat kemampuan negosiasi Surya dan konteksnya di komunikasi politik cukup baik, terbukti dengan banyaknya gebrakan yang dilakukannya di Golkar dulu, seperti membangun forum silaturahmi Golkar-PDIP. Namun bagi Martin, negosiasi tidak boleh dilakukan dalam hal-hal yang prinsipil. Umri melihat hal yang prinsipil ini dalam tataran politik. Umri merujuk pada Munas Golkar 2009 lalu, ia tidak menuduh kalahnya Surya Paloh di pemilihan Ketua Umum Golkar karena adanya campur tangan kekuasaan, namun Universitas Sumatera Utara 161 Umri menggarisbawahi konteks proses di dalam organisasi politik di Indonesia ini selalau diikuti oleh kekuasaan. Untuk kasus ini, Umri melihatnya sebagai hal yang prinsipil, dan Surya Paloh tidak mau membuka ruang negosiasi dengan kekuasaan saat ini. Walaupun jika ditilik dari sejarah, Umri mencatat dalam politik Indonesia sejak dulu sebisa mungkin diatur oleh kekuasaan, sedangkan Surya Paloh tidak mau seperti itu. Penilaian deklarator terhadap kemampuan Surya Paloh dalam komunikasi politik dan negosiasi, dapat juga dilihat dari tabel di bawah ini: NO Nama Deklarator Gambaran Kemampuan Komunikasi Politik Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Selalu membuka peluang komunikasi politik dengan siapa saja yang mau datang bertukar pikiran dengannya 2 Willy Aditya Komunikasi politiknya baik, terbukti dengan tidak adanya pemecatan anggota Nasdem yang menjadi kader partai politik. 3 Meutya Hafid Komunikasi politik dengan pendekatan yang memakai hati 4 Ferry Mursyidan Baldan Komunikasi politik yang menggunakan insting politik yang tajam 5 Djafar Assegaff Gaya komunikasi politiknya serupa dengan H. Roeslan Abdulgani Menteri Luar Negeri RI, 1956-1957 6 Syamsul Mu’arif Kemampuan komunikasi politik dan negosiasi cukup baik, terbukti ketika di Golkar 7 Martin Manurung Komunikasi politik dan negosiasi dilakukan sejauh tidak menyinggung hal-hal prinsipil Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Negosiasi Surya Paloh tidak menyentuh ruang prinsipil, karena ia memiliki idealisme 2 John Waas Komunikasi politik yang disampaikan di publik atau di forum khusus dalam konteks mengingatkan pemerintah Tabel 11. Gambaran Mengenai Kemampuan Komunikasi Politik Surya Paloh Universitas Sumatera Utara 162  Orasi Didik J. Rachbini mengomentari gaya komunikasi Surya Paloh yang berbeda daripada orang umumnya. Didik mengorelasikan hal tersebut dengan latar belakang Surya yang orang Sumatera atau lebih khususnya berkarakter ‘Medan’, dan hal itu menurut Didik memeberikan pengaruh yang kentara. Ia menilai gaya komunikasi orasi tanpa teks, tidak terpaku pada kertas merupakan satu ciri tersendiri. Dan yang pasti menurut Didik, sebelum menyampaikan pidatonya tersebut, Surya akan bertanya mengenai ide dan pemikiran teman-temannya terlebih dahulu. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Willy dan Ali Umri dan John Waas. Djafar membahasakan hal ini sebagai kebiasaan Surya menggunakan para pemikir atau intelektual dalam melengkapi ide dan gagasannya. Gaya komunikasi orasi yang seperti itu dinilai Didik memang berbeda dari pemimpin Indonesia umumnya. Jika mencontohkan SBY, maka SBY terikat pada aturan formal negara dan protokoler, karena presiden berkomunikasi dengan masyarakat. Menurut Didik, dalam berkomunikasi dengan masyarakat sebagai rakyat, memang harus lebih banyak menggunakan empati, dalam hal mengajak, mendekati, mengayomi mereka. Sedangkan dengan gaya orasi menurut Willy, Surya dapat mengendalikan emosi massa dengan kepercayaan diri tinggi, sehingga membuatnya mampu mampu menyampaikan gagasan tanpa teks secara terstruktur. Pola komunikasi ini menurut Didik dan juga diakui oleh semua deklarator yang peneliti wawancarai merupakan pola orasi yang sama dengan Bung Karno Universitas Sumatera Utara 163 dan tokoh-tokoh dunia lainnya, seperti Hugo Chavez, Evo Moralez, Barack Obama, Fidel Castro, dan lainnya. Bahkan Syamsul mencap Surya Paloh sebagai jago pidato. Hal ini seperti yang diketahui oleh hampir semua pengurus Nasional Demokrat bahwa Surya Paloh memang mengidolakan tokoh proklamator tersebut. 108 Martin secara gamblang memberikan penggambaran, adanya diferensiasi antara gaya orasi seorang pemimpin berciri akademik dan pemimpin berciri solidarity maker. “Terlepas dari latar belakang parpol saya PDIP sebagai oposisi pemerintahan, namun saya melihat, pemimpin Indonesia bukan seperti gaya pidato SBY yang sering menggunakan bahasa-bahasa rumit untuk dicerna rakyat. Seorang solidarity maker akan seperti Hugo Chavez, Evo Moralez, atau Obama, dan seharusnya begitulah pemimpin di Indonesia ini. Rakyat tidak akan mengerti bahasa yang terlalu tekstual.” Meutya pun menginformasikan bahwa gedung Prioritas yang menjadi Kantor Nasional Demokrat sekarang adalah rumah Soekarno dahulu. Menurutnya, Surya membeli rumah tersebut dan menjadikannya kantor redaksi Harian Prioritas dahulu dan Kantor Nasdem sekarang sebagai simbol perjuangan. Namun Didik memandang konteks orasi Soekarno dan Surya Paloh dalam hal yang berbeda walau memang bisa disamakan. Didik melihat hal ini sebagai bagian dari karakter pribadi Surya yang memang berapi-api, dan itu dipandangnya memiliki sisi positif dan negatif. Meutya memberikan keterangan bahawa gaya orasi Surya Paloh adalah bentuk dari prinsipnya yang tidak menyukai kepura-puraan, dan itu selalu disampaikannya kepada anggota Nasdem lainnya. 108 Lihat Usamah Hisyam, et. al, Editorial Kehidupan Surya Paloh, Jakarta, 2001, hlm. 95-98 Universitas Sumatera Utara 164 “Susah juga untuk menyampaikan kepada Pak Surya untuk mengikuti gaya berkomunikasi saat ini, yang mendayu-dayu dan melankolis. Karena memang inilah Surya Paloh apa adanya, masyarakat menerima atau tidak itu diserahkan kepada masyarakat. Walaupun kadang saya berfikir, apakah model ini tepat untuk keadaan masyarakat saat ini, namun saya memilih untuk membiarkan Pak Surya menjadi apa adanya. Saya tidak mau menasehati beliau untuk merubah cara orasi hanya untuk masalah pencitraan atau menjawab keinginan masyarakat.” Martin melihat tipe komunikasi orasi ini juga menjadi tipe kepemimpinan Surya Paloh yang menurutnya bertipe solidarity maker. Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh Didik. Martin dan Didik yang sama-sama juga akademisi melihat Surya menyampaikan pikirannya berbeda dari gaya seorang akademisi. Namun Meutya merasa dengan pola komunikasi seperti itu, seorang pemimpin bisa terbebas dari bahasa yang banyak basa-basi, karena langsung terfokus pada masalah. Sehingga, poin komunikasi dapat dengan cepat ditangkap sebagai sesuatu yang benar-benar realistis dan dirasakan oleh masyarakat. Bagi Syamsul, orasi Surya memang bagus, namun soal substansi bisa jadi itu menjadi nomor dua. Karena menurutnya dalam hal oratorik, maka substansi akan berkurang karena harus memakai gaya bahasa. Jika dijelaskan di atas bahwa Surya ada persamaan dengan Soekarno, Djafar melihat perbedaan antara mereka secara terbuka: “Andaikata dia lebih banyak lagi pengetahuannya tentang ini politik, tentu dia akan lebih hebat lagi, bisa seperti Bung Karno, banyak membaca. Surya tetap membaca, namun dia tidak memiliki koleksi buku-buku seperti punya Bung Karno. Dia pola belajarnya seperti Ali Moertopo, belajarnya dari koran, dia ingat apa-apa yang disampaikan orang.” Universitas Sumatera Utara 165 Ali Umri menilai kemampuan orasi Surya Paloh melebihi kemampuan para pemimpin parpol. Bahkan menurutnya sulit mengimbangi kemampuan oratoriknya atau belum ada tokoh di Indonesia yang seperti dia dalam hal orasi. Umri memang melihat ciri ketegasan Soekarno dalam orasi Surya Paloh, namun John menekankan bahwa meskipun begitu, Surya Paloh bukanlah Soekarnois, ia hanya orang yang sangat mengidolakan Soekarno dan pendengar setia pidato Soekarno kala di radio dulu. Hal itu sudah dilihat John ketika sama-sama di FK- PPI dulu. 109 Memang satu hal yang merupakan ciri khas Surya Paloh, adalah kemampuan orasinya. Berikut ini adalah penilaian deklarator terhadap kemampuannya tersebut, dan bagaimana masing-masing deklarator mempersepsikan kemampuan tersebut berdasarkan konstruksi mereka. NO Nama Deklarator Gambaran Kemampuan Orasi Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Gaya orasi yang berbeda dari orang pada umumnya, lebih melekat dengan karakter Sumatera dan Medan 2 Willy Aditya Gaya komunikasi yang dapat mengendalikan emosi massa dengan kepercayaan diri tinggi, sehingga mampu menyampaikan gagasan tanpa teks secara terstruktur 3 Meutya Hafid Gaya orasi berapi-api sebagai bentuk dari prinsipnya yang tidak menyukai kepura-puraan 4 Ferry Mursyidan Baldan Gaya orasi yang sudah ada semenjak dulu, dan tidak bisa memaksakan untuk mengubah hal tersebut, sesuai dengan konteks sekarang dimana masyarakat menyukai komunikasi diplomatis 5 Djafar Assegaff Orasi Surya dikonsep setelah mendapatkan masukan dari kawan-kawan terlebih kalangan 109 Ibid., hlm. 199-212 Universitas Sumatera Utara 166 akademisi, karena Surya tidak memiliki banyak buku seperti Soekarno, pola belajarnya melalui koran, mengingat apa yang disampaikan orang. 6 Syamsul Mu’arif Seorang jago pidato, menyerupai Soekarno. Walaupun dalam oratorik, substansi akan berkurang akibat penggunaan gaya bahasa. 7 Martin Manurung Gaya orasi yang menekankan prinsip solidarity maker, seperti halnya Obama atai Hugo Chavez. Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Gaya berorasi yang melebihi kemampuan tokoh parpol di Indonesia dan ia selalu membawa masukan dari orang lain dalam tiap poin orasinya 2 John Waas Kemampuan orasinya sudah teruji semenjak dulu. Walaupun ia seperti Soekarno dalam berorasi, namun ia bukan seorang Soekarnois Tabel 12. Gambaran Mengenai Kemampuan Orasi Surya Paloh Percontohan Perilaku Sebagai Organisatoris Meutya menggunakan istilah role model untuk percontohan perilaku organisatoris Surya kepada bawahannya. Percontohan yang disoroti Meutya dalam hal konsistensi terhadap jati diri dan kebanggaan terhadap Indonesia, dan kembali kepada Pancasila dan UUD 1945. Djafar melihat percontohan ini dari prinsip persamaan yang dianut Surya. Djafar mengutip perkataan Surya yang berisi teguran untuk Djafar: “Jika melihat ke diri saya, saya juga ada keturunan bangsawan Melayu Deli, sehingga terbiasa dengan orang yang berbicara berpatih-patih kepada saya. Lalu Surya menegur saya, “Lihat, kawan kita dan karyawan kita di Media Group, tidak bisa diperlakukan seperti bagaimana Anda diperlakukan.” Saya ini adalah tipe burung rajawali, burung yang berani terbang sendiri. Sedangkan Surya adalah tipe burung merpati, ada rombongan yang dibawa di belakangnya.” Universitas Sumatera Utara 167 Martin juga mengambil satu contoh mengenai komitmen Surya ini. “Sebelum waktu deklarasi Nasdem di Sulut, Minggu siang, Minggu paginya terjadi kerusuhan soal jemaat HKBP di Ciketing, itu seminggu sebelum kasus penusukan. Lalu saya memberi tahu kepada Surya mengenai penyerbuan itu. Saat itu dia hanya diam dan menundukkan kepala. Ketika deklarasi siangnya, dia langsung berpidato dengan tegas tentang kebhinnekaan, “Nasdem berduka, karena ada kelompok yang merasa bisa melakukan apa saja di atas hukum. Karena seharusnya di negara ini, tidak ada tirani minoritas atau diktator mayoritas. Semua berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Kita mengutuk aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.” Itu dikatakan Surya langsung siangnya, dengan tegas dia berbicara bahwa hal seperti itu seharusnya tidak terjadi dalam negara Pancasila.” Dalam kasus di Sulawesi Utara ini, Martin menyatakan kemungkinan akan ada ketidaksukaan dari kelompok fundamentalis, namun Surya tidak peduli apakah orang lain akan setuju atau tidak dengannya, karena menurutnya Surya tidak akan berkompromi dalam isu prinsipil seperti pluralisme dan keberagaman. Umri juga mengatakan Surya sedari dulu memang konsisten mengenai keutuhan dan keberagaman Indonesia, sehingga baginya tidak ada tawar-menawar untuk NKRI. Didik juga mengomentari hal ini, bahwa memang dia memberikan percontohan dengan tidak adanya istilah tawar menawar dalam pluralisme. Menanggapi persoalan jemaat HKBP Ciketing Bekasi ini, Didik memberikan sikap penolakan namun ia tidak bisa mencerca salah satu pihak. Karena menurut Didik, konflik memiliki sisi kelemahan dari kedua belah pihak, walaupun memang ada yang lebih salah. Universitas Sumatera Utara 168 Percontohan perilaku keorganisasian dan idealisme Surya Paloh dalam pandangan John adalah meruntuhkan dinding pemisah generasi dan jabatan formal dalam lingkungan organisasi dan komunikasi interpersonal. Umri juga melihat latar belakang Surya yang menjadi pendiri dan ketua berbagai organisasi membantunya untuk menggerakkan roda organisasi yang ideal dan mengembangkannya agar diterima oleh masyarakat. Ferry pun melihat hal itu sebagai bentuk percontohan bagi semua orang di kepengurusan, sehingga setiap pengurus juga membangun komunikasi intensif satu sama lain dan menghilangkan istilah birokratis dalam berhubungan dengan masyarakat luas. Hal ini dilihat Syamsul sebagai bentuk desentalistik dalam penonjolan diri Surya Paloh dalam organisasi. Bagaimana penggambaran sikap memberikan contoh bagi organisasi yang dilakukan Surya Paloh, dijelaskan juga melalui tabel di bawah ini: NO Nama Deklarator Gambaran Percontohan Perilaku Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Percontohan dalam konsistensi terhadap hal kebangsaan, seperti pluralisme dan nasionalisme 2 Willy Aditya Percontohan untuk membangun organisasi dalam suasana kekeluargaan, komunikatif, keterbukaan, dan rendah hati. 3 Meutya Hafid Memberikan percontohan dan konsistensi terhadap jati diri kebangsaan 4 Ferry Mursyidan Baldan Tidak mengembangkan budaya birokratis, namun kesetaraan dan tidak ada perbedaan kedudukan organisasional 5 Djafar Assegaff Percontohan dalam menganggap semua orang adalah sama, tidak dilihat dari latar belakang ekonomi 6 Syamsul Mu’arif Mencontohkan kepemimpinan yang tidak sentralistik, tidak menjadikan dirinya semata- Universitas Sumatera Utara 169 mata sebagai manifestasi organisasi. 7 Martin Manurung Percontohan konsistensi dalam menjaga pluralisme dan mengecam tindakan kekerasan atas nama agama Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Konsistensi dalam hal nasionalisme dan NKRI 2 John Waas Menerapkan sistem kepercayaan untuk mendelegasikan wewenang Tabel 13. Gambaran Mengenai Percontohan Perilaku dalam Organisasi Pandangan Tentang Pengaruh Surya Paloh Di Politik Nasional Deklarator yang sudah lama berhubungan dengan Surya Paloh, seperti Djafar Assegaff dan Didik J. Rachbini menilai pengaruh Surya dapat dilihat dari masih besarnya pendukungnya di Golkar. Djafar dan Didik juga mencontohkan dengan banyaknya kader Golkar yang bergabung ke dalam Nasional Demokrat sebagai salah satu bukti, masih besarnya pengaruh Surya di partai berlambang beringin tersebut. Didik mengungkapkan: “Separuh dari Golkar pasti pro Surya Paloh, karena sudah terbagi faksi di sana, walaupun dia tidak memegang posisi formal. Sebagai tokoh, dia memiliki pengaruh. Lihat saja di Nasdem, banyak dari Golkar. Sedangkan PAN hanya dua termasuk saya.” Terlebih Djafar menilai dengan ditempatkannya Syamsul Mu’arif yang juga merupakan petinggi Golkar sebagai Sekjen Nasdem sebagai satu hal yang patut dianggap sebagai sebuah pengaruh. Meutya mengatakan pengaruh tersebut lebih dikarenakan dia telah memulai karir di Golkar dari tingkat kecamatan hingga menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Nasional dan Meutya merasa pengaruh itu tidak mungkin hilang begitu saja, karena Surya memiliki kawan dan Universitas Sumatera Utara 170 kader baik di Golkar maupun di organisasi yang dibawahi Golkar. Pengaruh Surya menurut Umri dan John tidak semata-mata hanya di Golkar saja, namun di banyak organisasi yang pernah dibina dan didirikan oleh Surya Paloh, sehingga pengaruhnya cukup besar dalam hal ketokohannya di berbagai organisasi yang tidak hanya berbasis politik. Selain itu, Ferry melihat besarnya pengaruh Surya Paloh jika dilihat dari banyaknya tokoh lintas partai di Nasdem, lebih dikarenakan proses keterbukaan, keterusterangan, dan mau menghargai pandangan. Djafar juga mengomentari pengaruh Surya yang juga lintas partai, hingga PKB, Hanura, PAN, dan PDIP. “Kalau mengenai banyaknya politisi partai lain di Nasdem, misalnya PDIP, itu karena Nasdem serta Surya Paloh memiliki link base yang sama dengan PDIP, yaitu nasionalis. Sehingga ada unsur kedekatan dengan ideologi partai itu.” Namun Willy beranggapan Surya Paloh belum dikenal masyarakat sebagai icon Nasional Demokrat walaupun ia tidak menafikan bahwa Nasdem mendapatkan sambutan yang baik di mata publik. Willy menganggap ketokohan Nasdem tidak terletak hanya pada figur Surya Paloh, karena banyak tokoh yang menyokongnya di organisasi ini. Sehingga bisa dikatakan, ia memiliki pengaruh terhadap banyak politisi nasional. Seperti kata Djafar, bahwa tidak mudah membawa tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan Buya, untuk mau menjadi deklarator. Begitu pula dengan Nadhatul Ulama, yang juga merupakan ormas Islam. Namun Surya Paloh dapat membawa semangat dan gagasan nasionalismenya, kepada tokoh-tokoh dari kedua ormas besar tersebut. Universitas Sumatera Utara 171 Dan Meutya menilai posisi Surya Paloh masih di dalam bursa calon pemimpin bangsa. Martin pun setuju dengan hal ini, ia menempatkan Surya Paloh kedalam jajaran top 5 tokoh pemimpin nasional. Bagi Martin, pemimpin sekelas Surya Paloh adalah sekaliber Megawati dan Gusdur, dan bukan sekedar tokoh yang terkenal saja. Namun seperti yang langsung disambung Meutya, walaupun Surya masuk dalam jajaran calon pemimpin bangsa, semua itu dikembalikan kepada Surya apakah ia bersedia atau tidak. Martin pun secara terang pernah menanyakan hal tersebut kepada Surya Paloh, ketika awal ide pembentukan Nasdem. “Awal-awal memulai Nasdem, saya sudah bertanya, ini ambisinya apa, apakah untuk menjadi presiden? Dia menjawab dengan terang: tidak. Artinya dia tidak mengambisikan dirinya sendiri untuk menjadi presiden.” Senada dengan Martin, Ferry melihat pengaruh Surya di politik nasional lebih dikarenakan sosok Surya dihormati karena tidak pernah punya ambisi untuk memiliki jabatan-jabatan publik. 110 Ferry memberikan contoh: “Surya Paloh adalah pendukung utama ketika SBY mencalonkan diri di tahun 2004. Bisa dilihat waktu itu Metro TV melakukan kampanye full untuk SBY. Surya tipenya, jika sudah komit sama orang, dia akan support penuh. Dalam konteks ini, ketika SBY menang, Surya harusnya menjadi menteri misalnya tapi setahu saya, ia tidak mau mengambil peluang itu.” Selain yang dipaparkan di atas, Djafar melihat pengaruh yang dimiliki Surya Paloh menurut juga dikarenakan kepemilikan media yang cukup besar, 110 Abu Rizal Bakrie juga pernah mengatakan hal yang serupa di komentarnya yang dilampirkan dalam biografi Editorial Kehidupan Surya Paloh. Universitas Sumatera Utara 172 yakni Metro TV dan Media Indonesia. Hingga Djafar pun mengatakan sampai Presiden SBY pun ketakutan jika berhubungan dengan konten pemberitaan atau yang berhubungan dengan kritikan kepada pemerintah. Syamsul Mu’arif melihat Surya Paloh secara pribadi sebagai orang yang biasa saja, namun karena sekarang Surya berada dalam posisi Ketua Umum Nasdem, dia dalam posisi yang diperhitungkan di dunia politik. Syamsul menggambarkan hal ini dengan menceritakan kutipan wawancara Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarak menjelang Rapat Pimpinan Rapim Partai Demokar. Mubarak ditanyakan apakah Partai Demokrat merasa terancam oleh Golkar karena ada keinginan untuk keluar dari Sekretarian Gabungan Setgab. “Mubarak mengatakan kami Partai Demokrat tidak terlalu bermasalah dengan Golkar, tapi yang merupakan ancaman itu adalah Nasdem. Karena dia bisa panas bisa adem. Walaupun itu guyonan, tapi dia bisa merasakan bahwa yang menjadi ancaman itu adalah Nasdem. Dan itu sebabnya parpol lain agak resisten terhadap Nasdem.” Umri secara terpisah sepakat dengan Syamsul, kehadiran Surya Paloh dengan Nasdem di kancah politik saat ini menggetarkan tokoh politik dari parpol besar. Kondisi tersebut digambarkan Umri dengan analogi harimau dan monyet: “Ibaratnya sekarang ada harimau di bawah pohon, dan ada monyet di atas pohon. Si monyet loncat sana loncat sini karena ketakutan akan diterkam harimau. Padahal harimau kan tidak bisa memanjat, dan tidak mungkin sampai ke atas pohon. Maka jika si monyet tetap tidak tenang, bisa-bisa ia beneran jatuh dan diterkam sama harimau. Begitulah analoginya saya rasa.” Gambaran yang diuraikan di atas, dapat diringkaskan dalam tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 173 NO Nama Deklarator Gambaran Pengaruh di Politik Nasional Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Pengaruhnya masih besar di Golkar, walaupun tidak memiliki jabatan formal di partai itu. Setengah orang Golkar adalah faksi pendukung Surya Paloh 2 Willy Aditya Banyak tokoh lintas partai dan golongan yang saat ini mendukung Surya Paloh, ditandai dengan keikutsertaan mereka di Nasdem 3 Meutya Hafid Posisi Surya Paloh diperhitungkan dalan bursa calon pemimpin bangsa 4 Ferry Mursyidan Baldan Pengaruhnya mencakup lintas partai, sehingga banyak tokoh dari partai lain yang bergabung di Nasdem sebagai faktor keterbukaannya terhadap pemikiran orang lain 5 Djafar Assegaff Pengaruhnya besar di Golkar, ditandai dengan banyaknya kader Golkar yang bergabung di Nasdem. Terlebih ia sudah memulai karier politik sejak dari level kecamatan 6 Syamsul Mu’arif Pribadi yang biasa saja, namun karena saat ini Surya adalah Ketua Umum Nasdem, maka ia dalam posisi yang diperhitungkan dalam dunia politik 7 Martin Manurung Surya Paloh masuk dalam top 5 tokoh pemimpin nasional, sekelas Megawati dan Gus Dur Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Surya merupakan tokoh dari berbagai organisasi, dan saat ini ia dan Nasdem diperhitungkan di peta politik nasional 2 John Waas Surya Paloh telah memulai karir politik di usia muda, dan membangun jaringan di organisasi di luar politik Tabel 14. Gambaran Tentang Pengaruh Surya Paloh di Politik Nasional Basis Pengikut Surya Paloh di Luar Nasional Demokrat Willy Aditya sebagai Wasekjen Renlitbang mengatakan bahwa mengenai pendukung Surya Paloh dan seberapa besar jumlahnya di masyarakat, bagiannya Universitas Sumatera Utara 174 belum pernah melakukan survey tersendiri, sehingga ia sulit untuk memberikan gambaran. Namun ia meyakini dengan mantap, pendukung Surya Paloh yang fanatis datang dari kalangan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri FK-PPI, di mana Surya sebagai pendiri, dan cukup lama aktif di organisasi tersebut. Hal tersebut juga dilihat Ferry sebagai basis massa atau pengikut Surya Paloh yang kuat. Ferry sebelumnya menyatakan bahwa poin ini adalah poin dengan tendensi subjektif yang besar, namun ia menyatakan bahwa Surya cukup populer di masyarakat. Bagi Ferry yang juga merupakan keturunan Aceh, melihat Surya sebagai sosok yang memiliki peran dan jasa untuk Aceh, tanpa ingin menjabat apapun di Aceh. Selain itu, faktor Surya yang juga besar di Sumatera Utara, khususnya Medan juga dapat menjadi poin tersendiri untuk basis dukungan. Sedangkan John menilai basis massa Surya Paloh dapat dikatakan merata di semua kalangan, tidak hanya di organisasi yang pernah dipimpin dan dibangunnya, tapi dari semua lini di masyarakat lintas etnis dan lintas wilayah. Djafar dan Ali Umri melihat kantong dukungan untuk Surya Paloh dari kalangan lain, yakni masyarakat Tionghoa. Hal ini menurut Djafar, karena Surya berani merangkul kalangan Tionghoa yang terpojok. Selain Tionghoa, ia juga menyebutkan dukungan dari masyarakat timur Indonesiap, seperti dari Papua, Ambon, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Dukungan ini bagi Djafar merupakan sambutan dari semangat nasionalisme Surya yang tidak mau hanya menonjolkan bagian Sumatera dan Jawa saja. Di luar dari kalangan intelektual dan cendikiawan yang bergabung di Universitas Sumatera Utara 175 Nasdem sekarang, Djafar melihat Surya juga berpengaruh bagi mereka, walaupun tidak semua yang berani mengikutsertakan diri di Nasdem secara langsung. Djafar sebagai orang yang sudah lama mengenal Surya berusaha memberikan jawaban untuk poin ini secara objektif. Ia mengakui titik lemahnya Surya Paloh yang digunakan pihak lawan politiknya. “Itu namanya disinformation technique, teknik memburukkan. Misalnya Surya Paloh ini dulunya adalah pedagang, dan berdagang juga dekat dengan anaknya Pak Harto. Saya rasa ini dihembuskan oleh lawan politiknya.” Penggambaran secara lebih sederhana mengenai basis massa Surya Paloh di luar organisasi Nasional Demokrat, yang potensial menjadi pendukung politiknya adalah sebagai berikut: NO Nama Deklarator Gambaran Basis Dukungan Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Basis massa dari kalangan organisasi yang dulu Surya pernah aktif. 2 Willy Aditya Basis massa di organisasi-organisasi yang pernah didirikan oleh Surya Paloh, seperti FK-PPI 3 Meutya Hafid Basis massa dari kalangan minoritas, dan kader- kader dari organisasi di luar Golkar namun berafiliasi ke Golkar, kemudian dukungan dari masyarakat luas yang menyukai gaya komunikasi Surya Paloh 4 Ferry Mursyidan Baldan Basis massa dari FK-PPI dan faktor ketokohannya di Aceh 5 Djafar Assegaff Basis dukungan dari etnis Tionghoa dan masyarakat Indonesia Timur, serta dukungan dari kalangan akademisi, intelektual, dan cendekiawan 6 Syamsul Mu’arif Basis dukungan dari kalangan muda, karena Surya Paloh mengakomodir pemikiran mereka 7 Martin Manurung Surya hadir bersama Nasdem di masyarakat juga bersama lain yang bergabung, sehingga massanya Universitas Sumatera Utara 176 menjadi banyak Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Basis dukungan dari kalangan minoritas, terlebih lagi etnis Tionghoa 2 John Waas Basis dukungan merata di semua daerah, lintas etnis dan lintas wilayah Tabel 15. Gambaran Tentang Basis Massa Surya Paloh di Luar Nasdem Kekuatan Nasional Demokrat Dari Ketokohan Surya Paloh Untuk Branding Politik dan Penarik Simpati Masyarakat Umum Hingga saat ini, keanggotaan Nasional Demokrat mencapai ratusan ribu orang sejak dibukanya pendaftaran via online atau langsung ke sekretariat pusat, bulan Mei lalu. Meutya ketika ditanyakan mengenai apakah ini merupakan bentuk dari penerimaan publik terhadap Surya Paloh sebagai tokoh utama di organisasi ini, ia menyatakan hingga saat ini Nasdem tidak kesulitan menjadi anggota, karena hampir di setiap daerah yang sudah dideklarasikan ataupun belum, banyak masyarakat yang mau mendaftar menjadi anggota. Ali Umri yang lebih dekat melihat sambutan masyarakat di Sumut menerangkan bahwa masyarakat menerima baik Nasdem dengan kepemimpinan Surya Paloh, karena masyarakat merasa tidak dibohongi dengan apa yang disampaikan Surya Paloh melalui orasi-orasinya. Hal ini menurutnya dibuktikan dengan intensitas Surya bergerak memberikan bantuan tidak hanya sekedar kata- kata. Saat ini Umri menyebutkan angka 200 ribu anggota yang sudah terdaftar di Nasdem Sumut. Universitas Sumatera Utara 177 Bagi Willy, kekuatan Surya Paloh terletak dari visi yang dibawanya. Dalam pandangannya, banyak orang yang memiliki kemapanan finansial dan citra yang cukup bagus seperti Surya mau merelakan sebagian yang dimiliki untuk dikelola oleh program sosial yang besar seperti Nasdem. Sehingga ia terlepas dari visi bisnisnya, dengan visi lain yaitu untuk kemajuan masyarakat. Namun Meutya tidak mau berkomentar mengenai kemapanan finansial Surya yang menopang ormas ini, ia lebih melihat latar belakang karakter pengusaha. Baginya, Nasdem diuntungkan dari sikap Surya yang siap mengambil resiko dan pandai menghitung situasi. “Setiap keputusan pasti beresiko, dan Pak Surya dapat mengambilnya dengan cepat. Hal ini juga karena pengalamannya yang jauh di politik, sehingga mampu mengalkulasikan situasi. Di politik, kita tidak dapat mengandalkan perasaan atau wangsit, namun memang harus memperhitungkan setiap langkah.” Mengenai bagaimana branding politik sosok Surya Paloh sebagai orang nomor satu di Nasdem, Willy menjawab bahwa hingga saat ini Surya tidak pernah mengiklankan diri secara pribadi dengan latar belakangnya sebagai ketua umum ormas baru. Willy melihat ini sebagai tipe pemimpin yang tidak mau maju ke depan sendiri, namun lebih ingin menjadi king maker, dengan menfasilitasi tokoh- tokoh muda seperti dirinya, atau tokoh lain untuk maju dan dikenal publik. Djafar juga mengiyakan kecenderungan menjadi king maker tersebut untuk tipe kepemimpinan Surya. Umri menghindari istilah branding politik untuk sosok Surya Paloh, karena Nasdem dalam langkah awalnya adalah untuk menggerakkan semangat Universitas Sumatera Utara 178 restorasi, sehingga belum sampai pada pertimbangan untung-rugi dalam politik ataupun untuk branding-nya. Ferry juga berusaha untuk tidak memberikan penilaian, karena dianggapnya tidak fair menilai bagaimana branding politik dan penerimaan publik terhadap figur sentral Nasdem dari kalangan internal. Namun ia menjawab, jika bukan Surya Paloh yang menjadi Ketua Umum Nasional Demokrat, maka Nasional Demokrat sendiri tidak akan ada. Karena Ferry dan teman-teman lain yang ikut dalam diskusi gagasan pendirian Nasdem telah sepakat untuk menjadikan Surya Paloh sebagai Ketua Umum. Selain itu, Ferry juga berusaha menggambarkan penerimaan publik terhadap Surya. Baginya hal itu terlepas dari figur ketua umum sendiri, namun menurutnya banyak orang merespon positif adanya Surya Paloh di kancah politik. Masyarakat luas senang dengan kepribadiannya, dengan pidatonya yang mengingatkan akan banyak hal. Djafar melihat branding ketokohan Surya Paloh bisa dilihat dari bagaimana ia sebagai pemilik Harian Prioritas mengkritisi pemerintahan Soeharto secara terbuka, padahal ia juga orang yang dekat dengan anak Soeharto di bidang bisnis. “Di Nasdem, Surya merupakan ketua, dan orang- orangnya ikut dengannya. Surya sebagai pencetus ide berdirinya organisasi ini. Dan dia juga pencetus perjuangan demokrasi bagi pers. Dulu orang Asbin Asisten Pembinaan Sospol Politik di milliter bilang bagaimana Surya ini dekat dengan anak Pak Harto, tapi masih saja memperjuangkan demokrasi dengan pers bebas.” Djafar juga setuju dengan Willy, bahwa Surya memang bertipe king maker, namun baginya, Surya tak cukup di belakang layar. Djafar melihat Surya Universitas Sumatera Utara 179 juga berani ambil bagian di depan. Disinggungnya mengenai tujuan Nasdem dan penerimaan publik, menurut Djafar Nasdem memang bukan parpol tapi gerakan sosial. Namun setelah bulan Januari 2011, setelah dilakukan tes popularitas Surya dan organisasi ini, maka hal itu akan menjadi pertimbangan. Jika tes melalui polling tersebut tidak menunjukkan jumlah pendukung hingga 10 juta orang, maka Surya tidak akan menjadikan ini sebagai partai politik. “Buat apa parpol jika nantinya hanya menjadi parpol kecil. Dia Surya tidak mau seperti itu. Karena kalau sedikit pendukungnya, bakal jadi partai kecil kaya Wiranto dengan Hanura. Uangnya sudah habis, partainya tidak memiliki fungsi apa-apa. Jadi pada Januari, akan dilakukan tes ke masyarakat, penerimaan masyarakat Nasdem menjadi parpol.” Simpati dari masyarakat umum bisa juga dilihat dari komposisi pendukung Nasdem yang banyak dari kalangan muda dan intelektual. Djafar mencontohkan kondisi ini di jajaran kepengurusan sendiri, dan juga di daerah. Baginya, Surya berhasil menjembatani jurang pemikiran antara kalangan tua dan muda, berbeda halnya dengan dia dan teman-teman seangkatan, yang menurutnya memiliki paradigma dan cara pandang yang berbeda. Hal ini menurut hemat Djafar, karena kesadaran Surya membangun pergerakan untuk dikembangkan oleh anak muda, karena Surya menyadari betul keterbatasannya dalam hal umur nantinya. Kesadaran ini juga merupakan upayanya menjaring pemimpin muda, karena wartawan senior ini melihat kaderisasi pemimpin muda di Indonesia mengalami kemandekan. John juga merasakan besarnya simpati masyarakat terhadap Surya Paloh dan menurutnya keikutsertaan kalangan akademisi dalam Nasdem merupakan hal Universitas Sumatera Utara 180 yang tidak disangka-sangka. Karena adanya kecenderungan kalangan akademisi enggan ikut serta dalam soal politik atau organisasi kemasyarakatan. Dan sepengamatannya, antusiasme ini tidak saja terjadi di Sumut, tetapi hampir di seluruh wilayah. Martin memang mengakui adanya pengaruh ketokohan Surya Paloh dalam memimpin organisasi ini sehingga mendapatkan penerimaan yang bagus walaupun belum genap setahun. Namun yang lebih ditekankan oleh Martin adalah sinergi antara tokoh sentral dan seluruh pengurusnya serta elemen pendukungnya, sehingga menjadi efektif. Martin malah melihat, jika Nasdem hanya hadir di masyarakat dengan hanya berbekal ketokohan Surya Paloh, ia tidak yakin ormas ini akan besar. “Karena saya juga belajar dari tokoh terkenal yang mendirikan partai atau organisasi, akhirnya juga tidak terlalu berkembang dan belum tentu besar karena hanya berbekal ketokohan. Namun jika seluruh potensi terbaik dikerahkan mulai dari pusat hingga level bawah, maka itu yang akan membesarkan suatu organisasi.” Masing-masing deklarator melihat bentuk pengaruh ketokohan Surya Paloh dari persepsi yang berbeda-beda. Dapat dilihat lebih jelas melalui tabel di bawah ini: NO Nama Deklarator Gambaran Tentang Pengaruh Ketokohan Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Respon masyarakat positif, karena senang dengan kepribadian Surya Paloh, dan pidatonya mengingatkan akan banyak hal. 2 Willy Aditya Kekuatan Nasdem saat ini terletak pada visi yang Universitas Sumatera Utara 181 dibawa Surya Paloh, dan terlepas dari ambisi dan visi bisnis 3 Meutya Hafid Saat ini gambarannya adalah Nasdem tidak kesulitan dalam menjaring keanggotaan di daerah 4 Ferry Mursyidan Baldan Tidak fair menilai kekuatan ketokohan Surya Paloh dari sisi internal, namun jika Surya Paloh tidak ada, maka Nasdem juga tidak akan ada 5 Djafar Assegaff Ketokohannya sudah dilihat semenjak Harian Prioritas dibredel di zaman Soeharto, walaupun ia dekat dengan anak Soeharto. Disitu ketokohannya teruji 6 Syamsul Mu’arif Ketokohannya menyokong kalangan muda dalam komitmennya untuk kaderisasi pemimpin di masa depan 7 Martin Manurung Ketokohan Surya semata tidak bisa dijadikan kekuatan, karena banyak tokoh yang ikut bergabung. Sehingga pengukuran kekuatan karena pengaruh ketokohan disebabkan banyak tokoh Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Ketokohan Surya diterima baik masyarakat karena ia telah membuktikan terlebih dahulu apa yang disampaikannya di orasi 2 John Waas Simpati untuk Surya Paloh datang dari kalangan akademisi yang lazimnya enggan untuk ikut dalam kegiatan politik atau ormas Tabel 16. Gambaran Kekuatan Organisasi dari Ketokohan Surya Paloh Kekritisan Surya Paloh Mengenai Kondisi Bangsa dan Negara Ketika ditanyakan bagaimana bentuk sikap kritis Surya Paloh terhadap pemerintah dan kondisi bangsa saat ini, Meutya mengatakan hal tersebut susah diukur, oleh karena tidak ada yang bisa memprediksi penerimaan dan penindaklanjutan pemerintah terhadap statement yang dikeluarkan Surya. Namun Universitas Sumatera Utara 182 dapat dilihat Surya Paloh dalam beberapa kali orasinya ketika pendeklarasian Nasdem di daerah, kerap menyatakan kegundahannya terhadap kondisi negeri, yang masih jauh dari cita-cita pendiri republik. Meutya pun menyoroti satu kasus yang juga disinggung oleh deklarator lain seperti Ferry M. Baldan, Martin Manurung dan Syamsul Mu’arif. Dalam acara Pencanangan Gerakan Indonesia Bebas Pemadaman Listrik Bergilir di Mataram pada 27 Juli 2010 111 , Presiden SBY memberikan statement berikut: “Saya terima berita dari daerah. Ada SMS, ada yang telepon, ada juga yang kirim surat. Ada yang sedang keliling kampanye seolah-olah Indonesia akan hancur. Di mata mereka seolah-olah Indonesia ini buruk sekali. Masa ada tayangan di televisi selama dua jam. Seluruh isinya tentang hal yang buruk semua. Saya pikir enggak jujur itu.” Dalam hal ini, Meutya dan Martin tidak bersedia memastikan kepada peneliti bahwa pernyataan Presiden tersebut dialamatkan kepada isi pidato Surya Paloh, dua hari sebelumnya di Surabaya dalam rangka pelantikan pengurus daerah Nasional Demokrat Jawa Timur. Namun Syamsul dengan terang menyatakan bahwa yang dimaksud oleh SBY dalam pidato tersebut adalah Surya Paloh melalui Nasional Demokrat. “Itu tidak lain tujuannya adalah Nasdem, terpicu oleh pidato Surya Paloh di Jawa Timur. Isi pidato Surya Paloh dianggap menjelek-jelekkan adalah, dia Surya Paloh menanyakan, apa yang sekarang ini menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kalau tidak ada kebanggaan, berarti kita di bawah standar. Itu yang mau disampaikan Surya, kita harus bangun etika dong, bangun etos kerja.” 111 Harian Rakyat Merdeka, edisi Kamis, 29 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara 183 Pidato Surya Paloh bersama Basofi Sudirman, mantan gubernur Jatim pada tanggal 25 Juli ditanggapi oleh Ferry bahwa SBY hanya menanggapi ‘kampenye’ bukan mengomentari isi dari kritikan terhadap pemerintah tersebut. Beberapa pengamat politik mengomentari hal ini di media massa menyatakan bahwa kampanye tersebut bisa dianggap sebuah kritikan untuk pemerintah. Ferry tidak bisa memastikan berapa persen kritikan tersebut akan diterima oleh pemerintah, namun yang terpenting baginya, Nasdem sudah memberikan masukan. Namun Umri melihat hal tersebut bukalah sebagai bentuk sikap kritis Surya Paloh. Karena menilai apa yang disampaikan Surya memang apa yang terjadi di masyarakat dan dilihat serta dirasakannya. Namun pendapat yang dikemukakan Surya tidak pernah dialamatkan kepada pemerintah. Jika memang ada yang dinilai salah, maka Surya Paloh akan angkat bicara. “Setelah disampaikan, maka terserah jika diikuti atau tidak. Karena posisinya Surya sekarang bukanlah pemimpin bangsa, dia hanya pemimpin ormas. Sedangan pemimpin parpol pun, tidak bisa seperti itu pendapatnya diikuti.” John menilai Surya menyampaikan apa yang diyakininya benar, dan dalam beberapa kasus didengarkan oleh SBY sebagai kepala negara. Misalnya polemik keistimewaan Yogyakarta, yang mulai ramai dibicarakan ketika SBY membuka Sidang Kabinet Terbatas, di Kantor Presiden, pada Jumat, 26 November lalu dengan menyinggung sistem keistimewaan DIY sebagai sitem monarki, dan seharusnya tidak ada di negara demokrasi. Berbagai komentar hingga kecaman dari masyarakat dan media massa dialamatkan kepada SBY atas penyataan Universitas Sumatera Utara 184 tersebut. Lalu pada tanggal 01 Desember, Surya Paloh berpidato di Makassar dan meminta polemik ini sebaiknya diakhiri. Karena menurutnya polemik tersebut dikhawatirkan akan melemahkan solidaritas antar anak bangsa dan jika tidak diakhiri, maka akan membuat perpecahan. Dan esok harinya, tanggal 02 Desember SBY akhirnya berpidato menjelaskan apa yang diungkapkannya sebelumnya. John menilai, respon SBY pada keesokan hari setelah pidato Surya sebagai bentuk penerimaan atas masukan dari masyarakat dan tokoh politik termasuk Surya Paloh. Pidato Surya Paloh di Makassar tersebut merupakan keberpihakannya terhadap keistimewaan Yogyakarta karena telah diatur di UU, dan pemerintah juga harus berkomitmen kepada UU serta pada kesepakatan pemimpin terdahulu ketika pembentukan NKRI. John melihat ini sebagai bentuk dari komitmen Surya mengenai kebhinekaan bangsa. Sepengetahuan John yang telah mengenal Surya Paloh sejak lama, SBY dan Surya Paloh sebenarnya malah memiliki hubungan yang dekat bahkan sebelum 2004 pencalonan SBY menjadi presiden. “Tapi orang-orang sekarang malah tidak tahu itu, malah menganggap hubungan keduanya adalah musuh. Hanya saja, walaupun bersahabat, secara politik tentu mereka harus menjaga agar jalannya fungsi masing- masing bisa maksimal, agar tidak terjadi ekses-ekses yang fatal.” Kemudian, dalam prinsip pendirian Nasdem yang telah dipaparkan oleh Meutya Hafid sebelumnya, Willy juga menyatakan bahwa Nasdem hadir di Indonesia bukan sebagai pihak oposisi, karena Nasdem saat ini bukan parpol. Universitas Sumatera Utara 185 Namun Willy mengakui bahwa Nasdem pernah berniat membuat Rapor Pemerintah, namun tidak jadi direalisasikan, karena Nasdem tidak memiliki preferensi politik. Menyangkut program kerja dari bidang renlitbang, Willy menyatakan simposium dan FGD yang sedang dijalankan dapat dikatakan sebagai masukan bagi pemerintah dan bangsa mengenai kenyataan sosial politik di tanah air, dan dapat menjadi acuan. Karena nantinya hasil dari simposium tersebut akan dilempar ke publik serta pemerintah sebagai bentuk pengganti Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN yang kurun refeormasi tidak pernah disusun kembali. Martin mengakui dirinya sering berbicara mengenai masalah-masalah nasional dengan Surya Paloh, dan juga sudah diliput juga di media. Misalnya mengenai isu Sistem Jaminan Sosial Nasional, yaitu UU no 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang sudah keluar namun tidak dijalankan. Djafar Assegaff memaparkan bentuk kritikan Surya Paloh terhadap pemerintah dalam berbagai hal, misalnya mengenai jalan lintas sumatera yang dibangun di masa pemerintahan Soeharto hingga saat ini kondisinya sangat buruk, penanganan banjir tidak maksimal, hingga masalah Bank Century saja tidak selesai. “Bagaimana dia tidak kritis, pemimpin yang dipilih dengan mandat rakyat, tidak hadir berkali-kali ketika dipanggil di parlemen. Dia Surya adalah leader, dia merasa marah dengan kondisi seperti ini. Surya berani mengambil resiko, jika dimusuhi orang, dia tidak peduli. Karena saya tahu, dia berprinsip, tiada suatu kaum yang bisa merubah dirinya, kecuali kaum itu sendiri.” Ketika ditanyakan sejauhmana saran dan kritikan yang disampaikan Surya Paloh diperhatikan pemerintah, Djafar menjawab beberapa di antaranya pernah Universitas Sumatera Utara 186 diterima dan diikuti, dan ada yang tidak. Tapi menurutnya, cara penyampaian kritikan oleh Surya Paloh, dilakukan secara tidak langsung, yakni melalui melalui media yang dipimpinnya, kemudian hasil-hasil seminar di Nasdem. Dalam hal ini, Syamsul melihat yang dikritisi Surya adalah kondisi negara, bukan pemerintah. Pandangan sikap kritis Surya Paloh ditanggapi berbeda oleh masing- masing Surya Paloh, karena melihat konteks yang juga dari sisi berbeda. Perbedaan tersebut lebih jelas digambarkan melalui tabel berikut: NO Nama Deklarator Gambaran Tentang Sikap Kritis Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Sangat kritis dengan memegang prinsip pluralisme dan nasionalisme, seperti halnya problem jemaat HKBP di Bekasi 2 Willy Aditya Nasdem dan Surya Paloh hadir bukan sebagai oposisi pemerintah, karena tidak memiliki preferensi politik 3 Meutya Hafid Surya Paloh dalam orasinya di beberapa daerah kerap menyatakan kegundahannya terhadap kondisi negeri yang jauh dari cita-cita pendiri republik 4 Ferry Mursyidan Baldan Sikap kritis Surya disampaikan secara tidak langsung, yakni melalui media 5 Djafar Assegaff Kekritisannya di banyak hal seperti pembangunan, penanganan banjir serta korupsi. Ia tidak takut dimusuhi karena sikap kritisnya tersebut 6 Syamsul Mu’arif Sikap kritis Surya dan Nasdem diwujudkan dalam program simposium dan FGD di Bidang Renlitbang 7 Martin Manurung Kekritisan tampak dalam diskusi yang sering terbangun, dan juga kerap diliput media, misalnya mengenai isu Sistem Jaminan Sosial Nasional UU no.40 tahun 2004 Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 187 1 Ali Umri Hal yang disampaikan oleh Surya Paloh bukan dalam konteks kritis, karena yang disampaikan adalah kondisi sebenarnya 2 John Waas Kekritisan Surya Paloh merupakan bagian dari komitmen dia, dan cukup didengar pemerintah Tabel 17. Gambaran Kekritisan Surya Paloh Mengenai Kondisi Bangsa dan Negara

C. Pandangan terhadap Kepribadian Surya Paloh

Dari sembilan orang deklarator Nasdem yang diwawancarai, masing- masing memiliki masa waktu perkenalan dengan Surya Paloh. Dua diantaranya, yaitu Martin Manurung dan Willy Aditya baru mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009. Meutya Hafid telah satu dekade mengenal sosok Surya, semenjak dirinya menjadi jurnalis di Metro TV. Sedangkan Ferry M. Baldan, Ali Umri, Syamsul Mu’arif, dan Djafar Assegaff karena sebelumnya juga aktif di parpol yang sama, telah mengenal Surya lebih dari dua puluh tahun. Didik J. Rachbini walaupun berbeda partai, namun ia juga telah mengenal dekat Surya semenjak tahun 80-an. Sedangkan John Waas merupakan adik ipar Surya Paloh dan sama- sama aktif di FK-PPI semenjak berdiri. Perkenalan dan komunikasi yang intens dengan Surya Paloh diakui oleh Willy dan Martin baru terjalin setelah Munas Golkar di Pekan Baru berakhir, dan dimulainya diskusi untuk pembentukan Nasional Demokrat, sehingga bagaimana performa Surya di kancah politik dan jatuh bangunnya di dunia pers diketahui oleh kedua tokoh muda ini dari pengamatan mereka saja. Bahkan Willy mengakui ia baru membaca biografi Surya Paloh yang berjudul Editorial Kehidupan Surya Paloh yang diterbitkan pada 2001 ketika ia sudah benar-benar aktif di Nasdem. Universitas Sumatera Utara 188 Hanya saja karena Surya Paloh memang orang politik yang sering mendapatkan porsi pemberitaan dari media massa, maka keduanya tidak sulit mengamati bagaimana kepribadian Surya Paloh. Hanya saja, Willy bisa melihat bagaimana Surya Paloh adalah orang yang bertanggung jawab dan siap menanggung resiko demi bawahannya. Ia mencontohkan peristiwa penculikan Meutya Hafid di Irak. Kemudian dalam tataran politik, Willy mengetahui bahwa Surya Paloh melakukan komunikasi dengan Golkar dan mendatangi orang-orang yang saat ini menjabat di kepengurusan Golkar untuk menjamin semua anggota Nasdem yang ada di DPR aman. Maksudnya, kader dari parpol lain yang sekarang menjabat sebagai anggota DPR dan juga menjadi anggota Nasdem tidak dipecat dari partai, karena mereka dipilih melalui pemilihan langsung. Djafar juga menyatakan bahwa Surya memang orang yang rela menanggung resiko untuk orang yang setia kepadanya. Berbeda dari Willy yang mengetahui sejarah kehidupan Surya Paloh melalui biografi, Martin mengetahui hal tersebut langsung dari teman-teman Surya ketika masih di Sumatera Utara. Martin yang merupakan Koordinator Wilayah Korwil Sumut, bertemu dengan teman-teman lama Surya tersebut, karena sering melakukan kontak dengan orang-orang di Sumut dan Medan dalam rangka persiapan deklarasi Nasdem di Sumut bulan Juli lalu. Martin berkesimpulan, jika ada orang yang hingga sekarang masih dekat dengan teman- teman masa kecilnya, berarti dia adalah orang yang royal dalam berteman. Hal tersebut bagi Martin menjadi ukuran bagaimana Surya membangun dan menjaga relasi serta hubungan pertemanan dengan orang-orang dari masa lalunya. Ferry Universitas Sumatera Utara 189 yang sudah cukup lama mengenal Surya mengatakan Surya adalah orang yang terbuka, dengan tidak membedakan kalangan, kedudukan politik atau jabatan seseorang. Sebelum mengenal dekat Surya Paloh, Willy sudah memiliki pendapat tertentu tentang kemampuan konsolidasi politik yang dimiliki Surya. Ia menyoroti langkah yang diambil Surya ketika masih menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar yang menyelenggarakan silaturahmi Golkar-PDIP pada bulan Juni 2007 di sejumlah tempat di Indonesia. Dalam kacamata pemahaman politik Willy, hal yang dilakukan Surya saat itu adalah bentuk aliansi mayoritas yang menggabungkan patahan-patahan politik, seperti Orde Lama dan Orde Baru. Langkah ini menurutnya juga dilakukan di beberapa negara yang memiliki kondisi politik seperti di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menopang efektifitas jalannya pemerintahan. “Menurut saya, langkah itu sudah benar, karena kedua partai nasional ini memiliki landasan Pancasila walaupun yang satu progresif dan satu konservatif, digabungkan dengan pemahaman aliansi. Gagasan Surya Paloh ini dilahirkan dari pemikiran yang luas dan jauh dan ia berfikir tidak dalam ranah kekuasaan namun ideologis bukan pragmatis.Setgab misalnya, itu dilahirkan dalam ranah kekuasaan, tapi ia Surya berfikir jauh sebelum itu.” Jika Willy menyoroti pencapaian prestasi politik Surya melalui langkahnya untuk membangun silaturahmi antara Golkar dan PDIP, Martin melihat prestasi Surya justru dari idenya membentuk ormas Nasdem ini setelah sebelumnya ia juga menjadi anggota sebuah parpol besar selama 43 tahun. Universitas Sumatera Utara 190 “Dia Surya masih terpikir membentuk ormas Nasdem. Kalau umur seperti saya atau kamu peneliti mungkin masih gampang mengambil keputusan, karena life spend kita masih panjang. Jika nantinya langkah yang diambil salah, masih bisa dibetulkan. Kalau Surya, sudah menjadi anggota senior di suatu partai besar, lalu masih ingin membentuk ormas untuk mengimplementasikan visi dan cita-cita dia. Saya pikir itu suatu prestasi yang luar biasa. Toh, jika dia mau duduk menikmati kekayaan juga sudah bisa. Jika saya di posisi dia, mungkin saya tidak akan berbuat hal yang demikian.” Willy dan Martin mengingat satu potongan diskusi mereka dengan Surya Paloh. Willy menceritakan Surya pernah berkata kepadanya: “Kalau saya ini nilai sebagai pemimpin pontennya hanya 6. Jadi saya ingin pemimpin Indonesia ini pontennya 7 atau 8. Jangan di bawah saya--5,5. Minimal sama dengan saya, bolehlah.” Martin pun pernah diceritakan hal yang senada oleh Surya: ”Bangsa ini perlu orang gila. Iya, orang gila. Kenapa? Kita perlu orang yang berfikir di luar kotak. Kita tidak akan maju, jika pemimpin masih berfikir di frame itu saja, mencari solusi yang kreatif.” Ferry yang merupakan junior Surya di Golkar mengungkapkan perkenalan pertamanya hingga kemudian sering berkomunikasi dengan Surya sejak tahun 1986. Ia mengakui bahwa Surya telah mengamatinya semenjak belum bergabung di Golkar, semasa Ferry masih menjadi aktivis di Unpad hingga menjabat sebagai Ketua PB HmI tahun 1990-1992. Bagi Ferry, sosok seniornya tersebut adalah orang yang memiliki keberanian dalam tindakan, dan memegang komitmen. Ferry Universitas Sumatera Utara 191 yang telah 18 tahun di Golkar ini melihat Surya telah banyak melakukan sesuatu untuk kemajuan partai tersebut, terlepas dari apapun jabatan yang emban Surya. Ali Umri juga merupakan junior dan kader Surya di Golkar. Walaupun pada tahun masuknya Umri ke Golkar di 1985, Surya sudah aktif di Golkar Pusat, namun kedekatan antara keduanya tetap terbangun, karena Umri merupakan orang yang royal terhadap Surya Paloh, dan Surya seperti yang diungkapkan Djaffar bahwa ia juga royal terhadap orang yang militan dan setia kepadanya. Umri merasakan kedekatan dengan Surya ketika ia menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar Sumut di saat Surya menjabat Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar di periode yang sama. Yang paling mengesankan Ali Umri pada sosok Surya Paloh adalah kesediaannya untuk dipanggil melihat kondisi masyarakat secara langsung. “Ketika saya menelepon Bang Surya atau bilang langsung kepadanya tentang ada tempat atau kondisi masyarakat yang perlu dikunjungi, Surya selalu langsung bilang oke. Dia tanya kapan, lalu meminta mengecek jadwalnya. Jika tidak ada, maka dia akan datang. Kita belokkan pesawat ini ke sana biar kita kunjungi mereka.” Selama mengenal Surya, Umri memberikan credit point pada kemampuan Surya menjadi orang yang diperhitungkan di usia muda, dengan menjadi anggota MPR termuda dari utusan golongan pada usia 25 tahun. Hingga saat ini, Umri menilai prestasi politiknya yang cukup baik dan konsisten untuk bangsa membuatnya diperhitungkan sebagai salah satu aset bangsa. Deklarator yang juga telah mengenal Surya sejak dekade 80-an adalah Syamsul Mu’arif dan Didik J. Rachbini. Didik yang juga berangkat dari aktivis HmI dan pernah menjadi anggota MPR utusan golongan di tahun 1998 ini Universitas Sumatera Utara 192 mengenal Surya semenjak ia aktif mengajar di beberapa universitas di Jakarta. Sedangkan Syamsul mengenal Surya semenjak Munas AMPI di tahun 1985 di Semarang. Syamsul dan Surya yang sama-sama aktif di AMPI bertemu dan berkomunikasi walaupun tidak terlalu sering. Ketika juga sama-sama menjadi anggota Golkar, Surya menawari Syamsul memegang sebuah surat kabar di Banjarmasin, karena Syamsul memang berasal dari Kalsel. Namun Syamsul menolak tawaran untuk memimpin surat kabar cabang dari Harian Prioritas milik Surya Paloh. 112 Akhirnya surat kabar yang bernama Dinamika Berita dipimpin ini dipimpin oleh salah seorang teman Surya, eksponen ’66 di sana. 113 Hubungan Syamsul-Surya diakuinya memang lama putus, banyak orang yang mengatakan hal-hal seputar Surya Paloh kala itu, namun Syamsul mengakui ia tidak menanggapinya. Baginya, ketertarikan untuk ikut dengan Surya Paloh dalam membangun Nasdem ini semata-mata karena melihat visi misi kebangsaan yang ingin dicapainya melalui Nasdem. Syamsul menyatakan pemikirannya: “Jika dia Surya nantinya melenceng, misalnya ingin menjadi presiden, barangkali saya sudah terpikir untuk surut dari Nasdem ini. Dia boleh menjadi presiden karena kebesaran Nasdem ini mendapatkan apresiasi dari publik, dan kepemimpinan dia mendapatkan apresiasi. Saya dan beberapa kawan lain ketika di awal 112 Tahun 1989 Surya Paloh membentuk perusahaan PT Surya Persindo, yang bertugas melakukan kerjasama kepemilikan saham dan pengelolaan media terhadap sepuluh suratkabar daerah dan sebuah mingguan, ditambah sebuah tabloid berita Detik di Jakarta. Ke-10 media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa di Banda Aceh, Harian Mimbar Umum di Medan, Harian Sumatra Ekspres di Palembang, Harian Lampung Pos di Bandar Lampung, Harian Gala di Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News di Denpasar, Harian Dinamika Berita di Banjarmasin, serta Harian Cahaya Siang di Menado. Pada tahun yang sama, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan Pemrednya, Surya Paloh membawa Media Indonesia ke Gedung Prioritas kantor redaksi Harian Prioritas yang telah dibredel. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Prioritas. 113 Lihat Usamah Hisyam, et. al, op. cit., hlm 378-386. Universitas Sumatera Utara 193 pendirian Nasdem mengajukan pertanyaan kepada Surya, apakah dia ingin menjadi presiden. Jawabannya adalah Nasdem, akan mengusung calon presiden yang merupakan putra terbaik bangsa. Jadi jika Surya atau Sri Sultan bukan putera terbaik bangsa, nanti citra publik akan kita rasakan, mana putera terbaik bangsa itu. Namun jika tidak, ya jangan kita memaksakan.” Syamsul ketika diminta mengomentari pribadi Surya Paloh mengatakan bahwa dia tidak serta-merta menganggap Surya memiliki reputasi yang hebat atau pribadi yang terhebat karena dia pernah menjadi Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar saja. Bahkan ketika Konvensi Golkar tahun 2004, saat Surya mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, dia kemudian tetap tidak berhasil. Tapi Syamsul juga melihat, semenjak Surya menjadi Ketua Umum Nasdem, suasana menjadi lain. Salah satunya karena Surya mau mendengar masukan dari kawan-kawan. Dari sisi ini pula Syamsul setuju secara terpisah dengan Martin, bahwa Surya adalah orang yang mau membangun persahabatan. “Jadi tidak ada istilah dia menendang kawan, bahwa dia dikhianati atau ditinggalkan orang, mungkin iya ada. Tapi saya merasakan, mulai dari di AMPI, saya kemudian tidak terlalu dekat dengannya. Lalu ketika dia di Dewan Penasihat Golkar, kemudian sampai saya jadi Sekjen di sini, itu bukti bahwa dia tidak lupa dengan teman. Itu menjadi salah satu kelebihan dia barangkali. Biasanya orang kaya kan susah.” Deklarator yang paling lama mengenal sosok Surya adalah Djafar Assegaff. Djafar boleh dibilang adalah orang lama Golkar, ia adalah Pemimpin Redaksi Harian Suara Karya, surat kabar resmi Golkar dari tahun 1972. Ia pertama kali bertemu dengan Surya pada tahun 1971, ketika Surya Paloh masih berumur 19 tahun saat Surya datang ke kantor Golkar Jakarta. Saat itu, Surya Universitas Sumatera Utara 194 merupakan calon anggota legistatif di DPRD Kota Medan dari Golkar. Djafar menceritakan pengalaman 39 tahun lalu itu. “Dari tingkahnya memang tampak dia nyentrik. Dulu pertama bertemu waktu dia baru datang dari Medan. Dia datang ke kantor Golkar Jakarta, dengan baju yang hebat-hebat rapi dan resmi, di belakang langkahnya mengikuti seorang ajudan yang membawakan tasnya. Padahal umurnya baru 19 tahun. Saya kemudian bertanya kepada ajudannya Pak Ali Moertopo, “bocah cilik iku sopo?” Ajudan itu menjawab, “Oh, orang Medan Aceh,” Yang tidak tahan, ajudannya itu loh, tergopoh-gopoh dibelakangnya membawakan tas. Jadi saya memang menangkap kesan, dari dulu dia memang sudah seperti itu, dari di Medan saja dia sudah menjadi jagoan.” Djafar mengakui dirinya tidak memiliki kedekatan khusus dengan Surya Paloh kala itu. Ia tidak mengenal baik, hanya tahu satu sama lain. Namun ketika Djafar selesai bertugas di Hanoi, Vietnam sebagai Duta Besar RI, Surya Paloh mendatangi Djafar dan memintanya untuk ikut dengannya bekerja di Media Indonesia. Sehingga Djafar pun bergabung dengan Media Indonesia pada tahun 1997. 114 Dari masa itu hingga sekarang, banyak orang yang datang untuk meminta Djafar bergabung dengan surat kabar atau media lain. Namun menurut Djafar, hal itu tidak bisa disamakan karena hubungannya dengan Surya Paloh sekarang ini bukan lagi sekadar atasan-bawahan, namun lebih kepada persahabatan. “Surya pernah bilang ke saya, kalau dia mempercayai kesetiaan saya. Namun bagaimana dengan yang muda- muda ini? Tentu mereka akan berfikir, mereka akan dapat apa dari Nasdem ini. Kalau bagi saya, tidak lagi memikirkan mau dapat apa dari politik. Yang terpenting hanya bagaimana program dan tujuan kita Nasdem untuk membentuk politisi yang beretika.” 114 Ibid., hlm. 358. Universitas Sumatera Utara 195 Sebelum bergabung di Media Indonesia, Djafar yang pernah menjabat sebagai Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia PWI. Djafar juga mencatat bahwa Surya adalah orang yang berani menantang pencabutan izin surat kabar Prioritas pimpinannya kala itu. Menurut Djafar, Surya langsung mendatanginya. “Waktu saya jadi sekjen PWI, dia datang kepada saya. Dia bilang, ”Kau sombong kali sama si Harmoko Ketua PWI itu. Kau kan yang membredel surat kabar aku?” Saya menjawab,”Bukan aku lah itu, Dewan Pers itu.” Walaupun begitu, tetap dia lawan, dan dia bikin lagi. Dia memang berani melawan hingga presiden pun dilawan. Sekarang aja, keadaannya pribadi dia sudah enak-enak, malah dia lawan presiden.” Ketika ditanyakan mengenai prestasi politik yang paling diingat dari Surya Paloh, Djafar juga Syamsul memberikan jawaban yang sama. Keduanya sepakat bahwa orang yang berperan dalam menghantarkan SBY menjadi pemenang pemilihan presiden pada 2004. Walaupun Syamsul mengatakan hal ini tidak tepat dikatakan sebagai prestasi politik, namun ia mengakui Surya Paloh menyokong penuh kinerja pemerintah dalam 5 tahun pertama pemerintahan SBY. Terlebih lagi kala itu Surya juga sebagai Ketua Dewan Penasihat Golkar dan Wakil Presiden kala itu, Jusuf Kalla juga merupakan Ketua Umum Golkar. Lalu kemudian Syamsul juga mengatakan setelah SBY melepas Jusuf Kalla di Pilpres 2009 lalu, Surya mengkritisi pemerintahan, dan keadaan itu sangat terasa. Dari sembilan orang deklarator yang diwawancari, John Waas merupakan subjek penelitian yang paling sedikit bersinggungan dengan dunia politik dan juga memiliki hubungan kekerabatan ipar dengan Surya Paloh. Hal ini membuat kedekatan emosional dan personal dengan Surya Paloh terjalin lebih erat. Universitas Sumatera Utara 196 Perkenalan awalnya dengan Surya Paloh pada tahun 1972, ketika John masih menjadi siswa di Akademi Bank Keuangan Swadaya, Medan. Ketika itu ia sudah mengenal dekat adik Surya Paloh, Mutiah Farida Paloh, yang lebih sering disapa Ida Paloh yang menjadi adik kelas John. Namun ia belum pernah bertemu Surya sebelum tahun 1972 itu. Hingga Surya berkunjung ke Akademi Bahasa Asing Swadaya, karena diundang oleh salah satu pimpinan Yayasan Swadaya yang juga teman Surya. Saat itu, Surya juga turut serta membawa akrtis pemeran film ‘Catatan Seorang Gadis’ yang disutradarai oleh Nya Abbas Akup. Saat itu FK-PPI belum terbentuk, organisasi Surya Paloh saat itu adalah PP-ABRI. Barulah ketika 1978, Surya Paloh bersama abang John Waas, Yoseano Waas 115 mendirikan FK-PPI dan John ikut di kepengurusan. Sebelumnya di 1975, John Waas resmi menjadi adik ipar Surya Paloh, setelah menikahi Ida Paloh. 116 Dari situlah intensitas kedekatan dalam hubungan kekeluargaan, terlebih organisasi dibangun oleh John dan Surya. Mereka juga mengembangkan usaha katering bersama. Hal yang paling diingat John tentang Surya Paloh adalah peristiwa pada Kongres ke-4 Hipmi dan seligus pemilihan ketua umum Hipmi Pusat pada 22-24 November 1979 di Hotel Danau Toba, Medan. 117 Walaupun hal ini memang bukan dalam konteks politik, dan Hipmi bukan organisasi politik, namun John melihat tahap ini adalah tahap Surya mulai dekat dan membangun jalan di dunia politik. John menceritakan pengalamannya itu: 115 Ibid., hlm. 24. 116 Ibid., hlm. 316 117 Ibid., hlm. 184-197. Universitas Sumatera Utara 197 “Setelah Surya menjabat sebagai Ketua HIPMI Pusat dari 1977-1979, kemudian pada melihan di tahun 1979, saat itu dia ‘dibantai’, dikalahkan oleh Ponco Sutowo Pemilik PT. Indo Buildco. Waktu itu sampai ada pasukan yang bawa pistol, bawa granat hingga panzer. Orang-orang Ponco waktu itu adalah Sugeng Saryadi, Abu Rizal. Sedangkan Siswono Yudo Husodo sama SP dari dulu, sehingga dia Siswono mau juga ikut di Nasdem. 118 ” Sedangkan prestasi politik Surya Paloh yang menurut John paling baik hingga saat ini adalah keikutsertaan Surya dalam bursa ketua umum Partai Golkar di Munas 2009. Walaupun Surya tidak menang, tapi bisa dilihat dukungan untuk Surya Paloh di Golkar hampir mencapai setengahnya, sekaligus menunjukkan pengaruh Surya di parpol tersebut. Terlebih lagi, John melihat Munas tersebut sebagai loncatan terbesar Surya Paloh untuk pencapaian yang lebih tinggi lagi di dunia politik nasional. Lalu seberapa nasionaliskan Surya Paloh? Willy mengatakan bahwa hal ini belum dapat diuji karena belum ada parameter yang bisa mengukur hal tersebut bagi diri Surya Paloh. Ia menyatakan hal ini akan teruji jika nantinya Surya Paloh menjadi pemimpin bangsa, ketika Surya berkuasa, semisal menjadi presiden atau jabatan lembaga negara lainnya, barulah kondisi nasionalis bangsa terlihat ketika dipimpin oleh Surya Paloh. Willy melihat kepemipinan Surya di 118 Dalam pemilihan Ketua Umum Hipmi tahun 1979 ini, Surya Paloh bersaing dengan Ponco Sutowo untuk menggantikan posisi Abu Rizal Bakrie. Ponco Soetowo salah satu dari lima orang calon ketua yang diajukan dari hasil Rapim BPP Hipmi, pada 3 November 1979. Ponco Sutowo mewakili suara dari BPP HIPMI, sedangkan Surya Paloh mengajukan diri. Saat kongres akan dimulai, Kodam Bukit Barisan mengeluarkan panzer kavaleri untuk mengamankan acara, sementara polisi dan tentara menjaga ketat Hotel Danau Toba. Sepanjang kongres, situasi semakin panas karena melibatkan kelompok pemuda hingga preman baik yang ada di Medan saat itu juga hadir Jupieter K. Purba, tokoh pemuda Medan bahkan ada yang langsung datang dari Jakarta. Hingga Panglima Laksusda Sumut, Brigjen Ismail mengeluarkan penyataan untuk menarik kembali pemuda dan preman yang sudah mengelilingi Hotel Danau Toba, dan tidak mengganggu jalannya kongres. Universitas Sumatera Utara 198 Golkar adalah hal yang berbeda, karena saat itu ia tidak berada dalam lingkaran kekuasaan. Sedangkan Meutya melihat sisi nasionalis Surya Paloh dari hal yang lain. Baginya, prinsip Surya yang tidak mau menampilkan embel-embel agama dan konsistensi dan komitmennya dalam masalah pluralisme, merupakan bentuk nasionalisme Surya Paloh. Deklarator dalam sesi wawancara diminta untuk menggambarkan bagaimana proses perkenalannya dengan Surya Paloh, kemudian tentang apa prestasi politik Surya Paloh yang paling mereka ingat, dan terakhir bagaimana pendapat deklarator terhadap sikap dan kepribadian Surya Paloh, di luar ataupun di dalam organisasi. Penggambaran tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam tabel berikut: NO Nama Deklarator Gambaran Tentang Pribadi Surya Paloh Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini 1. Mengenal Surya Paloh dari dekade 80-an 2. Orang yang bisa dekat dengan semua kalangan 3. Orang yang tidak mencla-mencle 2 Willy Aditya 1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009, baru mengetahui secara detil sejak membaca biografi Surya Paloh 2. Orang yang bertanggungjawab dan siap menanggung resiko demi bawahan 3. Orang yang memiliki kemampuan dalam konsolidasi politik 3 Meutya Hafid 1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 2000 2. Orang yang penyayang dan hangat 3. Pemimpin yang mampu mengalirkan semangat idealisme kepada bawahan 4. Pemimpin yang nasionalis, konsisten untuk tidak mau memakai embel-embel agama dan dengan komitmen pluralisme Universitas Sumatera Utara 199 4 Ferry Mursyidan Baldan 1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 1986 2. Memiliki keberanian dalam tindakan dan kukuh memegang komitmen 3. Tidak berambisi mendapatkan jabatan formal di pemerintahan 5 Djafar Assegaff 1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 1971, dan mulai dekat di tahun 1997 2. Orang yang berani pasang badan untuk orang yang setia kepadanya 3. Orang yang nyentrik, dan sudah mencerminkan karakter pemimpin sejak dulu 4. Prestasi politik ketika berhasil membawa SBY- JK menjadi pemenang Pilpres 2004. 6 Syamsul Mu’arif 1. Mengenal Surya Paloh dari tahun 1985 2. Walaupun komunikasi lama terputus, tapi ia tidak melupakan teman 3. Tidak serta-merta menganggap Surya sebagai pribadi yang hebat dengan pencapaiannya dulu. Namun untuk saat ini ketika ia menjadi Ketua Umum Nasdem, suasananya menjadi lain 4. Prestasi politik ketika menghantarkan SBY menjadi pemenang pilpres 2004, dan mem- backup jalannya pemerintahan 7 Martin Manurung 1. Mengenal dekat Surya Paloh dari tahun 2009 2. Orang yang royal dalam berteman dan menjaga persahabatan 3. Tokoh politik, anggota selama 43 tahun dari sebuah parpol besar 4. Prestasi politik ketika menggagas berdirinya Nasdem ini, di antara pilihannya untuk bisa tidak peduli dengan kondisi bangsa, atau untuk menikmati hidup sendiri Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri 1. Mengenal Surya Paloh sejak tahun 1985 2. Pribadi yang royal terhadap orang yang militan dan setia kepadanya 3. Menularkan semangat perubahan dan rasa nasionalis kepada setiap kadernya 4. Orang yang siap sedia untuk terjun ke lapangan Universitas Sumatera Utara 200 ketika diberitahu bahwa ada daerah yang butuh pertolongan 4. Prestasi politiknya merupakan bentuk perjalanannya yang sudah sedari muda memulai karir politik 2 John Waas 1. Mengenal Surya Paloh sejak tahun 1972 2. Orang dengan pembawaan simpel namun dinamis dan setia kawan 3. banyak melewati masa yang berkesan bersama Surya Paloh 4. Prestasi politik Surya yang terbaik adalah di Munas Golkar 2009 yang menjadi batu loncatannya untuk bisa sampai di level politik lebih tinggi Tabel 18. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Kepribadian Surya Paloh Pendapat Mengenai Kharisma Surya Paloh Meutya Hafid yang baru memasuki kancah politik dua tahun lalu ini merasakan kelebihan Surya Paloh adalah dalam kemampuannya memotivasi lawan bicara tanpa disadari. Meutya mengatakan Surya dapat menularkan semangat dan mempengaruhi hanya dengan berbicara santai, sehingga ia bisa membuat pola pikir pendengarnya ikut dengan apa yang dibicarakannya. “Misalnya dengan idenya mengenai Indonesia yang harus kembali kepada Pancasila. Hal ini adalah hal yang sangat idealis pada saat ini, di saat banyak orang berpikir pragmatis. Kadang-kadang saya merasa berat dan lelah memperjuangkan ini. Namun ketika duduk bersama kembali dengan Pak Surya, dia dapat memberikan energi untuk tetap kuat menjadi orang yang idealis, kembali memotivasi, tanpa harus mendikte. Dari cara dan gaya bicaranya, kita sudah mendapatkan energi untuk kembali idealis, dan kemudian kita semangat lagi. Di politik ini memang melelahkan, dan saya bertemu Pak Surya untuk recharge.” Universitas Sumatera Utara 201 Meutya juga menggambarkan pengalamannya ketika masih bekerja di Metro TV, bahwa dulu ia takut apabila bertemu dengan Surya Paloh di kantor, dan banyak orang lain juga yang segan dengan Surya. Bagi Meutya, hal itu adalah kharisma, karena sebenarnya ketakutannya waktu itu bukanlah disebabkan kemarahan Surya, hanya saja memang begitulah hampir semua orang di Metro TV kala itu. Begitu pun ketika datang ke daerah. Meutya menilai sambutan dan penerimaan yang baik dari masyarakat tersebut merupakan bagian dari kharisma Surya Paloh. Meutya juga mengatakan bahwa masih banyak orang yang belum mengenal sisi sebenarnya dari Surya Paloh. Menurutnya, sosok Surya adalah orang yang penyayang dan hangat serta tidak menciptakan jarak dengan orang lain. Hal ini dianggap Willy sebagai bentuk kharisma Surya Paloh yang dirasakannya. Kemudian Willy dan Ferry juga sepakat jika kemampuan orasi Surya yang baik sebagai bagian dari kharisma yang dimiliki Surya Paloh. Ferry pun mengakui jika dirinya hormat kepada Surya dari dulu. Terlepas Surya Paloh adalah seorang tokoh politik yang pastinya memiliki kalangan yang kontra atau tidak respect kepadanya. Namun Umri menegaskan kembali analoginya mengenai harimau-monyet di atas. “Sekarang saja Surya Paloh belum berbuat apa-apa, tetapi orang-orang petinggi parpol sudah sibuk dan bingung. Bagi saya itu bentuk kharisma. Selain itu, jika Surya Paloh datang, selalu ramai orang datang untuk melihatnya. Pemimpin politik pun juga sering datang ke daerah, tapi tidak mendapatkan sambutan sebesar itu.” Universitas Sumatera Utara 202 Martin melihat kharisma Surya Paloh bukan semata-mata dari sisi personal, tapi lebih kepada ide dan gagasan yang dibawa Surya. Ia melihat efek dari kharisma tersebut adalah: “Seperti hanya pengurus Nasdem yang lain, saya setiap hari berada di sini walaupun sebenarnya saya juga ada kantor lain tempat saya bekerja. Namun saya dan teman-teman lain bersedia setiap hari datang ke sini, tidak digaji, namun tetap mau memberikan kontribusi, karena kita memiliki cita-cita bersama, yang harus diwujudkan. Saya pikir di situ letak kharisma Bang Surya.” John juga memberikan gambaran seperti Martin. John melihat keikutsertaan orang-orang dari lintas etnis, lintas parpol, dan lintas golongan di gerakan yang digagasnya merupakan bentuk kharismanya. Walaupun semua orang memiliki kharisma masing-masing, namun efek kharismatik Surya menurut John mampu mempengaruhi orang-orang secara nasional. Selain dari gagasannya, John juga melihat kharisma Surya ditunjang oleh faktor fisik, yakni perawakannya yang tinggi tegap dan suaranya yang lantang. Suara berbeda datang dari Djafar Assegaff dan Syamsul Mu’arif. Djafar tidak melihat adanya kharisma dalam diri Surya Paloh, karena baginya Surya adalah rasional leader. Djafar mendefenisikan pemimpin yang berkharisma itu adalah pemimpin yang memiliki bawahan yang rela mati demi pemimpinnya. 119 Contoh pemimpin seperti itu adalah Bung Karno atau Gus Dur. Sedangakan ia melihat Surya adalah pemimpin yang memang dibina dengan pengalaman. Syamsul melihat kharisma ini tergantung dari bagaimana orang lain menilai. 119 Lihat Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik Indonesia, 2010, hlm. 72-80. Universitas Sumatera Utara 203 Sosok Surya adalah sosok yang biasa menurutnya, sehingga dalam pandangan Syamsul, ia tidak melihat sisi kharismatik itu. Baginya, Surya hanya manusia biasa yang dianggapnya sebagai teman. Kepemimpinan umumnya dikorelasikan dengan adanya kharisma yang dimiliki pemimpin. Namun masing-masing deklarator mempersipkan bentuk kharisma yang dilihat mereka dari sosok Surya Paloh dalam pemahaman tertentu dan berbeda satu sama lain. Untuk lebih jelas, dapat digambarkan dalam tabel berikut: NO Nama Deklarator Gambaran Tentang Kharisma Surya Paloh Nasional Demokrat Pusat 1 Didik J. Rachbini Kharismanya lebih kepada pemikiran dan visinya 2 Willy Aditya Kharismanya terletak dari sikapnya yang penyayang dan pribadi yang hangat. Selain itu juga kekuatan orasinya yang menjadi poin penting bagi kharismanya 3 Meutya Hafid Kharismanya terletak dari kemampuannya mempengaruhi dan memotivasi lawan bicara tanpa disadari, selain itu juga karena kharismanya pula masyarakat luas menerima baik kedatangan Surya Paloh ke daerah 4 Ferry Mursyidan Baldan Kharismanya terbentuk dan dirasakan ketika Surya Paloh berpidato 5 Djafar Assegaff Tidak ada kharisma, karena Surya seorang rational leader, karena pemimpin yang berkharisma adalah pemimpin dengan pengikut yang rela mati demi pemimpinnya, seperti Gus Dur 6 Syamsul Mu’arif Tidak sama sekali, Surya hanya sosok biasa sebagai teman. Karena kharisma tergantung dari orang yang melihat. Mungkin bagi masyarakat Universitas Sumatera Utara 204 luas, Surya memiliki kharisma 7 Martin Manurung Kharisma Surya Paloh bukan hanya dari sisi personal saja, tapi lebih kepada ide dan cita-cita yang dibawanya. Misalnya kerelaan semua pengurus Nasdem untuk datang setiap hari ke kantor Nasdem disamping pekerjaan formal mereka, walaupun tanpa digaji Nasional Demokrat Wilayah Sumatera Utara 1 Ali Umri Kharismanya dilihat dari pengaruh Surya Paloh saat ini di kancah politik nasional, di saat dia belum berbuat apa-apa untuk langkah politik, pihak parpol besar sudah banyak yang merasa tidak aman 2 John Waas Kharismanya dilihat dari kuatnya pengaruh Surya Paloh dalam menyebarluaskan gagasan dan mendapatkan sambutan dari berbagai pihak lintas kalangan. Selain itu kekuatan kharismanya didukung oleh kepiawaian orasi dan volume suara yang mendukung. Tabel 19. Gambaran Pendapat Mengenai Kharisma Surya Paloh

4.2 Kelemahan dan Hambatan Penelitian

Dokumen yang terkait

Opini Mahasiswa Terhadap Iklan Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Terhadap Iklan Nasional Demokrat Di Metro TV)

0 54 90

PENGARUH TERPAAN IKLAN TELEVISI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (Studi Pada Masyarakat Dusun Geneng Desa Pacalan Kec. Plaosan Kab. Magetan)

1 51 29

Media dan Pemilu 2014: Analisis wacana kolom "Indonesia Memilih" Harian Umum Media Indonesia

0 6 98

Kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik: analisis wacana kritis berita partai politik nasional Demokrat dalam kolom Indonesia memilih harian umum Media Indonesia

0 4 98

Pencitraan Partai Politik Nasional Demokrat Melalui Iklan Versi Sepak Bola (Studi Wacana Kritis Norman Fairclough Mengenai Iklan Partai Politik Nasional Demokrat Versi Sepak Bola

0 9 1

PROFILING SURYA PALOH DALAM SKH MEDIA INDONESIA PROFILING SURYA PALOH DALAM SKH MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Profiling Surya Paloh dalam Surat Kabar Harian Media Indonesia Terkait dengan Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional G

0 3 13

PENDAHULUAN PROFILING SURYA PALOH DALAM SKH MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Profiling Surya Paloh dalam Surat Kabar Harian Media Indonesia Terkait dengan Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional Golkar ke VIII).

0 4 27

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN PROFILING SURYA PALOH DALAM SKH MEDIA INDONESIA (Analisis Framing Profiling Surya Paloh dalam Surat Kabar Harian Media Indonesia Terkait dengan Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional Golkar ke VIII).

0 3 26

Nasional Demokrat, Jabar Golkar.

0 0 1

Tabel 1: Berita tentang Surya Paloh

0 0 8