BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI dari tahun 2007-2009 sebagai objek penelitian. Setelah dilakukan
penyeleksian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka didapat 14 perusahaan sebagai sampel penelitian dalam tiga tahun penelitian yang berarti 42
unit analisis. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik dan regresi berganda.
Pengolahan dimulai dari menginput dan mengolah data ke microsoft excel kemudian melakukan pengujian dengan menggunakan software SPSS versi 18.
Kemudian didapat output-output yang dihasilkan berdasarkan metode analisis yang telah ditentukan.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum mengenai nilai rata-rata mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel
penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif mengenai data penelitian disajikan dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Mean
Std. Deviation Minimum
Maximum KI
42 .6186
.27007 .14
1.00 DK
42 4.9286
2.45340 2.00
12.00 JRKA
42 4.7381
3.02074 1.00
13.00 KOMI
42 .4509
.11994 .17
.75 ML
42 166064124364.9524
583626296399.70720 -460986300567.00
2627245171120.00
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif tersebut, dapat dijelaskan beberapa hal berikut, yaitu:
a. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan dikalikan
tiga tahun penelitian yang berarti 42 unit analisis. Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen dengan skala rasio yaitu kepemilikan institusional dan
komisaris independen, dan 2 variabel independen dengan skala nominal yaitu dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit.
b. Persentase kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan sampel adalah
paling kecil 14 , paling besar 100 , rata-rata 61,86 dan standar deviasinya adalah 27,007 .
c. Jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan sampel adalah paling
sedikit 2 orang, paling banyak 12 orang, rata-rata 5 orang dan standar deviasinya adalah 2,45.
Universitas Sumatera Utara
d. Persentase komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan sampel
adalah paling kecil 17 , paling besar 75 , rata-rata 45,09 dan standar deviasinya adalah 11,99 .
e. Jumlah rapat komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah
paling sedikit 1, paling banyak 13 , rata-rata 4,73, dan standar deviasinya adalah 3,02.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen memiliki distribusi normal
atau tidak. Cara yang dilakukan untuk melihat normalitas adalah dengan melihat hasil uji K-S, histogram dan grafik P-P plot. Cara pengambilan keputusan dalam
uji K-S adalah apabila nilai Asymp.Sig 2-tailed lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal, apabila nilai Asymp.Sig 2-tailed lebih kecil dari 0,05
maka data tidak terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
42 Normal
Parameters
a,b
Mean .0000610
Std. Deviation 92233720368.54776000
Most Extreme Differences
Absolute .144
Positive .144
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .935
Asymp. Sig. 2-tailed .347
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai Asymp.Sig. 2-tailed lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
data terdistribusi secara normal. Untuk lebih jelas berikut ini ditampilkan histogram dan grafik P-P plot.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik histogram dapat dilihat bahwa data terdistribusi secara normal, yaitu grafik histogram tidak menceng ke kanan dan tidak menceng ke kiri. Grafik
normal probability plot menunjukkan bahwa data juga terdistribusi secara normal, hal ini dapat diketahui dengan melihat grafik normal probability plot
menunjukkan titk-titk menyebar mendekati garis diagonalnya.
b. Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas adalah untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara varabel bebasnya Ghozali, 2005. Hasil uji multikolinieritas disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
-1.274E11 3.787E11
-.336 .739
KI -8.249E11
2.642E11 -.382
-3.122 .003
.978 1.023
DK 6.520E10
2.934E10 .274
2.222 .032
.961 1.041
JRKA 1.051E11
2.383E10 .544
4.409 .000
.961 1.040
KOMI -3.426E10
5.937E11 -.007
-.058 .954
.982 1.018
a. Dependent Variable: ML
Sumber: hasil pengolahan SPSS Multikolinieritas terjadi apabila nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF dari 10.
Dari tabel 4.3 dapat diketahui variabel kepemilikan institusional memiliki nilai
Universitas Sumatera Utara
tolerance 0,978 yang berarti lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF 1,023 yang berarti lebih kecil dari 10. Variabel dewan komisaris memiliki nilai tolerance 0,961 yang
berarti lebih besar 0,1 dan nilai VIF 1,041 yang berarti lebih kecil dari 10. Variabel komisaris independen memiliki nilai tolerance 0,961 yang berarti lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF 1,040 yang berarti lebih kecil dari 10. Variabel jumlah rapat komite audit memiliki nilai tolerance 0.982 yang berarti lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF 1,018 yang berarti lebih kecil dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
Tabel 4.4 Koefisien Korelasi
Coefficient Correlations
a
Model KOMI
DK KI
JRKA 1
Correlations KOMI
1.000 .044
-.104 .081
DK .044
1.000 .081
.172 KI
-.104 .081
1.000 -.057
JRKA .081
.172 -.057
1.000 Covariances
KOMI 3.525E23
7.734E20 -1.628E22
1.139E21 DK
7.734E20 8.610E20
6.248E20 1.199E20
KI -1.628E22
6.248E20 6.982E22
-3.589E20 JRKA
1.139E21 1.199E20
-3.589E20 5.677E20
a. Dependent Variable: ML
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar variabel indepnden. Jika koefisien korelasi yang terjadi antar variabel independen
kurang dari 0,95 maka tidak terjadi multikolinieritas, sedangkan jika koefisien korelasi antar variabel independen lebih dari 0,95 maka telah terjadi
multikolinieritas. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa korelasi antar variabel komisaris independen dengan dewan komisaris atau sebaliknya adalah sebesar 4,4
Universitas Sumatera Utara
. Korelasi antar variabel komisaris independen dengan kepemilikan institusional atau sebaliknya adalah 10,4 . Korelasi antar variabel komisaris independen
dengan jumlah rapat komite audit atau sebaliknya adalah sebesar 8,1 . Maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen karena
tidak ada nilai korelasi antar variabel independen yang lebih besar dar 0,95.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain sama, maka dapat disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas. Untuk menguji adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot yang
disajikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: hasil pengoalhan SPSS
Dasar pengambilan keputusan terjadi atau tidaknya heterokedastisitas adalah sebagai berikut:
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur bergelombang, menyebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heterokedastisitas.
2 Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik yang menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas.
Grafik scatterplot menunjukkan titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model
regresi tidak terjadi heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk memastikan bahwa analisis regresi terbebas dari kesalahan yang biasanya terjadi akibat dari data yang diambil dari periode
bersamaan time series, dimana residual dari data periode sebelumnya akan cenderung berpengaruh terhadap data dalam periode selanjutnya
Efferin,Darmadji,dan Tan, 2008. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW-Test.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif Tolak
No decision Tolak
No decision Tidak ditolak
0 d dl dl
≤ d ≤ du 4 - dl d 4
4 - du ≤ d ≤ 4 – dl
du d 4 – du
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .678
a
.459 .401
451831112246.72440 2.150
a. Predictors: Constant, KOMI, DK, KI, JRKA b. Dependent Variable: ML
Sumber: hasil pengolahan SPSS Dari tabel 4.5 dapat dilihat nilai DW sebesar 2,150 pada tingkat signifikansi
0,05, jumlah sampel N 42 dan jumlah variabel independen 4. Berdasarkan tabel Durbin-Watson nilai du batas atas adalah 1,720 dan nilai dl batas bawah
adalah 1,336 . Nilai DW lebih besar daripada nilai du dan kurang dari 4-du, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
3. Analisis Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini
digunakan model regresi linier berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS versi 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Persamaan Regresi
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linier dalam mencari hubungan antara variabel independen yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris,
komisaris independen, dan jumlah rapat komite audit terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -127360293455.854
378701935757.994 -.336
.739 KI
-824857995652.524 264225836949.516
-.382 -3.122
.003 DK
65195227225.088 29342750783.061
.274 2.222
.032 JRKA
105062649003.010 23826622151.095
.544 4.409
.000 KOMI
-34258767201.695 593684468192.791
-.007 -.058
.954 a. Dependent Variable: ML
Sumber: hasil pengolahan SPSS Maka persamaaan regresi yang dihasilkan adalah:
ML=-127360293455,854-824857995652,524KI+65195227225,088DK- 34258767201,695KOMI+105062649003,010JRKA +e
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: 1
Konstanta sebesar -127360293455,854 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel indepnden X1=0, X2=0, X3=0, X4=0 maka manajemen laba adalah
sebesar -127360293455,854. 2
β1 sebesar -824857995652,524 menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1 akan diikuti oleh penurunan
manajemen laba sebesar 824857995652,524 dengan asumsi variabel lain tetap.
3 β2 sebesar 65195227225,088 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dewan
komisaris sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 65195227225,088 dengan asumsi variabel lain tetap.
4 β3 sebesar -34258767201,695 menunjukkan bahwa setiap kenaikan komisaris
independen sebesar 1 akan diikuti oleh penurunan manajemen laba sebesar 34258767201,695 dengan asumsi variabel lain tetap.
5 β4 sebesar 105062649003,010 menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah
rapat komite audit sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 105062649003,010 dengan asumsi variabel lain tetap.
b. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi bertujuan untuk menentukan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol 0 dan satu 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai
Universitas Sumatera Utara
yang mendekati satu 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
Ghozali, 2005. Uji koefisien determinasi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .678
a
.459 .401
451831112246.72440 2.150
a. Predictors: Constant, KOMI, DK, KI, JRKA b. Dependent Variable: ML
Sumber: hasil pengolahan SPSS Pada tabel 4.8 dapat dilihat nilai adjusted R square adalah 0,401 yang
berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 40,1 . Maka dapat disimpulkan bahwa 40,1 manajemen laba
dipengaruhi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris indepnden dan jumlah rapat komite audit. Sedangkan sisanya sebesar 59,9
dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
c. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Ketentuan yang digunakan dalam uji F
adalah sebagai berikut:
1 Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat
signifikansi Sig. 0,05 maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah tepat.
2 Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi Sig. 0,05 maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak tepat. Hasil uji F disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.9 Uji F F Test
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
6.412E24 4
9223372036854776.000 7.852 .000
a
Residual 7.554E24
37 9223372036854776.000
Total 1.397E25
41 a. Predictors: Constant, KOMI, DK, KI, JRKA
b. Dependent Variable: ML
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Pada tabel 4.9 dapat dilihat nilai F hitung adalah 7,852 dengan probabilitas 0,000, sedangkan F tabel adalah 2,82 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkah hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen dan jumlah rapat komite audit secara simultan
berpengaruh terhadap manajemen laba karena F hitung lebih besar dari F tabel
Universitas Sumatera Utara
7,852 2,82 dan nilai probabilita lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu 0,000 0,05.
d. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
Ghozali, 2005. Hasil uji T disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10 Uji t t Test
coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -127360293455.854
378701935757.994 -.336
.739 KI
-824857995652.524 264225836949.516
-.382 -3.122
.003 DK
65195227225.088 29342750783.061
.274 2.222
.032 JRKA
105062649003.010 23826622151.095
.544 4.409
.000 KOMI
-34258767201.695 593684468192.791
-.007 -.058
.954 a. Dependent Variable: ML
sumber: hasil pengolahan SPSS
berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan institusional KI memiliki nilai signifikansi 0,03 yang berarti lebih kecil
daripada 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Variabel dewan komisaris DK memiliki nilai signifikansi 0,032 yang berarti lebih kecil daripada 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa variabel dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Variabel jumlah rapat komite JRKA audit memiliki
nilai signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil daripada 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Variabel komisaris independen KOMI memiliki nilai signifikansi 0,954 yang berarti lebih besar daripada 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Simultan
Berdasarkan hasil dari uji F ,dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel 7,852 2,82 dan nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 yang berarti
lebih kecil daripada 0,05. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa variabel dalam penelitian ini yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris,
komisaris independen dan jumlah rapat komite audit secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.
2. Pengaruh Parsial
a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji T, variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai koefisien negatif. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa semakin besar persentase kepemilikan institusional dalam perusahaan maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ningsaptiti 2010 dan Suryani 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Lee et al 1992 dalam Rachmawati dan Triatmoko 2007 yang menyatakan
bahwa banyaknya investor institusional dalam suatu perusahaan dapat meminimalisasi praktik manajemen laba karena investor institusional dianggap
lebih berpengalaman dalam memonitor kinerja manajemen perusahaan. Namun hasil penelitian ini kurang konsisten dengan hasil penelitian Sriwedari 2009
yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba dan tidak konsisten dengan hasil
penelitian Praditia 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
b. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji T, variabel dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah dewan komisaris dalam perusahaan justru semakin besar praktik manajemen laba yang dilakukan. Dewan komisaris merupakan suatu
mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan FCGI, 2002. Namun dalam praktiknya, dewan
komisaris hanya bersifat pasif bahkan tidak menjalankan tugas pengawasannya
Universitas Sumatera Utara
sama sekali FCGI,2002. Pemilihan dewan komisaris yang tidak kompeten karena didasarkan pada kenalan dekat atau hanya karena penghargaan
menyebabkan dewan komisaris tidak efektif mengawasi kinerja manajer perusahaan sehingga praktik manajemen laba dapat leluasa dilakukan. Namun
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suryani 2010 yang menaytakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
c. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji T, variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini mungkin karena pengangkatan komisaris
independen hanya untuk memenuhi regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance. Hasil penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian Suryani 2010 , Ningsaptiti 2010 dan Praditia 2010 yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap
maanjemen laba. Namun hasil penelitian ini kurang konsisten dengan hasil peneelitian Sriwedari 2009 yang menyatakan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba.
d. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Manjemen laba
Berdasarkan hasil uji T, variabel jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan koefisien positif. Hal ini berarti
semakin banyak jumlah rapat komite audit dalam perusahaan maka semakin besar praktik manajemen laba yang dilakukan. Hal ini mungkin karena komite
Universitas Sumatera Utara
audit tidak melaksanakan tugas pengawasan dan pemeriksaannya terhadap manajer perusahaan secara efektif dan komite audit dibentuk hanya untuk
memenuhi regulasi semata. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Suryani 2010 yang menyatakan bahwa jumlah rapat komite audit
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009. Mekanisme good corporate governance diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris
independen dan komite audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen dan komite
audit berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba sebesar 40,1 yang berarti variabel dalam penelitian ini cukup efektif dalam mengukur seberapa besar
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Berikut adalah hasil dari pengujian hipotesis terhadap seluruh variabel:
1. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba yang berarti semakin besar persentase kepemilikan institusional maka semakin kecil praktik manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ningsaptiti 2010 dan Suryani 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini kurang konsisten dengan hasil penelitian Sriwedari 2009 yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan hasil penelitian ini juga
Universitas Sumatera Utara