Membuang limbah keluarga sampah

commit to user Rp 5000,- kalau bener-bener tidak ada yang bayar ya tetep disuruh bayar. Masalah tempat penampungan air punya, gentong untuk masak 2 hari sekali dikuras. Punya tempat pembuangan sampah, setiap pembakarane nunggu tidak begitu banyak tidak hujan kering dibakar. bersih-bersih rumah setiap hari dibersihkan yang namanya orang rumah-rumah. Carane njaga kebersihan ya dicuci kalau sudah bersih disetrika niku khusus pakaian. Kalau perabot untuk masak jika sudah selesai dibersihkan dicuci agar bersih nanti dipakai hari berikutnya lagi. Nguras bak mandi 2 kali sehari. WC setiap hari digosok 2 kali sehari atau 1 hari sekali digosok pakai gosok. Sama lingkungan perhatian, lingkungan sendiri dibersihkan. Seperti selokan, dicangkul, selang berapa hari disapu kembali. Dusun sini selokan banyak, tapi tempat saya selokan tidak dipikir. Yang lain diberi dana, tidak diberi dana sendiri. Yang lain dibangun itu karena ada dana. Wawancara, Agustus 2010

b. Membuang limbah keluarga sampah

Masalah sampah adalah masalah yang sering kita jumpai di lingkungan masyarakat baik kota maupun desa. Hal ini disebabkan banyaknya limbah atau sampah yang dihasilkan keluarga yang semakin bertambah, sehingga diperlukan adanya penanganan yang khusus guna terwujudnya kebersihan lingkungan. Sikap masyarakat Duwet terhadap sampah yang ada pada umumnya diartikan sebagai sisa dari sesuatu yang harus disingkirkan dan dibuang. Kemungkinan tersebut memberikan sikap dan tindakan yang sederhana pula. Oleh karena itu kebanyakan masyarakat Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara membuang dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar lingkungan mereka. Sehigga banyak sisa-sisa atau sampah yang justru menumpuk, adapula dengan membuat lubang tanah yang dijadikan tempat sampah, dan ada juga dengan cara menyapu, dikumpulkan kemudian dibuang atau dilempar begitu saja ketempat yang sekiranya sampah-sampah tersebut tidak lagi kelihatan commit to user atau berada disekitar rumah mereka. Kalau sudah banyak maka akan pindah ketempat yang lain. Begitu seterusnya ketidak rutinan masyarakat untuk membakar sampah inilah yang mengakibatkan menumpuknya sampah disekitar lingkungan masyarakat. Menurut Ibu “Rina” Bayan atau Kepala Dukuh Duwet masalah pembuangan sampah atau TPA tidak ada di wilayah Dukuh Duwet, sedangkan pada saat diajukan pertanyaan mengenai Rencana pembikinan TPA Tempat Akhir Pembuangan sampah di wilayah Duwet beliau mengatakan : tidak ada rencana untuk mengarah kesitu mbak..,tidak mungkin untuk pembuatan TPA karena membutuhkan dana yang banyak. Untuk sekedar dana apa gitu aja banyak yang mengeluh. Jadi untuk TPA tidak mungkin. Hanya warga cukup membuat tempat pembuangan sampah sendiri dengan menggali lubang dibelakang rumah. Berapa kali sehari dibakar. Wawancara, Juli 2010 Hal ini juga dikemukakan oleh salah informan yang berinisial “Siti”dalam wawancara mengatakan: “ masyarakat Duwet, umume boten gadah tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakatipun memanfaatake pekarangan, kangge tempat pembuangan sampah. Menawi cara natasi sampah yen pun numpuk, dibakar” . Masyarakat Duwet belum memiliki tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan, untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Untuk mengatasi sampah jika sudah menumpuk dengan cara membakarnya. Wawancara, Juli 2010 Masalah sampah di lingkungan masyarakat Duwet menurut Simbah ” Sumiyem” nama samaran, adalah masalah sampah ‘’sepele’’ mbak, geh butuh telaten. Kulo namung mbakar ngoten mbak, sak umpami ndadosaken pupuk utawi humus mboten kober, geh mboten sabar. commit to user Masalah sampah sepele hanya dibutuhkan ketelatenan. Saya Cuma dengan cara membakarnya mbak, kalau untuk menjadikan pupuk atau humus tidak sempat, ya tidak sabar. Wawancara, Juli 2010

c. Partisipasi Terhadap Kegiatan Kebersihan Lingkungan