PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN

(1)

commit to user

BRUJUL KECAMATAN JATEN

Disusun Oleh : FITRI ERI HARTANTI

D3206019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati

jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan

walaupun ia berada di jalan yang mulus”.

(Thomas Carlyle)

Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tapi bangkit

kembali setelah kita jatuh.

( Confusius )


(3)

commit to user

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk:

Tuhan Allahku….yang selalu menjadikan indah pada waktunya

Ayah dan Bunda untuk doa-doa dan cinta kasih yang diberikan

Kakak-kakaku dan semua keluargaku yang tercinta

Cita-cita dan masa depanku


(4)

commit to user

Fitri Eri Hartanti, D3206019, Skripsi, PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN, Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama, Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan dan menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini dilakukan di Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih terhadap lingkungannya yang menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat yang berhubungan dengan hidup bersih lingkungannya.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yang sesuai dengan maksud dan tujuan, tehnik tersebut juga berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang mengurangi permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat duwet.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat Dusun Duwet mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bagi kelangsungan hidup mereka, akan tetapi pada kenyataannya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut, sehingga sebagian besar masyarakat Dusun Duwet kurang dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Namun dari segi positifnya bahwa dalam pengelolaan sampah, masyarakat mengelola limbah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Satu hal yang menarik bahwa penerapan dan kesadaran masyarakat Dusun Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk di lingkungan tempat tinggal disekitar mereka, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan dan juga selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga sehingga hal ini dapat menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Kata Kunci : Perilaku, Hidup Bersih dan Lingkungan


(5)

commit to user

Fitri Eri Hartanti, D3206019, Thesis, THE SOCIETY’S SANITARY LIVING BEHAVIOR IN HAMLET DUWET KELURAHAN BRUJUL SUBDISTRICT JATEN. Sociology department of Surakarta Sebelas Maret University 2010.

This research refers to the background that creates a clean and healthy environment is mutual responsibility. They have an important role in keeping and creating the clean and healthy environment culture. This research was carried out in Duwet Hamlet of Brujul Kelurahan of Jaten Karanganyar subdistrict. This research aims to describe about the Duwet people in keeping the clean life in their environment by focusing on the people’s point of view, attitude as well as behavior relating to their environment’s clean life.

The sampling technique employed was purposive sampling consistent with the aim and objective; such technique was also used for looking for appropriate informants reducing the problem of research object. The informants of research were society figure and duwet people.

From the result of research, it can be seen that generally the Duwet Hamlet people recognize the importance of keeping their environment healthy and clean for their life sustainability, but in fact their awareness and behavior in maintaining their environment cleanliness is not consistent with that perception, so that majority of Duwet Hamlet people are still low in maintaining their environment cleanliness. However, the positive side is that in rubbish management, the people process the waste into useful goods. One interesting phenomenon is that the application and the Duwet Hamlet people’s awareness of environment cleanliness are still low. It can be seen from many scattered and accumulated rubbishes in their neighborhood, the places like wells (sanitation place) are rarely cleaned and the ditches are deliberately blocked by one of residents so that it can harm environment health and cleanliness.


(6)

commit to user

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PERSETUJUAN --- ii

HALAMAN PENGESAHAN --- iii

MOTTO --- iv

PERSEMBAHAN --- v

KATA PENGANTAR --- vi

DAFTAR ISI --- ix

DAFTAR SKEMA --- xii

DAFTAR TABEL --- xiii

ABSTRAK --- xiv

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Perumusan Masalah --- 5

C. Tujuan Penelitian --- 5

D. Manfaat Penelitian --- 5

E. Tinjauan Pustaka --- 6

F. Kerangka Berfikir --- 23

G. Metode Penelitian --- 25

BAB II DESKRIPSI LOKASI --- 39

A. Letak Desa Secara Administratif --- 39 ix


(7)

commit to user

C. Keadaan Demografi --- 41

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur --- 41

E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan --- 43

F. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian --- 45

G. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan atau Agama --- 46

H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial --- 47

I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat --- 52

BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN --- 54

A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 54

1. Perilaku Masyarakat Dalam menjaga Kebersihan --- 54

2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet --- 75

B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 77

1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat --- 77

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih di Lingkungannya --- 78

3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan dan Menjaga Kebersihan Lingkungan --- 83

4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet --- 86

5. Faktor penghambat dan pendorong masyarakat dalam menjaga kebersihan 87 C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 89


(8)

commit to user

A. Kesimpulan --- 93

B. Implikasi --- 94

1. Implikasi Teoritis --- 95

2. Implikasi Metodologis --- 97

3. Implikasi Empiris/ Praktis --- 98

C. Saran --- 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Salah satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Sehingga tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia seringkali dirisaukan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan.

Dalam 2 dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya kebersamaan masyarakat dunia untuk bersatu padu menyelamatkan planet bumi dan mahluk hidup yang berada di dalamnya semakin menguat dan kongkrit dalam implementasinya. Karena disadari betul penyebab utama kerusakan bumi ternyata karena kecerobohan dan tidak bijaknya manusia di bumi dalam merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya bagi kepentingan yang mengatasnamakan “pengembangan wilayah” dan “meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Indonesia sendiri telah cukup banyak mengalami dampak negatif dari kerusakan lingkungan hidup tersebut seperti banjir, kekeringan, badai, pasang naik air laut, erosi, longsor yang berakibat menurunnya produktifitas di berbagai bidang kegiatan dan korban manusia yang tidak sedikit. Pada awalnya kesadaran untuk menjaga


(10)

commit to user

keberlanjutan fungsi lingkungan hidup hanya terbatas. Hal ini dipicu oleh pengerukan sumber daya alam oleh berbagai oknum yang berujung pada peningkatan kesejahteraan hidup segelintir orang.

Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.

Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan masih banyak sekali masalah–masalah lingkungan yang perlu segera mendapat perhatian. Kebanyakan masyarakat, terutama yang hidup didaerah pedesaan belum mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah lingkungan disekitarnya mereka yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka. Hal ini dipengaruhi oleh factor lingkungan yang kurang mendukung sehingga menjadikan mereka bersikap acuh terhadap lingkungan disekitar mereka. Pengetahuan yang mereka miliki terbatas. Semakin banyak kebutuhan maupun pekerjaan yang mereka hadapi menjadikan mereka kurang begitu peduli terhadap lingkungan, khususnya dirumah sendiri. Dengan waktu terbatas, kecapekan kerja mereka malas-malasan membersihkan atau memperdulikan kondisi lingungan tempat tinggal maupun lingkungan sekitar mereka.


(11)

commit to user

Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, bersih dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di masyarakat perlu adanya kesadaran dan kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka karena lingkungan merupakan tempat manusia untuk menjalankan berbagai aktifitas dan interaksi dengan yang lain, dengan demikian lingkungan yang nyaman, tertib, serta budaya hidup sehat dan bersih dapat terwujud. Dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku, bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan.

Menciptakan lingkungan yang bersih adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat.

Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang


(12)

commit to user

sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih. Hal ini dapat dicermati masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Duwet cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka.

Dalam lingkungan masyarakat masalah tersebut di atas, merupakan hal yang biasa dan tidak cukup menarik untuk dipermasalahkan. Akan tetapi kalau dibiarkan begitu saja, justru dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, terutama terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga.

Berdasarkan yang dikemukaan di atas maka masyarakat Duwet menjadi tempat pilihan penulisan skipsi ini. Dari uraian di atas inilah ketertarikan untuk mendiskripsikan mengenai masalah masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya. Untuk itu mengambil judul skripsi tentang “Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet


(13)

commit to user

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi permasalahannya dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?

2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih di lingkungannya?

3. Bagaimana perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap lingkungannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?

2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam rangka menjaga hidup bersih di lingkungannya?

3. Memahami bagaimana Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya?

4. Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara pribadi pada khususnya atau bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


(14)

commit to user

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d) sebagai tumpuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Lingkungan

a. Pengertian Lingkungan

Tanggapan dan pemahaman seseorang tentang lingkungan antara individu yang satu dengan yang lain memiliki asumsi yang berbeda. Dalam hal ini seringkali identik dihubungkan dengan kondisi lingkungan secara fisik, non fisik dan juga lingkungan sosial. Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat komponen yang saling terkait dan saling


(15)

commit to user

melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Donald L. Hardisty yang mendukung pandangan dominasi lingkungan menyatakan lingkungan fisik memainkan peran dominan sebagai pembentuk kepribadian, moral, budaya, politik, dan agama. Pandangan ini muncul tidak lepas dari asumsi dalam tubuh manusia ada tiga komponen dasar, yakni bumi, air, tanah yang merupakan unsure-unsur penting lingkungan (Rachmad K. Dwi Susilo, 2008:30)

Dari pemahaman lingkungan di atas pada kenyatannya di masyarakat, lingkungan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perilaku serta tindakan seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Selain itu lingkungan juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian sesorang. Sebaliknya lingkungan juga dapat dipengruhi oleh perilaku manusia itu sendiri.

Dari pengertian yang diuraikan di atas, maka lingkungan merupakan faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya manusia dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada di bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem.

Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku, tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya


(16)

commit to user

atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

b. Macam-Macam Lingkungan

Manusia sebagai anggota masyarakat hidup dalam lingkungan yang kompleks, lingkungan tersebut akan menjadi lebih kompleks sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada hakikatnya manusia adalah produk dari lingkungan sosial dan budayannya, dan sebaliknya lingkungan tersebut adalah hasil ciptaannya sendiri. Lingkungan adalah himpunan (aggregate) dari semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada suatu organisme, perilaku manusia atau kelompok masyarakat. Lingkungan luar (external) manusia dapat digolongkan dalam tiga kelompok utama, yaitu kelompok fisik, biologik, dan sosial yang ketiganya berkaitan erat dengan satu sama lainnya yaitu:

1) Lingkungan Fisik ( Physical Environment )

Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari benda-benda yang hidup (non-living things) dan kekuatan-kuatan fisik lainnya, seperti: air, udara, tanah, iklim, dsb. Antara manusia dengan lingkungan fisiknya ada interaksi yang menetap, dimanapun manusia berada akan selalu dikelilinggi oleh lingkungan fisik tersebut.

2) Lingkungan Biologis ( Biological Environment )

Lingkungan biologis adalah keseluruhan mahluk hidup yang ada disekeliling manusia termasuk manusia itu sendiri. Mahluk hidup itu berkisar dari yang


(17)

commit to user

paling kecil yaitu virus dan mikroba lainnya, sampai ke insekta, binatang, tumbuhan dan manusia itu sendiri.

3) Lingkungan Sosial ( Social Environment )

Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang mencangkup hubungan yang kompleks antara faktor lingkungan dan manusia serta kondisi budaya, sistem nilai, adat, kebiasaan, kepercayaan, sikap, moral, agama, pendidikan, pekerjaan, standar hidup, kehidupan masyarakat, tersedianya pelayanan kesehatan masyarakat, organisasi sosial dan politik. Dalam lingkungan ini manusia menghadapi lingkungan sosial melalui banyak cara.

Lingkungan digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a) lingkungan manusia, yaitu tarmasuk didalamnya dalam lingkungan ini adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebaginya, b) lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang ada disekitar mereka dan c) lingkungan geografis, yaitu bahwa latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Misalnya manusia yang tinggal didaerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang ada dan tinggal didaerah yang gersang.

Lingkungan selain terbagi dalam beberapa bentuk, lingkungan juga memiliki peranan bagi individu sebagai anggota masyarakat yaitu sebagai berikut:


(18)

commit to user

1) Lingkungan sebagai alat bagi individu yaitu sebagai alat kepentingan individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan alat untuk kepentingan dalam pergaulan sosial.

2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu yaitu lingkungan berpengaruh untuk mengubah sikap dan perilaku individu karena lingkungan dapat menjadi lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.

3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti, dimana sifat manusia senantiasa ingin mengetahui sesuatu dalam batas-batas kemampunnya. Lingkungan yang beraneka ragam senatiasa memberikan rangsangan daya tarik kepada individu untuk mengikuti. Individu yang peka terhadap perubahan lingkungannya, akan ikut berpartisipasi didalamnya.

4) Lingkungan merupakan obyek penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya yaitu lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Dari berbagai macam-macam lingkungan dan peranan lingkungan diuraikan di atas maka lingkungan adalah tempat yang mencangkup berbagai unsur serta bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan yang melengkapi satu sama lainnya, sehingga dapat memberikan manfaat serta pengaruh. Lingkungan baik lingkungan biologis, lingkungan sosial maupun secara geografis, pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain terutama dalam melaksanakan aktifitas manusia dalam mempertahankan kelestarian hidupnya.


(19)

commit to user

Hubungan atau keterikatan lingkungan tersebut di atas dapat tercermin dalam kegiatan atau aktifitas serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan alam lingkungan yang ada disekitar mereka atau dapat kita lihat dari budaya masyarakat dalam mempertahankan ekosistemnya.

c. Kebersihan Lingkungan (Enviromental Sanitation)

Dalam lingkungan masyarakat kita sering sekali mendengar adanya kegiatan penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu kerja bakti, bersih desa dan sebagainya. Selain hal itu kita mungkin sudah mengenal dan sering mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan”

dan ‘’kebersihan sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak sedikit masyarakat mengupayakan menjaga kebersihan lingkungan yang ada sekitar mereka. Environmental sanitation adalah bagian dari general publik health yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau mengusai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pernyakit melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk a) water sanitation, b) food sanitation, c) sewerage dan excreta disposal, d) air sanitation e) vector and roden controli dan Higiene

perumahan dan halaman.

Dari contoh-contoh masalah kebersihan lingkungan di atas menggambarkan bahwa menciptakan lingkungan yang bersih membutuhkan upaya dan usaha yang keras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tentang anggapan atau persepsi individu tentang lingkungan yang bersih, serta


(20)

commit to user

diperlukan adanya kesadaran, keperdulian, kerjasama setiap anggota masyarakat. Dengan menerapkan perilaku serta tindakan yang mencerminkan kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, maka membiasakan perilaku hidup bersih dapat diwujudkan.

Dalam kebersihan lingkungan tidak lepas dalam kaitannya yaitu sampah. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:166).

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah meruapakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin rebut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

- Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia. - Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Stanwell-Smith (2003) menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan dari penyakit menular terjadi di rumah, dan bahwa banyak dari itu bisa dicegah melalui pendekatan terpadu di mana baik praktik kebersihan dipromosikan bersama program untuk menyediakan fasilitas dasar air, sanitasi dan


(21)

commit to user

pembuangan sampah (mengutip dalam Developing an effective policy for home hygiene-a risk.pdf).

Telah adanya pengembangan pendekatan kebersihan rumah yang dilakukan di Negara-negara berkembang. Dalam mengembangkan sebuah pendekatan kita harus mengakui bahwa kebersihan di rumah mencakup semua langkah-langkah yang digunakan untuk mencegah perpindahan infeksi. Dengan demikian terdiri dari beberapa unsur, yaitu rumah umum kebersihan, kebersihan makanan, kebersihan pribadi (terutama cuci tangan), dan rumah kesehatan untuk orang-orang yang sudah terinfeksi, dan untuk pertumbuhan populasi 'beresiko' orang-orang di rumah. Pendekatan untuk kebersihan dapat dibangun: (1) Reservoir banyak situs seperti U-tabung dan toilet mangkuk. Ini dikenal sebagai reservoir karena mikroba, terutama spesies Gram-negatif, cenderung berkembang biak pada situs-situs ini yang kebanyakan basah, dengan hasil yang relatif tinggi tingkat kontaminasi sering ditemukan. (2) Waduk / penyebar termasuk membersihkan kain basah, spons, pel, sikat kuku, shower, dll tidak hanya mendukung pertumbuhan mikroba, tetapi, karena sifat penggunaannya, kontaminasi mudah menyebar ke permukaan lain, misalnya melalui menggunakan kain terkontaminasi, atau dengan penyebaran sebagai tetesan aerosol. Dengan demikian penting untuk memastikan bahwa barang-barang yang higienis bersih sebelum digunakan. (3) Untuk tangan, dan kontak dan persiapan makanan permukaan tangan, seperti memotong papan, tekan menangani dan peralatan memasak, meskipun kemungkinan kontaminasi relatif kurang, itu masih signifikan, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti berikut


(22)

commit to user

penyiapan makanan mentah, kunjungan toilet atau mengganti popok. Seperti situs dalam kontak langsung dengan tangan atau dengan makanan, mereka dianggap sebagai risiko yang signifikan karena posisi mereka dalam hal kontak di rumah. Karena ada konstan risiko, langkah-langkah kebersihan untuk mencegah penyebaran kontaminasi penting untuk ini permukaan. (4) Produk yang di rumah, seperti mencuci pakaian, kadang-kadang bisa menjadi terkontaminasi, khususnya ketika anggota keluarga yang sakit. Untungnya, jenis ini paparan ini hanya sesekali dan terutama bagi mereka yang menangani cucian. Namun, ada kebutuhan untuk memberikan binatu kebersihan tambahan pertimbangan dalam situasi berisiko tinggi yang dikenal, seperti dalam kasus enterik penyakit atau infeksi kulit di rumah. (5) Ketika mempertimbangkan situs lain dan permukaan di rumah, seperti lantai dan dinding, karena kontaminasi frekuensi rendah dan paparan transfer hanya sesekali, ada sedikit perlu untuk membersihkan higienis (sebagai lawan pembersihan rutin) di situs tersebut, kecuali di situasi resiko tinggi yang dikenal, seperti tumpahan bahan tinja atau muntah. Pendekatan ini mungkin tampak jelas, tetapi merupakan kasus untuk memotivasi perubahan dalam penekanan dari mencoba untuk menciptakan sebuah 'steril' lingkungan rumah untuk fokus pada pencegahan salib kontaminasi selama kegiatan yang merupakan risiko (mengutip dalam Developing an effective policy for home hygiene-a risk.pdf).

Rumah dan kebersihan kehidupan sehari-hari, Home kebersihan berkaitan dengan praktek-praktek kebersihan yang mencegah atau mengurangi penyakit dan penyebaran penyakit di rumah (domestik) dan dalam pengaturan


(23)

commit to user

kehidupan sehari-hari seperti pengaturan sosial, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dll. Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari pengaturan dan rumah memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit menular. Ini mencakup prosedur yang digunakan dalam berbagai situasi dalam negeri seperti kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, makanan dan kebersihan air, kebersihan rumah umum (kebersihan lingkungan situs dan permukaan), perawatan hewan domestik, dan kesehatan rumah (perawatan mereka yang berisiko lebih besar infeksi). Rumah tangga pengolahan air dan penyimpanan yang aman adalah praktek yang dapat digunakan oleh keluarga di rumah dan di masyarakat untuk memastikan bahwa air minum yang aman untuk dikonsumsi. Dalam hal berikutnya adalah berhubungan dengan perilaku kebersihan seperti hal yang sepele namun tidak banyak orang memperhatikannya. Yaitu kebiasaan kebersihan masyarakat dalam mencuci tangan. Kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan hanya menggunakan air saja, namun ada pula yang mencuci dengan menggunakan sabun. Seperti pada Warga masyarakat desa-com Bangladesh, memahami praktek mencuci tangan biasa di daerah pedesaan Bangladesh penaksiran dasar penting bagi Program perilaku mencuci tangan adalah bahwa ukuran tidak telah terbukti menjadi baik dan berlaku. relatif dampak pada kesehatan populasi fokus Behavior perubahan intervensi hanya mencuci tangan setelah tinja menghubungi bukan pada kedua kotoran dan makanan terkait menghubungi tidak diketahui. Jadi, mencuci tangan dengan air saja sebelum makan tampaknya cukup seperti dicatat oleh 1 persen orang diamati mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Ghana sebuah


(24)

commit to user

saluran komunikasi multi-cuci tangan intervensi berhasil menyampaikan pesan yang tangan tidak benar-benar bersih kecuali dicuci dengan sabun. Gladesh perlu langsung kepercayaan pada pentingnya sabun dalam rangka meningkatkan cuci tangan perilaku dan membuka potensi ini kesehatan masyarakat (http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/545).

d. Kesehatan Lingkungan

Kebersihan erat kaitannya dengan Kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147).

Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup :perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147). Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa kemasa, dan dari masayarakat satu ke masayarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana sampai kepada yang modern.


(25)

commit to user

2. Perilaku

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.

Perilaku merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antarmanusia atau interaksi social. Individu dalam masyarakat melakukan kegiatan interaksi dituntut melaksanakan aturan tata karma atau etika yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tata kelakuan yang semula berlaku dalam msyarakat yang terbatas, dapat merambat ke lingkungan yang lebih luas, dan akhirnya diterima secara nasional. Perilaku yang merupakan wujud budaya nasional Indonesia misalnya: sopan santun dan ramah, rukun dalam kegiatan kerja bakti, siskampling dan sebagainya (gotong royong), menyelesaikan masalah dengan musyawarah untuk mufakat, menghormati yang lebih tua, dan toleran atau menghormati.

Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat).

Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu 1) Genetika. 2)Sikap -


(26)

commit to user

adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. 4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.

Tokohnya B.F. Skinner. Obyek Sosiologi adalah perilaku manusia yg tampak serta kemungkinan perulangannya (hubungan antar individu & lingkungannya). Perilaku sosial (X) tindakan sosial. Perilaku sosial: mekanisme stimulus dan respon, tindakan sosial: aktor hanya penanggap pasif dr stimulus yg datang pdnya. Teori yg tergabung: Sosiologi Behavioral dg konsep “reinforcement” & proposisi “reward and punishment”, serta teori Exchange dg asumsi selalu ada “take and give” dalam dunia sosial.

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya.


(27)

commit to user

DEFINISI KONSEPTUAL 1. Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas organisme yang bersangkutan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:118)

Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat.

2. Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat komponen yang saling terkait dan saling melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku, tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya


(28)

commit to user

dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya. Disini yang dicakup dalam lingkungan tersebut adalah lingkungan Masyarakat Duwet, Kelurahan Brujul, Kecamatan Jaten, terhadap perilaku masyarakatnya yang menerapkan hidup bersih lingkungannya. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah-laku atau sebaliknya, tingkah-laku juga dapat mempengaruhi lingkungan.

3. Hidup Bersih dan Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang bersih, dapat terwujud apabila dalam sikap dan perilaku individu dalam masyarakat peduli terhadap alam sekelilingnya. Sikap dan perilaku demikian itu biasanya lahir dan dilatar belakangi oleh tingkat pengetahuan, kesadaran dan tingkat disiplin pribadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Disamping itu kebiasaan hidup yang bersih dan tertib merupakan hasil dari proses panjang trasformasi sistem nilai, baik nilai budaya maupun agama.

Pengertian hidup bersih oleh masyarakat Duwet umumnya diidentikan dengan pengertian kondisi lingkungan yang bebas kotor. Cara hidup bersih yaitu cara hidup dengan menjaga kebersihan lingkungan, bebas dari polusi udara, sedangkan hidup bersih merupakan cara hidup masyarakat yang mencerminkan kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan secara teratur seperti tempat atau ruang tamu, dapur, kamar mandi, WC, sumur halaman, selokan dan sebagainya meskipun kurang begitu optimal dilakukan.

Masalah kesehatan masyarakat tidak lepas dari keadaan lingkungan. Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat


(29)

commit to user

(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9). Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, terapi, maupun pemulihan kesehatan adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.

TEORI

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture".

Teori Perilaku menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu (1) Genetika. (2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. (3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. (4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu


(30)

commit to user

tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka.

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor–factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given

atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Ia membedakan adanya dua respons, yakni:

1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relative


(31)

commit to user

tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkan.

2. Respondent respons (respondent behavior), ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organism yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya hal-hal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya.

Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat.

F. KERANGKA BERFIKIR

Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2) pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler, hubungan manusia dengan


(32)

commit to user

lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut.

Skema 1 : Persepsi Menurut Backler dalam Abdurahman, Maman (1988)

Berakar dari pemikiran diatas maka penulis dapat menarik hubungan lingkungan dan perilaku hidup bersih oleh masyarakat dengan hubungan antar satu dengan yang lainnya seperti skema dibawah ini.

Skema 2 : Pola hubungan perilaku hidup bersih terhadap lingkungan

Lingkungan alam informasi Tindakan Latar belakang -pengalaman -pantangan sikap terhadap alam persepsi keputusan Dampak terhadap lingkungan informasi Persepsi keputusan Budaya Perilaku /tindakan Melembaga dan membudaya Pengaruh terhadap lingkungan Pola hidup

bersih Status


(33)

commit to user

Dari skema diatas dapat dijelaskan dari hal perilaku seseorang yang dilakukan yang kemudian melembaga dan membudaya sehingga semua itu berpengaruh terhadap lingkungan. kemudian berdampak kurang baik terhadap lingkungan khususnya kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah. Dari perilaku yang kurang baik itulah karena masyarakat mendapatkan informasi atau hanya sekedar bincang-bincang terhadap masing-masing tetangga, kemudian mereka berpikir dan mempersepsikan bahwa membuat pola hidup bersih itu tidak mudah itupun juga pemerintah atau pihak-pihak yang terkait tidak akan peduli terhadap pola perliku hidup bersih yang sekecil mungkin dilakukan. Jadi masyarakat Duwet lebih semaunya sendiri terhadap pola perilaku mereka terhadap lingkungan khususnya sampah. Kemudian semua perilaku itu menjadi membudaya. Hidup bersih itu penting tetapi penerapannya yang sulit dilakukan. Dari kurangnya perilaku terhadap budaya bersih itulah berpengaruh terhadap status kesehatan. Masyarakat jadi terkena penyakit karena kurangnya mereka terhadap penerapan bersih lingkungan.

G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala social yamg diteliti. Bentuk penelitian ini lebih menekankan pada suatu peristiwa dari perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan atas “Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap lingkungannya”.


(34)

commit to user

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten. Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal penduduk masyarakat Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.

3. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Duwet, yaitu mencoba melakukan pemaknaan tentang perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Untuk mengungkap permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara. Informan dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti. Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti (key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi dilapangan.


(35)

commit to user

Masyarakat yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Pihak lembaga Kelurahan atau perangkat desa dan warga masyarakat asli Duwet. Adapun alasan pemilihan informan adalah orang atau warga masyarakat yang benar-benar dapat memberikan informasi, sehingga peneliti memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

Langkah dalam melakukan pengumpulan data informan, peneliti melakukan:

1. Mendatangi kantor kelurahan Brujul dalam hal ini adalah Kepala Desa, untuk memperoleh informasi mengenai gambaran secara umum masyarakat Duwet, serta untuk memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian.

2. Setelah memperoleh informasi, maka peneliti menentukan informan yang akan dijadikan informan kunci dalam penelitian.

3. langkah selanjutnya, kemudian peneliti mengadakan wawancara, dengan mengakrabkan diri dengan masyarakat serta dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat dalam menerapkan hidup bersih.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang tidak langsung dari nara sumber atau non data primer. Data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa kepustakaan, arsip, dan dokumentasi.


(36)

commit to user

1) Foto

Dokumen berupa foto-foto dapat memberikan atau menggambarkan mengenai situasi kondisi lingkungan serta perilaku atau aktifitas dan karakteristik masyarakat Duwet baik melalui wawancara maupun observasi pada saat dilapangan. Foto atau dokumen ini dapat menjadi data yang berharga untuk menelaah situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya untuk dianalisis.

Adapun dokumen berupa foto dalam penelitian ini adalah foto yang dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat dilapangan yaitu yang berhubungan dengan fokus penelitian yaitu perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.

2) Data Monografi

Dalam penelitian kualitatif juga diperlukan adanya dokumen yang berupa peta wilayah dan data monogafi penduduk yang menggambarkan karakteristik masyarakat Duwet. Dengan adanya data monografi peneliti memperoleh gambaran mengenai batas wilayah dan karakteristik masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan pengolahan data, maka digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:


(37)

commit to user

a. Observasi

Observasi merupakan proses yang kompleks dari proses biologis dan psikologis dan menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk mencatat, alat elektronik berupa kamera dan tape rekorder, pengamatan dan pemusatan pada data yang tepat serta menambah bahan persepsi tentang obyek yang diamati.

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya.

Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam observasi yaitu setelah memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian, kemudian dilajutkan dengan kegiatan observasi. Dari kegiatan observasi ini, mengamati langsung situasi dan kondisi disekitar lingkungan masyarakat Duwet baik yang menyangkut fisik maupun non fisik.

Manfaat dari kegiatan observasi ini peneliti melihat langsung keadaan dilapangan mengenai kondisi fisik lingkungan meliputi rumah-rumah penduduk, halaman rumah dan juga lingkungan masyarakat. Kemudian dari hasil observasi diperoleh gambaran secara umum mengenai situsi dan kondisi yang ada dilingkungan, serta perilaku masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Jaten Karanganyar dalam menerapkan kebersihan lingkungan.


(38)

commit to user

Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah: 1. Gambaran umum masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.

2. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.

3. Perilaku dan sikap masyarakat Duwet dalam kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan budaya hidup bersih.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi ini peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan tanya jawab.

Wawancara biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini berlangsung interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee).

Dalam pengumpulan data ini digunakan wawancara tak berstruktur yaitu wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan – pertanyaan tentang pandangan sikap, keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya lahir secara sepontan pada saat berinteraksi langsung pada saat dilapangan. Dalam wawancara tidak berstrujtur ini pewawancara boleh saja mengajukan pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu yang lain, atau dari topik yang satu ketopik yang lainnya. Selain untuk


(39)

commit to user

mengumpulkan data dilapangan, wawancara juga digunakan untuk melengkapi data-data yang belum jelas atau masih kurang, sehingga data dan informasi yang diperoleh semakin lengkap.

Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu diadakan beberapa persiapan yaitu: 1) seleksi individu untuk diwawancarai, 2) pendekatan yaitu mengadakan pendekatan dengan orang yang telah diseleksi untuk diwawancarai, 3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara dan 4) melakukan usaha-usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan seperlunya bagi orang yang akan diwawancarai.

Kaitannya dengan penelitian ini wawancara dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masyarakat yang akan diwawancarai serta untuk memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah yang diajukan. Dalam wawancara ini terjadi percakapan antara pewawancara dan yang diwawancarai dalam suasana santai, informal, dan jawaban tidak ditentukan oleh pewawancara.

Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu 1) membuat perijinan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu pihak kelurahan dan dan ketua RT, 2) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, 3) menyiapkan perlengkapan wawancara seperti alat tulis, tape rekorder dan kamera, 4) langkah selanjutnya mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai pertanyaan awal tentang pribadi


(40)

commit to user

informan, selanjutnya dikembangkan ke masalah yang dalam fokus masalah dalam penelitian.

Adapun fokus dari kegiatan wawancara adalah: a) bagaimana pola perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya, b) mengenai persepsi masyarakat dalam budaya hidup bersih, dan c) mengenai upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih lingkungan.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar mengenai situasi dan kondisi lingkungan sebagai media agar dapat diamati dan diteliti lebih lanjut. Dokumen yang berupa data dari Kelurahan seperti data demografi penduduk serta wilayah, memberikan bantuan atau informasi mengenai gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian. Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya.

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.


(41)

commit to user

5. Populasi dan Sampel

- Populasi adalah jumlah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau cirri-ciri tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka sebagai populasi adalah seluruh masyarakat Dusun Duwet, Brujul, Kecamatan Jaten.

- Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Sampel menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang terwakilinya.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 2 perangkat desa dan 18 orang warga dusun duwet dari tingkat pendidikan SD sampai Sarjana. Alasannya dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan mengambil informan-informan yang sesuai dengan peneliti. Memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap.

7. Validitas Data

Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk


(42)

commit to user

mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Mengutip dalam Diana Dyah Kusumaningrum, 2003: 26).

Triangulasi dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik pemeriksaan data untuk meneliti keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil penelitian, dari beberapa pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah yang terkait dalam penelitian, sehingga memperoleh data yang relevan mengenai tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan c. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada.

e. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.


(43)

commit to user

8. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti, apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat diverifikasikan. Pelaksanaan analisa data dalam penulisan ini, dilakukan dengan kegiatan-kegiatan reduksi data, penyajian data (display data), mengambil kesimpulan dan verifikasi.

a. Reduksi data

Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pengfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi. Reduksi data dilakukan melalui seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat, memfokuskan dan mengabtraksikan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Proses ini berlangsung selama pelaksanan penelitian, yaitu pada awal penelitian sampai dengan laporan penelitaian. Reduksi data dimadsudkan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, dan membuang bagian yang tidak penting untuk mempermudah penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian berdasarkan observasi, pengamatan atau wawancara diperoleh data yang bermacam-macam dari informasi dan belum dikumpulkan. Dalam hal ini reduksi data adalah langkah yang ditempuh untuk menggolongkan dan membuat ringkasan atau uraian singkat kedalam urutan kajian yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.


(44)

commit to user

Bagi Husserl untuk mereduksi berarti membawa keadaan langsung yang sudah dikembalikan pada yang esensial, dan hal yang asli. Menurut Husserl reduksi tidak mempermasalahkan fakta, melainkan struktur logis sebagai syarat. Reduksi ini terdiri dari tiga tahap : tahap pertama: reduksi eiditik, maksudnya suatu reduksi untuk menangkap “eidos” atau hakikat (esensi). Tahap ini merupakan tahap persiapan untuk menghadapi fenomena. Reduksi ini dilangsungkan dengan suatu proses imajinasi bebas untuk menemukan cirri-ciri khas, atau yang menentukan identitas suatu gejala yang disebut proses pembentuk gagasan (ideation). Tahap kedua: reduksi fenomenologi, yang menyampingkan hal yang sifatnya nonesensial dan kebetulan, supaya memperoleh situasi murni yang tersedia. Tahap ketiga: reduksi trasendental, yang dengan kesadran.

b. Penyajian Data (Display data)

Yaitu proses penampilan data secara sederhana berbentuk naratif. Dalam penyajian data berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini data yang diperoleh atau terkumpul setelah di reduksi data, dilanjutkan dengan penyajikan data yaitu berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan keterangan berupa data yang diharapkan dalam penelitian.


(45)

commit to user

c. Pengambilan kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah dengan pengambilan kesimpulan atau verifikasi yaitu usaha untuk mencari atau memahami makna. Dari data yang disimpulkan kemudian diverifikasikan dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang didapat dan penafsiran data memiliki validitas. Pengambilan kesimpulan yang dimaksud dalam tahap ini adalah memaknai data yang terkumpul. Kesimpulan perlu dibuat dalam bentuk pertanyaan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti, karena merupakan intisari dari data hasil penelitian di lapangan. Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara bertahap yaitu dengan merumuskan kesimpulan sementara, perbaikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan bertambahnya data dilapangan dan data yang diperlukan dapat dipelajari kembali data-data yang sudah terkumpulkan. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak-pihak yang berkopenten, kegiatan ini dilakukan dengan cara terus menerus, setelah data terkumpul dan digolongkan menurut urutan kajian dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan kedalam bentuk diagram dibawah ini:


(46)

commit to user

(H.B. Sutopo, 2002 : 37)

Skema 3. Diagram Model Analisis Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data


(47)

commit to user

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

Gambaran Umum Fisik Desa

Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara administratif, keadaan alam, keadaan demografi, kondisi sarana fisik dan sosial, keadaan sosial budaya masyarakat, yang akan diuraikan di bawah ini.

A. Letak Desa Secara Administratif

Secara administrasi wilayah Duwet terletak di Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar, dengan luas kelurahan 283.230 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Desa Nangsri

Sebelah selatan : Desa Karangmojo Sebelah barat : Desa Sroyo Sebelah timur : Desa Kaling

No Dusun Rw Rt

1 Gulunan 2 7

2 Soko 1 5

3 Duwet 2 7

4 Brujul 3 14

5 Purworejan 2 8

6 Sobayan 2 9

Jumlah 12 50


(48)

commit to user

Jarak dari ibu kota kecamatan 6 Km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten 8 Km. Kelurahan Brujul terdiri dari 50 RT dan 12 RW dan terbagi 6 dusun yaitu Gulunan, Soko, Duwet, Brujul, Purworejan, dan Sobayan. Berdasarkan data monogafi yang ada di Kelurahan Brujul untuk wilayah Duwet terdiri dari 7 RT dan 2 RW.

Selain hal tersebut di atas lingkungan Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten berdasarkan tempat daerahnya, berada disekitar jalan raya Kebakkramat-Tasikmadu. Duwet juga berada di komplek Pabrik-Pabrik atau industry. sehingga keadaan ini menjadikan lokasinya yang sangat strategis untuk membuka usaha berupa pondokan karyawan atau buruh pabrik dan warung makan.

B. Keadaaan Alam

Wilayah masyarakat Duwet terletak daerah dataran rendah, meliputi luas tanah pemukiman 2,5 Ha, industri 6 ha, luas tanah sawah 275,682 Ha, luas tanah kering 3,979 Ha. Mempunyai keadaan tanah alluvial yang baik untuk pertanian. Yang didukung dengan suhu ± 26º c dan dengan curah hujan sebesar 33mm/ th. Jenis flora dan fauna yang ada yaitu jenis flora yang ada adalah berupa tanaman pohon pisang, pohon Jati, pohon mangga dan juga pohon melinjo. Hal ini dapat dilihat disekitar rumah penduduk yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan masih banyak lahan yang kosong berupa pekarangan yang masih kosong. Jenis fauna yang ada adalah jenis binatang peliharaan penduduk seperti ayam, kambing dan juga sapi.


(49)

commit to user

C. Keadaan Demografi

Berdasarkan jumlah Menurut data yang diperoleh dari laporan kependudukan kantor (Monografi) Kelurahan Brujul 2010 berjumlah 5081 yang terdiri dari 2536 jiwa jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 2548 jiwa, sedangkan untuk Dukuh Duwet khususnya terdiri dari 679 (222 KK) jiwa, terdiri dari 319 jumlah penduduk laki-laki dan jumlah 360 penduduk perempuan.

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 2537

2 Perempuan 2548

Jumlah 5085

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa/ Kelurahan Brujul Pada Bulan Juni 2010

Dari data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya terpaut selisih 11 jiwa atau sebesar 0,004% dari jumlah penduduk laki-laki.

D. Berdasarkan Tingkat Umur

Sedangkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :


(50)

commit to user

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 277 278 555

5-9 238 262 500

10-14 234 230 464

15-19 238 230 468

20-24 204 229 433

25-29 217 216 433

30-34 226 214 440

35-39 197 203 400

40-44 152 200 352

45-49 200 142 342

50-54 145 133 278

55-59 120 119 239

>60 89 92 181

Jumlah 2.537 2.548 5.084

Tabel 3. komposisi penduduk Desa Brujul menurut umur dan jenis kelamin

Dari data table diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk desa brujul yang berusia belum produktif berumur antara 0-14 tahun adalah: 1.519 jiwa atau sebesar 29,87% dari jumlah penduduk desa brujul, sedangkan penduduk berusia produktif berumur antara 15-54 tahun adalah : 3.146 jiwa atau sebesar 61,86% dan sisanya adalah usia tidak produktif sebesar 420 jiwa atau sebesar 8,25% dari jumlah penduduk yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa


(51)

commit to user

sebagian besar penduduk desa brujul berusia produktif, sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Brujul Kecamatan Jaten merupakan desa yang mempunyai sumber daya manusia yang banyak untuk melakukan pekerjaan yang formal maupun non-formal.

Sedangkan Persebaran penduduk masyarakat Duwet berdasarkan tingkat umur yaitu umur 0-1 tahun 15 orang, jumlah 1-5 tahun 32 orang, umur 5-6 tahun 13 orang, umur 7-15 tahun berjumlah 109 orang, umur 16-21 tahun 77 orang, umur 22-59 tahun 372 orang, umur 60 tahun keatas 79 orang. Jumlah Penduduk Duwet berjumlah 679 jiwa. Sehingga sebagian besar penduduk Duwet di dominasi oleh usia 22-59 tahun.

E. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 159

2 Tamat SD/ Sederajat 2.119

3 Tamat SLTP/ Sederajat 692

4 Tamat SMA/ Sederajat 421

5 Diploma 57

6 Strata (S1) 48

7 Pasca Sarjana (S2-S3) 13

Jumlah 3.509


(52)

commit to user

Sebagaimana tersaji dalam table diatas maka sebagian besar penduduk telah menamatkan pendidikan sekolah dasar, hal tersebut dikarenakan karena tidak adanya sarana pendidikan yang lebih tinggi di kelurahan brujul kecamatan jaten. Untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka penduduk harus mencari sekolah di luar Desa, atau ke kota.

Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan potensi yang ada maka perlu dibangun sarana dan prasarana jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sehingga penduduk tidak perlu pergi jauh untutk melanjutkan/ mencari lembaga pendidikan yang berada diluar desa.

Dengan adanya penambahan sarana dan prasarana pendidikan maka akan terjadi peningkatan yang signifikan dalam pendidikan. Diharapkan dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat, maka sumber daya manusia yang ada akan lebih berkualitas.

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Duwet, paling banyak jumlah berpendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 154 orang, untuk tingkat lanjutan SMP berjumlah 77 orang, SMA berjumlah 393 orang, Untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi berjumlah 10 orang yaitu dari semuanya Sarjana.

Sebagian masyarakat Duwet berpendidikan rendah. Yaitu sebagian besar masyarakatnya berpendidikan SD, sehingga dalam hal ini mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman masyarakat Duwet mengenai kebersihan yang ada di lingkungan.


(53)

commit to user

F. Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Untuk komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Brujul sebagai berikut:

No Mata Pencaharian Jumlah

1 TNI/ Polri 43

2 PNS 96

3 Swasta 269

4 Wiraswasta 167

5 Tani 239

6 Pertukangan 36

7 Buruh Tani 109

8 Pensiunan 62

9 Angkutan 15

10 Jasa 16

11 Lainnya 2.011

Jumlah 3.063

Tabel 5. komposisi penduduk di Desa Brujul menurut mata pencaharian

Sebagaimana tersebut dalam table diatas dapat dilihat bahwa sebagaian besar penduduk Desa Brujul adalah bermata pencaharian lainnya antara lain Buruh pabrik, pengrajin batu bata, pengrajin genting, jasa penghubung/ makelaran, dll. Hal tersebut dimungkinkan karena dipengaruhi oleh tingkat


(54)

commit to user

pendidikan yang rendah hal tersebut mengakibatkan mata pencaharian penduduk sebagian besar bermata pencaharian non-formal.

Mata pencaharian masyarakat berdasarkan data monografi Kelurahan Brujul 2010 sebagian besar adalah swasta. Dari data Kelurahan masyarakat Brujul TNI/ Polri berjumlah 43 orang, sebagai pegawai negeri 96 orang, Swasta 269 orang, Wiraswata 167 orang, petani berjumlah 239 orang, 36 orang sebagai pertukangan, 109 orang sebagai buruh tani, 62 orang sebagai pensiunan, 15 orang sebagai angkutan, bekerja dibidang jasa 16 orang. Penduduk duwet pada umumnya sebagian besar bekerja sebagai buruh industry (buruh pabrik) dan petani. Hal ini di sebabkan karena adanya sebaran industry yang berada di wilayah duwet dan sekitarnya. Sedangkan sebagai petani karena dukuh duwet merupakan daerah pertanian yang potensial untuk pertanian terutama padi. Mata pencaharian yang lain adalah membuat genteng dan batu bata sebagai mata pencaharian utama. Untuk pembuatan kerajinan genteng dan batu bata menjadi produk unggulan dukuh duwet. Sedangkan sentra pembuatan genteng berada di tiga dusun yaitu Dusun sobayan, Dusun Gulunan dan Dusun Purworejan. Sedangkan untuk sentra pembuatan batu bata berada di Dusun Brujul.

G. Berdasarkan kepercayaan atau agama

Data monografi di Kelurahan Brujul menunjukan bahwa agama yang dianut oleh masyarakat kelurahan Brujul ada tiga yaitu agama Islam, agama kristen dan agama Katolik yaitu 5076 jiwa memeluk agama Islam, 31 jiwa


(55)

commit to user

memeluk agama Kristen dan 8 jiwa beragama Katolik, sedangkan seluruh masyarakat Duwet keseluruhan masyarakatnya adalah memeluk agama Islam.

H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Di Desa Brujul sarana dan Prasarana pendidikan adalah sebagai berikut

No Sarana Jumlah

1 Taman kanak-kanak 4

2 Sekolah Dasar 3

3 SLB 1

4 Sekolah Menengah Lanjutan Pertama 0

5 Sekolah Menengah Umum 0

6 Universitas 0

Jumlah 8

Tabel.6 Sarana dan Prasarana pendidikan Di Desa Brujul

Sedangkan sarana pendidikan di kelurahan Brujul terdapat 7 buah yaitu 4 Taman kanak-kanak, 3 SD yaitu SDN Brujul I, SDN Brujul II, SD Carat. Dan juga terdapat SLB (Sekolah Luar Biasa) yang berada di Sobayan. Semua sarana pendidikan tersebut tidak jauh untuk ditempuh dari dukuh duwet.

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh pada saat dilapangan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul memiliki sejumlah sarana dan prasarana yaitu berupa sarana transportasi, saran komunikasi, sarana pribadahan


(56)

commit to user

dan sarana kesehatan. Sarana transportasi berupa jalan yang ada masih dalam keadaan rusak meskipun sudah beraspal, namun jalan tersebut berlubang sehingga pada saat musin hujan jalan menjadi becek, lubang jalan tetutup akan genangan air yang dapat membahayakan pengguna jalan itu merupakan dari jalan utama dukuh Duwet yang saat ini masih dalam tahap perencanaan perbaikan menunggu dana yang ada. Adapun jalan yang sudah beraspal yaitu jalan yang menghubungkan Desa Brujul dengan Duwet. Jalan penghubungan antara rumah warga masih berupa jalan Cor yaitu dari semen dan pasir. Sarana transportasi berupa kendaraan bermotor hampir setiap warga memiliki, walaupun ada berapa warga yang tidak memiliki. Sebagian besar jalan yang berada di dukuh duwet tidak ada satupun trayek angkutan umum melewati jalan tersebut. Sehingga cenderung menggunakan alat transpotasi pribadi baik berupa sepeda, sepeda motor maupun kendaraan pribadi.

2. Sarana Komunikasi

Sarana berupa komunikasi yang ada di kelurahan brujul terdapat 2 buah pemancar telepon selular dan 3 buah wartel. Sedangkan masyarakat duwet memiliki sarana berupa radio, televisi hampir seluruh masyarakatnya memilikinya, karena hampir merupakan kebutuhan pokok. Untuk sarana komunikasi berupa HP dan telepon, hampir semua memiliki. Namun sarana umum yang ada dilingkungan berupa internet tidak begitu banyak ditemukan. Sarana umum berupa wartel hanya dimiliki oleh orang tertentu saja yang


(57)

commit to user

mampu, karena semakin banyaknya masyarakat yang lebih menggunakan sarana komunikasi berupa HP.

3. Sarana Peribadatan

Untuk sarana sosial berupa tempat peribadatan dan pendidikan, terdapat 3 agama yang dipeluk oleh penduduk desa brujul yaitu islam, Kristen protestan, khatolik. Tetapi masyarakat duwet seluruhnya memeluk agama islam. Di kelurahan brujul terdapat 13 buah masjid dan 1 buah mushola. Sedangkan di dukuh duwet sendiri terdapat 1 buah masjid.

4. Sarana perekonomian

Di desa brujul belum memiliki pasar desa, Sarana dan prasarana perekonomian yang ada hanya berupa warung atau toko kecil untuk melayani kebutuhan dasar, serta berupa pasar umum yaitu pasar nglanu dengan menempuh jarak ± 4 km yang berada di daerah nglanu. industry berskala besar ada 6 buah industry yang melayani dibidang tekstil, spare part kendaraan dan plastic.

5. Sarana Olahraga

Dikelurahan brujul terdapat sarana olah raga yaitu 1 lapangan sepak bola, 3 lapangan bola voly, 9 lapangan bulu tangkis dan 2 gedung serbaguna. Dikelurahan brujul terdapat 6 klub sepak bola, 2 perkumpulan bola volley, 9 perkumpulan bulutangkis, 2 perkumpulan tenis meja, 1 kelompok jantung sehat.


(1)

commit to user

dengan Studi Fenomenologi pada Masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar telah menghasilkan sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam. Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a) sebagai masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan dalam kebersihan lingkungan, b) sebagai masukan kepada masyarakat mengenai pentingnya kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, c) memberikan pengetahuan tentang manfaat menjaga budaya hidup bersih bagi anggota masyarakat.

Penelitian ini menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture". Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka. Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa


(2)

commit to user

hidup bersih sangat penting artinya bagi semua masyarakat. Peneliti ingin mengetahui makna dibalik perilaku hidup bersih masyarakat Dusun Duwet, kemudian dari makna tersebut peneliti dapat menjawab mengenai bagaimana masyarakat yang terbentuk disana dalam penerapan perilaku hidup bersih, sebagaimana persoalan dalam teori ini. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami sesuatu yang dikaji.

Satu hal yang menarik dari teori ini adalah pengakuan adanya set tingkah-laku (behavioral setting) yang dipandang sebagai faktor tersendiri dalam sebuah interaksi sosial. Set tingkah-laku yang dimaksud di sini adalah set tingkah-laku kelompok (bukan tingkah-laku individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Set tingkah-laku ini muncul sebagai respon dari kondisi lingkungan yang ada, misalnya terlihat dalam lingkungan Dusun Duwet telah adanya penerapan kebersihan lingkungan yang masih belum maksimal baik dari program-program atau kegiatan-kegiatan di Dusun terkait kebersihan lingkungan yang kurang efisien, sehingga dari tindakan itulah mau tidak mau masyarakat setempat harus harus mengikutinya, meskipun tindakan tersebut sangat merugikan masyarakat terkait dengan lingkungan dengan kondisi yang kurang baik yang sangat mencemaskan warga khususnya bagi kesehatan mereka.


(3)

commit to user

2. Implikasi Metodologis

Merupakan implikasi dari metode yang dipergunakan sebagai alat untuk mencari dan mendapatkan data. Tehnik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara, hal ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang mendalam sehingga data yang diperoleh lengkap dan memadai.

Disamping itu pengumpulan data juga dilakukan dengan metode observasi langsung yaitu suatu tehnik pengumpulan yang mana peneliti dapat memahami dan mencatat langsung tentang objek penelitian. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan hidup bersih dilingkungannya.

Sedang gambar atau dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan data, dengan mengambil gambar dari subyek yang diteliti. Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya. Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang


(4)

commit to user

menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan sesuai dengan penelitian yang diambil. Peneliti boleh memilih informasi yang banyak.

3. Implikasi Empiris/ Praktis

Secara praktis penelitian ini menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. Memperhatikan dan meningkatkan penerapan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.

Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih dan sehat. Kebanyakan masyarakat Duwet cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka dan terhadap pola perilaku terhadap kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan


(5)

commit to user

lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga. Namun pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Duwet dilakukan cukup baik meskipun belum berjalan secara maksimal. Masyarakat Dusun Duwet melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip Reduce (mengurangi sampah), Yang kedua Reuse (guna ulang sampah), Kemudian Recycle (daur ulang). Hal ini sangat bermanfaat dari diri mereka serta ramah lingkungan. Dalam pengelolaan sampah yang kurang menjadi perhatian yaitu masyarakat duwet jarang melakukan kegiatan pembuatan kompos, meskipun komponen sampah basah tinggi. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah disekitar mereka.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan dalam menjaga, memelihara lingkungan serta berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh setiap individu, keluarga, kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.


(6)

commit to user

2. Kepada pemerintah daerah baik dari pihak dinas kesehatan, lingkungan hidup, dan masyarakat atau pihak yang terkait sekiranya memberikan perhatian mengenai masalah kebersihan lingkungan yang ada dimasyarakat karena hal itu sangat penting bagi kesehatan dan juga lingkungan, serta menganjurkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kebersihan dilingkungan mereka dan memberikan bantuan, berupa sarana yang dapat mendorong masyarakat untuk peduli dan menjaga kebersihan lingkungan.

3. Bagi Pemerintah perlu ikut berperan aktif dalam mengembangkan pengelolaan lingkungan khususnya pengelolaan limbah sampah yang dapat bermanfaat dan bernilai lebih.