Kriteria Klinis Kriteria Laboratorium Epidemiologi Distribusi menurut orang

13 ekstravaskuler berangsur-angsur selama 48-72 jam. Umumnya penderita mulai sembuh, nafsu makan kembali, masalah pencernaan berkurang, tekanan darah stabil Gubler et. al, 2014 2.5 Klasifikasi Derajat Keparahan DBD 2.5.1 WHO 1997 mengklasifikasikan DBD menurut derajat keparahan yaitu: Derajat I: Demam dengan gejala tidak jelas; manifestasi perdarahan hanya dalam bentuk tourniquet positif dan atau mudah memar. 2.5.2 Derajat II: Manifestasi derajat I ditambah perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan kulit atau perdarahan pada jaringan lainnya. 2.5.3 Derajat III: Kegagalan sirkulasi berupa nadi tekanan sempit dan lemah, atau hipotensi, dengan gejala kulit dingin dan lembab dan penderita gelisah. 2.5.4 Derajat IV: Terjadi gejala awal syok berupa tekanan darah rendah dan nadi tidak dapat diukur.

2.6 Diagnosis

Diagnosis DBDDSS ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium WHO, 2011

2.6.1 Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. 2. Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, danmelena. Universitas Sumatera Utara 14 3. Pembesaran hati. 4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi ≤20 mmHg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan penderita tampak gelisah.

2.6.2 Kriteria Laboratorium

1. Trombositopenia ≤100.000µL Trombositopenia adalah keadaan dimana trombosit dalam sirkulasi jumlahnya dibawah normal 150.000-350.000µL. Trombosit sangat penting dalam proses pembekuan darah agar tidak terjadi perdarahan yang berlebihan Guyton dan Hall, 2007. 2. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20. Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat padat dalam darah terhadap cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah keluar dan pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan membuat persentase zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat. Peningkatan hematokrit disebut juga hemokonsentrasi Hardjoeno H, 2007.

2.7.1 Epidemiologi

2.7.2 Distribusi menurut orang

Distribusi penderita DBD dengan DSS menurut orang banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan dan usia 15 tahun. Berdasarkan penelitian Anders, K. L, dkk 2011, kasus DSS memiliki risiko yang lebih tinggi pada perempuan Universitas Sumatera Utara 15 dengan Odds Ratio = 1,19 95 Confidence Interval CI = 1,14-1,24 dan memiliki risiko kematian dengan OR sebesar 1,57 95 CI = 1,14-2,17 dan berdasarkan hasil penelitian Yatra 2015, diketahui variabel yang bermakna sebagai faktor yang meningkatkan risiko kejadian DSS pada penderita DBD adalah umur 15 tahun dengan OR sebesar 2,5 95 CI= 0,94-6,88. Hasil penelitian dari Saniathy, dkk 2009, didapatkan bahwa anak yang obesitas memiliki risiko 4,9 kali 95 CI= 1,5-16,0 lebih besar untuk mengalami DSS dibandingkan dengan anak tidak obesitas. Hasil penelitian Adjad 2001, didapatkan bahwa penderita DBD dengan kelompok umur kurang dari 5 tahun memiliki risiko 2,10 kali lebih besar untuk menjadi DSS.

2.7.3 Distribusi menurut tempat