50
persentase hematokrit ≤42 pada DBD sebesar 68,7 dan pada DSS sebesar 31,3.
5.1.6 Hematokrit pada saat pulang dari RS
Perbedaan persentase penderita DSS dan Non DSS di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013-2015 pada saat pulang dari RS dapat dilihat pada gambar 5.9
berikut:
Gambar 5.9 Diagram Batang Perbedaan persentase hematokrit penderita DSS dan Non DSSpada saat pulang dari RS di RSUD Dr.
Pirngadi Tahun 2013-2015
Berdasarkan gambar 5.9 diatas dapat dilihat perbedaan persentase hematokrit pada penderita DSS dan Non DSS. Persentase hematokrit pada saat
pulang dari RS paling tinggi pada penderita DSS terdapat pada kelompok 40 yaitu sebanyak 22 orang 73,4 dan terkecil pada 46-50 sebanyak 1 orang
3,3. Persentase hematokrit pada saat pulang dari RS penderita Non DSS tertinggi adalah pada kelompok 40 sebanyak 56 orang 80,0 dan terendah
pada kelompok 40-45,9 sebanyak 14 orang 20,0. 73,4
23,3
23,3 20
3,3 10
20 30
40 50
60 70
80 90
DSS Non DSS
P ropor
si
Hematokrit Persentase Hematokrit saat pulang dari RS
40 40-45,9
46-50
Universitas Sumatera Utara
51
Berdasarkan penelitian diatas tidak dapat disimpulkan bahwa penderita pulang tidak dengan persentase hematokrit yang tidak normal. Hal ini dikarenakan
persentase hematokrit pada laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu pada laki-laki persentase hematokrit normal antara 39-49, sedangkan pada perempuan 33-
43 Ferri, 2010. 5.1.7 Penatalaksanaan Medis
Proporsi penderita DSS dan Non DSS di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013-2015 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar 5.10
berikut:
Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Penderita DSS dan Non DSS Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi
Tahun 2013-2015
Berdasarkan gambar 5.10 diatas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi berdasarkan penatalaksanaan medis pada penderita DSS penatalaksanaan medis
yang paling tinggi adalah pada pemberian cairan Kristaloid sebanyak 14 orang 46,7
dan yang
terendah adalah
pada pemberian
cairan 46,7
88,6
13,3 8,6
33,3
2,8 6,7
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
DSS Non DSS
P ropor
si
Penatalaksanaan Medis
Cairan kristaloid
Cairan kristaloid+ koloid
Cairan kristaloid +transfusi
Cairan kristaloid+koloid+transf
usi
Universitas Sumatera Utara
52
kristaloid+koloid+transfusi yaitu sebanyak 2 orang 6,7. Penderita Non DSS berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi pada pemberian cairan kristaloid
yaitu sebanyak 62 orang 88,6 dan terendah pada pemberian cairan kristaloid+transfusi yaitu sebanyak 2 orang 2,8.
Cairan kristaloid adalah pertolongan pertama yang diberikan kepada penderita DSS dan Non DSS karena adanya perembesan plasma karena
meningkatnya permeabilitas vaskuler hematokrit 20 sehingga volume plasma yang hilang harus segera diganti secara hati-hati dan dalam pengawasan yang
ketat. Cairan kristaloid diberikan kepada penderita DBD untuk mencegah terjadinya syok dan pertama kali diberikan pada 2-3 jam pertama, dan pada
penderita DSS untuk mengatasi syok diberikan setiap 30-60 menit, dan 24-48 jam berikutnya,tetesan cairan disesuaikan dengan tanda-tanda vital penderita, kadar
hematokrit, dan jumlah eksresi urin Soedarto, 2012 Penatalaksanaan Medis berdasarkan pemberian cairan kristaloid+transfusi
pada penderita DSS sebesar 33,3 dan Non DSS sebesar 2,8, perlu diberikan apabila terjadi perdarahan nyata, hematokrit menurun, cairan mencukupi, tetapi
tidak ada perbaikan secara klinis. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan interna yang disertai hemokonsentrasi Soedarto, 2012. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Makroo, dkk 2007 disimpulkan bahwa transfusi penting diberikan pada pasien DBD dengan trombosit 20.000mm
3
karena berisiko tinggi mengalami komplikasi perdarahan. Sedangkan pasien DBD dengan trombosit
antara 20.000mm
3
-40.000mm
3
memiliki indikasi mendapat transfusi apabila menunjukkan tanda-tanda perdarahan yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
53
5.1.8 Lama Rawatan