DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
13 dana yang besar. Penentuan pola perbedaan sifat morfometrik fenotip dapat
dijadikan alternatif dalam menduga jarak genetik antara populasi yang dapat dilakukan dengan metode yang lebih murah dan sederhana Hartl, 1988. Fungsi
diskriminan yang digunakan melalui pendekatan jarak Mahalanobis seperti yang dijelaskan oleh Nei 1987, yang mana matriks ragam peragam antara parameter
masing-masing kelompok spesies yang diamati digabungkan menjadi sebuah matriks. Pengukuran jarak genetik untuk karakter kuantitatif yang paling sering
digunakan adalah dengan menerapkan statistik Mahalanobis D2. Pengukuran jarak genetik didasarkan pada jarak suatu organisme atau gen yang berhubungan,
sehingga efek polimorfisme dalam populasi dapat diabaikan Nei, 1987. Pohon filogenetik adalah diagram cabang yang menggambarkan hipotesa
pertalian yang berhubungan dengan silsilah dan pengurutan peristiwa historikal yang menghubungkan suatu organisme, populasi, atau taksa dari seluruh
organisme atau kelompok-kelompok dari seluruh organisme Wiley, 1981. Hubungan antara populasi dengan spesies memberitahukan tentang bagian
geografik dan hubungan reproduktif. Pohon filogenetik yang menggambarkan jalur evolusioner dari kelompok spesies atau populasi diberi nama pohon spesies
atau pohon populasi Wells, 1948; Nei, 1987. Pola percabangan pada pohon spesies dinamakan topologi, walaupun pola pemisahan gen sesuai dengan pola
pemisahan spesies, topologi dari pembentukan pohon gen mungkin masih kurang sesuai dengan pohon spesies jika jumlah nukleotida atau asam amino yang
diperiksa sedikit Nei, 1987. Pohon filogeni dikatakan sebagai diagram yang menentukan hubungan secara biologi antar kelompok dan menafsirkan karakter
unik sebagai inovasi evolusioner Wiley, 1981.
2.11. Kecamatan Sibolangit
Sibolangit merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten
Karo. Luas kecamatan ini mencapai 179,96 km
2
. Secara geografis kecamatan Sibolangit terdapat pada 03
—20 LU dan 098
—36 BT. Daerah kawasan
Sibolangit memiliki topografi alam berupa sungai, berbukit-bukit, hutan wisata dan pemukiman. Selain itu, kawasan ini merupakan salah satu tempat tujuan objek
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
14 wisata. Adapun daerah tujuan wisata meliputi: 1 Permandian Alam Sembahe, 2
Taman Wisata AlamCagar Alam Sibolangit, 3 Camping Ground Tahura Bukit Barisan, 4 Bumi Perkemahan Sibolangit, dan 5 Air Terjun Dwi Warna
Sibolangit. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dan pengembangan potensi alam baik secara fauna maupun flora. Fauna yang terdapat di Hutan Kecamatan
Sibolangit, meliputi beberapa Mammalia, seperti rusa Muntiacus muntjak, Babi Hutan Sus scrofa, Siamang Hylobates lar, Monyet Ekor Panjang Macaca
fascicularis , BerukMonyet Ekor Pendek Macaca nemestrina, Trenggiling
Manis javanica, Kalong Pteropus vampyrus, dan beberapa jenis burung, seperti Rangkong Badak Buceros rhinoceros, Srigunting Dicrucus sp.. Jenis-
jenis reptil di wilayah tersebut, Ulang BulanMati Ekor Tropidolaemus wagleri. Sedangkan flora: pohon durian Durio zibethinus, Aren Arenga pinnata, Pinang
Areca catechu, rotan, dan vegetasi lainnya Siregar, 2010; Widodo et al., 2003.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati biodiversity yang tinggi. Selain letaknya pada zona tropis, kekayaan sumber daya alam tersebut tidak
terlepas dari berbagai komponen ekosistem yang membentuk suatu habitat yang cocok bagi perkembangan berbagai macam spesies hewan Utama, 2003. Salah
satu kawasan ekosistem yang memiliki tingkat keanekaragaman satwa tinggi adalah kawasan Sibolangit, yang merupakan satu kesatuan dengan hutan Tahura
Bukit Barisan, serta memiliki biodiversitas yang sangat tinggi, diantaranya adalah amfibi Siregar, 2010.
Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara
ekologis, amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer, seperti serangga atau hewan invertebrata lainnya Iskandar, 1998 serta dapat digunakan sebagai
bio-indikator kondisi lingkungan. Secara ekonomis amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan percobaan, hewan peliharaan dan bahan
obat-obatan. Amfibi terdiri dari tiga ordo, yaitu ordo Gymnophiona, Caudata dan
Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia,
sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia. Saat ini telah diketahui sekitar 450 jenis di Indonesia atau 11 dari seluruh jenis
Anura di dunia, yaitu sekitar ± 4.000 jenis Iskandar, 1998. Keanekaragaman jenis fauna Indonesia dalam keadaan terancam punah
karena populasinya semakin menurun dari tahun ke tahun Fiesta-Bianchet Apollonio, 2003. Hal ini dikhawatirkan terjadi pada Anura di Sumatera yang
sepenuhnya belum diketahui, baik secara populasi dan spesiesnya Inger Iskandar, 2005. Salah satu penyebab terancamnya satwa liar tersebut, yaitu
penurunan habitat alami Ehrlich Sodhi, 2010. Kegiatan konversi hutan alam
Universitas Sumatera Utara