54
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan
semua data sekunder yang dipublikasikan bursa efek Indonesia pada tahun 2012-2014 berupa laporan keuangan dan masing-masing perusahaan yang terdaftar di indeks
LQ-45. 3.9 Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel berganda dengan menggunakan Eviews 8 serta melakukan pemilihan
model estimasi. Adapun tahap-tahap metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.9.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Umumnya digunakan
untuk memberikan informasi mengenai variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan antara lain frekuensi tendensi sentral mean, median, modus, disperse
deviasi standar, variance, dan pengukur-pengukur bentuk seperti measures of sharpe
Erlina dan Mulyani, 2007:82.
Universitas Sumatera Utara
55
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengestimasi suatu model regresi dengan
meminimalkan jumlah kesalahan setiap observasi sehingga model regresi tersebut
harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Dengan dilakukan penujian ini diharapkan agar hasil model regresi menjadi tidak bias. Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian dilakukan untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika asumsi dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid Erlina dan Mulyani, 2007:103. Untuk melihat apakah data penelitian memiliki distribusi normal
atau tidak, dapat dilihat residual dengan menggunakan uji Jarque-Bera J-B. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan
� = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dari statistik J-B, dengan ketentuan
sebagai berikut. Jika nilai probabilitas
� ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
56
jika signifikasi lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal atau tidak terdapat nilai yang ekstrim yang dapat menyebabkan hasil penelitian menjadi bias.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti variasi variable tidak sama untuk semua pengamatan. Masalah heteroskedastisitas sering muncul pada data cross section. Konsekuensi
heterokedastisitas adalah model menjadi tidak bias dan linier. Adanya heterokedastisitas menyebabkan estimator tidak lagi mempunyai varian yang
minimum. Jika estimator tidal lagi mempunyai varian yang minimum, maka menyebabkan perhitungan standard error tidak lagi bisa dipercaya dan interval
estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan uji F tidak dapat dipercaya untuk evaluasi hasil regresi. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi
masalah heterokedastisitas adalah metode Park dan Glejser serta metode korelasi Spearman Widarjono, 2015:67.
3. Uji Autokorelasi
Menurut Widarjono 2015:78 autokorelasi merupakan korelasi antara variabel gangguan satu observasi dengan variabel observasi lainnya. Autokorelasi sering
muncul pada data time series. Jika suatu model masih mengandung autokorelasi, maka estimator model tidak lagi menghasilkan estimator yang mempunyai varian
yang minimum. Jika varian tidak minimum maka meyebabkan perhitungan standard error
metode tersebut tidak lagi bisa dipercaya kebenarannya dan uji hipotesis yang
Universitas Sumatera Utara
57
didasarkan uji t dan uji F tidak dapat dipercaya untuk evaluasi hasil regresinya. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan metode Durbin-
Watson. Durbin-Watson berhasil mengembangkan statistik distribusi dengan menurunkan niali kritis batas bawah
�
�
dan batas atas �
�
. Adapun kriteria dalam pengambilan kesimpulan dalam uji D-W ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Uji
Durbin Watson
No Nilai d
Keterangan 1
1,10 Ada autokorelasi
2 1,10-1,54
Tidak ada kesimpulan 3
1,55-2,46 Tidak ada autokorelasi
4 2,46-2,90
Tidak ada kesimpulan 5
2,91 Ada autokorelasi
Sumber:Misbahuddin dan Hasan 2013:108
Selain menggunakan uji D-W, cara untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan metode Breusch-Godfrey.
4. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi berganda. Multikolieritas akan menyebabkan estimator mempunyai
varian yang besar dan dengan demikian standard error juga besar. Masalah yang timbul dari multikolieritas adalah sulit mendapatkan estimasi yang tepat, interval
estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan kecil sehingga membuat variabel independen secara statistik lebih besar serta meskipun variabel
Universitas Sumatera Utara
58
independen tidak signifikan terhadap variabel dependen melalui uji t, nilai koefisien determinasi
�
2
masih bisa relatif tinggi. Pengujian multikolieritas dapat menggunakan korelasi parsial antar variabel
independen VIF dan Tolerance. Perlu kehati-hatian terutama kepada data time series
karena jenis data ini sering kali menunjukan korelasi antar variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi yang tinggi ini terjadi karena data time series sering kali
menunjukan unsur tren yaitu data bergerak naik turun secara bersamaan. Jika VIF melebihi angka 10, maka bisa disimpulkan ada multikolieritas karena nilai
�
2
melebihi 0,90. Masalah multikolieritas juga bisa dideteksi dengan melihat tolerance TOL. Jika nilai TOL semakin mendekati 0, maka diduga ada multikolieritas dan
sebaliknya jika nilai TOL semakin mendekati 1 maka diduga tidak ada multikolieritas Widarjono, 2015:60.
3.9.3 Pemilihan Model Estimasi
Data panel Nachrowi, 2006:309 adalah data yang yang dikumpulkan dari dikumpulkan secara cross section dan diikuti pada periode waktu tertentu. Untuk
mengestimasi data panel dapat melakukan beberapa pendekatan yaitu:
1. Common Effect Model
atau Pooled Least Square PLS Model estimasi ini tidak ubahnya dengan regresi degan data cross section
maupun time series. Sebelum melakukan regresi, kita harus menggabungkan data tersebut yang diperlakukan sebagai satu kesatuan.
Universitas Sumatera Utara
59
2. Model Efek Tetap Fixed Effect
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercerpt tidak konstan. Intercept ini mungkin akan nberubah
setiap individu dan waktu. 3.
Model Efek Random Random Effect Pada model ini perbedaan diakomodasikan lewat error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang times series dan cross section
. Adapun langkah-langkah dalam melakukan pemilihan model data panel adalah
sebagai beikut: 1.
Estimasi dengan Common Effect Model atau Pooled Least Square PLS. 2.
Estimasi dengan Fixed Effect Model dengan Uji Chow. Dengan kriteria pengujian:
H = Common Effect Model
H
1
= Fixed Effect Model Tolak H
jika p-value nilai signifikansi 0,05; maka H
1
diterima. 3.
Estimasi dengan Random Effect Model 4.
Uji Hausman Random Effect Model atau Fixed Effect Model Dengan kriteria pengujian:
H = Random Effect Model
H
1
= Fixed Effect Model
Universitas Sumatera Utara
60
Tolak H jika p-value nilai signifikansi 0,05; maka H
1
diterima.
3.9.4 Analisis Regresi Data Panel Berganda