Insulin Antidiabetika oral Diabetes melitus

15 katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel beta pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah Katzung, 2002. b. Diabetes tipe 2 Diabetes tipe 2 merupakan suatu kelompok heterogen yang terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan yang terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya jaringan. Obesitas, yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin merupakan faktor resiko yang biasa tejadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 telepas dari berat badan, adalah terjadi pula suatu defisiensi respons sel beta pankreas terhadap glukosa. Baik resistensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respons sel beta terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatnya hiperglikemia, dan kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuver-manuver terapik yang mengurangi hiperglikemia tersebut Katzung, 2002.

2.3.2 Insulin

Insulin merupakan suatu protein berukuran kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua 16 rantai A dan B yang dihubungkan dengan jembatan disulfida. Insulin dirilis dari sel beta pankreas, pada keadaan basal dengan kecepatan rendah dan pada keadaan stimulasi sebagai respon terhadap berbagai stimulus, khususnya glukosa dengan suatu kecepatan yang jauh lebih tinggi. Mekanisme stimulasi rilis insulin adalah hiperglikemia menyebabkan peningkatan kadar ATP intraseluler, sehingga menutup kanal kalium yang tergantung pada ATP. Penurunan arus ke luar dari kalium melalui kanal tersebut menyebabkan depolarisasi sel beta dan terbukanya kanal kalsium yang tergantung voltase voltage-gated . Hasil peningkatan kalsium intraseluler memicu sekresi hormon tersebut Katzung, 2002. Kerja insulin mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan; menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif; menaikkan pembentukkan glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah penguraian glikogen; menstimulasi pembentukkan protein dan lemak dari glukosa. Semua proses ini menyebabkan kadar glukosa darah menurun akibat pengaruh insulin. Dalam jaringan lemak dan hati insulin merangsang pengambilan asam lemak bebas yang selanjutnya disimpan dalam bentuk trigliserida lemak cadangan. Selain itu insulin sebaliknya bekerja memobilisasi lemak dan penguraian lemak lipolisis. Kerja insulin lainnya ialah menaikkan pengambilan ion kalium ke dalam sel dan menurunkan kerja katabolik glukokortikoid dan hormon kelenjar tiroid Mutschler, 1991.

2.3.3 Antidiabetika oral

Insulin sebagai polipeptida hanya dapat diberikan secara parenteral. Karena itu, penyuntikan insulin yang dibutuhkan tiap hari sangat membebani para 17 penderita diabetes. Sehubungan dengan itu, kemajuan yang berarti diperoleh, pada saat turunan sulfonilurea dan turunan biguanida yag dapat dipakai secara oral telah digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Walaupun demikian, berdasarkan pengalaman sampai saat ini, dan sebagian karena efek samping yang serius maka seharusnya pemakaian antidiabetika oral pada pokoknya lebih dikurangi daripada sebelumnya. Obat-obat ini hanya diindikasi jika tidak terdapat diabetes tipe 1; tindakan diet tidak cukup; tidak perlu diberikan insulin sebagai pengganti antidiabetika oral. a. Sulfonilurea Mekanisme kerjanya membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari sel beta pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap rangsang glukosa fisiologik. Ini berarti bahwa obat ini hanya berkhasiat jika produksi insulin tubuh sendiri paling kurang sebagian masih bertahan atau dengan kata lain obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin. Mutschler, 1991. Contoh antidiabetika oral kelompok sulfonamida adalah golongan pertama adalah tolbutamid, asetoheksamida, tolazamida dan klorpropamida. Generasi kedua adalah gliburida glibenklamida, glipizida, gliklazida dan glimepirid yang lebih kuat dibandingkan senyawa sebelumnya Goodman dan Gilman, 2006. Kontraindikasi, sulfonilura tidak dapat diberikan pada diabetes tipe 1, pada asetonuria parah, pada prakoma dan koma diabetik, pada gangguan fungsi ginjal yang parah dan semua dekompensasi metabolisme dalam penyakit infeksi, operasi dan tekanan-tekanan lain. Demikian juga pada saat kehamilan dianjurkan untuk mengganti dengan insulin Mutschler, 1991. 18 b. Biguanide Metformin, fenformin dan buformin merupakan obat antidiabetes golongan ini. Metformin jarang menyebabkan komplikasi asidosis laktat sehingga masih bisa diresepkan namun dengan tindakan hati-hati. Metformin bersifat antihiperglikemia bukan hipoglikemia yang tidak menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia bahkan dalam dosis besar Goodman dan Gillman, 2006. Biguanida paling sering diresepkan pada pasien dengan obesitas yang hipeglikemianya disebabkan oleh kerja insulin yang tidak efektif. Oleh karena metformin merupakan agen hemat-insulin dan tidak meningkatkan berat badan atau menyebabkan hipoglikemia. Maka, metformin menawarkan keuntungan yang melebihi insulin dan sulfonilurea untuk mengobati hiperglikemia pada pasien Katzung, 2002. Mekanisme kerja dari metformin yaitu berpindahnya metformin menuju ke sel hati melalui transporter OCT1 yang akan menghambat respirasi mitokondria complex 1 dan menyebabkan kurangnya energi di dalam sel sehingga menghambat glukoneogenesis di hati. Hal ini terjadi dengan 2 cara yaitu pertama, dengan bekurangnya ATP menyebabkan meningkatkan konsentrasi AMP yang diduga berkontribusi menghambat proses glukoneogenesis karena berkurangnya ATP. Kedua, peningkatan AMP ini merupakan mediator kunci signal yang bertujuan menghambat signal cAMP-PKA melalui adenilat siklase, menghambat FBPase kunci dari enzim glukoneogenesis, dan menghambat sintesis kolesterol yang berkontribusi untuk metabolisme jangka panjang Rena, et al., 2013. 19 c. Penghambat alfa-glucosidase Penghambat alfa-glucosidase merupakan penghambat kompetitif alfa- glucosidase usus yang dapat memecah oligosakarida atau disakarida menjadi monosakarida dan diserap duodenum dan jejenum menuju ke dalam aliran darah. Akibat klinis hambatan enzim adalah untuk meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda pencernaan dan juga absorpsi zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga menurunkan glikemik setelah makan sebanyak 45-60 mgdL dan menciptakan suatu efek hemat-insulin. Contoh agen penghambat alfa-glukosidase adalah miglitol dan akarbose Katzung, 2002.

2.3.4 Aloksan

Dokumen yang terkait

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

4 58 103

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

1 15 103

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 15

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 5

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 15

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 3

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 1 37

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 15

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 2