Keramik Barium titanat BaTiO

mempunyai sifat ferroelektrik pada suhu ruang sampai diatas suhu ruang karena mempunyai suhu Curie Tc pada 120°C, sementara dalam aplikasi elektronik suhu Curienya berkisar 60°C dan dibutuhkan permitivitas yang lebar terhadap suhu Yunasfi, 2001 . Material ini telah banyak digunakan dalam aplikasi di bidang elektronik seperti sensor, transducers, infrared detector dan multi layer ceramic capacitor MLCCs. Hal ini dikarenakan barium titanat lebih ramah lingkungan, memiliki Tcurie yang lebih rendah daripada material dielektrik lain, dan memiliki konstanta dielektrik yang tinggi Sunendra, P Bambang, dkk, 2010.. Ferroelektrik adalah gejala terjadinya perubahan polarisasi listrik secara spontan pada material tanpa gangguan medan listrik dari luar. Ferroelektrifitas merupakan fenomena yang ditunjukkan oleh kristal dengan suatu polarisasi spontan dan efek histerisis yang berkaitan dengan perubahan dielektrik dalam menanggapi penerapan medan listrik. Ferroelektrik merupakan kelompok material dielektrik dengan polarisasi listrik internal yang lebar dan dapat diubah dengan menggunakan medan listrik yang sesuai J. Y. Seo and S. W. Park, 2004.

2.4 Keramik Barium titanat BaTiO

3 Barium titanat BaTiO 3 adalah suatu bahan yang bersifat feroelektrik dan mempunyai struktur kristal perovskite ABO 3 , yang sampai saat ini masih banyak diteliti secara luas. BaTiO 3 ini mempunyai struktur kristal yang jauh lebih sederhana bila dibanding dengan bahan feroelektrik lainnya. Ditinjau dari segi penggunaannya, bahan ini sangat praktis karena sifat kimia dan mekaniknya sangat stabil, mempunyai sifat feroelektrik pada temperatur ruang sampai di atas temperatur ruang karena mempunyai temperatur Curie Tc pada 120 C. Bahan ini dapat dibuat dengan mudah dan digunakan dalam bentuk keramik Yunasfi, 2001. Keramik BaTiO 3 mempunyai nilai konstanta dielektrik yang sangat besar pada temperatur ruang. Keramik BaTiO 3 ini sangat banyak digunakan dalam industri bahan elektronik, terutama sebagai bahan kondensor, dan juga banyak digunakan pada peralatan pembangkit tekanan tinggi, detektor infra merah, dan industri- industri peralatan elektronik lainnya. Besarnya nilai konstanta dielektrik ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah temperatur kalsinasi saat pembuatan keramiknya. Oleh karena itu, nilai konstanta dielektrik dari suatu keramik merupakan suatu fungsi temperatur. Semakin tinggi temperatur kalsinasi saat II-9 Universitas Sumatera Utara pembuatan keramiknya maka nilai konstanta dielektriknya semakin besar pula Yunasfi, 2001. Bahan baku dari pembuatan keramik BaTiO 3 terdiri dari campuran bubuk barium karbonat BaCO 3 dan bubuk titanium oksida TiO 2 dengan perbandingan 2,5 : 1. Dengan bantuan temperatur kalsinasi yang tinggi maka akan terjadi reaksi pembentukan keramik dari campuran kedua jenis bubuk ini. Reaksi pembentukan keramik tersebut adalah sebagai berikut : BaCO 3 s + TiO 2 s BaTiO 3 s + CO 2 g Keramik BaTiO 3 ini akan terbentuk secara sempurna melalui 3 tingkatan temperatur kalsinasi, yaitu :  Pada temperatur 900 C mulai terjadi reaksi pembentukan keramik yang disertai dengan pelepasan gas CO 2 dari hasil samping reaksinya.  Pada saat temperatur 1100 C mulai terjadi persenyawaan antara atom barium dan atom titan, dengan timbulnya pemuaian atom-atom ini.  Pada temperatur mencapai 1350 C terjadi penyusutan atom-atom yang mengalami pemuaian tersebut dan reaksinya berakhir, sehingga terbentuk keramik BaTiO 3 dengan sempurna Yunasfi, 2001.

2.5 Sifat-sifat Keramik barium Titanat BaTiO