Eksploitasi Kendala yang Ada
Tabel 5.14. Waktu yang Dibutuhkan Lanjutan
Elemen Kegiatan
Kapasitas Harian
unit Target
Produksi unit
Total Waktu
Standar menit
Waktu yang
Tersedia menit
Waktu yang
dibutuhkan menit
16 1500
1400 2,14
3205,0 2991,3
17 1500
1400 2,23
3339,3 3116,6
18 1500
1400 25,96
38937,5 36341,7
Sumber: Pengolahan Data
c. Stasiun kerja bottleneck
Bottleneck terjadi apabila waktu yang dibutuhkan lebih besar dari waktu yang tersedia dalam artian stasiun kerja tersebut tidak bisa memproduksi
sesuai dengan target produksi yang telah ditentukan dan akibatnya adanya bahan baku yang menumpuk Michael Umble, 1996.Stasiun kerja
bottleneck dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Elemen Kegiatan Bottleneck
Elemen Kegiatan Waktu
yang Tersedia
menit Waktu yang
dibutuhkan menit
Selisih
proses pencacahan crumb rubber 24647,1
23797,2 849,9
proses pencampuran bahan 31316,6
30236,7 1079,9
proses pembuatan sheet 26007,0
25110,2 896,8
proses pencetakan tali sandal 13252,0
12368,5 883,5
proses pemilahan tali sandal 4648,5
4648,5 0,0
proses pencacahan crumb rubber 24705,1
23853,2 851,9
proses pencampuran bahan 31389,1
30306,7 1082,4
proses pembuatan sheet 25941,7
25047,2 894,5
proses pembuatan sponge 23849,8
23027,4 822,4
proses pendinginan 51367,9
49596,6 1771,3
proses pencetakanpemotongan 4414,5
4120,2 294,3
proses pemisahan 10876,9
10501,9 375,1
proses penggerindaan 4269,9
4598,3 -328,5
proses pelubanganbor 2926,6
3414,4 -487,8
Tabel 5.15. Elemen Kegiatan Bottleneck Lanjutan
Elemen Kegiatan Waktu
yang Tersedia
menit Waktu yang
dibutuhkan menit
Selisih proses perakitan
2512,4 3058,5
-546,2
proses pengemasan packing 3205,0
2991,3 213,7
Kemasan setengah lusin 3339,3
3116,6 222,6
kemasan 20 lusin 38937,5
36341,7 2595,8
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel di atas dapat dilihat ada tiga elemen kegiatan yang mengalami bottleneck yaitu elemen kegiatan penggerindaan, pengeboran, dan perakitan. Dari
hasil perhitungan ini terlihat jelas bahwa adanya kendala bottleneck dan adanya ketidakseimbangan waktu produksi setiap elemen kegiatan.
Untuk mengatasi kendala elemen kegiatan yang ada maka dilakukan penyeimbangan lintasan dengan metode Tabu Search dimana dalam
pengolahannya harus mendapatkan inisiasi awal. 1.
Inisial awal Inisial awal tersebut didapat dengan menggunakan metode Rank Posisition
Weight RPW. Insiasi awal dengan RPW dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Penentuan Bobot Tiap Stasiun Elemen
Kerja Elemen
Kegiatan WS
Bobot Rank
O-1
1 403
2454 5
O-2 2
686 2051
6
O-3 3
872 1365
8
O-4 4
402 493
9
O-5
5 15
91 13
O-6 6
403 4608
1
O-7 7
686 4205
2
Tabel 5.16. Penentuan Bobot Tiap Stasiun Lanjutan Elemen
Kerja Elemen
Kegiatan WS
Bobot Rank
O-8 8
872 3519
3
O-9 9
681 2647
4
O-10 10
1810 1966
7
O-11
11 37
156 10
O-12 12
25 119
11
OI-1 13
13 94
12
OI-2 14
5 81
14
OI-3
15 8
76 15
O-13 16
5 68
16
O-14 17
10 63
17
O-15 18
53 53
18
Sumber: Pengolahan Data
Setelah dihitung bobot tiap stasiun maka dilakukan pengurutan ranking dari ranking terkecil hingga terbesar, atau dengan kata lain diurutkan data elemen
yang memiliki rank position weight terbesar hingga terkecil. Elemen kerja dengan bobot terbesar mendapat prioritas untuk dikerjakan terlebih dahulu. Hasil
pengurutan rank dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Pengurutan Ranking Stasiun Rank
Elemen Kegiatan
WS
1 6
403 2
7 686
3 8
872 4
9 681
5 1
403 6
2 686
7 10
1810 8
3 872
9 4
402 10
11 37
Tabel 5.17. Pengurutan Ranking Stasiun Lanjutan Rank
Elemen Kegiatan
WS
11 12
25 12
13 13
13 5
15 14
14 5
15 15
8 16
16 5
17 17
10 18
18 53
Sumber: Pengolahan Data
Penyusunan work center harus memenuhi ketentuan cycle time yaitu t
max
≤ CT
≤ t
produk.
Cycle time ditetapkan berdasarkan waktu proses terbesar yaitu 1810 detik. Penentuan elemen kerja pada masing-masing work center dapat dilihat pada
Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Penentuan Tugas Tiap Stasiun Kerja
Stasiun Elemen
Kegiatan WS
Jumlah Idle
I 6
403 1089
721 7
686 II
8 872
1553 257
9 681
III 1
403 1089
721 2
686 IV
3 872
1289 521
4 402
5 15
V 10
1810 1810
VI 11
37 156
1654 12
25 13
13 14
5 15
8
Tabel 5.18. Penentuan Tugas Tiap Stasiun Kerja Lanjutan
Stasiun Elemen
Kegiatan WS
Jumlah Idle
16 5
17 10
18 53
Sumber: Pengolahan Data
Efesiensi litasan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini E
=
Tproduk Tmax x WC
=
6985,25 6 x 1810
= 64,32
Balance Delay dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini D
=
n. Sm- ∑ Si
nSm
× 100 =
6. 1810-
∑ 6985,25 6. 1810
× 100 = 35,68 Smoothing Index dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.
SI = �
∑ �STi
max
-STi �
2 K
i=1
= �721²+257²+721²+521²+1654²= 2028
Hasil penyeimbangan lintasan menggunakan metode Rank Positional Weight RPW menghasilkan 6 work centre yang dapat dilihat pada Gambar 5.5.
6 1
7 8
10 9
13 11
12 14
15 16
17 18
2 3
4 5
WC III
WC I WC VI
WC II WC IV
WC V
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 5.5. Lintasan Menggunakan Metode Rank Posisitonal WeightRPW
Setelah mendapatkan inisiasi awal dengan metode RPW, maka langkah selanjutnya dalam metode Tabu Search yaitu membuat solusi pendekatan.
2. Membuat solusi pendekatan
Solusi pendekatan ditentukan berdasarkan jumlah work center, jumlah elemen kerja pada tiap work center, dan waktu standar masing-masing stasiun kerja.
Iterasi 0 dilakukan dengan mengikuti jumlah work center dari inisial awal yaitu sebanyak 6 work center, dan elemen kerja diurutkan berdasarkan keadaan aktual
pada perusahaan. Jumlah work center optimal dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
WC =
Tproduk Tmax
=
6985,25 1810
= 3,86 Maka pada iterasi dilakukan pengurangan jumlah work center sebanyak
satu persatu mendekati jumlah work center optimal. Pada iterasi 0, pembagian elemen kerja pada tiap work center dilakukan secara trial and error yang dapat
dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.19. Iterasi 0 Iterasi 0
Stasiun WC = 6
WS Jumlah Idle
Elemen Kegiatan
I 1
403 1089
877 2
686 II
3 872
872 1094
III 4
402 417
1549 5
15 IV
6 403
1089 877
7 686
V 8
872 1553
413
Tabel 5.19. Iterasi 0 Lanjutan Iterasi 0
Stasiun WC = 6
WS Jumlah Idle
Elemen Kegiatan
9 681
VI 10
1810
1966 11
37 12
25 13
13 14
5 15
8 16
5 17
10 18
53
Total 4810
Sumber: Pengolahan Data
Efesiensi lintasan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini E
=
Tproduk Tmax x WC
=
6985,25 6 x 1966
= 59,22
Balance Delay dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini D
=
n. Sm- ∑ Si
nSm
× 100 =
6. 1966-
∑ 6985,25 6. 1966
× 100 = 40,78 Smoothing Index dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.
SI = �
∑ �STi
max
-STi �
2 K
i=1
= �877²+1094²+1549²+877²+413²= 2303
Pada iterasi 0 diperoleh efesiensi lintasan yang lebih kecil dari metode RPW, dan smoothing index yang lebih besar. Oleh karena itu dilakukan kembali
iterasi. Perubahan pada iterasi selanjutnya adalah dengan mengurangi jumlah WC sebanyak 1, dengan perubahan dilakukan secara trial and error yaitu mengganti
elemen kerja pada WC I, WC II, WC III, dan WC IV yang terdapat pada iterasi 0. Hasil iterasi 1 dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20. Iterasi 1 Iterasi 1
Stasiun WC = 5
WS Jumlah Idle Elemen
Kegiatan
I 1
403 1961
5 2
686 3
872 II
4 402
417 1549
5 15
III 6
403 1089
877 7
686 IV
8 872
1553 413
9 681
V 10
1810
1966 11
37 12
25 13
13 14
5 15
8 16
5 17
10 18
53
Total 2844
Sumber: Pengolahan Data
Efesiensi lintasan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini E
=
Tproduk Tmax x WC
=
6985,25 5 x 1966
= 71,06
Balance Delay dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini D
=
n. Sm- ∑ Si
nSm
× 100 =
5. 1966-
∑ 6985,25 5. 1966
× 100 = 28,94 Smoothing Index dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.
SI = �
∑ �STi
max
-STi �
2 K
i=1
= �5²+1549²+877²+413²= 1827
Pada iterasi 1 efisiensi lintasan lebih tinggi dari iterasi 0 dan smoothing index yang juga lebih kecil, untuk itu dilakukan uji coba iterasi 2 untuk melihat apakah
Efesiensi dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, waktu idle yang dihasilkan pada iterasi 1 adalah 2844 detik, yaitu lebih kecil dari idle pada iterasi 0 2844 4810,
maka metode pada iterasi 1 dapat dilanjutkan ke iterasi 2. Pada iterasi 2, Elemen kerja yang diubah adalah pada WC I dengan cara trial and error. Hasil iterasi
dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21. Iterasi 2 Iterasi 2
Stasiun WC = 4
WS Jumlah
Idle Elemen
Kegiatan
I 1
403 2378
2 686
3 872
4 402
5 15
II 6
403 1089
1289 7
686 III
8 872
1553 825
9 681
IV 10
1810
1966 412
11 37
12 25
13 13
14 5
15 8
16 5
17 10
18 53
Total 2526
Sumber: Pengolahan Data
Efesiensi lintasan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini E
=
Tproduk Tmax x WC
=
6985,25 4 x 2378
= 73,44
Balance Delay dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini D
=
n. Sm- ∑ Si
nSm
× 100 =
4. 2378-
∑ 6985,25 4. 2378
× 100 = 26,56 Smoothing Index dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.
SI = �
∑ �STi
max
-STi �
2 K
i=1
= �1289²+825²+412²= 1585
Pada iterasi 2 efisiensi lintasan lebih tinggi dari iterasi 1, Jumlah work center optimal juga telah tercapai yaitu 4 work center. Waktu idle yang dihasilkan pada
iterasi 2 adalah 2526 detik, yaitu lebih kecil dari idle pada iterasi 1 2526 2844. Namun iterasi kembali dilakukan hingga dipenuhi aturan berhenti yaitu jumlah
waktu idle bertambah dan Efesiensi berkurang. Pada iterasi 3, Elemen kerja yang diubah adalah pada WC I, WC II, WC III, dan WC IV dengan cara trial and error
dengan pembagian elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22. Iterasi 3 Iterasi 3
Stasiun WC = 3
WS Jumlah
Idle Elemen
Kegiatan
I 1
403 2378
269 2
686 3
872 4
402 5
15 II
6 403
1961 686
7 686
8 872
III 9
681 2647
10 1810
Tabel 5.22. Iterasi 3 Lanjutan Iterasi 3
Stasiun WC = 3
WS Jumlah
Idle Elemen
Kegiatan
11 37
12 25
13 13
14 5
15 8
16 5
17 10
18 53
Total 955
Sumber: Pengolahan Data
Efesiensi lintasan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini E
=
Tproduk Tmax x WC
=
6985,25 3 x 2647
= 87,96
Balance Delay dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini D
=
n. Sm- ∑ Si
nSm
× 100 =
3. 2647-
∑ 6985,25 3. 2
647
× 100 = 12,04 Smoothing Index dapat dihitung dengan perhitungan dibawah ini.
SI = �
∑ �STi
max
-STi �
2 K
i=1
= �269²+686²²= 737