Generasi Muda Nahdlatul Ulama dan Perkembangan The Wahid Institute

46 kemunculan dan perkembangan Wahid Institute yang mengemban komitmen pada pluralisme, demokrasi dan hak asasi manusia. 61

B. Generasi Muda Nahdlatul Ulama dan Perkembangan The Wahid Institute

Para teoritisi menjelaskan istilah konseptual institute dengan dipertukarkan beberapa istilah, yaitu, pranata sosial, institusi sosial, dan lembaga sosial. Horton dan Hunt menjelaskan lembaga sosial sebagai suatu sistem norma yang ada dalam masyarakat dan menyatukan nilai tentang prosedur pemenuhan kebutuhan dasar anggota masyarakat. 62 Mac Iver dan Page menjelaskan institusi sosial sebagai prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok kemasyarakatan yang dinamakan asosiasi. Von Wiese dan Becker menjelaskan institusi sosial sebagai suatu jaringan proses hubungan antar kelompok manusia untuk memelihara hubungan tersebut serta polanya sesuai kepentingan manusia dan kelompok. Summer menjelaskan institusi sosial sebagai perbuatan, cita-cita, dan perlengkapan kebudayaan masyarakat. 63 Gillin dan Gillin, seperti dikutip Soemardjan dan Soemardi, menjelaskan karakteristik umum pranata sosial. Pertama, pranata sosial terdiri dari seperangkat organisasi daripada pemikiran dan pola perilaku yang terwujud dalam aktivitas kemasyarakatan. Kedua, pranata sosial itu relatif mempunyai kekekalan tertentu. Ketiga, pranata sosial itu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Keempat, pranata 61 Wawancara dengan Ahmad Suaedy, Direktur Eksekutif The Wahid Institute 26 Maret 2012. 62 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed., Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 216. 63 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999, h. 218- 219. 47 sosial merupakan alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Kelima, pranata sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk lambang. Keenam, pranata sosial itu mempunyai dokumen baik yang tertulis maupun tidak tertulis. 64 Wahid Institute menjadi bagian perkembangan intelegensia Muslim kekinian yang dijelaskan Shills berperan menjadi penyeru, pemimpin, dan pelaksana dari politik nasional. 65 Gella menjelaskan keyakinan-keyakinan, sikap- sikap moral, dan perilaku politik dari pemimpin ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh para anggota komunitas intelegensia, namun pada umumnya seorang anggota biasa dari strata intelegensia mempertahankan identitas kolektif intelegensia dengan menirukan perilaku dan paling tidak secara verbal, norma-norma dasar serta orientasi nilai dari para pemimpin intelektual dari strata ini yang menjalankan peran sebagai perumus artikulator identitas kolektif. 66 Perkembangan pemikiran masyarakat Muslim tradisional pada dekade 1980-an ditandai peran besar Wahid, Achmad Siddiq, Sahal Mahfudz, Masdar Masudi, dan lainnya. Peran mereka dalam menjalankan beragam usaha untuk menjadikan fiqh sebagai instrumen yang mampu menelaah masalah-masalah sosial, politik, budaya, dan ekonomi kontemporer. Terlebih kenaikan Wahid pada muktamar 1984 yang menandai terjadinya transformasi generasi di organisasi massa Islam terbesar di Indonesia ini. Kenaikan Wahid juga menandai dijalankannya reformasi politik di tubuh Nahdlatul Ulama dengan memutuskan 64 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed., Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, h. 220. 65 Yudi Latif, Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke- 20, h. 5. 66 Ibid., h. 20 . 48 Nahdlatul Ulama kembali ke khittah 1926. Kembali ke khittah kemudian berimplikasi pada liberalisasi pemikiran terhadap paradigma intelektual terutama pada kalangan generasi muda Nahdlatul Ulama secara luas. Perubahan juga didorong pergaulan Wahid dan kalangan Nahdlatul Ulama dengan lembaga swadaya masyarakat. Pada dekade 1980-an dua lembaga swadaya masyarakat terkemuka, yaitu, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial LP3ES dan Perkumpulan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M yang menjalankan program pengembangan masyarakat pesantren. Kemajuan sosial ekonomi sejak dekade 1970-an dikalangan Nahdlatul Ulama berpadu pembangunan ekonomi dan pendidikan Orde Baru mendorong kemunculan generasi baru Nahdlatul Ulama yang memiliki latar belakang pendidikan pendidikan ganda, yaitu, pesantren tradisional dan perguruan tinggi, terutama Institut Agama Islam Negeri IAIN yang kini beberapa diantaranya menjadi Universitas Islam Negeri UIN. Dengan latar pendidikan yang dimilikinya, generasi muda Nahdlatul Ulama menandai kontinuitas usaha-uasaha penciptaan paradigma fiqh sebagai pandangan dunia masyarakat Muslim tradisional yang dinamis. Benturan gagasan dan langkah dengan para pendahulunya yang memiliki pandangan berbeda dan pergaulan generasi muda Nahdlatul Ulama dengan para intelektual sekuler yang ramah Islam menjadi bagian lain dalam perkembangan generasi muda progresif Nahdlatul Ulama. Dalam konteks itu, peran besar Wahid tidak hanya sebagai payung bagi usaha-usaha generasi muda dalam mengembangkan wacana tradisi intelektual baru tetapi juga menjadi pembela kebebasan intelektual generasi muda 49 Nahdlatul Ulama dari kecaman beberapa kiai yang berupaya mempertahankan paradigma intelektual lama Nahdlatul Ulama. Generasi muda Nahdlatul Ulama progresif ini kemudian bergiat di Nahdlatul Ulama, terutama Lajnah Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia LAKPESDAM. Tetapi kemunculan berlimpah generasi muda progresif ini tidak sepenuhnya dapat diakomodir struktural formal Nahdlatul Ulama. Selain bergiat di LAKPESDAM, generasi muda ini menggerakan lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat terutama menyangkut isu-isu demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, gender, dialog agama-agama dan peradaban serta isu-isu lainnya. 67 Bagian kecil dari generasi muda progresif Nahdlatul Ulama kemudian berperan dalam kemunculan perkembangan Wahid Institute. Hal ini ditandai peran Yenny dan Suaedy yang bersama Wahid dan Barton memiliki inisiatif pendirian Wahid Institute. Yenny dan Suaedy kemudian menjadi direktur dan direktur eksekutif Wahid Institute. 68 Keduanya tumbuh dalam lingkungan 67 Selain dalam struktural Nahdlatul Ulama, generasi muda progresif Nahdlatul Ulama bergiat di Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M, Lembaga Kajian Islam dan Sosial LKiS, Santri untuk Advokasi Masyarakat SYARIKAT, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia LKPSM, Jaringan Islam Liberal JIL, The Wahid Institute, Desantara, Institute for Social Institutions Studies ISIS, Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia LS-ADI, eLSAD, Salsabila, Institute for Social Strengtening InDIPT, Fahmina Institute, Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial LKTS, Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat LAPAR, Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan PUSPEK Averroes, Mahad Aliy, Lembaga Kajian Pengembangan Masyarakat dan Pesantren LKPMP, Yayasan Pemberdayaan untuk Kesejahteraan Masyarakat Nusa Tenggara Barat YPKM-NTB Ali, 2008:198. 68 Yenny yang bernama Zannuba Ariffah Chafsoh dikenal sebagai aktivis Muslim dan politisi. Meskipun mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, Yenny pernah bekerja di Timor-Timur dan Aceh sebagai koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age antara 1997 dan 1999. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award. Yenny kemudian menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik ketika Wahid menjadi presiden, Kepala Departemen Pengembangan Organisasi Fatayat Nahdlatul Ulama. Yenny melanjutkan studinya di Harvard Kennedy School of Government dengan beasiswa Mason. Konfliknya dengan Muhaimin Iskandar 50 Nahdlatul Ulama dan memiliki pengalaman panjang serta pergaulan luas aktivisme penggiat Islam moderat, demokrasi, pluralisme, multikulturalisme, hak asasi manusia. Bersama keduanya, seperti dijelaskan Alamsjah, turut serta bagian kecil generasi muda progresif Nahdlatul Ulama dalam perkembangan gerakan Wahid Institute. 69 Seiring dengan perkembangan generasi muda progresif Nahdlatul Ulama, keterbukaan dan pendalaman integrasi ekonomi dan politik nasional ke dalam komunitas global ditandai kehadiran badan dunia yang kemudian diikuti lembaga donor. Lembaga-lembaga donor internasional secara intensif menjalankan agenda demokratisasi, konsolidasi civil society, hak asasi manusia, kesetaraan gender, good governance melalui beragam program, yaitu, pendidikan demokrasi, penguatan kelembagaan masyarakat. Suaedy menerangkan kesejalanan agenda- agenda yang dijalankan Wahid Institute dan lembaga-lembaga donor internasional terutama terkait kebebasan beragama kemudian mendorong adanya jalinan kerja sama Wahid Institute dengan lembaga-lembaga donor internasional diantaranya mendorong Yenny mendirikan Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara PKBN yang kemudian berfusi dengan Partai Indonesia Baru PIB menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru PKBIB dimana Yenny menjadi Ketua Dewan Tanfidz. Sedangkan pengalaman panjang berorganisasi Suaedy, diantaranya, Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Yogyakarta, Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Majalah Mahasiwa ARENA IAIN Sunan Kalijaga, salah satu pendiri Lembaga Kajian Islam dan Sosial LKIS, pengelola Dialog Antar ImanInterfiath Dialogue DIANINTERFIDEI 1994-1997, Wartawan harian Yogya Post dan koresponden majalah TEMPO di Yogyakarta 1991-1993, Kepala program Islam dan penguatan civil society pada Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M, Pengurus LAKPESDAM Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Koordinator Program Islam, demokrasi dan hak asasi manusia Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M dari tahun 1997-1999, coordinator program penerbitan di Institut Studi Arus Informasi ISAI 1999-2001, program officer untuk Islam dan civil society di The Asia Foundation 2001-2003. 69 Wawancara dengan Alamsyah M Djafar, Staf The Wahid Institute 19 September 2012. 51 dengan TIFA Foundation dan The Asia Foundation–dua lembaga donor internasional yang berpusat di Amerika Serikat. 70 Dari jalinan dengan lembaga-lembaga donor internasional, dalam usahanya memperkuat gerakan kebebasan beragama Wahid Institute jaringan kerjanya dibeberapa wilayah. Alamsjah menyebut beberapa jaringan Wahid Institute dibeberapa wilayah, diantaranya, LENSA Nusa Tenggara Barat, LAPAR Makassar, INCRES Bandung, Fahmina Institute Cirebon, ELSA Semarang, LK3 Kalimatan Selatan, c-MARS Surabaya, LKHI Palembang. 71 Dengan jaringannya dibeberapa wilayah Wahid Institute menjalankan beragam usaha dalam kerangka gerakan kebebasan beragama.

C. The Wahid Institute: Negara, Warga Negara, dan Pelanggaran Kebebasan Beragama