Abdurrahman Wahid: Pendiri The Wahid Institute

28

Bab III Profil The Wahid Institute

A. Abdurrahman Wahid: Pendiri The Wahid Institute

Abdurrahman Wahid yang juga dikenal publik dengan nama Gus Dur terlahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. Wahid adalah lahir di Denanyar Jombang Jawa Timur pada 4 Desember 1940. Ayahnya, Wahid Hasjim merupakan Menteri Agama pertama yang juga putra Hasjim Asjari, pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar pertama di Indonesia, dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibunya, Solichah adalah putri pendiri pesantren Denanyar Jombang, Bisri Syansuri. Setelah ayahnya meninggal dunia dalam suatu kecelakaan di daerah antara Bandung dan Cimahi pada April 1953, pengasuhan Wahid sepenuhnya dilakukan ibunya. Setelah lulus sekolah dasar, Wahid melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama Gowongan Yogyakata yang dikelola oleh Gereja Katolik Roma. Wahid juga menjalani pendidikan di pesantren Krapyak sampai kemudian berpindah untuk menetap bersama Junaidi, seorang pimpinan Muhammadiyah setempat. Di sekolah ini Wahid didorong guru-gurunya untuk menguasai bahasa Inggris dengan membaca karya-karya berbahasa Inggris, diantaranya, karya John Steinbach, Ernest Hemingway, William Faulkner, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, Karl Marx, Plato, Thales dan beberapa karya penulis 29 Rusia seperti Pushkin, Tolstoy, Mikhail Sholokov dan Dostoevsky dan aktif mendengarkan siaran Voice of America dan BBC London. Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMEP Gowongan Yogyakarta, Wahid melanjutkan pendidikannya di Pesantren Tegalrejo Magelang dan berpindah ke Pesantren Tambak Beras Jombang. Dua tahun kemudian Wahid berpindah ke Mesir untuk studi Universitas al-Azhar. Dari Mesir Wahid melanjutkan pendidikannya di Departement of Religion di Universitas Baghdad hingga 1970. Setelah dari Baghdad, Wahid melakukan visitasi dibeberapa universitas dan menetap di Belanda selama enam bulan. Wahid yang sebelumnya berkeinginan menjalani studi Islam di Mc Gill University Kanada akhirnya memutuskan untuk kembali Indonesia pada 1971. Kembali ke tanah air, Wahid memulai beragam aktivitas keorganisasian. Pengalaman panjang berorganisasi Wahid sampai meninggal dunia pada 30 Desember 2009, yaitu, wakil ketua Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo-United Arab Republic Mesir 1965, dekan dan dosen Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang 1972-1974, sekretaris umum Pesantren Tebu Ireng 1974-1980, katib awwal PBNU 1980-1984, ketua umum Dewan Kesenian Jakarta 1982-1985, juri Festival Film Indonesia 1986-1987, ketua dewan tanfidz Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1984-2000, ketua Majelis Ulama Indonesia 1987-1992, pendiri dan anggota Forum Demokrasi 1990, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 1989-1993, Presiden Republik Indonesia 1999-2001, mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2000-2009, Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur 30 2002-2009, ketua dewan syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia 1998-2009, penasehat Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia 2002, penasehat Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional 2003, pendiri The Wahid Institute 2004-2009. 37 Wahid juga dikenal karena aktivitas Internasionalnya, yaitu, anggota dewan Juri The Aga Khan Award for Islamic Architecture 1980-1983, penasehat International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda 1994, Presiden World Conference on Religion and Peace WCRP, New York, Amerika Serikat 1994-1998, pendiri dan anggota Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel 1994-2009, presiden Association of Muslim Community Leaders AMCL, New York, Amerika Serikat 2002, anggota Dewan Penasehat Internasional International and Interreligious Federation for World Peace IIFWP, New York, Amerika Serikat 2002-2009, presiden kehormatan International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction IICORR, London, Inggris 2003-2009, anggota dewan internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel 2003-2009, presiden Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan 2003-2009. 38 Atas beragam aktivisme dan kontribusinya Wahid mendapat banyak penghargaan, diantaranya, Magsaysay Award, Manila, Filipina 1993, Islamic Missionary Award, Pemerintah Mesir 1991, Tokoh 1990, Majalah Editor, 37 gusdur.net, “Tentang Kami”, diakses pada 11 Agustus 2012 dari http:www.gusdur.net Tentang_Kami 38 Ibid.. 31 Indonesia 1990, Man of The Year, Majalah REM, Indonesia 1998, Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International 2000, Ambassador of Peace, International and Interreligious Federation for World peace IIFWP, New York, Amerika Serikat 2000, Public Service Award, Universitas Columbia , New York, Amerika Serikat 2001, Gelar Kanjeng Pangeran Aryo KPA, Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 2002, Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia. 2002, Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris Dare to Fail, Kuala Lumpur, Malaysia 2003, World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council WPPAC, Seoul, Korea Selatan 2003, Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika Serikat 2003, The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia 2004, Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia 2004. 39 Wahid juga mendapat gelar Doktor Kehormatan dari beberapa universitas, yaitu, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand 1999, Pantheon Sorborne University, Paris, France 2000, Thammasat University, Bangkok, Thailand 2000, Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand 2001, Soka Gakkai University, Tokyo, Japan 2002, Sun Moon University, Seoul, South Korea 39 Ibid.. 32 2003, Konkuk University, Seoul, South Korea 2003, Netanya University, Israel 2003. 40

B. Visi dan Misi The Wahid Institute