Hubungan Kadar HbA1C Baik Terhadap Penurunan Sensitivitas Indera Pengecapan

kelompok tersedikit 2,5. Hasil penelitian ini berbeda bila dibandingan dengan penelitian Trisnawati S dkk 2013 di Denpasar yang menemukan bahwa mayoritas penderita DM tipe 2 merupakan kelompok yang tidak bekerja dan berpendidikan rendah. 42 Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai diabetes dan kurang terjangkaunya harga makanan sehat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, gandum dll, sehingga makanan siap saji menjadi pilihan akibat harga yang terjangkau dan dapat ditemukan dimanapun. Berdasarkan tabel 3b dapat dilihat beberapa karateristik penyakit DM tipe 2 seperti lama menderita, frekuensi makan makanan utama setiap hari dan frekuensi olahraga setiap hari. Mayoritas subjek telah terdiagnosa DM tipe 2 selama 1-5 tahun 27,5 dan minoritas subjek telah menderita selama 11-15 tahun 23,33. Frekuensi makan makanan utama setiap hari kebanyakan 3x1 hari 88,33 dan paling sedikit 2x1 hari 11,66. Kebanyakan penderita DM tipe 2 tidak pernah melakukan olahraga 36,66 dan frekuensi paling sedikit melakukan olahraga 1-4 x 1 minggu 28,33. Berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan obesitas, dimana obesitas merupakan faktor resiko utama penyebab DM tipe 2. 19

5.2 Hubungan Kadar HbA1C Baik Terhadap Penurunan Sensitivitas Indera Pengecapan

Tindakan pengendalian DM sangat diperlukan, khususnya dengan mengusahakan tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal, merupakan salah satu usaha pencegahan yang terbaik terhadap kemungkinan berkembangnya komplikasi dalam jangka panjang. Hasil pemeriksaan HbA1C merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat dibanding pemeriksaan yang lain untuk menilai status glikemik jangka panjang penderita DM. 4 Pada kelompok subjek dengan kadar HbA1C baik untuk rasa manis tabel 4 terdapat perbedaan signifikan antara subjek dengan konsentrasi 5,10, 20 dan 40 dengan p = 0,007. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat penurunan sensitivitas pengecapan responden terhadap rasa manis dan seluruh subjek 100 dapat mengecap pada konsentrasi 20 dan 40. Untuk rasa asam tabel 6 terdapat perbedaan signifikan antara subjek dengan konsentrasi 5, 9, 16,5 dan 30 dengan p = 0,003. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat penurunan sensitivitas pengecapan responden terhadap rasa asam dan seluruh subjek 100 dapat mengecap pada konsentrasi 9, 16,5 dan 30. Untuk rasa asin tabel 8 terdapat perbedaan signifikan antara subjek dengan konsentrasi 1,6, 4, 10 dan 25 dengan p = 0,003. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat penurunan sensitivitas pengecapan responden terhadap rasa asin dan seluruh subjek dapat mengecap pada konsentrasi 10 dan 25. Untuk rasa pahit tabel 10 terdapat perbedaan signifikan antara subjek dengan konsentrasi 0,04, 0,09, 0,24 dan 0,6 dengan p = 0,017. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat penurunan sensitivitas pengecapan responden terhadap rasa pahit dan seluruh subjek dapat mengecap pada konsentrasi 0,24 dan 0,6. Untuk rasa umami tabel 12 terdapat perbedaan signifikan antara subjek dengan konsentrasi 1,6, 4, 10 dan 25 dengan p = 0,017. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat penurunan sensitivitas pengecapan responden terhadap rasa umami dan seluruh subjek 100 dapat mengecap pada konsentrasi 10 dan 25. Ini berarti H ditolak, yang artinya pada kelompok HbA1C baik terjadi penurunan sensitivitas pengecapan rasa manis, asam, asin, pahit dan umami dimana ditemukan bahwa semakin rendah konsentrasi larutan maka semakin sedikit subjek yang dapat mengecap dan sebaliknya semakin tinggi konsentrasi larutan maka jumlah subjek yang dapat mengecap akan semakin banyak.

5.3 Hubungan Kadar HbA1C Sedang Terhadap Penurunan Sensitivitas Indera Pengecapan