Latar Belakang Masalah Effektivitas program pendidikan dan keterampilan dalam pemberdayaan anak pemulung bengkel kreativitas yayasan nanda dian nusantara Ciputat Tangerang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan interaksi dari seluruh faktor yang ada dalam masyarakat, baik faktor ekonomi maupun faktor manusia. Membangun suatu bangsa yang modern akan banyak bergantung pada pembangunan sumber daya manusia dan organisasi-organisasi yang mewadahi kegiatan-kegiatannya. 1 Indonesia, dinilai tengah berada dalam proses transisi, sehingga mempunyai kepentingan untuk menyimak lebih jauh tentang peranan sumber daya manusia. Dalam pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat diprioritaskan dari pada sekedar kuantitas, sehingga setiap usaha untuk membangun sumber daya manusia, pengembangan manusia akan selalu dikaitkan dengan mutu kualitas diri manusia Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik. 2 Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan 1 Jan Tinbergen, The Design of develovment, Baltimore: The John Hopkins University Press, 1958. 2 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 1991, h. 15. mereka. 3 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya. Dalam membicarakan tingkat kualitas manusia, bagi Oshima, ada dua hal yang harus dibedakan satu dengan lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini adalah tingkat keterampilan atau keahlian dan etika kerja atau budaya kerja. Yang pertama lebih berhubungan dengan pendidikan, training dan usaha kerja, sedangkan yang kedua lebih merupakan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. 4 Komponen yang kedualah yang paling penting ditekankan karena masalahnya lebih mendasar, sedangkan yang pertama dapat dibangun kemudian setelah ada landasannya. Dan faktor yang lebih banyak menerangkan pertumbuhan cepat dari ekonomi Jepang pasca Perang Dunia Kedua adalah faktor manusia manpower factor. Pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilan menekan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan dan keterampilan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan dan keterampilan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan 3 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, h. 53. 4 Didik j. Rachbini, Pembangunan Ekonomi Dan Sumber daya Manusia. PT Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta, 2001, h. 114. bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan dan keterampilan. Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. 5 Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. 6 Maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 7 Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara. 5 Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001, h.28. 6 Herry Darwanto adalah Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas-red. 7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. PT Refika Aditama, 2005, h. 59. Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal. 8 Dalam konteks stabilitas sosial di masyarakat, pilihan menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Banyaknya pengangguran dapat memicu permasalahan sosial, dan tindak kriminal. Pekerjaan memulung merupakan pekerjaan yang sangat kreatif. Karena, di tengah sengitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di lapangan kerja, para pemulung justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka sadar, dengan minimnya keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka memiliki, rasanya terlalu naif jika berharap bisa diterima bekerja di gedung-gedung perkantoran. Mereka justru beranggapan bahwa di sekitar mereka, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, namun disia-siakan oleh orang lain, dengan alasan karena orang lain itu malu bergelut dengan barang-barang bekas. Pekerjaan pemulung bagi masyarakat miskin dianggap memiliki konotasi negatif. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Kadang kita melihat kenyataan pahit di sekitar kita, bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mampu untuk 8 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama Press, 2004, h. 1-7. memenuhi kebutuhannya dengan kerja keras. Bagaimana mereka hanya mampu hidup di pekuburan, kerja banyak tapi penghasilan sedikit, kerja dari hasil memulung, dan pekerjaan-pekerjaan halal lain yang dilakukannya demi menutupi dahaga ditenggorokan. Secara bersamaan, pemulung memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem dimana mereka berada. Bisa dibayangkan betapa hancurnya suatu ekosistem bila sampah- sampah yang tidak bisa diurai atau yang susah dihancurkan oleh bakteri atau yang biasa disebut dengan sampah anorganik tidak dipungut para pemulung. Jadi, peran para pemulung ini dalam menjaga lingkungan sebenarnya sangatlah besar. Mereka mengumpulkan barang-barang yang menghasilkan uang. Pemulung sebagai ujung tombak dari kegiatan mengumpulkan barang-barang bekas ini, mestinya mendapat porsi perhatian besar dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan sehingga antara pemulung, penampung pengepul, agen dan pabrik pengolah, merupakan satu mata rantai yang adil dan proporsional. 9 Pada akhirnya, masyarakat bawah yang menggantungkan hidup dari mengais barang-barang bekas merasakan kesulitan. Sebab, harga barang bekas, misalnya plastik, kertas, seng, besi, kardus, kini sedang mengalami penurunan harga . Dalam kondisi seperti ini pemerintah agaknya tidak bisa berbuat banyak. Kalau pun tak bisa menstabilkan harga atau memberi suntikan dana segar, setidaknya pemerintah bisa membantu memberikan peluang usaha yang lebih menjanjikan bagi masyarakat bawah pemulung. 10 9 Nagian Imawan, Gusur Kemiskinan, Jangan Gusur Orang Miskin,” artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http:arsip.pontianakpost.comberitaindex.asp?Berita=Pilkadaid=157004. html 10 ”Harga Rongsok Turun Drastis; Pemulung Bingung, Sulit Dapat Untung,” Harian Berdasarkan masalah di atas penulis bermaksud akan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang ” Di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini adalah sebuah lembaga pemberdayaan pendidikan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak pemulung di Ciputat, sehingga mereka dapat berkembang menjadi masyarakat yang mandiri dalam bidang pendidikan, keterampilan, kepribadian dan kemasyarakatan, sesuai dengan impian mereka sendiri. Dan dikemudian hari, mereka bisa merubah nasibnya menjadi orang-orang yang lebih beruntung dari nasib yang sekarang pemulung.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah