Dibebankan dalam tahun berjalan Dibebankan pada laba yang ditahan

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IVPersero Medan, 2010. Pemberian bonus dan jasa produksi dapat dilaksanakan dengan dua metode, yaitu:

a. Dibebankan dalam tahun berjalan

Bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya deductible dan bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak taxable.

b. Dibebankan pada laba yang ditahan

Biaya yang dikeluarkan perusahaan bukan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, sehingga biaya tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak non deductible expenses. Pemberian bonus harus dilakukan dengan cara yang tepat, sehingga baik yang menerima ataupun yang memberikan bonus sama-sama dapat merasakan manfaatnya. Untuk itu perlu diperhatikan cara-cara berikut ini dalam pemberian bonus: a. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba kotor. b. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi bonus dan sebelum dipotong pajak. c. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi pemotongan pajak. d. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi bonus dan pemotongan pajak. Diasumsikan pemberian bonus sebesar 15 dari keuntungan. Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IVPersero Medan, 2010. Mekanismenya: a. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba kotor, maka besarnya bonus adalah: Bonus = 0,15 x Rp 803.919.194.791 = Rp 120.587.879.219 b. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi bonus dan sebelum dipotong pajak, maka untuk mendapatkan besarnya bonus dapat digunakan cara matematis sebagai berikut: Misalnya, untuk bonus disingkat B, dan untuk pajak disingkat P. B = 0,15 x Rp 803.919.194.791 – B B = Rp 120.587.879.219 – 0,15 B 1,15 B = Rp 120.587.879.219 B = Rp 104.859.025.408 c. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi pemotongan pajak, besarnya bonus adalah: B = 0,15 Rp 803.919.194.791 – P Untuk mendapatkan besarnya pajak, dalam hal ini ditetapkan atas dasar 10 dari besarnya keuntungan setelah dikurangi bonus, yang perhitungannya: P = 0,10 Rp 803.919.194.791 – B = Rp 80.391.919.479 – 0,10 B Sehingga, B = 0,15 Rp 803.919.194.791 - Rp 80.391.919.479 – 0,10 B = Rp 120.587.879.219 – Rp 12.058.787.922 - 0,015 B = Rp 108.529.091.297 - 0,015 B 0,985 B = Rp 108.529.091.297 B = Rp 110.181.818.575,77 Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IVPersero Medan, 2010. d. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi bonus dan pajak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: B = 0,15 Rp 803.919.194.791 – B – P P = 0,10 Rp 803.919.194.791 – B = Rp 80.391.919.479 - 0,10 B Sehingga, B = 0,15 Rp 803.919.194.791 – B – Rp 80.391.919.479 - 0,10 B = Rp 120.587.879.219 – 0,15 B – Rp 12.058.787.922 – 0,015 B 1,135 B = Rp 108.529.091.297 B = Rp 95.620.344.755 Konsekuensi Pajak yang Timbul Jika pemberian bonus dilakukan atas dasar laba kotor, konsekuensi pajaknya akan mengakibatkan sisa laba sebagai berikut: Pendapatan Rp 1.588.818.196.304 Bonus untuk Karyawan Rp 120.587.879.219 Penghasilan Neto Rp 1.468.230.317.085 Pajak Penghasilan: 10 x Rp 50.000.000 Rp 5.000.000 15 x Rp 50.000.000 Rp 7.500.000 30 x Rp 1.468.130.317.085 Dengan memberikan bonus dengan cara ini akan diperoleh bonus dengan jumlah terbesar. Maka laba perusahaan akan berada dalam posisi paling minimal sehingga perusahaan juga membayar pajak yang paling minimal. Dengan catatan perusahaan harus membebankan bonus tersebut dalam laba tahun berjalan agar pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya deductible dan bagi Rp 440.439.095.126 PPh terutang Rp 440.451.595.126 Maka sisa laba perusahaan adalah: Rp 1.588.818.196.304 - Rp 440.451.595.126 = Rp 1.148.366.601.179 Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IVPersero Medan, 2010. karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak taxable. Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IVPersero Medan, 2010. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. PT Perkebunan Nusantara IV Persero Medan telah berupaya menerapkan tax planning atas biaya kesejahteraan karyawan tetapi upaya tersebut belum maksimal karena masih terdapat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan merupakan kategori biaya yang tidak bisa dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan non deductible sehingga perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya. 2. PT Perkebunan Nusantara IV Persero Medan menanggung PPh Pasal 21 karyawan sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan tersebut tidak dapat dikurangkan non deductible dari penghasilan bruto perusahaan yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya. 3. PT Perkebunan Nusantara IV Persero Medan mendirikan klinik sendiri atau bekerja sama dengan pihak rumah sakit tertentu dimana biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk fasilitas penyediaan dokter dan pemberian obat-obatan untuk karyawan tidak dapat dikurangkan non deductible dari penghasilan bruto perusahaan yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya. 4. PT Perkebunan Nusantara IV Persero Medan menanggung sebagian premi asuransi untuk karyawan dimana biaya yang dikeluarkan tersebut dapat