Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian minat membaca, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan fungsi tertinggi otak manusia. Dari semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca Doman, 1998. Membaca berperan penting dalam kehidupan individu. Tarigan 2008 menyatakan bahwa bacaan dapat memperkenalkan dan mengakrabkan kita pada hal-hal baru. Bacaan lebih dapat memancing dan melatih kemampuan abstraksi seseorang dibandingkan bentuk media interaksi lainnya, seperti menonton televisi, berbincang-bincang, dan lain sebagainya. Membaca juga memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual Harris Sippay,1975. Leonhard1995mengatakan bahwa apabila seorang anak gemar membaca, maka akan mampu mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri mereka, mereka tidak hanya mendengarkan informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam. Semakin pentingnya peranan membaca hingga Havighurst dalam Hurlock, 2005 memasukkan kemampuan membaca ke dalam salah satu tugas perkembangan anak di usia sekolah. Artinya untuk dapat memenuhi kebutuhan anak di masa mendatang, sangat penting baginya untuk memiliki kemampuan membaca. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar,sosial, dan emosionalnya. Jika melihat manfaat dan dampak positif kegiatan membaca diatas maka minat membaca jelas perlu untuk ditumbuhkan. Lalu, bila melihat hal tersebut dalam konteks yang lebih kecil, yaitu pelajar, sebenarnya bagaimana gambaran minat baca pada siswasiswi? Ismail dalam Purnawan, 2001 menempatkan persoalan minat baca pada tingkat pertama dari empat belas persoalan yang dihadapi dunia sastra Indonesia dalam tiga sampai empat dekade terakhir ini. Hardjoprakoso dalam Purnawan, 2001 mengatakan bahwa dewasa ini minat baca generasi mudabaru tidak lebih baik daripada generasi sebelumnya bahkan cenderung menurun. Padahal generasi muda sebagai generasi penerus diharapkan oleh masyarakat agar menjadi semakin baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Orang yang disebut generasi muda pada sekarang ini adalah para anak dan remaja serta orang dewasa yang memiliki potensi yang masih dapat dikembangkan hingga batas maksimal. Biro Pusat Statistik dalam Fitria, 2006 mengadakan pendataan terhadap aksesbilitas anak usia 10 tahun ke atas terhadap berbagai media Indonesia.Pada tahun 2000, presentase anak yang membaca surat kabar dan majalah hanya berjumlah 17,47. Disisi lain, persentase anak yang menonton televisi dan yang mendengarkan Radio masing- masing 87,97 dan 43,72. Rendahnya tingkat aktivitas anak dengan bahan bacaan ini mengindikasikan rendahnya minat membaca anak Indonesia. Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar adalah keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca. Mampu membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi. Tanpa memiliki kemampuan dan minat membaca yang memadai sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan dan minat membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia akan makan, pakaian, dan lain sebagainya. Berdasarkan riset lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study, yang melibatkan siswa sekolah dasar SD, menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Indonesia hanya lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan PIRLS 2011. Di Indonesia, tiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Melalui peringatan itu diharapkan masyarakat menjadi gemar membaca, sebab membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran. Pada anak SMP minat membaca penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Remaja seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berfikir abstrak, logis, rasional, serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan yang mereka terima harus dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal. Masa SMP juga merupakan masa peralihan dari anak-anak, mereka sudah meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya. Konformitas pada remaja mempengaruhi perkembangannya, karena masa remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman- teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Remaja yang masih duduk dibangku sekolah lanjutan bisa dikatakan mereka berstatus sebagai seorang pelajar dimana mereka diharuskan untuk belajar entah itu belajar formal disekolah ataupun non formal dan informal seperti mengikuti kursus-kursus ataupun belajar dari pengalaman disekitar mereka. Disekolah sebagai seorang siswa mereka dipersiapkan untuk menempuh jenjang pendidikan berikutnya yang semakin tinggi. Pada masa sekolah, siswa seharusnya dibiasakan untuk membaca karena mereka dihadapkan pada pelajaran yang semakin sulit. Selain buku pelajaran mereka juga dianjurkan untuk membaca buku pengetahuan lainnya untuk meningkatkan intelektualitas. Bacaan saat ini juga sudah sangat beragam, dari buku komik, novel, buku ilmiah, majalah, media massa sampai buku berbahasa asing yang mulai banyak digemari terutama dikalangan akademis. Buku-buku tersebut juga ada batasan umurnya, sehingga kita dapat memilih bacaan mana yang pantas dan cocok untuk anak sekolah. Remaja juga tengah berada pada fase krisis identitas atau ketidaktentuan, mereka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan untuk diidentifikasi. Perwujudan norma-norma yang mantap itu tentunya menuntut orangtua sebagai pelopor norma. Dengan demikian, faktor keteladanan dari sosok pribadi orangtua menjadi amat penting bagi variasi perkembangan sosial remaja pada keluarga yang bersangkutan. Menurut Kasler dalam Ali Asroro 2009, remaja sangat memerlukan keteladanan dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Pentingnya faktor keteladanan dikuatkan oleh Fauzia Aswin dan Soetjipto 1991 bahwa orangtua harus dapat menjadi panutan dan jangan menerapkan orientasi parent-oriented orangtua serba benar, memiliki privilege, dan menekankan otoritas. Berangkat dari sinilah maka diperlukan dukungan orang tua dalam hal minat membaca agar dapat terarahkan dengan baik. Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar dari anak.Sebaliknya, keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk senang belajar Sukmadinata,2003 Taylor 1995 mengungkapkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh seorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. No 21 tahun 1994 mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga salah satunya mempunyai fungsi sosialisasi dan pendidikan yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan dimasa yang akan datang. Dalam hal ini dukungan orangtua menjadi sangat penting dalam proses belajar membaca anak. Orangtua memandang kemampuan membaca sebagai suatu hal yang sangat penting dan tentu saja memang penting, karena membaca merupakan pintu kearah pembelajaran di semua bidang ilmu Guthrie,2003. Orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca apa saja koran, majalah, tabloid, buku, dsb menyediakan bahan-bahan bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku sesering mungkin dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan. Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya, keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk senang belajar Sukmadinata,2003 Taylor 1995 mengungkapkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh seorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Wiener dalam Sutardi, 1997, mencatat pendapat yang dikemukakan oleh Ravitch dalam Comission on Reading of the National Academy of Education tahun 1985 yang mengutarakan bahwa orangtua seharusnya mendukung program sekolah dengan membantu anaknya belajar di rumah. Belajar dengan orangtua ini dapat membantu anaknya dalam meningkatkan minat membaca dan juga prestasi belajar membaca disekolah. Orangtua dapat melakukannya dengan cara mengajak anaknya berbicara, mendiskusikan pengalaman yang mereka alami sehari-hari, agar anak memahami pentingnya kata-kata dalam mengutarakan maksud dan membangun latar belakang pengetahuan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria 2006 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kombinasi jenis kelamin dan sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan minat membaca anak. Namun, faktor jenis kelamin sendiri tidak memiliki hubungan dengan minat membaca. Hampir tiap tahun orang tua diingatkan untuk menanamkan dan menumbuhkan minat membaca anak melalui media massa, namun keluhan bahwa minat membaca anak tetap rendah masih selalu terdengar. Nampaknya belum ditemukan cara yang efektif untuk melibatkan orang tua dalam menolong meningkatkan minat membaca. Belum banyak diteliti mengenai faktor-faktor yang menentukan bagaimana cara melibatkan orang tua untuk meningkatkan minat membaca anak.Pemahaman terhadap faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan minat membaca anak di keluarga masing-masing. Selain dari sisi dukungan orang tua, terdapat juga sisi lain yang berpengaruh terhadap minat membaca seperti dikatakan Bandura dalam PIRLS,2006, sebuah studi yang melakukan komparasi hampir di 50 negara, menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap membaca, rata-rata memiliki prestasi membaca yang bagus pula. Artinya ada hubungan yang positif antara sikap terhadap membaca dengan prestasi membaca. Progres of International Reading Literacy Study atau PIRLS 2006 melaporkan bahwa siswa yang memiliki sikap positif, kemungkinan besar menjaga konsistensi mereka dalam berusaha serta memiliki keinginan untuk terlibat dalam mengerjakan tugas, sehingga mempengaruhi prestasi membaca. Ditambah lagi bahwa sikap terhadap membaca dan sikap terhadap konsep membaca sehat merupakan tujuan dari kurikulum membaca di setiap negara. Siswa yang senang membaca dan yang mempersepsikan diri mereka sebagai pembaca yang baik, menambah frekuensi membaca mereka. Selanjutnya, akan memperluas wawasan mereka serta memperbaiki pemahaman membaca mereka. Umar 2009 menemukan bahwa sikap terhadap membaca tidak secara langsung berpengaruh terhadap prestasi membaca. Adapun sikap terhadap membaca adalah sebagai moderator variabel yang bisa meningkatkan Self- efficacy, kemudian meningkatkan prestasi membaca. Artinya sikap terhadap membaca merupakan moderator variabel dari prestasi membaca. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wahid 2010, menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap membaca terhadap pemahaman membaca.Sikap tidak selalu berpengaruh terhadap minat namun demikian, minat melibatkan sikap yang dimiliki individu Harris Sippay, 1975. Berdasarkan permasalahan yang disebutkan maka peneliti tertarik untuk meneliti dukungan orang tua dan sikap terhadap membaca kaitannya dengan minat membaca pada siswa-siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta. 1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah