64
bisa mengoperasikan konsep secara aljabar hingga menemukan jawabannya, mereka hanya bisa sebatas menginput angka-angkanya saja.
Siswa berkemampuan rendah belum ada yang mencapai tuntas. Berdasarkan isian jawaban mereka baru benar pada soal dengan tingkat
kesukaran mudah. Pada soal yang lain mereka berusaha untuk menjawabnya. Isian jawaban menunjukkan bahwa mereka dapat menyebutkan konsep dengan benar
namun kendala mereka adalah belum tepat dalam menginput angka-angka ke dalam konsep tersebut dan operasi aljabar yang masih keliru.
Pada tes formatif akhir siklus II siswa berkemampuan akademik tinggi semuanya tuntas. Mereka dapat mengerjakan soal-soal dengan baik dan sistematis.
Siswa berkemampuan sedang tuntas dalam tes formatif siklus II, sebagian besar dapat mengerjakan soal dengan baik pada soal-soal dengan tingkat kesukaran
mudah dan sedang. Siswa yang lainnya belum mencapai nilai ketuntasan, namun pada sisi lain terjadi peningkatan jumlah soal yang dijawab dengan benar dari
pada siklus I, akibatnya nilai yang diperoleh tidak terlalu rendah. Skor pemahaman konsep matematika didominasi pada dimensi pemahaman translation.
Hal ini terlihat dari persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation memperoleh persentase yang paling besar yaitu 88,43 sedangkan dimensi
interpretation dan dimensi extrapolation memperoleh persentase berturut-turut sebesar 82,01, dan 55,62.
Hasil yang diperoleh bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada siklus II. Hal ini berdasarkan nilai persentase rata-rata
pemahaman konsep matematika akhir siklus II mencapai 75,35 sedangkan pemahaman konsep matematika pada akhir siklus I hanya mencapai 65,48
artinya pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,87. Selain itu, pada akhir siklus II
menunjukkan 78,1 siswa tuntas dalam belajar matematika, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menguasai materi bangun ruang sisi datar di akhir
siklus II. Data persentase rata-rata pemahaman konsep matematika akhir siklus I dan II peneliti sajikan dalam tabel 7 sebagai berikut:
65
Tabel. 7 Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II
Indikator Pemahaman Konsep
Siklus I Siklus II
Peningkatan
Translasi 83,75
88,43 4,68
Interpretasi 71,18
82,01 10,83
Ekstrapolasi 41,52
55,62 14,1
Rata-rata 65,48
75,35 9,87
2. Analisis Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Data aktivitas belajar matematika siswa dari catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I lebih memfokuskan pada keaktifan siswa
dalam berdiskusi yang belum maksimal. Karena jika aktivitas diskusi dapat berjalan dengan baik, maka aktivitas lainnya pun akan terpengaruhi dengan baik
pula. Faktor-faktor yang diuraikan oleh guru kolaborator mengenai ketidakaktifan siswa dalam berdiskusi diantaranya adalah penempatan kelompok belum
maksimal. Selain itu, siswa kelihatan lelah dan kurang berkonsentasi karena pembelajaran terletak pada jam ke-5 dan ke-6, dan siswa cenderung mengerjakan
soal secara sendiri-sendiri tanpa mendiskusikannya. Secara umum pada siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah kelihatan, tetapi belum maksimal dan
perlu diperbaiki lagi dalam siklus selanjutnya. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran lebih baik dari pada
siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik,
pembelajaran sangat fokus, sebagian besar siswa aktif dalam memperhatikan penjelasan dan mencatat materi pembelajaran, kegiatan diskusi sudah
menunjukkan perbaikan dari pada siklus I, namun pada pertemuan tertentu masih saja terdapat kegiatan diskusi kurang maksimal dikarenakan waktu pembelajaran
yang kurang terkelola dengan baik.
66
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pada siklus I pada saat peneliti berkeliling melakukan observasi ke setiap kelompok
yang sedang melakukan diskusi kelompok, ada beberapa kelompok yang menanyakan pemahaman materi kepada peneliti, dan ada juga yang bertanya
kepada tutor siswa kelompok lain. Oleh karena itu pada siklus II kerja kelompok baru dilakukan apabila siswa sudah dianggap siap melakukan diskusi kelompok.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media mampu membuat siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar. Di samping itu,
pembelajaran yang dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung membuat siswa senang dan lebih akrab dengan guru. Hal ini peneliti perhatikan
bahwa setelah pertemuan ini siswa menjadi lebih berani bertanya, mengungkapkan pendapatnya, bahkan mau berusaha menjawab petanyaan
temannya. Setelah peneliti memberikan motivasi, siswa terlihat bersemangat
mengikuti pelajaran, apalagi ketika siswa tetap mendapatkan pujian walaupun hasil pekerjaannya kurang bagus, hal ini diketahui peneliti ketika siswa tidak mau
penelitian ini berakhir dengan alasan bahwa peneliti tidak pernah marah ketika siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, malah tetap memberikan
pujian sehingga siswa merasa malu apabila tidak dapat mengerjakan tugas. Oleh karena itu apabila penelitian ini dilanjutkan tindakan seperti ini perlu
dipertahankan, agar siswa merasa dihargai sehingga siswa terus memiliki keinginan bahkan merasa senang untuk belajar matematika.
3. Analisis Data Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian bahwa pada siklus I dalam aktivitas mendengarkan siswa cenderung mendengarkan penjelasan
yang disampaikan guruteman dan sering meresponnya. Antusias mereka dalam pembelajaran sangat antusias dan sering bersemangat dalam pembelajaran. Siswa
kadang-kadang merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus mereka kuasai karena sulit, sedangkan LKS membuat siswa tertantang dalam
pembelajaran walaupun tidak jarang mereka belum berhasil menyelesaikannya.