TEMUAN HASIL PENELITIAN Strategi komunikasi badan narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba

lingkungan sekolah, bagian komunitas, bekerja langsung dengan sasarannya. Seperti ibu-ibu PKK dan organisasi pemuda. BNP juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk mensponsori acara-acara besar seperti, peringatan hari anti narkoba internasional. kerjasama ini biasanya berupa barang, seperti buku, modul, leaflet, poster. Desain ditentukan oleh BNP, dan barang-barang tersebut digunakan untuk membantu program sosialisasi. Table 2 Program Kerja Bidang Prevensi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta 2010 WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM KERJA Triwulan pertama Januari, Februari dan Maret 1. Rakor 2. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SlTP 3. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina SATGAS Sekolah 4. Community Base Unit Tempat Ibadah 5. Life Skill Penyuluh Di Organisasi Sosial 6. Parenting Skill Triwulan Kedua April, Mei dan Juni 1. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 2. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina Satgas Sekolah 3. Life Skill Media Komunikasi, Informasi Dan Edukasi Perguruan Tinggi 4. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD 5. Life Skill Bagi Pemuda 6. Parenting Skill 7. Life Skill Kader Penyuluh Bagi Lingkungan Kerja Triwulan Ketiga Juli, Agustus dan September 1. Rakor 2. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 3. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina Satgas Sekolah 4. Life Skill Media Komunikasi, Informasi Dan Edukasi Perguruan Tinggi 5. Community Base Unit Perguruan Tinggi 6. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD 7. Life Skill Bagi Pemuda 8. Parenting Skill 9. Life Skill Kader Penyuluh Bagi Lingkungan Kerja Triwulan keempat Oktober, November dan Desember 1. Life Skill Feer Educator Bagi Siswa SLTP 2. Life Skill Dasar Konseling Bagi Pembina Satgas Sekolah 3. Life Skill Pencegahan Bagi Guru TK Dan SD 4. Life Skill Konseling Bagi Pemuda 5. Monitoring dan Evaluasi

2. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Ada beberapa cara yang dilakukan BNP dalam sosialisai anti narkoba sebagai berikut.

a. Penyuluhan

Bidang prevensi yang berada di bawah naungan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, merupakan bidang yang fokus menangani masalah pencegahan dan penyalahgunaan narkoba. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan bidang prevensi dalam mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba adalah dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat. -Penyuluhan dan Pelatihan Bagi Kader di Lingkungan Kelurahan Cibubur Penyuluhan bagi masyarakat di lingkungan Cibubur dilaksanakan tanggal 15 April 2010. Penyuluhan dilakukan di kantor kelurahan Cibubur. Penyuluhan ini dihadiri 50 peserta. Peserta merupakan kader-kader pos penanggulangan narkotika kelurahan P2NK. Tema pada penyuluhan ini adalah dampak penyalahgunaan narkoba, dasar informasi HIVAIDS. Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan HIV Human Immunodeficiency Virus menyerang daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh. Hal ini berarti bahwa bila seseorang terinfeksi virus HIV, maka tubuhnya tidak mampu melawan virus-virus lain yang datang. Pad akhirnya kondisi ini bisa sangat serius sehingga tubuh mudah terinfeksi bahkan terkena kanker. Perkembangan ini disebut AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penularan HIV dapat terjadi melalui darah, cairan vagina dan air susu ibu. Untuk dapat kotak dengan cairan-cairan tersebut dapat terjadi dengan melakukan hubungan seksual anal dan vaginal yang tidak aman dengan penderita HIV. Juga dapat terkena dengan bertukar menggunakan jarum atau alat suntik, seperti pangguna narkoba dan transfuse darah yang terkontaminasi HIV. Tanda dan gejala penderita HIVAIDS akan tergantung dengan tahap penyakitanya. Bila seseorang terkena HIV pertama kalinya kemungkinan akan timbul gajala-gejala flu, demam, pembengkakan kelenjar dan kulit kemerahan. Seseorang bahkan tidak merasakan apapun saat terinfeksi. Perkembangan penyakit selanjutnya akan ditandai dengan rasa kelelahan yang amat sangat pembengkakan kelenjar leher dan ketiak, keringat di malam hari, penurunan berat badan secara cepat dan diare berkepanjangan. Dalam kondisi ini gejala AIDS berkembang. -Penyuluhan Bagi Mahasiswai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES Penyuluhan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES dilaksanakan tanggal 17 Mei 2010. Penyuluhan dilakukan di sekolah tinggi tersebut. Penyuluhan ini dihadiri 200 peserta. Peserta merupakan representatif dari berbagai jurusan yang ada di sekolah tinggi ilmu kesehatan. Tema pada penyuluhan ini adalah, life skill media komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan penyalahgunaan narkoba. Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan pentingnya komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif bagi pencapaian perilaku masyarakat dalam upaya pencagahan dan penyebaran virus HIVAIDS. Pengelolaan K.I.E yang direncanakan dengan baik , sangatlah penting dalam mendukung pelayanan bagi masyarakat dan lingkungan perguruan tinggi. K.I.E diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Juga untuk memotivasi masyarakat dan membantu mereka untuk mampu meneruskan informasi dan memotivasi orang lain. Dalam menyusun media komunikasi, informasi dan edukasi ada prinsip- prinsip yang harus diperhatikan, karena akan menentukan efektif atau tidaknya K.I.E, yaitu: 1. Prinsip integrated: dalam menyusun K.I.E narkoba, penyusun harus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam hal ini melibatkan kelompok sasaran atau kelompok dimana K.I.E akan dikembangkan. 2. Prinsip mencerminkan nilai yang berlaku di masyarakat. K.I.E haruslah sesuai dengan kelompok sasaran. Kelompok sasaran di Jakarta misalnya tidak akan sesuai dengan kelompok sasaran di Bali. Pada akhirnya pesan tidak akan efektif. 3. Prinsip menghormati martabat, harkat dan susila. Dalam menyusun K.I.E jangan menampilkan seserang yang sedang kecanduan, kurus, jelek dan menyertakan kata-kata “hanya orang-orang yang tidak beriman dan sampah masyarakat yang menggunakan narkoba. Atau “orang penderita AIDS sepentasnya dikucilkan”. 4. Prinsip sesuai dengan tingkat ekonomi, sosial, edukasi dan geografi. Masyarakat bervariasi menurut tingkat ekonomi, sosial, edukasi dan geografi. Masyarakat petani di pedesaan yang hanya tamat SD akan sangat berbeda dengan masyarakat kota Jakarta yang berpendidikan tinggi. Masing-masing kelompok memiliki gaya hidup dan kebutuhan yang berbeda. 5. Prinsip menarik dan tidak menakut-nakuti. Dalam membuat K.I.E sebaiknya jangan menakut-nakuti karena hanya akan membuat penasaran untuk mencoba. Kemungkinan besar juga kelompok sasaran akan menolak untuk membaca dan meilihatnya sehingga pesan yang disampaikan menjadi terhambat. -Penyuluhan Dan Pelatihan Bagi MahasiswaI Universitas Islam Assifii’ah UIA Penyuluhan bagi mahasiswa Universitas Islam Assyafii’ah UIA dilaksanakan tanggal 27 Mei 2010. Penyuluhan bertempat di Universitas Islam Assafii’ah, Jati Bening. Penyuluhan ini dihadiri 100 peserta. Peserta merupakan representatif dari berbagai jurusan yang ada di Universitas Islam Assifi’ah. Tema pada penyuluhan ini adalah, make better solution, mengungkap perbedaan pria dan wanita agar sukses membina hubungan. Materi pada penyuluhan ini menjelaskan bagamana perbedaan yang terdapat antara pria dan wanita, tujuannya agar hubungan dapat terjalin dengan baik. Dalam mempresentasikannya pun lebih banyak menggunakan visualisasi gambar dari pada tulisan. Ini merupakan salah satu tekhnik agar peserta tidak jenuh. Dibawah ini terdapat tabel yang menjelaskan perbedaan antara pria dan wanita. Tabel 3 Materi Make Better Solution Perbedaan Antara Pria dan Wanita Pria Wanita 1. Berterus terang 2. Bicara apa adanya 3. Kurang menyukai kontak mata 4. Memiliki keterampilan ruang yang bagus 5. Berbelanja = terror pria 6. Bila tertekan tidak mau bicara 7. Bila mendengar curhat selalu menawarka solusi 8. Suka mengganti saluran televisi 1. Tidak berterus terang 2. Berbicara dengan perasaan 3. Berbicara dengan kontak mata 4. Memiliki kemempuan ruang yang terbatas 5. Mendapat kesulitan membaca peta atau petunjuk jalan 6. Berbelanja=kegembiraan wanita 7. Bila curhat hanya ingin disimak 8. Menonton dengan tekun Gambar 1 Gambar yang digunakan dalam presentasi make better solution cara pria dan wanita menyimak Gambar 2 Gambar yang digunakan dalam presentasi make better solution otak pria dan wanita ALLAN + BARBARA PEASE ALLAN + BARBARA PEASE -Penyuluhan Dan Pelatihan Bagi Guru BP se-DKI Jakarta Pada bulan Juni, bidang prevensi BNP DKI Jakarta melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi para guru BP bimbingan dan penyuluhan se-DKI Jakarta di POLDA Metro Jaya. Kegiatan ini merupakan salah satu program rutin yang dilakukan secara kontinu selama bulan Juni. Pelatihan dilaksanakan pada setiap hari sabtu, tanggal 5, 12, 19, dan 26. Hal ini bertujuan agar para guru mampu mendeteksi siswa yang menggunakan narkoba dan bisa mengambil langkah yang baik dalam menangani penggunaan narkoba di kalangan siswa sehingga tidak mengganggu program belajar mengajar di sekolah. Materi yang diberikan dalam penyuluhan dan pelatihan bagi para guru ini beragam, dan berganti setiap minggunya. Bahkan materi yang diberikan tidak hanya pada sebatas pengetahuan saja tetapi juga langkah-langkah yang harus diambil ketika menghadapi siswa atau anak yang menggunakan narkoba. Penyuluhan pertama bagi para guru BP se-DKI Jakarta dihadiri 50 peserta. Materi pertama yang diberikan pada penyuluhan dan pelatihan pertama tanggal lima Juni ini adalah, dampak penyalahgunaan narkoba pada stabilitas keluarga. 42 Pada Materi ini dijelaskan bahwa dampak penyalahgunaan narkoba pada stabilitas keluarga seperti: Mengganggu kebiasaan rutin dalam keluarga. Seperti tidak jadi berangkat ke pengajian karena harus menunggu anak yang menjadi penyalahguna narkoba 42 Data diperoleh dari modul pencegahan penyalahgunaan narkoba Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta pulang. Karena selalu mengurus dan mengkhawatirkan penyalahguna, usaha dan pekerjaan jadi terbengkalai. Selain mengganggu kebiasaan rutin, dampak yang timbul pada stabilitas keluarga, berubahnya waktu kebersamaan dalam keluarga seperti kebiasaan makan bersama, pergi bersama, dsb. Dalam hal ini keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk mengikutsertakan penyalahguna narkoba atau tidak. Juga mengubah pola interaksi keluarga, seperti pola komunikasi antar anggota keluarga menjadi berkurang, konflik mudah terjadi, tidak ada lagi kehangatan, keluarga menarik diri dari lingkungannya. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dan masalah keseluruhan anggota keluarga. Hal itu terjadi karena ada perasaan tidak berdaya, berfikir sempit, selalu fokus pada masalah penyalahgunaan narkoba yang dilakukan salah seorang atau beberapa anggota keluarga. Setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan salah seorang atau beberapa orang pengguna narkoba pada stabilitas keluarga maka materi kedua pada penyuluhan dan pelatihan pencegahan dan penyalahgunaan narkoba yang kedua tanggal 12 Juni adalah, pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pada penyuluhan dan pelatihan ini dihadiri oleh 80 peserta. Pada materi ini dijelaskan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, terjadi perubahan yang sangat pesat secara pisik, baik mental emosional maupun sosial. Akan tetapi perubahan pisik yang cepat tidak diikuti dengan kecepatan ekosional dan sosialnya. Perilakunya sangat labil atau mudah berubah-ubah. Kadang-kadang ia tampak bertanggung jawab, kadang-kadang tampak masa bodoh. Maka langkah yang harus dilakukan adalah mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Ada tiga poin yang harus dilakukan. 1. Jangan bertindak kasar atau memaksakan pemikiran dan kehendak. Hindari sikap reaktif menyikapi anak yang bermasalah dengan rasa percaya dirinya. Semakin tertekan, anak semakin tak mampu mengembangkan percaya dirinya. 2. Lakukan pendekatan kasih sayang pada anak. Kita harus membangun interaksi dan komunikasi yang didasarkan pada kasih sayang terhadap anak. Pendekatan yang didasarkan kasih sayang dapat menciptakan hubungn harmonis antara orang tua dan anak. 3. Sentuhlah titik peka anak. Selain itu dijelaskan juga sikap yang harus diambil orang tuaguru ketika mengetahui anaknyasiswanya menggunakan narkoba. 1. Bersikapalah tenang, kendalikan emosi, marah, tersinggung dan merasa bersalah tidak ada gunanya. 2. Jangan tunda masalah. Hadapi kenyataan, adakan dialog. Kemukakan apa yang anda ketahui tanpa sikap menuduh. Jangan lakukan saat ia masih dalam pengaruh narkoba. 3. Dengarkan anak. Dialog dengan anak adalah kunci pemecahan masalah. Beri dorongan nonverbal kepadanya. Jangan memberi nasihat atau ceramah, jangan menghina, mencaci-maki, menghajar atau melakukan tindakan kekerasan. 4. Jika ia mau mengakuinya, hargai kejujurannya. 5. Tingkatkan hubungan dalam keluarga 6. Bangunlah kehidupan berdisiplin, hiduplah secara tertib dan teratur jauhkan anak dari lingkungan rawan narkoba. Memasuki minggu ketiga penyuluhan dan pelatihan bagi para guru BP se- DKI Jakarta yang bertempat di POLDA di hadiri oleh 100 peserta. Materi yang diberikan adalah, pengetahuan dasar mengenai terapi dan rehabilitasi, upaya pemulihan adiksi. Materi ini menjalaskan upaya yang dapat membantu pemulihan adiksi, yaitu: Detoksifikasi, terapi awal dari penyalahgunaan narkoba yang bertujuan menghilangkan pengaruh intoksifikasi narkoba yang berada dalam tubuh si penyalahguna. Dengan berhentinya masukan narkoba tubuh mengalami putus zatsakaw. Detoksifikasi tidak menyelesaikan masalah ketergantungan, hanya langkah awal bagi pengguna narkoba untuk menjalani pemulihan berikutnya. Tahap kedua yang harus dijalani penyalahguna dalam rehabilitasi adalah, perawatan residensial. Pada program ini penyalahguna tinggal di tempat rehabilitasi. Program ini dilakukan dengan merehabilitasi pisik terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi sosial. Program ini dapat berjangka pendek 3-6 bulan, jangka penjang 9-12 bulan bahkan ada yang masuk program bina lanjut 16-18 bulan. Yang terakhir dalam terapi dan rehabilitasi adalah, perawatan non residensial. Pada program ini, penyalahguna tidak tinggal di suatu panti rehabilitasi, melainkan cukup menjalankan program secara intensif konseling, terapi kelompok, dll. Dalam program ini penyalahguna masih dapat berinteraksi dengan masyarakat. Minggu keempat merupakan pelatihan dan penyuluhan terakhir bagi para guru BP se-DKI Jakarta. Pada penyuluhan ini terakhir ini dihadiri oleh 80 peserta, materi yang diberikan bidang prevensi adalah, peran keluarga dalam proses pemulihan anak penyalahguna narkoba. Keluarga dapat berperan pada setiap tahap dalam pemulihan, antara lain: Tahap detoksifikasi, pada tahap ini penyalahguna merasa sangat tidak nyaman, sehingga kaluarga perlu memahami bahwa nasihat, saran dan sikap menyalahkan tidak ada manfaatnya bagi penyalahguna. Peran keluarga memberikan dukungan kepada penyalahguna bahwa hal ini dapat dilewati. Tahap pemulihan awal early recovery, tahap ini dimana proses pemulihan penyalahguna baru dimulai, umumnya berangsung 18 bulan bersih dari narkoba. Keluarga harus berperan untuk mendorong penyalahguna menjalankan pola hidup yang bersih dan waras. Keluarga juga diharapkan memberi kesempatan pada penyalahguna untuk membangun pemulihan mereka sendiri. Tahap pemulihan menengah middle recovery, penyalahguna berada dalam proses pengintegrasian nilai-nilai yang telah didapat dari proses pemulihan ke dalam kehidupannya dan sekaligus membangun hubungan sosial yang lebih luas di masyarakat. Yang harus dilakukan, keluarga perlu mengenal cara berkomunikasi yang baik, cara mengungkapkan perasaan dan cara mewujudkan kegiatan gembira bersama seperti rekreasi, berkebun dll. Tahap pemulihan lanjut late recovery, pada tahap ini, fokus pemulihan untuk memperluas kehidupan yang telah di dapat dalam tahap-tahap sebelumnya. Inilah tahap dimana penyalahguna untuk membangun kehidupan sehat dan membuat kehidupan normal selamanya. Yang harus dilakukan keluarga, memberi dukungan kepada penyalahguna untuk hadir kegiatan kelompok bantu diri, seperti Narcotic Anonymous NA. Kehadiran penyalahguna dalam kegiatan ini untuk memperkuat ketahanan diri agar tidak relapase. -Penyuluhan Bagi Organisasi Pemuda Penyuluhan bagi organisasi pemuda dilaksanakan tanggal 6 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian. Penyuluhan ini dihadiri 125 peserta yang berasal dari berbagai organisasi pemuda, diantaranya: Sentral Komunikasi SENKOM, KNPI, Karang Taruna, Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama IPNU dan Purna Caraka Muda Indonesia IPMI. Materi pada penyuluhan kali ini adalah, materi dasar penyalahgunaan narkoba. Materi ini menjelaskan beberapa alasan mengapa narkoba perlu dihindari bagi siapapun, selain dapat merugikan diri sendiri narkoba juga merugikan orang lain. Narkoba dapat merubah kepribadian seseorang secara drastis, si penyalahguna menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap apa dan siapapun. Narkoba juga menyebabkan semangat belajar menjadi menurun, tidak ragu melakukan hubungan seks bebas karena pandangannya terhadap norma- norma masyarakat, hukum dan agama sudah dilanggar. Katika putus zatsakaw penyalahguna tak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri karena putus zat. Dalam lingkungan keluarga si penyalahguna tidak akan segan mencuri uang atau menjual barang-barang di rumah yang dapat dijadikan uang. Si pemyalahguna mulai berani melawan orang tua, mencemarkan nama baik keluarga dan keharmonisan keluarga akan berkurang. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat, si penyalahguna dapat berbuat tidak senonoh dengan orang lain. Mengambil milik orang lain demi memperoleh uang untuk membeli narkoba. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman umum dan keselamatan orang lain. -Penyuluhan Bagi Pegawai Subdinas Di Wilayah Kotamadya Penyuluhan bagi pegawai subdinas kotamadya dilaksanakan tanggal 13 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian, jl. Keramat 162. Penyuluhan ini dihadiri 80 peserta yang berasal dari lima wilayah kotamadya DKI Jakarta. Peserta merupakan representatif dari lima wilayah yang berada di DKI Jakarta. Tema pada penyuluhan kali ini adalah, life skill di lingkungan kerja, dengan materi teknik dasar konseling. Materi dalam penyuluhan ini menjelaskan bahwa konseling adalah bagian dari program pemulihan untuk penyalahguna narkoba dan keluarganya. Konseling sangat membantu untuk menyelesaikan berbagai macam masalah dan situasi yang dicapai penyalahguna dan keluarga. Konseling merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah klien. Konseling dirancang untuk membantu klien memehami dan memperjelas masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya. Konseling narkoba merupakan hubungan antara konselor dengan penyalahguna dalam rangka membantu meningkatkatkan kesadaran akan masalah yang dialaminya. Menunjukkan pada penyalahguna kekuatan-kekuatan yang dimilinya yang dapat digunakan dalam melakukan perubahan perilaku, mengatasi kesulitan dan menentukan keputusan. Dalam konseling dibutuhkan proses, antara lain, Membangun hubungan relationship building. Dalam konseling membangun hubungan adalah tahap pertama yang sangat penting. Karena akan menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas-tugas berikutnya. Waktu dan energi harus dicurahkan untuk mengembangkan suatu hubungan ayang efektif. Hubungan ini memiliki karakteristik saling percaya, keterbukaan, rasa nyaman untuk melanjutkan sesi- sesi berikutnya. Kondisi ini diperlukan agar dapat menggali lebih dalam masalah yang dialami mantan penyalahguna narkoba. Setelah berhasil membangun hubungan, tahap selanjutanya adalah pengungkapan ruang lingkup masalah. Konselor seharusnya membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan problem yang ingin diselesaikan. Tahap terakhir dari konseling adalah evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus sepanjang kontak, evaluasi terdiri dari, eveluasi proses. Evaluasi ini dilakukan konselor dengan mantan penyalahguna narkoba untuk melihat apakah proses konseling berjalan sesuai rencana atau tidak. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan untuk melihat apakah tujuan sudah tercapai atau tidak. -Penyuluhan Bagi Guru TKSD se-DKI Jakarta Penyuluhan bagi guru TKSD se-DKI Jakarta dilaksanakan tanggal 14 Juli 2010, bertempat di gedung pegadaian. Penyuluhan ini dihadiri 50 peserta yang berasal dari lima wilayah kotamadya DKI Jakarta. Tema pada penyuluhan kali ini adalah, life skill bagi guru TKSD, dengan materi pendidikan anak usia dini dan pencegahan penyalahgunaan narkoba sejak dini. Materi pada penyuluhan kali ini menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan usia anak dan pola interaksi yang sesuai dengan usia anak. Tahapan pertama adalah, saat usia bayi baru lahir hingga 1,5 tahun. Sejak lahir hingga 1,5 tahun anak membutuhkan rasa aman, kasih sayang, suasana hangat dan mesra. Sehingga dikembangkan rasa percaya pada dirinya, percaya pada orang lain, percaya akan masa depannya dan pada kebaikan-kebaikan dalam hidup. Ibu perlu memberikan ASI air susu ibu kepada bayinya. Jika terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlan bayi seperti minum ASI, dengan cara memeluknya. Si ibu diharuskan sering-sering berbicara kepada si bayi, mengajak si bayi tersenyum dan menirukan mimik dan gerakannya. Senandung dan anyunkan saat sehingga bayi tidur dengan nyaman. Perkenalkanlah pada bunyi- bunyian, seperti musik klasik dan seriosa, hal ini akan mempercepat perkembangan mental bayi. Tahap kedua adalah ketika anak memasuki usia 1,5 sampai dengan 3 tahun. Pada usia ini, anak sedang mengembangkan kemampuan berotonomi, yaitu sebagai manusia yang bebas, yang mempunyai kemauan sendiri. Dalam tahapan ini orang tuan dianjurkan untuk memberi keluasan agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal yang diperkirrakan mampu dikerjakannya, sehingga menimbulkan rasa kemampuan diri. Namun, harus tegas untuk melindungi dari bahaya, karena kemapuan anak belum diimbangi dengan kemampuan menjaga dirinya. Belajarlah berbicara kepada anak dengan kalimat pendek yang mudah dimengerti. Bacakan buku cerita atau dongeng setiap hari dan doronglah agar dia mau menceritakan apa yang dia lihat dan dia dengar. Doronglah dia agar membereskan mainannya setelah bermain. Biarkan si anak membantu pekerjaan rumah yang ringan, hal ini agar si anak mempunyai rasa bertanggung jawab. Orang tua juga diharapkan agar tidak terlalu banyak memberikan larangan. Namun, orang tua pun jangan terlalu terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuklah dan terangkan ketika si anak kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara. Usahakan agar si anak mau bermain dengan anak lainnya, dengan begitu ia akan belajar mengikuti aturan permainan. Tahap terakhir ketika anak memasuki usia 3 s.d 6 tahun. Pengembangan kemampuan inisiatif terjadi waktu anak berumur 3 s.d 6 tahun. Pada usia ini anak selalu ingin tahu, banyak bicara dan meniru orang-orang yang berada di sekitarnya. Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mngerjaan sesuatu tanpa memikirkan hasilnya. Namun anak-anak mudah bosan dan berpindah-pindah kegiatan. Pada usia ini anak mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan. Jawablah secara sederhana sesuai dengan alam pikir anak. Jangan membuat jawaban yang aneh dan tidak masuk akal. Misalnya, anak menanyakan bagaimana cara adik keluar dari perut ibu, jangan katakana “ dibelah dari perut ibu”, sebab hal itu akan membuat si anak cemas. Katakanlah bahwa adik keluar melalui jalan lahir. Yang harus dilakukan orang tua dalam beriteraksi dengan anak pada usia ini adalah, mengisi waktu bersama dengan anak. Orang tua memberi perhatian penuh kepada anak, bermain bersama, membaca buku, jalan-jalan. Hal ini dapat membangun kasih sayang dan mengurangi pengaruh kelompok. Beri kesempatan anak untuk menyalurkan inisiatifnya, sehingga ia beroleh kesalahan dan belajar dari keselahannya. Hargai anak dan dengarkan pendapatnya. Tabel 4 Jadwal Kegiatan Program Penyuluhan Yang Terlaksana Tahun 2010 NO Tgl, Tmpt Penyuluhan Peserta Penyuluhan Materi penyuluhan 1 15 April 2010 Kelurahan Cibubur 50 warga Cibubur Dampak Penyalahgunaan Narkoba, Dasar Informasi HIVAIDS. 2 17 Mei 2010 STIKES 200 Mahasiswai STIKES Life Skill Media Komunikasi, Informasi Dan Edukasi K.I.E Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba 3 27 Mei 2010 Universitas Islam Assyafi’ah 100 MahasiswaI UIA Make Better Solution, Mengungkap Perbedaan Pria dan Wanita Agar Sukses Membina Hubungan 4 5 Juni 2010 Polda Metro jaya 50 Guru BP se-DKI Jakarta Dampak Penyalahgunaan Narkoba Pada Stabilitas Keluarga Tabel di atas merupakan jadwal kegiatan penyuluhan yang terlaksana pada pada tahun 2010. Dalam pelaksanaannya banyak program-program yang telah direncanakan awal di tahun tidak dapat dilaksanakan dengan alasan belum turunnya kucuran dana dari PEMDA DKI Jakarta. Program-program pada triwulan pertama sama sekali tidak berjalan, dan BNP baru melaksanakan program sosialisasi pada triwulan kedua. Sedangkan pada triwulan ketiga masalah yang sama terjadi. Belum selesainya laporan pertanggung jawaban menyebabkan dana Anggaran dari pemerintah daerah untuk BNP tidak turun lagi, sehingga menyebabkan program triwulan ketiga mundur dari rencana yang telah ditetapkan. 5 12 Juni 2010 Polda Metro Jaya 80 Guru BP se-DKI Jakarta Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba 6 19 Juni 2010 Polda Metro Jaya 100 Guru BP se-DKI Jakarta Pengetahuan Dasar Mengenai Terapi Dan Rehabilitasi, Upaya Pemulihan Adiksi 7 26 Juni 2010 Polda Metro Jaya 80 Guru BP se-DKI Jakarta Peran Keluarga Dalam Proses Pemulihan Anak Penyalahguna Narkoba 8 6 Juli 2010 Gd. Pegadaian 125 Orang Perwakilan dari Organisasi pemuda Materi Dasar Penyalahgunaan Narkoba 9 13 Juli 2010 Gd. Pegadaian 80 Pegawai Subdinas Kotamadya Teknik Dasar Konseling 10 14 Juli 2010 Gd. Pegadaian 50 Guru TKSD Se-DKI jakarta Life Skill Bagi para Guru TKSD Tidak lancarnya arus kucuran dan dari Pemda DKI Jakarta ke BNP menyebabkan terbengkalainya program-program yang telah ditetapkan di awal tahun. Seharusnya pemerintah setempat bisa lebih fokus jika ingin masalah narkoba ini dapat ditanggulangi dengan baik. Tanpa adanya kinerja yang baik dari pemerintah, visi bersihnya jakarta dari narkoba sulit untuk diwujudkan. Lambannya kinerja pemerintah tidak bisa juga dijadikan kambing hitam terus menerus. BNP sebagai badan pememrintah yang telah berpengalaman dalam penanggulangan narkoba seharusnya mempunyai trik agar program dapat terus berjalan, meski tidak harus sesuai dengan program yang telah diagendakan di awal tahun. BNP bisa saja mensiasatinya dengan bekerja sama dengan instansi- instransi yang memiliki concern di bidang narkoba, dengan begitu program sosialisasi anti narkoba dapat tetap berjalan.

b. Strategi Komunikasi Melalui Media

Selain melakukan penyuluhan dan pelatihan terhadap masyarakat, bidang prevensi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta juga melakukan sosialisasi anti penyalahgunaan narkoba melalui media komunikasi massa, seperti majalah, buku, stiker dan leaflet. - Majalah Strategi komunikasi lain yang dilakukan bidang prevensi selain penyuluhan untuk mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan media massa cetak. Cara ini mudah dan efektif. Pembuatan majalah tidak berada di bawah teritorial bidang prevensi, melainkan bidang penelitian, pengembangan dan informasi litbang info. Keuntungan dari menggunakan majalah sebagai media sosialisasi, bidang prevensi bisa mensosialisasikan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba ke banyak orang secara serempak. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan majalah lebih murah dari pada tarif iklan di televisi. Majalah yang diterbitkan bidang litbang ini memiliki nama Jakarta Drugs Free. Filosofi yang terdapat dibalik nama tersebut, Jakarta diharapkan bisa menjadi provinsi bersih dari narkoba. Majalah Jakarta Drugs Free terbit tiga bulan sekali. Triwulan pertama Jan, Feb dan Mar, triwulan kedua April, Mei Dan Juni, triwulan ketiga Juli, Agus dan Sept dan triwulan keempat Okt, Nov Dan Des. -Stiker dan leaflet Stiker dan leaflet juga digunakan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan sosialisasi anti narkoba. Untuk pembuatan stiker dan leaflet merupakan tanggung jawab bidang litbang info dan tata usaha. Pembuatan stiker dan leaflet bertujuan, agar sosilisasi lebih mudah diterima. Bentuknya yang kecil ditabah dengan desain yang menarik, dan dapat ditempel di tempat-tempat tertentu, stiker mudah diingat oleh penerimanya. Baik stiker, leaflet dan majalah yang telah dibuat bidang litbang info dan tata usaha, didistribusikan pada saat penyuluhan berlangsung. Selain dibagikan kepada peserta sosialisasi, BNP juga memberikan stiker, leaflet dan majalah kepada BNK dan UNK. Agar ketika BNK dan UNK melakukan sosialisai, stiker, leaflet dan majalah dapat didistribusikan juga.

3. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi impelementasi strategi. Evaluasi diperlukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besar kegagalan yang diperoleh. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari program yang telah direncanakan, hal ini mampu menjadi tolok ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dituju tercapai. Evaluasi yang dilakukan bidang prevensi dalam sosialisasi baru sebatas tahap jangka pendek. Sebelum melaksanakan penyuluhan peserta terlebih dahulu diberi pretes dan setelah penyuluhan juga diberi tes, hal ini untuk melihat apakah mereka mengerti atau tidak mengenai materi yang diberikan. Jika nilai dari questioner yang diberikan kepada mereka lebih tinggi setelah dilaksanakannya penyuluhan berarti pengetahuan mereka mengenai narkoba bertambah dan penyuluhan berjalan dengan efektif. Dan sebaliknya, jika nilai rata-rata peserta tidak berubah dari nilai sebelum penyuluhan dilakukan maka penyuluhan dianggap tidak berjalan efektif, karena materi yang disampaikan tidak sampai pada peserta. Hasil yang didapatkan dari setiap evaluasi jangka pendek ini sangat memuaskan. Peserta rata-rata mengetahui dan kesadaran akan bahaya narkoba meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2003, masyarakat akan sulit sekali mendefinisikan narkoba tapi sekarang jika ditanyakan perihal narkoba sudah banyak yang bisa menjelaskan narkoba dengan bahasanya sendiri. 43 Sedangkan untuk evaluasi jangka panjang, sampai saat ini belum terlaksana. Menurut Ibu. Ratih Kasubag Komunitas. Bidang Prevensi, salah satu yang menjadi kelemahan BNP, karena koordinasi tingkat provinsi seringkali program hit and run, artinya satu kali BNP mengadakan penyuluhan untuk sekolah di wilayah ini, selanjutnya harus melakukan penyuluhan ke tempat lain. Jadi dalam kurun waktu lima tahun BNP belum tentu dapat melakukan sosialisasi kembali tempat awal pertama kali penyuluhan diberikan. Kecuali ada inisiatif dari sekolah-sekolah swasta atau instansi-instansi yang siap menjadi pelaksana acara penyuluhan dan BNP hanya sebagai supervisinya. 44 Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan proposal kerja sama antara lembaga yang ingin mengadakan sosialisasi dengan BNP. Hambatan yang hadir dalam proses sosialisasi adalah, seringkalinya kemauan mitra BNP dengan program BNP yang telah direncanakan tidak sesuai. Seharusnya setelah adanya sosialisasi dasar mengenai narkoba, maka materi selanjutnya adalah sosialisasi tingkat lanjut. Artinya dalam penyuluhan ini tidak lagi membicaran definisi narkoba dan bahaya narkoba, tapi telah masuk pada materi komunikasi efektif dan feer educator. Untuk penyuluhan di masyarakat seringkali terjadi kesalahan seperti ini. Para peserta yang telah mendapatkan materi dasar dan memasuki materi tingkat lanjut, tidak hadir pada materi lanjutan 43 Hasil wawancara dengan Ibu. Ratih Wulandari, Kasubag komunitas. Bidang Prevensi, tanggal 09 Agustus 2010 44 Hasil wawancara dengan Ibu. Ratih Wulandari, Kasubag komunitas. Bidang Prevensi, tanggal 09 Agustus 2010 sehingga tidak bisa dilakukan materi lanjutan. Dengan begitu BNP harus memulai sosialisasi dari awal lagi. Hambatan lainnya dalam proses sosialisasi adalah besarnya wilayah dengan anggaran. Walaupun anggaran yang disedikan untuk BNP DKI Jakarta ini sudah yang paling besar dibandingkan dengan BNP daerah lain se-Indonesia ini. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, untuk beberapa tahun terakhir ini anggaran untuk sosialisasi dan pengadaan acara mengenai narkoba yang berada di instransi-instansi pemerintah seluruhnya di alokasikan ke BNP. Sehingga instansi yang ingin mengadakan acara mengenai narkoba bisa bekerja sama dengan BNP dalam pelaksanaannya. Meskipun anggaran yang berada di instansi-instansi sudah dialokasikan ke BNP, tapi anggaran yang disediakan untuk sosialisasi masih dirasa belum cukup untuk mengcover semua wilayah di DKI Jakarta ini. Berbeda dengan bidang- bidang lain yang berada di BNP, sekali mengadakan pelatihan anggaran yang disediakan bisa mencapai 300 juta, sedangkan untuk bidang prevensi dana yang disediakan hanya 50 juta. Dana yang sediakan seringkali habis untuk menyewa tempat, seminar kit, dll. Ada beberapa perencanaan strategi yang sudah direncanakan tapi belum dapat direalisasikan. Dalam sosilisasi anti narkoba ke depannya BNP hanya akan melaksanakan sosialisasi pada perguruan tinggi saja. Untuk SMA sosialisasi ditangani langsung oleh BNK. Sampai saat ini belum terwujud karena sumber daya manusia di BNK sangat terbatas sehingga program ini belum terlaksana. Terlebih dengan diberlakukannya UU no 35, yang menjadikan BNP menjadi BNNP badan narkotika nasional provinsi, banyak program-program yang telah direncanakan harus ditiadakan Dalam setiap pelaksanaan strategi komunikasi, BNP berharap hal ini menjadi motivasi bagi daerah lain untuk lebih giat lagi membrantas penyalahgunaan narkoba yang terjad di Indonesia. Dengan adanya kerjasama antar daerah, hal ini akan sangat membantu pencegahan dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Sehingga target Indonesia bersih narkoba tahun 2015 dapat terwujud. B. Strategi Komunikasi Efektif, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba Dalam pelaksanaan strategi komunikasi sosialisasi anti narkoba, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta melakukan penyuluhan secara langsung dan juga menggunakan media cetak majalah, stiker dan leaflet. Dilihat dari intensitasnya, penyuluhan merupakan alternatif yang lebih sering digukanakan BNP dalam sosialisasinya. Faktor anggaran sangat berpengaruh terhadapat dua strategi yang dilakukan BNP. Biaya yang cukup besar dalam setiap pembuatan majalah menjadi pertimbangan untuk BNP menerbitkannya setiap triwulan. Dalam perencanaan, majalah Jakarta Drugs Free terbit tiga bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai. Dalam setahun, hanya satu atau dua kali. Untuk penyuluhan dana yang dikeluarkan tidak selalu besar, bahkan beberapa penyuluhan tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Seperti penyuluhan yang bekerja sama dengan POLDA, BNP hanya menyiapkan narasumber dan seminar kitnya saja. Sedangkan tempat disediakan oleh POLDA selaku panitia acara. Pelaksanaan penyuluhan tidak selalu terikat dengan program, artinya banyak panyuluhan dilakukan diluar program yang sudah direncanakan. Penyuluhan di luar program ini merupakan kerja sama BNP dengan instansi, sekolah dan komunitas yang ingin mengadakan penyuluhan anti narkoba ini. Proses penyuluhan lebih mudah dari pembuatan majalah Jakarta Drugs Free. Dalam pembuatan majalah dibutuhakan waktu untuk mengumpulkan isi materi majalah. Hal ini yang menjadi salah satu alasan, BNP lebih sering melakukan penyuluhan dari pada pembuatan majalah Jakarta Drugs Free dalam sosialisasi anti narkoba. Selain itu penyuluhan dianggap lebih efektif dari pada sosialisasi mengunakan media cetak. Dalam penyuluhan antara peserta dan narasumber dapat bertatap muka langsung, materi yang tidak dipahami dapat ditanyakan pada sesi tanya jawab. Sedangakan pada media cetak hanya bersifat satu arah. Sehingga jika terdapat hal yang tidak dimengerti tidak dapat ditanyakan langsung dengan narasumber. Ini menunjukkan keapa sosialisasi melalui penyuluhan lebih efektif dari pada sosialisasi menggunakan media cetak.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba, bahwa strategi komunikasi yang diterapkan bidang prevensi dan litbang-info cukup berhasil. Dari hasil penelitian, dibuat beberapa catatan sebagai kesimpulan akhir, diantaranya: 1. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, membuat tahapan-tahapan strategi komunikasi sebelum melaksanakan sosialisasi anti narkoba. Tahapan-tahapan tersebut terbagi tiga, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. a. Perumusan strategi yang dilakukan BNP DKI Jakarta sebelum melaksanakan sosialisasi anti narkoba ialah, membuat program besar di awal tahun. Tahap selanjutnya, implementasi strategi. Strategi komunikasi yang digunakan BNP DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba terbagi dua, penyuluhan dan sosialisasi melalui media cetak majalah, stiker dan leaflet. b. Tahap akhir dari strategi ialah, evaluasi strategi. Evaluasi yang dilakukan BNP DKI Jakarta terhadap program-program sosialisasi masih sebatas jangka pendek. Evaluasi ini dilakukan dengan cara memberikan peserta penyuluhan pratest berbentuk questioner dan setelah penyuluhan berakhir peserta juga mendapatkan questioner yang berbeda. Tujuannya untuk mengetahui, apakah pengetahuan mereka mengenai narkoba meningkat setelah dilakukan penyuluhan. Evaluasi untuk jangka panjang sampai saat ini belum terwujud. 2. Dilihat dari implementasinya, strategi komunikasi yang diterapkan oleh BNP lebih sering menggunakan penyuluhan dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba ketimbang menggunakan media cetak. selain anggran yang menjadi kendala utama, proses pengumpulan materi dan editing yang membutuhkan waktu cukup panjang juga menjadi salah satu penghambat dalam menggunakan majalah sebagai media sosialisasi. apat disimpulkan, penyuluhan merupakan strategi yang lebih dominan dari sosialisasi melalui media cetak.

B. Saran-Saran

Efektivitas sosialisasi merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan utama BNP, yakni menyadarkan masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan. Tentunya saran-saran ini bertujuan agar kiprah BNP DKI semakin meningkat dan target Jakarta bersih narkoba 2015 dapat terwujud. 1. Penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat biasanya seputar bahaya atau dampak yang ditimbulkan penyalahgunaan narkoba. Hal itu hanya menjelaskan terganggunya stabilitas lingkungan keluarga dan sosial. Materi yang diberikan hendaknya juga berisikan ajaran-ajaran agama. Dalam Islam penggunaan narkoba diharamkan, juga menurut agama- agama lain penggunaan narkoba dilarang. Dengan menyentuh nilai religius, diharapkan peserta penyuluhan semakin kuat mentalnya untuk menolak menggunakan narkoba. 2. Pengunaan media massa seperti surat kabar, televisi dan internet, menjadi alternatif yang baik untuk melakukan sosialisasi anti penyalahgunaan narkoba. Masyarakat perkotaan seperti Jakarta adalah masyarakat informasi yang salah satu kebutuhannya adalah menkonsumsi informasi dari surat kabar, televisi dan internet. Dengan anggaran yang minim, hendaknya BNP melakukan kerja sama dengan stasiun televisi yang mempunyai siaran tentang program pemerintah. Seperti penyuluhan keluarga berencana KB. Dengan begitu, tidak menghabiskan anggaran untuk program BNP lainnya. 3. Sulitnya kucuran dana dari pememrintah daerah menyebabkan program- program sosialisasi yang teleh ditetapkan di awal tahun banyak yang tidak terleksana. Hal ini menuntut BNP untuk menjalin koneksi yang erta dengan instansi-instansi yang memiliki concern di narkoba. Sehingga program sosialisasi dapat terus berjalan tanpa harus terganggu dengan anggran daerah. DAFTAR PUSTAKA Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Strategis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000. Ardianto, Elvinaro. dkk. Ilmu Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Rajawali pres, 1998. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rhineka Cipta, 1998. Baharits, Adanan Hasan. Bahaya Obat Terlatang Terhadap Anak Kita, Jakarta: Gema Insani, 2004. Bukhari, Jefri Al. Sekuntum Mawar Untuk Remaja, Jakarta: Al-Mawardi, 2005. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pres, 2005. Djuarsa Sandjaya, Sasa. Pengantar komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Effendi, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992. - - - - - - - - - - - . Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. - Hamzah, Andi dan R M. Surahman. Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Jakarta: Sinar Grapika, 1999. Komarudin. Ensiklopedi Manajemen, Jakarta:Bumi Aksara, 1994. Martono, Lidya Harlina. Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, Jakarta: Balai Pustaka, 2006. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Dokumen yang terkait

Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Si

2 60 197

Kinerja Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat dalam Rangka Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Provinsi Jawa Barat

9 71 80

Strategi Komunikasi Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Kegiatan Fasilitas Pembentukan Dan Pembinaan Desa Siaga Narkoba Di Ciamis

0 28 176

STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM MENGHADAPI LAMPUNG ZONA MERAH NARKOBA (Studi Pada Kalangan Remaja)

4 39 102

Strategi Komunikasi Dinas tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Dki Jakarta dalam sosialisasi Program Ketenagakerjaan Dan Ketransmigrasian.

0 0 2

Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

0 0 22

STRATEGI KOMUNIKASI BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN KESADARAN ANTI NARKOBA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

0 0 102

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA - Raden Intan Repository

0 2 15

BAB III DESKRIPSI UMUM BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung - UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA - Raden Intan Repository

0 0 26

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA - Raden Intan Repository

0 0 11