Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Si

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN ANTI NARKOBA DAN PENINGKATAN

KESADARAN

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat

Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

MARDIANDI 070904015

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Mardiandi

NIM : 070904015

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan

yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)

DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

(Dra. Dayana, MSi) (Dra. Fatma Wardy Lubis, MA) NIP : 196007291987032002 Nip. 196298281987012001

a.n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN 1


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling dan Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, sebab hanya karena ridho, rahmat, dan hidayah-Nya lah, peneliti mampu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang tidak sempurna, peneliti banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun peneliti bersyukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini hingga akhir. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta di Padang, Bapak Indra Bakti, SE dan Ibu Hatniyeti dan juga Keluarga tercinta ku di Denai, bapak Ikbal dan ibu Masriana yang paling mengenal peneliti, mendoakan serta mendukung semua usaha peneliti dalam kuliah dan skripsi di setiap waktu.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, MSi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak membantu motivasi dan membimbing peneliti selama penulisan skripsi ini.


(5)

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang baik hati dan sabar membantu semua urusan peneliti dalam penulisan skripsi ini.

7. Kak Hanim, Kak Puan dan seluruh staf Laboratorium Ilmu Komunikasi. 8. LSM PIMANSU, terimaksih atas semua bantuan dan waktunya.

9. Ibu Kepala Sekolah MAN 3 Medan yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MAN 3 Medan.

10. Bapak dan Ibu MAN 3 Medan yang telah banyak membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

11. Seluruh siswa-siswi Keals 2 MAN 3 Medan yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mengisi kuesioner penelitian.

12. Semua saudara – saudaraku yang tercinta kak siska, uni, putra, kak rina, kak yuni, rio turatama harahap, kak fifit yang senagtiasa selalu memberi saya semangat.

13. Kepada semua menejer McDonald’s Yuki Simpang Raya yang telah memberikan izin untuk mnyelesaikan skripsi saya ini.

14. Semua teman-teman peneliti, Fazario, S.Sos yang telah banyak membantu saya dalam membantu mengunakan SPPS, terimakasih banyak Fazario, Ema Violita Pinem, S.Sos, Surya Hermanto, S.Sos, kak Ilma Tamsil, kak Flora dan banyak lagi, dengan semangat yang tak tergoyahkan dan dorongan terus-menerus dari kalian kepada peneliti.

15. Semua Teman – teman kost SARDUTI, 3 teman Wong Deso (Ira Elviana, Jenk Karona Sitepuh, Yohana Yulianti alias Lehe) terimakasih ya Wong


(6)

Deso sudah mau mendengarkan curhat ku salam ini sehingga saya mampu bersemangat terus.

16. Keluarga, teman, sahabat, adik, seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang telah memotivasi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan cepat dan hasil yang maksimal. Khusus mahasiswa Ilmu Komunikasi 2007 yang luar biasa telah memberikan hubungan persahabatan yang kuat selama berkuliah dan kekompakan dalam segala hal yang tidak akan pernah tergantikan

Peneliti menyadari sepenuhnya tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi. Terima kasih.

Peneliti, Medan 2011


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... .iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pembatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian... ... 9

I.4.2 Manfaat Penelitian... ... 9

1.5 Kerangka Teori... ... 10

1.5.1 Komunikasi ... 10

1.5.2 Penyuluhan ... 12

1.5.3 Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 16

1.5.4 AIDDA ... 19

1.5.5 Narkoba ... 19

1.5.6 Remaja ... 22

1.5.7 Penyalahgunaan Narkoba ... 24

1.5.8 Kesadaran ... 25

I.6 Kerangka Konsep... 26

I.7 Model Teoritis ... 27

I.8 Operasional Variabel... .... 27

I.9 Defenisi Operasional Variabel ... 29

I.10 Hipotesis ... 33

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 34

II.1.2 Unsur – Unsur komunikasi ... 37

II.1.3 Proses komunikasi ... 39

II.1.4 Tujuan Komunikasi ... 40

II.1.5 Fungsi Komunikasi ... 40

II.2 Penyuluhan II.2.1 Pengertian Penyuluhan ... 41

II.2.2 Falsafah Penyuluhan ... 42

II.2.3 Faktor Pendukung efektifitas Penyuluhan ... 43

II.2.4 Tujuan Penyuluhan ... 45


(8)

II.2.6 Perencanaan Penyuluhan ... 46

II.3 Penyuluh Sebagai Agen Perubahan II.3.1 Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 48

II.3.2 Kopetensi yang Diperlukan Agen Perubahan ... 48

II.3.3 Kualifikasi Dasar Agen Perubahan ... 48

II.3.4 Peran Utama Agen Perubahan ... 49

II.3.5 Tugas – Tugas Agen Perubahan ... 50

II.4 AIDDA II.4.1 Pengertian AIDDA ... 50

II.5 Narkoba II.5.1 Pengertian Narkoba... 52

II.6.2 Tiga Golongan Narkoba ... 53

II.6 Penyalahgunaan Narkoba II.6.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ... 55

II.6.2 Golongan Penyalahgunaan Narkoba ... 56

II.6.3 Faktor – Faktor Penyalahgunaan Narkoba... 56

II.7 Remaja II.7.1 Pengertian Remaja ... 57

II.7.2 Fase Perubahan Pada Remaja ... 57

II.8 Kesadaran II.8.1 Pengertian Kesadaran... 59

II.8.2 Tiga Tingkat Kesadaran ... 60

II.8.3 ManfaatKesadaran ... 61

II.8.4 Fungsi Kesadaran ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian. III.1.1) MAN 3 Medan III.1.1.1) Sejarah Singkat MAN 3 Medan ... 63

III.1.1.2) Nama – Nama Kepala Sekolah MAN 3 Medan ... 63

III.1.1.3) Identitas MAN 3 Medan... 64

III.1.1.4) Visi dan Misi MAN 3 Medan ... 64

III.1.1.5) Sarana Prasarana... 65

III.1.1.6) Tenaga Pengajar dan Pegawai Pada MAN 3Medan 2011 ... 66

III.1.1.7) Data Kesiswaan TP. 2010 – 11 ... 68

III.1.1.8) Status Kepemilikan, Luas Tanah dan Penguna ... 69

III.1.2) Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) III.1.2.1) Latar Belakang Pendirian ... 69

III.1.2.2) Visi ... 73

III.1.2.3) Misi ... 73

III.1.2.4) Program ... 74

III.1.2.5) Langkah –Langkah ... 77

III.1.2.6) Strategi ... 78

III.1.2.7) Pembiayaan dan Sumber Daya ... 79


(9)

III.1.2.8) Sekretariat PIMANSU ... 80

III.1.2.9) Kredebilitas PIMANSU Sebagai Suatu Lembaga ... 81

III.2 Populasi dan Sampel III.2.1 Populasi ... 85

III.2.2 Sampel ... 86

III.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 86

III.2.4 Purposive Sampling ... 88

III.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 88

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 88

III.4 Teknik Analisis Data a. Analisis Tabel Tunggal ... 89

b. Analisis Tabel Silang ... 89

c. Uji Hipotesis... 89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengumpulan Data ... 92

IV.2 Pengolahan Data ... 92

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 93

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 142

IV.5 Uji Hipotesis ... 151

IV.6 Pembahasan ... 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 156

V.2 Saran ... 167

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabe Halaman

1. Operasional variabel ... 28

2. Tenaga Pengajar dan Pegawai Man 3 Medan ... 66

3. Data Siswa MAN 3 Medan ... 68

4. Status Pemilikan, Luas Tanah dan Penggunaan ... 69

5. Populasi ... 86

6. Sampling ... 87

7. Jenis Kelamin ... 93

8. Usia ... 94

9. Kelas ... 95

10. Tanggapan Responden pada Keahlian/Kopetensi Penyuluh... 96

11. Pendapat Responden terhadap Sikap Penyuluh disaat Penyuluh dilakukan ... 97

12. Tujuan/ Maksud yang Disampaikan oleh Penyuluh... 98

13. Tanggapan Responden Mengenai Kepribadian dari Penyuluh ... 99

14. Dinamika yang Dibentuk dan Diciptakan Penyuluh disaat Penyuluhan Berlansung ...100

15. Tanggapan Tingkat Kesamaan (bahasa, agama, suku, daerah) yang Ada Pada Penyuluh Mampu Mempengaruhi Responden untuk Menyerap Informasi ...101

16. Tanggapan Responden Mengenal Penyuluh ...102


(11)

18. Tanggapan Responden Mengenai Penampilan Fisik Penyuluh ...104 19. Pendapat Responden dengan Rasa Percaya Diri Penyuluh ...105 20. Kemampuan Penyuluh untuk Bisa Mengerakan Hati Responden untuk

Tidak Menggunakan/Menghindari Narkoba ...106 21. Kemampuan Penyuluh untuk Memecahkan Persoalan Keragu –

Raguan Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...107 22. Kemampuan Penyuluh dalam Merubah Keragu – Keraguan Responden

untuk Menjadi Keputusan Tetap untuk Tidak Memakai Narkoba ...108 23. Kemampu Penyuluh dalam Menempatkan Posisinya sebagai Peghubung

yang Baik antara LSM PIMANSU dengan Responden dalam Memberikan Gagasan, Ide atau Cara untuk Mengatasi

Penyalahgunaan Narkoba ...109 24. Frekuensi Dialog atau Komunikasi Tatap Muka antara Penyuluh dengan

Responden ...110 25. Kemampuan Penyuluh dalam Menempatkan Dirinya pada Posisi

Responden ...111 26. Penyuluh saat Berkomunikasi Berbaur Akrab dan Hangat dengan

Responden ...112 27. Keterlibatan Responden disaat Informasi Disampaikan Penyuluh ...113 28. Tingkat Keseringan Penyuluh dalam Menggunakan Alat Bantu

Gambar/Slide/Filem/Pamlet ketika Memberikan Informasi

Penyuluhan ...114 29. Pemahaman Responden dengan Pesan – Pesan Gambar/Slide/Filem/Pamlet


(12)

30. Tingkat Pemahaman Reponden dengan Informasi yang Disampaikan oleh Penyuluh ...116 31. Penjelasan yang Disampaikan Penyuluh Melalui Gerak – Gerik Anggota

Tubuh ...117 32. Ketertarikan Responden dengan Gagasan atau Ide dalam

Penyuluhan ...118 33. Tanggpan Responden dengan Gaya Bahasa yang Disampaikan oleh

Penyuluh ...119 34. Pemilihan Waktu yang Ditentukan PMANSU dengan Sekolah MAN 3

Medan ...120 35. Kesesuaian Lokasi atau Ruangan Penyuluhan Anti Narkoba ...121 36. Pengetahuan Dasar yang Dimilki Responden Mengenai Penyalahgunaan

Narkoba ...122 37. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Televisi ...123 38. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui Media

Cetak ...124 39. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Radio ...125 40. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Teman ...126 41. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Orang Tua ...127 42. Tingkat Pengetahuan Responden yang Bertambah tentang Bahaya


(13)

Penyalahgunaan Narkoba ...128 43. Pengetahuan yang Dimilki Responden Mampu Menguatkan Responden

untuk Tidak Memakai Narkoba...129 44. Responden Memberikan Perhatian Besar pada Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...130 45. Tingkat Perhatian Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...131 46. Minat Responden untuk Mengerti tentang Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...132 47. Minat Responden untuk Mencari Informasi yang Lebih Banyak Lagi

dan Lebih Lanjut Lagi tentang Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...133 48. Pemahaman Responden Secara Keseluruhan dengan Apa yang Dimaksud dengan Penyalahgunaan Narkoba...134 49. Responden Betul – Betul Memahami Maksud dari Penyalahgunaan

Narkoba ...135 50. Niat yang Dimiliki Responden untuk Tidak Memakai Narkoba...136 51. Niat yang Dimiliki Responden untuk Menyampaikan Informasi

Penyalahgunaan Narkoba Itu kepada Teman – Teman, Keluarga dan Saudara – Saudara dan yang Lainya ...137 52. Perasaan Responden Setelah Mengetahui tentang Bahaya nya

Penyalahgunaan Narkoba ...138 53. Tingkat Kebencian Responden Diterhadap Penyalahgunaan

Narkoba ...139 54. Tingkat Kepuasan Responden Diterhadap Penyalahgunaan


(14)

Narkoba ...140 55. Pertimbangan yang Dimiliki oleh Responden untuk Tidak Memakai

Narkoba ...141 56. Hubungan Antara Tingkat Pemahaman Informasi Responden dengan

Tingkat Pengetahuan Responden yang Bertambah ...143 57. Hubungan Antara Hubungan Antara Kemampuan Penyuluh untuk

Memecahkan Persoalan Keragu - Raguan Responden tentang

Penyalahgunaan Narkoba dengan Pengetahuan yang Dimiliki responden mampu Menguatkan responden untuk tidak Memakai Narkoba ...145 58. Hubungan Antara Penjelasan yang Disampaikan penyuluh Melalui

Gerak – Gerik anggota tubuh dengan Pemahaman Responden Secara Keseluruhan dengan Apa yang imaksudkan dengan Penyalahgunaan Narkoba ...148 59. Koefisien Korelasi Spearman Rho ...151


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling dan Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak menetap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh – pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Melalui narkoba yang dapat membahayakan mereka karena bisa menghancurkan masa remaja itu sendiri.

Remaja dilihat dari proses yang dialaminya dalam menuju kedewasaan mempunyai sifat dinamis dan penuh gejolak-gejolak. Semua itu terjadi dalam rangka penyesuian dirinya terhadap lingkungan dimana ia berada. Rasa ingin tahu paling besar tanpa dibarengi dengan informasi dan pengetahuan yang cukup, keinginan-keinginan untuk mencari jati diri dengan caranya sendiri merupakan kondisi yang kondusif bagi remaja untuk terperosok dalam hal-hal yang membahayakan dirinya termasuk keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba.

Sebagian besar yang menggunakan narkoba adalah remaja, dimana pada awalnya berasal dari rasa ingin tahu dan sekedar coba-coba. Ada juga yang menggunakan narkoba sebagai tempat pelariannya untuk dapat melupakan sejenak masalah yang dihadapi. Mereka atau remaja yang baru saja sekali menggunakan narkoba cenderung akan ketagihan, disinilah timbul berbagai macam masalah.

Masalah yang timbul antara lain munculnya kepribadian adiksi, dapat terinfeksi berbagai penyakit seperti HIV/ AIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C,


(18)

Sakaw yaitu putus obat dan meningkatnya kriminalitas yang bertujuan untuk mendapatkan uang agar dapat membeli obat baru lagi, over dosis, kematian, dan lain sebagainya.

Kondisi ini sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri remaja, sehingga menimbulkan krisis identitas yang seringkali menjadi akar permasalahan segala bentuk perilaku-perilaku yang menyimpang, salah satunya adalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) yang dapat menimbulkan ketergantungan bahkan kematian bagi penggunanya. Dalam penanggulangannya tidak hanya dapat diatasi dengan menindak remaja itu sendiri, tetapi harus disertai dengan usaha-usaha lain yang ditujukan pada lingkungan serta peningkatan pemahaman terhadap narkoba itu sendiri.

Permasalahan narkoba belakangan ini menjadi isu yangg hangat di tengah-tengah masyarakat, dimana korban yang berjatuhan tersebut adalah akibat menggunakan bahan-bahan ini secara tidak benar, atau dengan kata lain menyalahgunakan narkotika dan obat-obat terlarang semakin hari semakin banyak.

Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pengguna narkoba sudah menjalar pada usia muda, tidak sedikit mereka-mereka yang mulai menggunakan narkoba masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMU. Dapat dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini bila bibit mudanya sudah diracuni oleh narkoba.

Dilihat dari pengertian Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) itu sendiri adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku


(19)

seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penefitian. Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. - maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik


(20)

dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Penggunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan. Ketergantungan terhadap narkoba ternyata tidak mudah diatasi. Meski cukup banyak remaja yang berjuang untuk keluar dari ketergantungan narkoba, acap kali mereka jatuh kembali. Oleh karena pergumulan di masa remaja, maka remaja mempunyai kebutuhan sosialisasi yang seoptimal mungkin, serta dibutuhkan pengertian dan dukungan orangtua dan keluarga dalam kerentanan di masa remaja.

Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah terjerumus ke dalam belenggu penyalahgunaan narkoba. Hingga sekarang, penyalahgunaan narkoba semakin luas di masyarakat kita, terutama semakin banyak di kalangan para remaja yang sifatnya ingin tahu dan ingin coba-coba. Banyak alasan mengapa banyak yang terjerumus ke bahan terlarang dan berbahaya ini kemudian tidak mampu melepaskan diri lagi. Alasannya antara lain adalah hal ini sudah dianggap sebagai suatu gaya hidup masa ini, dibujuk orang agar merasakan manfaatnya, ingin lari dari masalah yang ada, untuk merasakan kenikmatan sesaat, ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti dan mungkin masih banyak alasan lainnya.

Adapun bagi remaja yang telah menggunakan diperlukan layanan yang terpadu untuk membawa mereka kembali ke tengah masyarakat. Layanan tersebut rumit dan memerlukan upaya jangka panjang, tetapi semua upaya itu patut kita kerjakan karena sebagian masa depan Indonesia ada di tangan mereka mereka.


(21)

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang diresmikan tanggal 26 Mei 2000 oleh Gubernur Sumatera Utara H. T. Rizal Nurdin, beralamat di Jalan Diponegoro No. 30 (Kantor Gubernur) Medan. PIMANSU merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang memilki program Pencehagan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian adalah sekolah MAN 3 Medan, sekolah yang pernah mengikuti program penyuluhan oleh PIMANSU pada tanggal 04 Oktober 2010 lalu. Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan ini adalah tidak lain untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah remaja yang menyalahgunakan narkoba. Salah satu kegiatannya adalah memberikan pengetahuan dasar mengenai penyalahgunaan narkoba secara menyeluruh dan juga mendapatkan pengetahuan yang benar tentang bahaya narkoba dan juga lebih menekankan pada dampak serta resiko dari penyalahgunaan narkoba sehingga siswa/I sadara akan bahayanya penggunaan narkoba.

Penyuluhan adalah sesuatu yang menerangkan. Makna menerangkan bukanlah secara fisik seperti cahaya lampu atau api yang memberi kekuatan sinar yang dapat mengubah kondisi lingkungan sekitarnya dari gelap menjadi terang. Tetapi penyuluhan yang dimaksud disini adalah kegiatan penyampaian atau menerangkan pesan yang berisi informasi, gagasan, emosi dan keterampilan dari satu lembaga, kelompok dan individu (komunikator) kepada lembaga, kelompok dan individu lain (komunikan) dengan tujuan mengubah pengetahuan dan kesadaran.


(22)

Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan untuk kegiatan mempengaruhi orang lain. Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan.

Pada suatu proses penyuluhan dapat dikatan berhasil jika pesan atau metode pembelajaran tersebut disampaiakn dengan proses komunikasi yang jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama. Cara – cara yang ditempuh dalam melakukan penyuluhan umumnya memerlukan penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik berkomunikasi. PIMANSU sendiri juga memilki metode penyuluhan yang dianggap mampu atau efektif untuk membantu siswa/I dalam hal pemahaman materi penyuluhan yang disampaikan, seperti mengumpulkan siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan di aula sekolah dan diberikan penyuluhan akan hal – hal mengenai narkoba.

Penyuluhan pada dasarnya diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan


(23)

menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan.

Tujuan diadakannya penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari : pengetahuan, kesadaran, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia. Dengan demikian, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, kesadaran, sikap, dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.

Penyuluhan merupan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih baik.

Melalui penyuluhan juga harus diupayakan tidak terciptanya "ketergantungan" masyarakat kepada penyuluhnya. Penyuluh hanya sekadar sebagai fasilitator dan dinamisator untuk memperlancar proses pembangunan yang direncanakan. Dengan kata lain, melalui penyuluhan, ingin dicapai suatu masyarakat yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi, memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (informasi) yang baru, serta terampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakatnya.


(24)

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar siswa/I, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian siawa/i tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi siswa/I yang telah disuluh tersebut sadar akan bahayanya penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dengan peningkatan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i MAN 3 MEDAN”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan permasalahan adalah sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh penyuluhan yang dilakukan oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dengan peningkatan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i MAN 3 MEDAN”.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian, maka ditetapkan batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU).


(25)

2. Kegiatan dimaksud dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba di MAN 3 Medan”.

3. Obyek Penelitian adalah siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan yang ikut dalam acara penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba pada tanggal 04 Oktober 2010

4. Penelitian dilaksanakan selama bulan Desember – Januari 2010.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Komunikasi Penyuluhan tentang Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU di MAN 3 Medan.

b. Untuk mengetahui tingkatan kesadaran siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan tentang Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU .

c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh PIMANSU tentang penyalahgunaan narkoba terhadap tingkat kesadaran siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan FISIP USU, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi.


(26)

b. Secara praktis : Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba.

c. Secara Teoritis : Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang bahaya narkoba dan cara pencegahannya.

I.5. Kerangka Teori

Dari defenisi teori, teori mempunyai peranan yang besar dalam riset, karena teori mengandung tiga hal : pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep - konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara sistimatis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimna bentuk hubungannya (Singarimbun, 1995:37).

Dalam setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok fikir yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Hadari Nawawi,1998:39-40).

I.5.1. Komunikasi.

Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin (communis) yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari kata bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Changgara dalam Cherry dalam Stuart, 1998)


(27)

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.

Lain halnya dengan dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi aksi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri menurut Book (dalam Changgara, 1998:19) pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa :

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (ISIAN)

Everett M. Rogers mendefisinisikan komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Menurut L. Tubbs dan Moss (Rakhmat,2005:13) komunikasi efektif menimbulkan :

a. Pengertian b. Kesenangan


(28)

d. Hubungan sosial yang baik, dan e. Tindakan

Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan atau tanpa perantara dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan.

I.5.2 Penyuluhan

Menurut Buford menyatakan bahwa : Penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus sebagai terjemah dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan peneraganatau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan”. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada member penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok – sasaran yang menerima manfaat penuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar – benar memahaminya seperti yang dimaksud oleh penyuluh atau juru penerangannya (Sukardi, 2004:15).

Menurut Margono slamet, penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu pendidikan yang bersifat non formal yang bertujuan untuk membantu masyrakat / petanimerubah prilakunya dalam hal penegtahuan, keterampilan dan sikap agar mereka dapat memecahkan masalahnya yang dihadapinya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian Penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu sitem pendidikan yang bersifat non formal (di luar sekolah yang biasa) untuk anggota masyarakat agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap


(29)

mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan kesejateraan hidupnya (slamet, 2000:211 - 221).

Mardikanto (Yustina, 2003: 191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan (informasi), (2) penerangan.penjelasan, (3) pendidikan non – formal (luar sekolah), (4) perubahan perilaku, (5) rekayasa sosial, (6) pemasaran inovasi (teknik dan sosial), (7) perubahan sosial (perilaku individu, nilai – nilai, hubungan antara individu, kelambagaan dan lain - lain), dan (8) pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening). Karena itu penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memperdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan prilaku pada diri semua stekeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi,, proses yang dialami mereka yang siusul sejak mengetahui, memahami, meminati dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebig dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal – hal pokok berikutnya :


(30)

a) Masalah yang dihadapin b) Siapa yang akan disuluh

c) Apa tujuan (objektives) yang hendak dicapai dari kegiatan penyuluhan d) Pendekatan yang dipakai

e) Pengembangan pesan

f) Metode/saluran yang digunakan

g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 11)

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud kongkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penhujun decade 60-an. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbale balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan yang berasal dari pihak yang memperkarasai dan tunjukandapat memahami, menerima, dan berpratisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikam tersebut. (Nasution, 1990 : 10).

Barikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (sentiana, 2005 : 48 - 56) :

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran :

1) Pendekatan perorangan (Personal approuch).

Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluhan, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan dialog langsung, surat – menyurat, hubungan telepon. Dalam pendekatan


(31)

perorangan ini (Nasution, 1990 : 22 – 24) juga menyatakan seorang penyuluh dituntut untuk memiliki : kemampuan empati, menciptakan situasi homophily (penyuluhan dirasakan sama atau setara dengan khalayak yang dihadapi) dengan khalayak dan menegkkan keserasian program.

2) Pendekatan kelompok (group approuch).

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini di antaranya diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus dan lain – lain.

b. Media Penyuluhan

Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti bneda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster,photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film – strip, video, movie - film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan , nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya lasswell (Mulyana, 2005 : 63) mengatakan


(32)

pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide dan nilai), symbol yang digunakan (bahasa ataukata - kata) dan bentuk pesan (verbaldan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak menggaggu dan merugikan sasaran.

I.5.3. Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah PIMANSU. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial. (Dilla, 2007:144)


(33)

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Cangara, 2000: 95-100)

a. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi yang baik dan berdasar.


(34)

b. Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik

c. Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin memengaruhi orang lain. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.

Agen – agen perubahan itu, menurut Rogers dan Shoemaker, berfungsi sebagai merantai komunikasi antar dua (atau lebig) system sosial. Yaitu menghubungkan antara suatu system sosial yang melopori perubahan tadi dengan system sosial yang menjadi klien dalam usaha perubahan tersebut. Hal itu tercemin dalam peran utama seorang agen perubahan ( Havelok : hal 7)


(35)

1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan

2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan

3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member petunujuk bagaimana :

a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan

b. Mendiagnosa permasalahn dan menentukan tujuan c. Mendapatkan sumber – sumber yang relevan d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah

e. Menyesuaikan dan merencanakan pertahapan pemecahan masalah 4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber – sumber yang di

perlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

I.5.4. AIDDA

Efektivitas penyampaikan pesan komunikasi bisnis, ditentukan oleh banyak hal. Satu di antaranya, adalah efektivitas penyampaian pesan dengan cara menarik perhatian komunikan. Untuk kepentingan ini, konsep AIDDA bisa kita terapkan.

Seperti yang disampaikan Wilbur Schram, the condition of success in communication", yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :


(36)

A : Attention, pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik. I : Interest, pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada

pengalaman antar komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti. D : Desire, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan. D :Decisision, pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.

A : Action, tindakan dari komunikan.

Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya kita bisa harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik untuk lebih ingin tahu mengenai isi pesannya.

Atau manakala kita menyampaikan pesan melalui televisi. Melaiui team creative, harus bisa terkemas informasi yang sangat menarik. Karena ada kecenderungan, komunikan saat ini, tiuak hanya butuh informasi, tetapi sesuatu yang bisa sekaligus menghibur mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penyampaian pesan harus diperhatikan attention, interest, desire, decisision, dan action sehingga kegiatan komunikasi dapat mempengaruhi khalayak. (aidda-is-attention-interest-desire.html).

I.5.5. Narkoba

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat


(37)

menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika).

Psikotropika adalah Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasian psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).

Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kedalarn golongan narkotika atau psikotropika, tetapi menimbulkan ketergantungan, antara lain seperti alkohol, tembakau, sedatifhipnotika dan inhalansia.

Contoh – contoh Narkoba :

Narkotika golongan I ; yaitu Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, seperti :

1. Tumbuhan Papaver Somniferum L dan semua bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium

3. Tumbuhan Coca, daun Coca, Cocaine mentah yaitu hasil pengolahan daun Coca secara langsung.

4. Heroin, Morfhin (Putau) 5. Ganja

Narkotika golongan II ; yaitu narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan menengah, dapat digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, seperti antara lain :


(38)

1. Morphine, yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk putih, digunakan dalam pengobatan sebagai penawar rasa sakit yang kuat dalam operasi atau karena penyakit kanker.

2. Pentany 3. Exgonina 4. Petidine

Narkotika Golongan III ; adalah narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan seperti antara lain.

1. Codein, yaitu alkaloida berupa serbuk putih atau dalam bentuk tablet, terkandung dalam opium atau sintesis dari morfine, digunakan sebagai obat antitusif (peredam batuk).

2. Ethymorphunine, yaitu Narkoba atau obat bius adalah semua bahan obat yang mempunyai efek kerja yang ada pada umumnya bersifat membius, merangsang (meningkatkan semangat kegiatan), menimbulkan daya khayal yang tinggi (halusinasi).

I.5.6. Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti remaja, tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Para ahli jiwa mempunyai anggapan yang berbeda mengenai penetapan usia remaja. Mereka kata sepakat tentang batasan usia yang jelas dan dapat disetujui bersama. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu. Awal masa remaja bermula dari usia 17 sampai 21 tahun. (Hurlock, 1998:206).


(39)

Perbedaan pendapat tentang usia remaja tidak akan mengurangi batas usia pada masa remaja. Pada umumnya dinamakan masa remaja itu adalah berkisar usia 13 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 bagi pria.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.


(40)

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. (ciri-ciri-masa-remaja.html).

I.5.7. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif (Hawari, 1991:16).


(41)

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika dan pasal 84, 85 dan 86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika.

I.5.8. Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalh suatu keadaan thu, mengerti dan merasa. Dengan kata lain, kesadaran adalah suatu keadaan dimana individu mengadakan pemahaman terhadap apa yang ditangkapnya melalui panca indera yitu mengenal, mengerti, dan merasa tentang dirinya atau juga keadaan sekitarnya.

Kesadaran adalah fikiran, perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka atau disadari oleh individu kepada sesamanya dalam Iingkungannya yang berupa rasa asing, rasa puas dan rasa benci dari pengetahuan yang dipaharni oleh seseorang. (Koenjaraningrat, 1990:125).

Menurut Magnis Suseno (Koenjaraningrat, 1990:128), ada hubungan yang erat antara kesadaran dan sikap moral, walaupun diakui bahwa keduanya tidak identik. Kesadaran juga sangat berhubungan dengan semangat dan sikap yang tetap dalam diri seseorang atau kelompok orang yang termuat didalamnya nilai – nilai moral. Kesadaran mengandaikan adanya suatu kehendak batin sebagai sebuah tuntunan kodrat yang harus direalisaskan dalamrangka pengembangan pengetahuan.

Kesadaran merupakan bagian dari pengaruh kognitif yang ditimbulkan. Pada tahap ini seseorang dibuat menjadi mengerti atau tahu akan sesuatu hal,akan


(42)

tetapi adaanya kesadaran benlum tentu ada tindakan, sebab sebelumnya harus didahului dengan adanya suatu pertimbangan yang disadari oleh perasaan emosi. Sesudah fase itu disertai dengan adanya sikap yang pasti maka tibul lah tindakan.

Kesadaran adalah langkah awal dari terwujudnya mksud dan tujuan dari pesan yang disampaikan oleh penyuluh bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan kesadaran berarti kesadaran dimana seseorang tidak hanya mengetahui masalah bahaya penyalahgunaan narkoba tetapi juga mewujudkan penegtahuan dengan berusaha melakukan pencegahan sedini mungkin. Dengan adanya penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba kiranya dapat menggugah kesadaran para siswa/I akan pentingnya mengantisipasi dan mereduksi peningkatan pengunaan penyalahgunaan narkoba.

I.6. Kerangka Konsep

Teori – teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (singarimbun, 1995:33). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab pendahulu dari variabel lainnya (Kriyanto, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kampanye anti narkoba


(43)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono,2008:21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesadaran Remaja

3. Variabel Antara (Z)

Variabel Antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Kriyantono,2008:21).Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakter responden.

Gambar 1 Model Teoritis

I.7. Operasional Variabel.

Variabel X

Komunikasi Penyuluhan a. Penyuluh

(komunikator) b. Metode Penyuluhan c. Media Penyuluhan d. Materi Penyuluhan e. Waktu dan Tempat

Penyuluhan

Variabel Y

Tingkat Kesadaran Remaja a. Mengetahui

b. Mengerti c. Merasa :

• Tingkat Kesenangan

• Tingkat Kebencian\

• Tingkat Kepuasan Variabel Z Karakteristik Responden a. Usia b. Jenis c. Kelamin


(44)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaiaan dalam penelitian. Adapun operasional dalam variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas X

Komunikasi Penyuluhan

a. Penyuluh (komunikator): Kredibilitas • Kompetensi • Sikap • Tujuan • Kepribadian • Dinamika. Daya Tarik

• Kesamaan • Dikenal • Disukai • Fisiknya Kekuatan Katalisator

Pemeberi pemecahan persoalan Pemebantu proses perubahan Penghubung

b. Metode Penyuluhan Pendekatan perorangan :

• Dialog lansung

• Kemampuan empati

• Menciptakan situasi homophily Pendekatan kelompok :

• Diskusi kelompok c. Media Penyuluhan :

• Gambar atau slide d. Materi Penyuluhan


(45)

Makna (gagasan atau ide)

Symbol yang digunakan (bahasa atau kata - kata)

e. Waktu dan Tempat Penyuluhan Waktu

Tempat 2. Variabel Terikat (Y)

Peningkatan Kesadaran Remaja

a. Pengetahuan Perhatian

Minat untuk mengerti Mengerti / Paham b. Niat

c. Merasa :

Tingkat Kesenangan Tingkat Kebencian Tingkat Kepuasan d. Pertimbangan 3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Kelas

I.8. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi Operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. (Singarimbun, 1995:46)

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai variabel-variabel diatas, maka akan diberikan defenisi operasional :


(46)

1. Variabel bebas (Komunikasi Penyuluhan)

a. Penyuluh (Komunikator) Kredibilitas

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.

• Kompetensi : penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya

• Sikap : menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip

• Tujuan : menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak

• Kepribadian : menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat

• Dinamika : dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Daya Tarik

Daya tarik adalah adanya sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan ketertarikan kepada komunikator.

• Kesamaan : orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya.

• Keakraban/dikenal baik : seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak


(47)

khalayak

• Fisiknya : seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.

Kekuatan

Kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam memengaruhi orang lain.

Katalisator

Katalisator adalah mengerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan

Pemberi pemecaha persoalan

membantu dalam memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat Memebantu proses perubahan

membantu dalam proses pemecahan masalah dalam penyebaran inovasi serta member petunjuk

Penghubung

membentuk suatu hubungan dengan sumber – sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Metode penyuluhan:

Pendekatan perorangan (personal approach) yaitu :

• Dialog langsung adalah merupakan suatu cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh secara langsung/tatap muka kepada peserta penyuluhan.

• Kemampuan empati adalah kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan, pengalaman orang lain dengan menempatkan diri pada


(48)

posisi, perasaan, tanpa kehilangan identitas diri, sikap, pribadi dan kendali reaksi emosi terhadap pengalam orang lain.

• Menciptakan suasana homoplihy adalah kemampuan penyuluh untuk menempatkan dirinya pada posisi Siswa/i yang disuluhnya. Pendekatan Kelompok yaitu :

Diskusi Kelompok adalah merupakan suatu proses penyuluhan dimana siswa/i akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama

.

c. Media Penyuluhan, terdiri dari :

Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan – pesan penyuluhan.

d. Materi Penyuluhan :

Pesan (verbal dan nonverbal), yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh dari petugas penyuluhan.

Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh petugas penyuluh PIMANSU kepada siswa/I MAN 3 Medan.

Simbol yang digunakan (bahasa dan kata - kata), yaitu gaya bahasa, cara berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas penyuluhan kepada peserta penyuluhan.


(49)

melakukan penyuluhan pada siswa/I MAN 3 Medan.

Tempat adalah lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan PIMANSUuntuk melakukan penyuluhan.

b. Variabel Terikat (Tingkat Kesadaran)

a. Pengetahuan yang terdiri dari :

Perhatian (attention) adalah adanya perhatian responden saat mengikuti penyuluhan yang berlangsung.

Minat untuk mengerti adalah suatu keadaan dimana responden mempunyai niat, kemauaan/keinginan untuk mengerti dengan informasi yang didapatkan.

Mengerti/Pemahaman yaitu pengetahuan yang timbul dalam diri responden tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

b. Merasa yaitu apa yang dialami oleh hati atau batin responden ketika pancaindera menaggapi sesuatu ; keadaan hati atau batin terhadap sesuatu ; pertimbangan pikiran, hati, mengenal baik – buruk, salah – benar dan sebagainya. Seperti perasaan senang, tidak senang, dan perasaan puas. c. Pertimbangan yaitu perasaan emosi yang didahului sebelum adanya

tindakan, dimana keadaan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan bahaya penyalahgunaan narkoba.

c . Karakteristik Responden, terdiri dari

a. Usia : Usia responden saat mengisi kuesioner b. Jenis kelamim : Jenis kelamin dari responden (wanita/pria)


(50)

I.9. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan istrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris. (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi,1991:44)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho= Tidak terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba

dengan peningkatan kesadaran pada Siswa/i MAN 3 Medan.

Ha= Terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba dengan


(51)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori pada dasarnya adalah berfungsi untuk menjelaskan, serta memberi pandangan terhadap sebuah permasalahan dan fenomena sosial yang akan dikaji, Teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mendukung atau menunjang dalam memecahkan suatu permasalahan pada penelitian ini. Teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Penyuluhan, Penyuluh Sebagai Agen Perubahan, AIDDA, Narkoba, Remaja, Penyalahgunaan Narkoba dan Kesadaran.

II.1. Komunikasi

1.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis.

Pengertian komunikasi secara umum

Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi: a. Pengertian komunikasi secara etimologis

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist. Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang


(52)

dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Effendy, 2004: 3)

b. Pengertian komunikasi secara terminologis

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya. (Effendy, 2004: 4).

Pengertian komunikasi secara paradigmatis

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan


(53)

perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.

Pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak defenisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu:

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. (Effendy, 2004: 5)

1.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapai satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Dalam sebuah proses komunikasi yang sangat sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan, dan komunikan. Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan: communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual (communicate), (komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Purba, 2006: 39)

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Pada awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih


(54)

sederhana. Formula ini dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. (dalam Cangara, 2005: 21)

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno, dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

- Sumber

Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisaa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

- Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesaan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesaan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.

- Media

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

- Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

- Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesaan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.


(55)

- Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

- Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. (Cangara, 2005: 21-26)

1.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi, atau opini; baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. (Effendy, 2006: 16)


(56)

b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses pencapaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy, 2006: 16).

1.4 Tujuan Komunikasi

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (pinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2006: 17)

1.5 Fungsi Komunikasi

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)


(57)

II.2. Penyuluhan

2.1. Pengertian Penyuluhan

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu. (Nasution, 1990: 7)

Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. (Nasution, 1990: 8).

Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. (Nasution, 1999: 10)

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti : gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak


(58)

yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

1) Masalah yang dihadapi 2) Siapa yang akan disuluh

3) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

4) Pengembangan pesan

5) Metoda atau saluran yang digunakan

6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud. (Nasution, 1990: 11).

2.2. Falsafah Penyuluhan

Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada 4 hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan falsafah penyuluhan tersebut (Sentiana, 2005 : 4 - 5) .

1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.

2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong kemandirian.

3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.

4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.


(59)

Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkat harkat dan martabatnya.

2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat setempat.

3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang berkelanjutan.

4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan saling mempercayai.

5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk berfikir kreatif, dinamis, dan inovatif.

6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

2.3 Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan:

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.


(60)

2) Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalama antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan


(1)

30. Apakah Anda memilki minat untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi dan

lebih lanjut lagi tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba ?

a. Sangat Berminat

b. Berminat

c. Kurang Berminat

d. Tidak Berminat

4. Mengerti / Paham

31. Apakah Anda memahami secara keseluruhan apa yang dimaksud dengan

penyalahgunaan Narkoba itu sendiri ?

a. Sangat Paham

b. Paham

c. Kurang Paham

d. Tidak Paham

32. Apakah Anda betul – betul memahami maksud dari penyalahgunaan Narkoba ?

a. Sangat Paham

b. Paham

c. Kurang Paham


(2)

5. Niat

33. Setelah Anda mengetahui bahaya penylahgunaan Narkoba, apakah anda memilki niat

untuk tidak memakai Narkoba ?

a. Sangat Memilki

b. Memilki

c. Kurang Memilki

d. Tidak Memilki

34. Apakah Anda memilki niat menyampaikan informasi penyalahgunaan narkoba itu

kepada teman – teman, keluarga dan saudara – saudara anda yang lainya bahwa

Narkoba itu sangat berbahaya dan perlu untuk di jauhi ?

a. Sangat Memilki

b. Memilki

c. Kurang Memilki

d. Tidak Memilki

6. Merasa

Tingkat Kesenangan

35. Bagai mana perasaan Anda setelah mengetahui tentang bahanya penyalahgunaan

Narkoba ?

a. Sangat Senang

b. Senang

c. Kurang Senang

d. Tidak Senang

Mengapa?... ... ...


(3)

Tingkat Kebencian

36. Apakah ada timbul rasa kebencian terhadap penyalahgunaan narkoba, setelah Anda tau

apa itu penyalahgunaan Narkoba ?

a. Sangat Benci

48

b. Benci

c. Kurang Benci

d. Tidak Benci

Mengapa?... ... ...

Tingkat Kepuasan

37. Apakah Anda merasa puas setelah anda tau tentang penyalahgunaan Narkoba ?

a. Sangat Puas

b. Puas

c. Kurang Puas d. Tidak Puas

Mengapa?...

...

...

7. Pertimbangan

38 Setelah Anda mnegetahui tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, apakah Anda

memiliki pertimbangan untuk tidak memakai Narkoba ?

a. Sangat Memiliki


(4)

d. Tidak Memiliki

Mengapa?... ... ...

40. Bila sadar, takut, dan menjahuinya, bagaimna tingkat kesadaran Anda ?

a. Sangat Tinggi

b. Tinggi

c. Sedang

d. Biasa saja

Mengapa?...

...

...


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 telp. (061) 8217168

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Mardiandi

NIM : 070904015

PEMBIMBING : Drs. Dayana, MSi

NO. TGL PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

14 Desember 2010 17 Desember 2010 22 Desember 2010 17 Januari 2011 19 Januari 2011 26 Januari 2011 05 Februari 2011 08 Februari 2011 15 Februari 2011 18 Februari 2011 25 Februari 2011 26 Februari 2011 07 Maret 2011 08 Maret 2011 10 Maret 2011 14 Maret 2011 16 Maret 2011

Penyerahan Proposal ACC Seminar Proposal Seminar Proposal Revisi BAB I Revisi BAB I ACC BAB I

Penyerahan BAB II Revisi BAB II Penyerahan BAB III Revisi BAB III

Pengajuan Kuesioner Revisi Kuesioner Penyerahan BAB IV Revisi BAB IV Revisi BAB IV Penyerahan BAB V ACC Sidang


(6)

BIODATA

Nama : Mardiandi

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Sago, 02 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Sarman No. 23, P. Bulan Medan

E-mail : andi_Ilkom_gokil@yahoo.com

Orang tua

Ayah : Indra Bakti, SE

Pekerjaan : PNS

Ibu : Hatniyeti

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Alamat : Jln. Jendral Sudirman, Painan, Padang, Sumatera Barat

Anak Ke : 2 Dari 4 Bersaudara

Nama Saudara : Siska Indra Yulita Israk Ade Putra Wahyuni

Pendidikan :

Tahun 1995 - 2000 lulus SDN 04 Painan

Tahun 2001 - 2004 lulus SLTPN 2 Painan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat

2 56 84

Jaringan Komunikasi dan Kesadaran Bernegara (Studi Korelasional Mengenai Jaringan Komunikasi Antar Masyarakat Tionghoa Di Berastagi Dalam Menumbuhkan Kesadaran Bernegara)

0 40 98

Pengaruh Iklan Bahaya Narkoba Terhadap Perilaku Siswa SMA Negeri Tentang Narkoba Di Kota Langsa Tahun 2003

0 41 67

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir)

3 49 138

Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Si

2 60 197

Upaya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

2 39 90

Komunikasi Penyuluhan Dan Peningkatan Kompetensi Profesional (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya)

12 78 148

Komunikasi Penyuluhan Dan Partisipasi (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II)

0 36 122

Penyuluhan Hukum tentang Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Perlindungan Karya Cipta Musik dan Lagu

0 0 91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penyuluhan 1.1. Pengertian Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat

0 0 30