Tehnik dan Seni Penerjemahan Ali Audah

xlvi Tabel 3.3 Karya Terjemahan Ali Audah Inggris-Indonesia Karya Terjemahan Inggris-Indonesia Tahun Penulis The Reconstruction of Religious Thought in Islam Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam 1966 Muhammad Iqbal Midaq Alley Lorong Midaq 1991 Najib Mahfuz Oedipus dan Theseus 1979 Andre Gide Maria Antoinette 1986 Stefan Zweig The Holy Quran buku ini merupakan tafsir terbaik dalam bahasa Inggris yang diakui oleh seluruh ulama saat konferensi yang diselenggarakan di New York Abdullah Yusuf Ali

C. Tehnik dan Seni Penerjemahan Ali Audah

Ali Audah berpendapat bahwa tehnik dan seni penerjemahan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, dan harus dimiliki oleh seorang penerjemah. Tata cara dan sistem penerjemahan berdasarkan kaidah-kaidah bahasa yang baku dan digunakan secara luas dalam komunikasi di kalangan masyarakat modern pengguna bahasa. Sedangkan seni berkaitan dengan keindahan rasa bahasa yang bersumber dari bakat berbahasa yang kemudian diperkaya dengan banyak membaca, memperhatikan dan mempelajari karya-karya tulis bernilai sastra. Seni sama halnya dengan bakat berbahasa, jadi seorang penerjemah juga harus memiliki bakat berbahasa, yaitu kemampuan membuat dan menyusun kalimat dengan baik dan benar. Bakat itu tidak harus istimewa, hanya sedikit di atas rata-rata kiranya sudah memadai. Namun bakat saja tentulah tidak cukup, banyak membaca, banyak belajar dan banyak berlatih itulah langkah selanjutnya xlvii andai bisa dirumuskan dalam presentase, maka cukuplah bakat itu hanya 30 saja dan yang 70 lagi latihan dan praktik. 53 Oleh karenanya, sebelum melakukan proses penerjemahan, menurut Ali Audah seorang penerjemah harus mengetahui dan mengenal terlebih dahulu struktur dan karakter bahasa Arab. 1. Penggunaan Jumlah Fi’liyah dan Jumlah Ismiyah dalam bahasa Indonesia, kita mengenal pola kalimat inversi, yang dalam bahasa Arab disebut Jumlah Fi’liyah, yaitu kalimat yang mendahulukan predikat dari pada subyek. Contoh : “Allah menjanjikan kamu harta rampasan yang banyak” 54 Tetapi pola kalimat yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia adalah pola susunan biasa, dan dalam bahasa Arab disebut Jumlah Ismiyah. Dalam bahasa Arab, pola Jumlah Fi’liyah dan Jumlah Ismiyah keduanya banyak digunakan. Jumlah Ismiyah biasanya digunakan pada hal-hal sebagai berikut: a. Bila perhatian ditujukan pada benda isim Contoh: “janji Allah itu benar” 55 53 Wawancara Pribadi dengan Ali Audah, Bogor, 20 Agustus 2007. 54 QS. Al-Fath 48: 20. 55 QS. Fâtir 35: 5. xlviii b. Bila suatu Pernyataan perlu penegasan taukid Contoh: “agama yang diridhoi Allah adalah Islam” 56 c. Untuk menyatakan kebiasaan atau perbuatan yang terjadi berulang-ulang Contoh: “matahari terbit dari arah timur dan terbenam ke arah barat” 2. menolak terlebih dahulu baru dikuatkan Kata yang diahulukan kata merupakan karakter bahasa Arab untuk memberikan tekanan pada kata sesudah , tetapi dalam penerjemahannya tidak diterjemahkan secara harfiyah. Contoh: “Hanya Bilal yang memanggil mengumandangkan azan” Contoh : ”hanya satu pegawai yang tidak datang” 56 QS. Ali Imrân 3: 19. xlix 3. Makna Penerjemahan struktur yang sebenarnya kurang begitu penting, seperti , ﺐ ﺼ ﻧ kata sandang dan proposisi itu selalu harus diterjemahkan. Kecuali apabila huruf-huruf Jar itu bersama dengan kata lain yang membentuk arti secara idiomatik. Makna huruf Jar pada garis besarnya dapat dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu: a. yang bermakna sebagai kata depan, diantaranya: - ﻦ ﻣ dari, karena, dengan, tentang dan di Contoh: saya sakit karena sangat kedinginan dia memandang dengan cara sembunnyi-sembunyi apa saja yang mereka perbuat di bumi aku lupa tentang hal ini - kepunyaan, bagi, untuk, kepada, karena, dsb Contoh : ”Ahmad mengikuti perlombaan bela diri untuk mengetahui kemampuannya dalam bela diri.” l ”Setiap muslim itu berkorban menurut kemampuannya dan memberikannya kepada orang lain.” - ke, kepada, sampai, di Contoh : Bicaralah kepadanya dengan sopan Dia tiba di Kairo lewat jalan udara b. ﺮ ﺟ bersama kata lain membentuk arti secara idiom selain berarti sebagai kata depan, ia juga banyak digunakan setelah ، ﻞ ﻌ ﻓ dan kata sifatnya secara idiomatik. Contoh: benci : memperhatikan : senang : marah : ﻰ ﻠ ﻋ ﺐ ﻀ ﻏ Kata-kata seperti contoh di atas, tidak pernah digunakan tanpa diikuti oleh huruf Jar pasangannya. Di samping itu terdapat pula kata kerja lain yang bila diikuti oleh huruf Jar akan berubah maknanya. Contoh: Saya memikirkan masalah itu. li c. ﺮ ﺟ berfungsi sebagai penegas makna kalimat. Di samping dapat diartikan sebagai kata depan dan digunakan secara idiomatik, ada beberapa huruf Jar yang berfungsi sebagai penegas makna suatu kalimat secara keseluruhan, bisa diterjemahkan dengan “sungguh, sesuatupun, sedikitpun, betul-betul dan sebagainya. Huruf Jar ini disebut huruf huruf Jar tambahan dan yan sering dijumpai adalah huruf “ ”. Contoh: Dia tidak punya harta. Dia tidak punya harta sedikitpun. Untuk huruf ﺐ ﺼ ﻧ seperti ﻰ , kata ini tak selalu bermakna “sampai” atau “hingga” tetapi lebih tepat diterjemahkan dengan “sebelum” atau “kecuali”, terutama bila didahului unsur-unsur kata ingkar Contoh: ”Kamu tidak akan mencapai kebaikan hingga kamu menafkahkan sebagian yang kamu cintai.” 57 Terjemahan yang lebih tepat menurut Ali Audah yaitu, ”Kamu tidak akan mencapai kebaikan sebelum kamu menafkahkan sebagian yang kamu cintai.” 4. Dalam susunan kalimat bahasa Arab ada dua macam kalimat yaitu: a. Jumlah Ismiyah yang terdiri dari mubtada subyek dan khabar predikat 57 QS. Ali Imrân 3: 92. lii b. Jumlah Fi’liyah yang terdiri dari fi’il predikat + fail subyek + mafu’l keterangan. Namun tidak demikian dalam bahasa Indonesia. 5. Dalam bahasa Arab tidak ada huruf kapital. Oleh karena itu, sebaiknya seorang penerjemah tidak hanya menguasai dua bahasa, tetapi ia juga harus menguasai budaya. Dan itu hanya dapat diketahui dengan banyak membaca serta sunguh amat baik jika disertai dengan bahasa asing ketiga sebagai bahan pertimbangan. Ali Audah menyatakan bahwa seorang penerjemah juga harus mengetahui unsur dalam penerjemahan. Unsur dalam penerjemahan ada dua, yaitu tehnik penerjemahan dan seni penerjemahan. Yang dimaksud dengan tehnik penerjemahan adalah tata cara dan sistem penerjemahan berdasarkan kaidah- kaidah bahasa yang baku dan digunakan secara luas dalam komunikasi di kalangan masyarakat pengguna bahasa. Sedangkan seni berkaitan dengan keindahan rasa bahasa yang bersumber dari bakat berbahasa yang kemudian diperkaya dengan banyak membaca, memperhatikan dan mempelajari karya-karya tulis bernilai sastra. Penerjemahan itu melibatkan penerjemah, juru bahasa, dan penerjemah tersumpah. Menurut pengamatan dan pengalaman Ali Audah selama 50 tahun, sebagai penerjemah maupun juru bahasa sejak tahun 1949. seseorang tidak dapat menjadi juru bahasa sebelum ia menjadi penerjemah. Artinya seorang juru bahasa harus menguasai tehnik penerjemahan dengan sesempurna mungkin. Di samping itu, juru bahasa harus menguasai bahasa sasaran dan tujuan secara mendalam. Saat ini banyak buku yang membahas mengenai tehnik dan cara menerjemahkan dengan benar, masing-masing buku memakai sudut uraian yang liii berbeda. Karena ilmu penerjemahan itu mencakup pengalaman yang tentunya tidak cukup mempelajari dari buku saja. Namun pengalaman membuktikan, semakin banyak semakin baik. Buku mana yang diperlukan tergantung kebutuhan. 58

D. Langkah-langkah Penerjemahan Ali Audah