xxi
D. Perangkat Penerjemahan
Ada dua jenis perangkat yang lazim digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis.
Perangkat intelektual mencakup: a kemampuan yang baik dalam bahasa sumber; b kemampuan yang baik dalam bahasa sasaran; c pengetahuan mengenai
pokok masalah yang diterjemahkan; d penerapan pengetahuan yang dimiliki; e keterampilan.
23
a. Perangkat intelektual mengenai kemampuan yang baik dalam bahasa adalah penerjemah hendaknya memiliki kemampuan untuk memahami teks sumber,
baik secara linguistik maupun material. Secara linguistik maksudnya, bahwa bahasa Arab yang digunakan dalam teks sumber adalah relatif mudah bagi
ukuran kemampuan bahasa penerjemah. Sedangkan secara material, tema bahasan dari teks sumber hendaknya bukan hal yang asing bagi penerjemah.
Idealnya, penerjemah teks filsafat adalah orang yang berkompeten di bidang filsafat atau setidaknya memiliki minat yang cukup besar terhadapnya.
24
b. Kemampuan yang baik dalam bahasa sasaran harus dimiliki oleh penerjemah karena terjemahan yang baik tidak hanya mentransfer pesan, namun juga
seluruh teks sebagai totalitas. Meskipun dalam realitas, bahasa Arab tidak dapat diterjemahkan secara sempurna ke dalam bahasa Indonesia. Sekalipun
mentransfer totalitas teks adalah mustahil, penerjemah harus tetap semaksimal mungkin berusaha mencari padanan dalam bahasa sasaran, baik dari aspek
pesan, bentuk-bentuk linguistik, emosi penulis, suasana teks dan lain-lain. Di
23
Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 11.
24
Burdah, Menjadi Penerjemah, h. 29.
xxii sinilah kemampuan diksi penerjemah diuji. Sebab, satuan makna teks sumber
tidak secara otomatis dapat ditemukan padanannya secara efektif dalam bahasa sasaran. Oleh karena itu, penerjemah harus pandai dan mampu dalam memilih
padanan di dalam bahasa sasaran. Kemampuan ini bisa didapat dengan, membolak-balik susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran, memberi tekanan,
mengurangi keluasan makna, atau meluaskannya. Kemampuan seperti ini harus dibangun terus seolah-olah menjadi bagian dari dirinya.
25
c. Begitu pula dalam hal pengetahuan mengenai pokok masalah yang diterjemahkan. Ini berarti, kerja terjemah terkait erat dan secara langsung
dengan dunia ilmiah. Oleh karena itu, penerjemah sebaiknya memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup tentang materi atau pokok masalah
dalam buku yang hendak diterjemahkan. Penerjemah yang sama sekali asing dengan materi yang diterjemahkan akan banyak menghadapi kesulitan.
Sekalipun ia bukan orang yang berkompeten di bidang itu, penerjemah sangat perlu memperluas dan memperdalam pemahamannya perihal tema-tema dan
materi terjemahannya. d. Keterampilan adalah adanya ketertarikan antara kerja terjemah dengan
pengalaman. Orang yang memiliki potensi bahasa Arab dan keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia yang sangat baik, tidak dengan sendirinya
mampu melakukan penerjemahan teks-teks Arab ke dalam bahasa Indonesia secara optimal. Pengalaman dan jam terbangnya dalam menerjemah juga
sangat menentukan kemampuannya melakukan aktivitas yang dapat dilatih dan memang memerlukan latihan-latihan. Semakin banyak berlatih, maka
25
Burdah, Menjadi Penerjemah, h. 32.
xxiii penerjemah akan semakin terampil dan akan semakin mudah menghadapi
serta memecahkan persoalan-persoalan dalam menjalankan aktivitas penerjemahan.
26
Perangkat praktis mencakup: kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan, baik yang berbentuk kamus umum dua-bahasa, kamus umum satu-
bahasa, kamus sinonim-antonim, kamus bahasa slank a’miyah, kamus idiom, kamus-kamus khusus seperti kamus filsafat, kamus ekonomi, kamus peribahasa,
kamus ensiklopedi, serta buku-buku tentang kaidah kebahasaan. Juga sarana teknis, seperti komputer juga alat-alat pembantu yang lain.
Dalam hal ini, perangkat praktis yang berupa kemampuan mengenali konteks suatu teks dalam penerjemahan adalah persoalan yang paling krusial
untuk dijelaskan dan
diilustrasikan. Banyak
orang berbicara
bahwa, “menerjemahkan itu harus sesuai dengan konteksnya.” Konteks secara sederhana
dapat dimengerti sebagai sesuatu yang menyertai sebuah teks. Suku kata con pada kata context memiliki arti “persekutuan” dan text berarti “rajutan” atau “jaringan”.
Pengertian teks di sini bukan hanya sebagai suatu kesatuan teks utuh, namun juga bagian-bagian teks yang di dalamnya telah mengandung satuan-satuan makna.
Atau dengan katagori lain, sesuatu yang menyertai teks konteks dapat dibagi menjadi dua: 1 konteks linguistik dan 2 konteks nonlinguistik. Konteks
linguistik adalah segala sesuatu yang terkait dengan kebahasaan teks, sedangkan teks nonlinguistik adalah segala sesuatu yang menyertai teks di luar aspek
26
Burdah, Menjadi Penerjemah, h. 42.
xxiv kebahasaan teks yang disebut juga cotext. Antara lain mencakup budaya,
historisitas, ideology, dan kondisi sosial-politik.
27
Dalam proses penerjemahan selayaknya, kejujuran dan amanah merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah. Penerjemah tidak
dibenarkan memasukkan ide atau gagasannya sendiri ke dalam teks terjemahan. Demikian pula sebaliknya, ia tidak boleh membuang atau menghilangkan pikiran
pengarang, betapapun sedikitnya. Sedangkan amanah berarti menuntut
penerjemah untuk menyalin teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, baik ruh,
arti, maupun gaya berekspresi. Amanah bukan berarti menuntut penerjemahan harfiah yang ekstra ketat. Karena penerjemahan harfiah hanya
sebatas memberikan padanan arti suatu kata dalam bahasa tertentu ke bahasa lain.
28
Selain itu, kesabaran merupakan modal yang dibutuhkan oleh penerjemah. Ini karena menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah dan bisa dikerjakan
dalam waktu singkat. Untuk menghasilkan karya-karya terjemahan yang bermutu diperlukan banyak latihan. Kesabaran juga dibutuhkan karena penerjemah
seringkali dituntut membuka berbagai kamus dan berbagai buku rujukan lainnya. Ini dilakukan untuk menemukan padanan yang pas bagi suatu kata atau istilah
tertentu.
27
Burdah, Menjadi Penerjemah., h. 105-106.
28
Mufid dan Kaserun, Buku Pintar, h. 29.
xxv
E. Ragam Terjemahan