Partisipasi Perempuan di Fraksi Golkar DPRD Tingkat II Kabupaten Labuhanbatu

Kabupaten Labuhanbatu, persentase ini lebih tinggi dari persentase partispasi laki- laki dalam menduduki jabatan strategis di alat kelengkapan DPRD yang hanya mencapai angka 22.58 saja. Dalam kepengurusan fraksi, Fraksi Golkar dan Fraksi Hanura adalah dua fraksi yang dipimpin oleh perempuan. Hal ini menegaskan bahwa semakin besar angka keterwakilan perempuan di Parlemen akan memperbesar akses perempuan di parlemen termasuk akses dalam menduduki jabatan strategis di DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu. Jabatan- jabatan strategis tersebut tentu saja mempermudah akses mereka dalam menjalankan peran sebagai anggota legislatif, baik dalam peran legislasi, peran anggaran, dan peran pengawasan.

2. Partisipasi Perempuan di Fraksi Golkar DPRD Tingkat II Kabupaten Labuhanbatu

Fraksi adalah pengelompokan anggota berdasarkan konfigurasi partai politik hasil pemilihan umum. Fraksi bukanlah merupakan alat kelengkapan DPR seperti layaknya Pimpinan DPR, Badan Musyawarah Bamus, Komisi, Panitia Anggaran maupun Panitia Khusus Pansus. Berdasarkan Tatib DPR, pembentukan fraksi bertujuan mengoptimalkan dan membuat efektif pelaksanaan tugas, wewenang, dan hak DPR. Meski bukan alat kelengkapan DPR yang mempunyai penjabaran tugas tertentu, dalam kenyataannya fraksi mempunyai Universitas Sumatera Utara peran yang signifikan. Sebab, dalam pengambilan keputusan di DPR, suara fraksilah yang diperhitungkan, dengan dasar “musyawarah untuk mufakat 31 .” Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tidak mengatur mengenai pembentukan fraksi di lembaga parlemen baik secara implisit maupun eksplisit namun disebutukan mengenai susunannya MPR,DPR, dan DPRD diatur dengan undang-undang. Setidaknya terdapat 2 dua undang-undang yang menyebutukan dan mengatur secara implisit mengenai pembentukan fraksi pada lembaga legislatif diantaranya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Mengenai Definisi dari fraksi tidak disebutkan dalam kedua undang-undang tersebut diatas, namun setidaknya fraksi dapat diartikan pengelompokan anggota legislatif MPR, DPR, dan DPRD yang mencerminkan konfigurasi partai politik, pengaturan mengenai fraksi baik itu MPR, DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan KabupatenKota diatur secara khusus dalam UU No. 27 Tahun 2009 diantaranya Pasal 11, Pasal 80, Pasal 301 dan Pasal 352. Dimana pada pasal-pasal mengharuskan setiap anggota legislatif untuk berhimpun dalam fraksi, tujuan dari pembentukan fraksi juga disebutkan misalnya dalam Pasal 80: 1 Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPR. 2 Dalam mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR sebagaimana dimaksud 31 http:www.dprd-kotimkab.go.idfraksi, diakses pada tanggal 28 maret 2015 Universitas Sumatera Utara pada ayat 1, fraksi melakukan evaluasi terhadap kinerja anggota fraksinya dan melaporkan kepada publik 32 . Terdapat delapan fraksi di DPRD Kabupaten Labuhanbatu yang terdiri dari enam fraksi murni dan dua fraksi gabungan. Enam fraksi murni terdiri dari Fraksi PDI-Perjuangan, Fraksi Demokrat, Fraksi Hanura, Fraksi Gerindra, Fraksi Golkar, dan Fraksi PPP. Dua fraksi gabungan adalah Fraksi Perubahan terdiri dari gabungan Partai NasDem, PKB, PKPI dan Fraksi Gabungan Amanat Keadilan terdiri dari PAN dan PKS. Terkait tentang perempuan di arena politik khususnya arena legislatif, Fraksi Golkar merupakan salah satu fraksi dengan wajah yang paling “anggun” di DPRD Kabupaten Labuhanbatu karena didominasi oleh perempuan. Terdapat 4 dari total 5 orang yang berada di dalam Fraksi Golkar di DPRD Kabupaten Labuhanbatu. Berikut adalah tabel komposisi Fraksi Golkar di DPRD Kabupaten Labuhanbatu: 32 UU No. 27 Tahun 2009 diantaranya Pasal 80 ayat 1 dan 2 Universitas Sumatera Utara Tabel 3 Komposisi Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu 33 No. Nama Jabatan 1. Hj. Meika Rianti Siregar, SH Penasehat 2. Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM Ketua 3. Hj. Nurmaya Shofa Tanjung Wakil Ketua 4. Trully Simanjuntak, SMIP Sekretaris 5. David Siregar Bendahara Partai Golkar mendominasi keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Labuhanbatu. Secara kuantitas, Partai Golkar mendominasi dengan mewakilkan 4 perempuan dari 5 kursi yang diraih Partai Golkar di DPRD Kabupaten Labuhanbatu. Tetapi berdasarkan hasil sidang paripurna tiga dari delapan fraksi yaitu Fraksi Golkar, Fraksi Gerindra, dan Fraksi Amanat Keadilan PAN dan PKS hanya menduduki posisi anggota pada alat kelengkapan DPRD di Kabupaten Labuhanbatu, sehingga dari empat wakil perempuan di Fraksi Golkar hanya satu orang yang terlibat dalam jabatan kepengurusan alat kelengka pan di DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu, yaitu Hj. Meika Rianti Siregar, SH yang menjabat sebagai Wakil Ketua II DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu. Keadaan ini tentu saja berpengaruh terhadap akses perempuan dari Fraksi Golkar dalam 33 Database Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu Universitas Sumatera Utara menjalankan fungsi parlemen, baik itu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan juga fungsi pengawasan. Secara eksternal, pendidikan formal atau informal menjadi salah satu hal yang menentukan kualitas perempuan politisi. Asumsinya, semakin luas dan tinggi pendidikan, terutama pendidikan formal yang ia peroleh, maka kian berkualitaslah seseorang. Walaupun, pendidikan formal tidak serta merta menjadi penentu kualitas seseorang. Di sisi lain, pengetahuan yang dimiliki sebaga i hasil pengalaman hidup, menjadi dasar baginya sebagai tokoh politik untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi dalam sikap attitude dan tindakan yang real atau praktek politik. Sebagai politisi yang menjadi anggota legislatif, dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang sistem dan mekanisme kerja DPR. Begitu juga dengan keahlian kerja dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota legislatif. Hal-hal ini menjadi modal dalam memperjuangkan aspirasi rakyat yang ditunjukkan melalui pengemasan dan pengartikulasian isu atau kebijakan yang berpihak kepada kaum perempuan. Perempuan yang ada dalam komposisi Fraksi Golkar adalah perempuan yang berintelektual. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jenjang pendidikan yang dilalui oleh keempat perempuan tersebut. Ini dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini yang menunjukkan tingkat pendidikan anggota Fraksi Golkar yang berjenis kelamin perempuan di DPRD Tingkat II Kabupaten Labuhanbatu. Universitas Sumatera Utara Tabel 4 Tingkat Pendidikan Anggota Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu Periode 20014-2019 34 No. Nama Tingkat Pendidikan 1. Hj. Meika Rianti Siregar, SH Sarjana S1 2. Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM Pasca Sarjana S2 3. Hj. Nurmaya Shofa Tanjung SMA 4. Trully Simanjuntak, SMIP Diploma 3 D3 Berdasarkan tabel di atas anggota perempuan yang mendominasi Fraksi Golkar di DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu adalah perempuan yang intelektual jika dilihat dari jenjang pendidikannya. Mereka merupakan perempuan yang memiliki akses yang besar dalam menjalankan tugas sebagai anggota legislatif. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam membuat dan mengambil kebijakan yang ada di lembaga legislatif. Jenjang pendidikan yang tinggi berpengaruh terhadap pemahaman mengenai hak dan kewajiban mereka baik sebagai warga negara, sebagai perempuan, sebagai anggota legislatif, maupun sebagai perempuan yang berprofesi sebagai anggota legislatif. Selain dari jenjang pendidikan, perempuan di Fraksi Golkar juga memiliki pengalaman sebagai anggota legislatif. Periode 2014-2019 bukanlah periode kerja pertama bagi keempat perempuan di Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten 34 Ibid Universitas Sumatera Utara Labuhanbatu karena keempat perempuan ini juga anggota legislatif di periode sebelumnya. Selain pengalaman di parlemen, perempuan di Fraksi Golkar juga memiliki pengalaman organisasi yang cukup banyak di kehidupan sosial masyarakat. Seperti Hj. Nurmaya Shofa Tanjung yang memimpin KPPG Kesatuan Perempuan Partai Golkar sebagai organisasi sayap partai, Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM yang memimpin HWK Himpunan Wanita Karya, Hj. Meika Rianti Siregar, SH yang memimpin Al Hidayah. HWK dan Al Hidayah adalah organisasi bentukan Partai Golkar yang fokus terhadap perempuan. Ini juga didukung dengan pernyataan berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu yaitu Ibu Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd , MM yang mengatakan bahwa, “perempuan yang terpilih menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki. Mungkin masyarakat Labuhanbatu mempercayai bahwa kami perempuan memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki. Di Partai Golkar proses rekruitmennya jelas, orang-orang yang mencalon sebagai anggota DPRD harus terlebih dahulu menjadi pengurus baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan, atau Desa dan partai paling tidak selama lima tahun. Di dalam kepengurusan kami mendapat materi pendidikan dan pelatihan yang sama dengan laki-laki. Dan saat pembekalan menghadapi pertarungan pemilu, kami juga mendapatkan materi yang sama dengan laki-laki sehingga masyarakat memberikan mandat kepada kami dan kami perempuan mendominasi di fraksi ini. Walaupun sebagai perempuan kami memiliki banyak hadangan dalam menjalani profesi kami Universitas Sumatera Utara sebagai politikus apalagi di parlemen. Tapi kami memiliki modal yang baik, jenjang pendidikan yang baik dan pengalaman berorganisasi yang cukup. Untuk saya pribadi, ini merupakan periode ketiga saya menjabat sebagai anggota DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu. Sebelumnya, saya sudah pernah menduduki beberapa jabatan penting. Pada periode pertama saya menjabat sebagai ketua komisi, periode kedua saya menjabat sebagai ketua umum, dan periode ini saya dipercaya sebagai ketua fraksi. Di Golkar saya menjabat sebagai bendahara umum. Di bidang organisasi, saya menjabat sebagai Ketua HWK Himpunan Wanita Karya dan jauh sebelum itu saya juga sudah pernah terlibat di Organisasi Kepemudaan IPK Ikatan Pemuda Karya 35 .” Meskipun dalam data yang diperoleh penulis melihat bahwa peran perempuan dilihat dari aspek pengambilan kebijakan, tidak memiliki peran yang cukup dalam menentukan kebijakan legislatif yang akan berpihak kepada perempuan. Karena dalam periode ini belum ada kebijakan yang dikeluarkan yang berhubungan langsung dengan kepentingan perempuan. Dalam data berikutnya yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Ibu Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd mengatakan bahwa, “Saat ini belum ada kebijakan yang sudah dikeluarkan berkaitan dengan kepentingan secara langsung kepada perempuan. Saat ini di DPRD yang sedang dirancang adalah Perda mengenai lapangan pekerjaan untuk pemuda asli, tetapi dulu pernah diangkat ke forum mengenai kebijakan tentang Ibu tidak boleh bersalin di rumah dan harus di rumah sakit atau klinik bersalin. 35 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Ellya Rosa Siregar, S.Pd, MM selaku Ketua Fraksi Golkar DPRD TK II Kabupaten Labuhanbatu, 25 April 2015 Universitas Sumatera Utara Tetapi isu ini tidak berhasil dijadikan perda karena alasan bahwa di banyak desa yang letaknya jauh dari pusat kota jumlah klinik masih terbatas dan juga aksesnya sulit 36 .” Berdasarkan data tersebut penulis meilhat bahwa jenjang pendidikan secara formal dan pengalaman berorganisasi memang memberikan pengaruh terhadap peluang meraih simpati rakyat agar terpilih menjadi anggota legislatif, tetapi pendidikan formal dan pengalaman organisasi saja tidak cukup untuk dapat memberikan peran yang cukup besar di parlemen. Dibutuhkan juga pendidikan politik yang baik dan juga bias gender agar perempuan-perempuan di lembaga legislatif dapat menganalisa suatu fenomena dan keadaan politik secara tepat sehingga perempuan-perempuan di lembaga legislatif menemukan kebijakan apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat pada umumnya dan kaum perempuan pada khususnya. Jumlah yang cukup banyak ditambah dengan pengalaman kerja politik yang dimiliki seharusnya berdampak terhadap lahirnya kebijakan yang sensitif terhadap kepentingan perempuan, tetapi berdasarkan data yang diperoleh belum ada satu kebijakanpun yang dikeluarkan oleh DPRD Kabupaten Labuhanbatu dalam periode 2014 ini yang berhubungan langsung dengan kepentingan perempuan. Ironis memang jika melihat dari akses perempuan di DPRD Kabupaten Labuhanbatu yang cukup tinggi tetapi tidak sejalan dengan dampak 36 Ibid Universitas Sumatera Utara yang cukup ideal terhadap lahirnya kebijakan yang senssistif terhadap kepentingan perempuan. Penulis melihat faktor kualitas sangat mempengaruhi belum lahirnya kebijakan yang sensisitif terhadap perempuan di DPRD Kabupaten Labuhanbatu. Penulis menilai perempuan-perempuan di DPRD Labuhanbatu tidak memiliki pemahaman yang tepat terhadap fungsi mereka sebagai wakil dari seluruh perempuan di Labuhanbatu yang duduk di parlemen representaif subtantif.

3. Peningkatkan Kualitas Perempuan di DPRD Kabupaten Labuhanbatu