Sebelum Zaman Penjajahan Belanda Zaman Penjajahan Belanda

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Labuhan Batu

24

1.1. Sebelum Zaman Penjajahan Belanda

Sistem Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari semacam Perdana Menteri. Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung yang menjadi Jaksa Merangkap Kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu Panglima Angkatan LautPanglima Perang. Di bawah Laksamana ada Hulu Balang atau Panglima Angkatan Darat. Kemudian ada pula Bentara kanan bertugas sebagai ajudan Sultan dan Bentara kiri yang menjadi Penghulu Para Bangsawan. Kesultanankerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhan Batu pada waktu itu terdiri 4 kesultanan yaitu: 1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang. 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir. 3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama. 4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik. 24 Dokumen BPS Kabupaten Labuhanbatu Universitas Sumatera Utara

1.2. Zaman Penjajahan Belanda

Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhan Batu, dari berbagai keterangan yang dihimpun, diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk ke Labuhan Batu berkisar tahun 1825. Namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhan Batu setelah selesai Perang Paderi berkisar tahun 1831. Pada tahun 1862 kesatuan angkatan Laut Belanda dibawah Pimpinan Bevel Hevee datang ke Kampung Labuhan Batu di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang melalui Sungai Barumun. Di Kampung Labuhan Batu tersebut Belanda membuat tempat pendaratan dari batu beton. Lama kelamaan tempat pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratanpersinggahan kapal- kapal yang kemudian menjadi sebuah Kampung Desa yang lebih besar, namanya menjadi “Pelabuhan Batu”, akhirnya nama Pelabuhan Batu ini dipersingkat sebutannya menjadi “Labuhan Batu”. Kemudian nama itu melekat dan ditetapkan menjadi nama wilayah Labuhan Batu. Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintahan Kolonial Belanda secara Juridis Formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 tahun 1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi 3 Onder Afdeling yaitu: 1. Onder Afdeling batu Bara dengan Ibu Kota Labuhan Ruku. 2. Onder Afdeling asahan dengan Ibu Kota Tanjung Balai. Universitas Sumatera Utara 3. Onder Afdeling Labuhan Batu dengan Ibu Kota Kampung Labuhan Batu. Dengan demikian secara administratif pada mulanya Pemerintahan Wilayah Labuhan Batu adalah merupakan bagian dari wilayah Afdeling Asahan. Pada masa itu Afdeling dipimpin oleh seorang Asisten Residen Bupati, sedangkan Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Controleur Wedana. Controleur Labuhan Batu pertama kali berkedudukan di Kampung Labuhan Batu. Kemudian pada tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik. Tahun 1924 dipindahkan ke Merbau. Tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu dan pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantau Prapat sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945 kedudukan Controleur tetap di Rantau Prapat.

1.3. Zaman Penjajahan Jepang