data, maka data diambil seluruhnya untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, sehingga penelitian tersebut dinamakan sebagai penelitian populasi.
3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data tulis digunakan studi pustaka Nazir,1988:111, yaitu dengan mencari buku yang menjadi sumber data. Dalam mengumpulkan data,
penulis menggunakan metode simak dengan teknik catat. Lokasi yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah perpustakaan, karena penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan Kemudian, untuk mendapatkan data-data yang berupa FN, buku tersebut dibaca. Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat
data-data yang berupa FN dari buku I yaitu Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak dan buku II yaitu buku cerita Turi-Turian ni Datuk
Tiongku Aji Malim Leman Dohot Si Tapi Mombang Suro Dilangit. . Data-data FN yang telah ditemukan, dikelompokkan menurut inti
leksikalnya. Frasa nomina manuk na bontar i ‘ayam yang berwana putih itu’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kiri karena inti frasa
tersebut adalah manuk, sedangkan atributnya na bontar terletak di sebelah kanan atau setelah inti. Sementara itu frasa nomina si tolu ampang eme ‘ketiga empang padi’,
misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kanan karena inti leksikal eme terletak di kanan, sedangkan pendamping atau atributnya terletak di sebelah kiri
inti.
Universitas Sumatera Utara
3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Pada tahapan analisis data peneliti menerapkan dua metode. Pertama, peneliti menggunakan metode padan referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah
unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan hal pokok Sudaryanto,1993:21,27. Kedua, metode agih dengan teknik dasar berupa
teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik Sudaryanto,1993 :55.
Peneliti menggunakan metode padan referensial untuk menggunakan referen sebuah kata. Dalam hal ini, peneliti membandingkan atau menyamakan referen sifat
dengan hal pokok berdasarkan daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dan daya pilah yang melekat pada referen tersebut. Untuk menentukan sebuah nomina atau benda,
misalnya, peneliti menyamakan referen yang berupa nomina yaitu boru-boru ‘anak gadis’ sebagai hal pokok sehingga diperoleh bahwa boru-boru ‘anak gadis’ adalah
kata benda atau nomina. Metode agih adalah metode yang digunakan untuk memilah-milah unsur inti
yang menjadi objek kajian dengan unsur lainnya. Pada metode agih peneliti menggunakan intuisi untuk membagi satuan lingual.
Contohnya terlihat pada kalimat berikut. 1
dibereng ma [angka boru-boru] na di onan i ‘dilihat lah para anak gadis yang di pasar itu’
Dilihatlah semua anak gadis yang ada di pasar itu. Teknik lesap digunakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui
kadar keintian unsur yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi pokok perhatian dalam proses analisis. Misalnya, pada frasa donganna na burju i ‘temannya yang baik itu’, unsur inti adalah donganna ‘temannya’. Bila unsur
ini dilesapkan, menjadi na burju i ‘yang baik itu’, bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, bila yang dilesapkan adalah na burju i ‘yang baik itu’, maka kata
donganna ‘temannya’ masih gramatikal karena kata donganna ‘temannya’ adalah inti dari unsur tersebut.
Teknik ganti digunakan dengan mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti, misalnya, numeralia tolu ‘tiga’
pada frasa tolu borngin ‘tiga malam’. Apabila numeralia tolu ‘tiga’ diganti dengan pitu ‘tujuh’ menjadi pitu borngin ‘tujuh malam’, maka bentuk yang dihasilkan masih
berterima atau gramatikal. Teknik balik dilakukan dengan membalik unsur satuan lingual data. Misalnya,
pada frasa roha ni ibana ‘hatinya’. Frasa nomina tersebut bila salah satunya unsurnya dibalikkan, maka hasilnya tidak gramatikal, yaitu ibana ni roha. FN seperti ini tidak
diterima secara sintaksis maupun semantik dalam Bahasa Batak Toba. Data yang telah dianalisis berdasarkan teori X-bar disajikan secara formal dan
informal. Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural dari frasa nomina FN Bahasa Batak Toba. Struktur tersebut digambarkan dengan
menggunakan diagram pohon yang merupakan ciri dari sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky.
Universitas Sumatera Utara
Frasa nomina FN inganan ni Mulajadi Nabolon ‘tempat tinggal Mulajadi Nabolon’ pada 2, misalnya, jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, membentuk
skema seperti terlihat pada 3, kemudian frasa nomina bohi ni boru Naduma Bulung i ‘wajah anak gadis si Naduma Bulung itu’ pada 4 membentuk skema 5 berikut :
2 i ma [inganan ni Mulajadi Nabolon]
‘itu lah tempat tinggal T Mulajadi Nabolon’ Itulah tempat tinggal Mulajadi Nabolon.
● FN → N + FN 3 FN
N’
N FN
inganan ni Mulajadi Nabolon ‘tempat tinggal Mulajadi Nabolon’
4 markilim-kilim [bohi ni boru Naduma Bulung i] ‘berseri-seri wajah T anak gadis si Naduma Bulung itu’
Berseri-seri wajah anak gadis si Naduma Bulung itu.
● FN → N + FN + Spec
Universitas Sumatera Utara
5 FN
N’
N’ Spec
N’ FN
N bohi ni boru Naduma Bulung i
‘wajah anak gadis si Naduma Bulung itu’
Namun bagi seorang pemula yang ingin meneliti kajian struktur frasa dengan menggunakan teori X-bar, kadangkala agak sulit memahami skema X-bar. Untuk
mempermudah memahami skema X-bar, pada 5 di bawah ini digambarkan skema X-bar yang lebih spesifik lebih jelas.
Universitas Sumatera Utara
● FN → N + FN + Spec
5a FN
N’
N’ Spec
N FN
bohi ni boru Naduma Bulung i wajah itu
N N boru Naduma Bulung
anak gadis si Naduma Bulung
3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data