Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perawatan saluran akar yang tidak tepat dapat menimbulkan flare up. Salah satu penyebab flare up adalah iritan kimia irigan dan bahan medikamen yang apabila tertekan ke jaringan periapikal dapat menyebabkan inflamasi periapikal. 1 Larutan irigasi yang paling sering digunakan di klinik dan paling efektif adalah natrium hipoklorit NaOCl 5 . 3 Namun larutan ini memiliki sifat toksik yang besar. Ekstruksi larutan NaOCl ke jaringan periapikal dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan nekrosis. 2 Hal tersebut menimbulkan komplikasi flare up yang ditandai dengan nyeri atau pembengkakan. Kecenderungan yang kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam, tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara karena cara-cara pengobatan ini menerapkan konsep back to nature atau kembali ke alam yang diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat modern. Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu. Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, hingga 65 dari penduduk negara maju dan 80 dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal. Kenyataan ini mendorong penggunaan obat bahan alam berkembang dengan pesat. 3 Berdasarkan hal Universitas Sumatera Utara tersebut maka perlu dicari bahan alternatif yang jauh lebih aman, tidak toksik sehingga jika bahan tersebut tertekan ke periapikal karena kesalahan iatrogenik, tidak menimbulkan reaksi jaringan yang berbahaya. Selain itu diharapkan bahan baru tersebut dapat meredakan inflamasi periapikal. Salah satu alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan adalah buah lerak Sapindus rarak DC. Buah lerak pada umumnya digunakan sebagai bahan pencuci kain batik dan membersihkan logam. Secara tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat, obat kudis dan scabies. 4,5 Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa ekstrak lerak 0,01 telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Streptococus mutans 6 dan antifungal Candida albicans 7 lebih baik dari NaOCl 5. Penelitian lain menunjukkan bahwa nilai MBC ekstak lerak terhadap E.faecalis adalah 25. 8 Nilai MIC larutan ekstrak lerak terhadap Fusobacterium nucleatum adalah 0,25 dan larutan saponin buah lerak adalah 0,01. 9 Buah lerak diduga memiliki efek antiinflamasi, 11 kemungkinan karena kandungan saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol yang terkandung di dalamnya. Saponin dan flavonoid bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase pada kaskade inflamasi, sehingga produksi prostaglandin dan leukotrien dapat berkurang. Penekanan prostaglandin sebagai mediator inflamasi dapat menyebabkan berkurangnya nyeri dan pembengkakan, mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun. 12,13 Menurunnya jumlah leukotrien LTB4, akan mengurangi kemotaktsis leukosit polimorfonuklear dan adhesi PMN ke dinding Universitas Sumatera Utara endotel, 14 sehingga jumlah sel PMN pada area radang akan menurun. Penurunan jumlah sel radang menandakan bahwa penyembuhan masuk ke tahap berikutnya, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan inflamasi. Selain itu, penurunan sel radang akan mengurangi jumlah mediator kimia yang dihasilkan. Saponin juga berperan dalam penyembuhan inflamasi dengan cara menstimulasi proliferasi pembuluh darah dan meningkatkan sintesis TGF‐ β yang menstimulasi terbentuknya biosintesis kolagen. 15,16 Ekstrak polifenol dari biji anggur dan anggur merah mempunyai aktifitas antiinflamasi. 17 Ekstrak akar Berberis vulgaris menunjukkan aktifitas antiinflamasi karena senyawa alkaloid yang terkadung di dalamnya. 18 Namun, mengenai mekanisme polifenol dan alkaloid dalam menurunkan inflamasi masih belum jelas. Dari uraian diatas, belum ada penelitian efek antiinflamasi ekstrak buah lerak yang dapat berguna untuk membantu mengatasi inflamasi periapikal pada kasus- kasus flare-up. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian efek antiinflamasi ekstrak buah lerak. Pengujian efek antiinflamasi ekstrak buah lerak dilakukan dengan metode implantasi subkutan. 19 Polyethylene tube yang berisikan bahan coba, ditanam di jaringan subkutan pada punggung tikus agar respon inflamasi jaringan dapat di evaluasi. Efektifitas dan toksisitas larutan sangat tergantung pada konsentrasi, waktu dan suhu. 20 Untuk itu pada penelitian ini yang dikendalikan adalah waktu dan konsentrasi. Konsentrasi ekstrak lerak yang digunakan adalah 0,01, ini berdasarkan penelitian pendahuluan mengenai uji sitotoksisitas dengan metode Brine shrimp yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut ekstrak buah lerak memiliki nilai Universitas Sumatera Utara LC 50 . 21 Hal ini berarti bahwa bahan tersebut terindikasi aman digunakan. Efek antiinflamasi ditandai dengan penurunan sel-sel radang dan adanya perbaikan jaringan melalui pembentukan jaringan granulasi pembuluh darah baru dan jaringan fibrous 21 , yang diamati pada hari ke 7 dan 30. Pengamatan secara histologi terhadap penyembuhan inflamasi dilakukan dengan membandingkan gambaran histopatologi antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok ekstrak lerak 0,01. Parameter yang digunakan adalah jumlah sel radang neutrofil, limfosit, sel plasma dan makrofag, pembentukan pembuluh darah baru neovaskularisasi, pembentukan jaringan ikat berdasarkan jumlah sel fibroblas. 21 Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop listrik Olympus dengan perbesaran 400x. Setiap daerah pengamatan di beri skor lalu di rata-ratakan. Penilaian tersebut menggunakan kriteria berdasarkan penelitian terdahulu OrstavikMijor. 22

1.2 Rumusan Masalah