2. Perbandingan jumlah spora dan volume Na-alginat optimal

129 3. 3. Uji viabilitas spora enkapsulasi Tabel 8.3. Pengaruh enkapsulasi spora dan lama waktu inkubasi terhadap peubah umur 3 bulan Perlakuan Peubah Tanpa enkapsulasi Enkapsulasi inkubasi 0 bulan Enkapsulasi inkubasi 1 bulan Enkapsulasi inkubasi 2 bulan Jumlah spora butir 54,7 b 54,4 b 50,6 c 44,65 d Infeksi akar 65,6 b 64,9 b 55,8 c 52,8 d Keterangan : Huruf yang sama pada baris masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT P 0,05 Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah spora maupun persentase infeksi akar G. margarita dan A. tuberculata enkapsulasi menunjukkan perbedaan nyata, dan A. tuberculata lebih tinggi dari semua peubah yang diukur Tabel 8.4. Tabel 8.4. Pengaruh jenis CMA G. margarita dan A. tuberculata terhadap peubah umur 3 bulan Perlakuan jenis CMA Peubah G. margarita A. tuberculata Jumlah spora butir 45,0 b 54,0 a Infeksi akar 55,0 b 62,01 a Keterangan : Huruf yang sama pada baris masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT P 0,05 Persentase infeksi akar pada G. margarita tidak beda nyata antara perlakuan dengan spora telanjang dan spora enkapsulasi tanpa inkubasi, yaitu 60 akar yang terinfeksi dan jumlah spora 48 butir50 g medium. Sedang perlakuan dengan spora enkapsulasi yang diinkubasi 1 dan 2 bulan persentase infeksi akar dan jumlah spora menunjukkan beda nyata terhadap spora enkapsulasi yang diinkubasi, dan hasil menunjukkan kecenderungan menurun 44-48 dan jumlah spora 40-42 butir spora50 g medium untuk enkapsulasi inkubasi. Persentase infeksi akar pada A. tuberculata menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara spora telanjang 61 dan spora yang dienkapsulasi tanpa 130 inkubasi 60,8 . Sedang persentase infeksi akar 56 dengan spora yang dienkapsulasi dengan diinkubasi selama 1 dan 2 bula n Tabel 8.5.. Tabel 8.5. Interaksi dua faktor jenis CMA enkapsulasi dan lama waktu inkubasi G. margarita A. tuberculata Peubah a b c d a b c d Jumlah spora 48.4 b 48.0 b 40.4 c 42.0 c 61.0 a 60.8 a 47.0 c 47.3 c Infeksi akar 63.0 b 63.4 b 44.8 e 48.8 d 68.2 a 66.6 a 56.8 c 56.8 c Keterangan : Huruf yang sama pada baris masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT P0,05 a Spora telanjang tidak dengan enkapsulasi; b Spora dalam Na-alginat tanpa inkubasi; c Spora dalam Na-alginat inkubasi 1 bulan d Spora dalam Na-alginat inkubasi 2 bulan . Produksi G. margarita dan A. tuberculata secara in vivo dikemas dengan menggunakan Na-alginat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sporulasi tanpa enkapsulasi dan dikemas di dalam Na-alginat 0 bulan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol spora telanjang, namun pada spora yang dienkapsulasi dan diinkubasikan selama 1 dan 2 bulan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap peubah yang diukur. 3.4. Perkembangan CMA dalam akar inang Perkembangan yang diamati dari perkembangan histologi akar yang terinfeksi oleh spora CMA yang dienkapsulasi umur 3 bulan setelah tanam, menunjukkan bahwa spora enkapsulasi, baik yang diinkubasi maupun yang tidak, serta spora telanjang menggambarkan histologi yang sama Gambar 8.1.. Organ CMA yang ada di dalam akar semua sama yaitu, terbentuknya vesikula Gambar 8.1.A, organ tersebut dibentuk oleh A. tuberculata, sedang G. margarita tidak membentuk organ tersebut. Kedua CMA membentuk hifa eksternal Gambar 8 .1.B dan hifa internal Gambar 8.1.C, serta arbuskula Gambar 8.1.D yang membentuk percabangan dikotomik, nampak terbentuknya spora sporulasi Gambar 8.1.E. Pada dasarnya organ CMA yang ada di dalam korteks akar sama, terkecuali organ vesikula, yang hanya dibentuk oleh A. tuberculata. 131 A B C E Gambar 8. 2. Perkembangan G. margarita dan A. tuberculata yang dienkapsulasi. A. vesikula 100 µm, B. hifa eksternal anak panah putih= 2 µm , dan hifa intraseluler anak panah hitam= 7 µm , D. arbuskula 100 µm, E. sporulasi dalam akar 250 µm

4. PEMBAHASAN

Bentuk dan kelenturan enkapsulasi Na-alginat terbaik untuk pengemasan spora adalah 1,75 , karena memberikan estetika kapsul terbaik .Calvet Camprubi 1996 melaporkan bahwa kadar Na-alginat untuk enkapsulasi spora CMA yang terbaik adalah 2 . Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh lebih efisien 12,5 dibandingkan dengan hasil penelian sebelumnya. Pengemasan CMA dengan enkapsulasi Na-alginat sebagai inovasi pengemasan spora, umumnya menggunakan karier berupa zeolit, tanah, limbah kayu gergaji, dan lain- lain, yang tidak dapat diketahui ada tidaknya spora dalam kemasan tersebut. Pengemasan dan penyimpanan merupakan salah satu faktor yang penting, karena produk yang dikemas dengan menarik dan mampu mempertahankan kualitas spora, akan meningkatkan daya jual yang tinggi. Namun demikian faktor lain perlu dipertimbangkan, misalkan dalam efisiensi C D B 1000 µm A 132 pengemasan CMA tersebut. Selain faktor estetika dan bentuk, faktor lain yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan adalah efisiensi. Oleh sebab itu dilakukan pengujian efisiensi dengan menguji jumlah spora dalam volume tertentu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah 200 butir spora, merupakan jumlah optimal dalam 2 ml Na-alginat, baik pada spora G. margarita maupun A. tuberculata. Hasil kadar Na-alginat terbaik 1,75 , dan jumlah spora optimal 200 butir2ml Na-alginat, selanjutnya digunakan untuk uji viabilitas spora enkapsulasi. Setelah spora CMA dikemas dengan Na-alginat atau enkapsulasi spora, dilakukan uji viabilitas untuk mengetahui daya simpan dan pengemasan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa enkapsulasi spora mampu mempertahankan viabilitas spora. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah spora dan infeksi akar menunjukkan tidak berbeda nyata dengan spora telanjang spora yang tidak dikemas. Sedang enkapsulasi inkubasi 1-2 bulan menunjukkan perbedaan yang nyata. Menurut Sancayaningsih 2005 sporulasi dan infeksi akar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah jenis inang, jenis CMA, lama waktu inkubasi, kondisi lingkungan, dan kemampuan infektif dan efektivitas spora. Inkubasi spora diduga menyebabkan dormansi spora masa istirahat yang dapat mempengaruhi perkembangan spora. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadinya infeksi akar, karena terlihat struktur organ CMA dalam kortek akar secara histologis dengan pewarnaan Tryplan blue. Artinya bahwa perkecambahan spora telah terjadi, dan terbentuk organ-organ yang sangat penting di dalam spora itu. Rataan persentase infeksi akar yang diperoleh lebih dari 50 , yang berarti lebih dari 50 akar tanaman inang terinfeksi oleh CMA. Infeksi akar mempunyai peran yang sangat penting di dalam simbiosis CMA dan inang. Infeksi akar menggambarkan karakteristik tahapan pertumbuhan CMA dimana peran dari hifa akan membantu fungsi rambut akar sehingga akan memperluas zona rhizosfer tanaman. Pembentukan spora merupakan tahapan reproduktif yang akan digunakan sebagai inokulum atau propagul de-Souza 2005. Infeksi akar juga memberikan gambaran perkembangan CMA, dimana hifa yang menginfeksi akar inang berfungsi sebagai saluran meluas secara radikal, membentuk arbuskula yang berperan untuk